BAB 1 : PENDAHULUAN. karena membunuh 6 juta orang setiap tahunnya (1). Sekitar 21% dari populasi dunia

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. kualitas hidup manusia dan kesejahteraan masyarakat. (1)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 600 ribu kematian dikarenakaan terpapar asap yang ditimbulkan. Hampir 80%

BAB 1: PENDAHULUAN. ketergantungan) dan tar yang bersifat karsinogenik. (1)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut WHO, jumlah perokok di dunia pada tahun 2009 mencapai 1,1

BAB 1 PENDAHULUAN. dapat menyebabkan kematian baik bagi perokok dan orang yang ada

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU MEROKOK PADA SISWA SLTP DI KECAMATAN BENDOSARI KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2008

Bab 1 PENDAHULUAN. Rokok adalah salah satu permasalahan kesehatan terbesar yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. semua orang tahu akan bahaya yang ditimbulkan akibat merokok. Rokok mengandung

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Global Adults Tobacco Survey (GATS) Indonesia, Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. adalah hasil dari non-perokok yang terpapar asap rokok. Hampir 80% dari lebih 1

BAB 1 PENDAHULUAN. Rokok merupakan salah satu pembunuh paling berbahaya di dunia. Laporan

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe, kendaraan

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia yang sebenarnya bisa dicegah. Sepanjang abad ke-20, telah terdapat 100

BAB 1 : PENDAHULUAN. tidak menular salah satunya adalah kebiasaan mengkonsumsi tembakau yaitu. dan adanya kecenderungan meningkat penggunaanya.

BAB 1 : PENDAHULUAN. kehidupan anak sekolah mulai dari SMA, SMP dan bahkan sebagian anak SD sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Merokok bagi sebagian besar masyarakat Indonesia sudah dianggap

BAB 1 PENDAHULUAN. merokok namun kurangnya kesadaran masyarakat untuk berhenti merokok masih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kesehatan. Kandungan rokok adalah zat-zat kimiawi beracun seperti mikrobiologikal

BAB I PENDAHULUAN. terjadi di negara-negara berkembang. Direktorat Pengawasan Narkotika,

BAB I PENDAHULUAN. Fawzani dan Triratnawati (2005), masalah rokok juga menjadi persoalan

BAB I PENDAHULUAN. kecenderungan yang semakin meningkat dari waktu ke waktu (Kemenkes RI,

BAB I PENDAHULUAN. Bahaya merokok terhadap remaja yang utama adalah terhadap fisiknya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUHAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu hal yang seringkali menyerang remaja adalah perilaku merokok, yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. menimbulkan banyak kerugian, baik dari segi sosial, ekonomi, kesehatan bahkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. kandung kemih, pankreas atau ginjal. Unsur-unsur yang terdapat didalam rokok

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Tembakau pertama kali diperkenalkan di Indonesia oleh bangsa Belanda

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan mentalnya akan lambat. Salah satu indikator kesehatan yang dinilai

BAB 1 : PENDAHULUAN. membuktikan secara tuntas bahwa konsumsi rokok dan paparan terhadap asap rokok berbahaya

BAB 1 PENDAHULUAN. dikeluarkan oleh asap rokok orang lain (Harbi, 2013). Gerakan anti rokok

tinggi tingkat kesehatan, maka kesegaran jasmani akan semakin baik pula. Berdasarkan Undang- Undang Kesehatan No 36 tahun 2009 yang memuat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan politik (Depkes, 2006). Rokok merupakan salah satu zat adiktif yang bila

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang di akibatkan karena merokok berakhir dengan kematian. World

BAB I PENDAHULUAN. sampai saat ini telah dikenal lebih dari 25 penyakit berbahaya disebabkan oleh rokok.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tambahan (Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta, 2009). Masalah utama. yang menjadi semakin tinggi tiap tahunnya.

BAB I BAB 1 : PENDAHULUAN PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun Oleh karena itu,

A. Latar Belakang Epidemik tembakau secara luas telah menjadi salah satu ancaman kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat dunia yang mengakibatkan

BAB 1 : PENDAHULUAN. tahun itu terus meningkat, baik itu pada laki-laki maupun perempuan. Menurut The

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kemungkinan sebelas kali mengidap penyakit paru-paru yang akan menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. pandang, gaya hidup dan budaya suatu masyarakat, bahkan perseorangan.

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi (UU

BAB I PENDAHULUAN. Merokok tidak hanya berdampak pada orang yang merokok (perokok aktif)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Asap rokok mengandung 4000 bahan kimia dan berhubungan dengan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latarbelakang. merokok merupakan faktor risiko dari berbagai macam penyakit, antara lain

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah i

BAB I PENDAHULUAN. disekelilingnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan

BAB 1 PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial maupun ekonomis. Oleh. menurunkan kualitas hidup manusia (Aditama,1997).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica, dan spesies lainnya atau sintesis

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyakit Tidak Menular (PTM) merupakan silent disease yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Konsumsi rokok meningkat secara pesat dari tahun ke tahun, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. sehingga hal ini masih menjadi permasalahan dalam kesehatan (Haustein &

BAB I PENDAHULUAN. Setiap hari orang terlibat di dalam tindakan membuat keputusan atau decision

I. PENDAHULUAN. Pada kehidupan sehari-hari, sering kita menemukan perokok di mana-mana, baik di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Rokok sudah dikenal manusia sejak tahun sebelum Masehi. Sejak

BAB I PENDAHULUAN. baik orang dewasa, remaja, bahkan anak anak. Peningkatan konsumsi rokok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meskipun terdapat larangan untuk merokok di tempat umum, namun perokok

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya terjadi di negara-negara berkembang. Sekitar 5 juta orang mati

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. merasakan hal yang demikian terutama pada saat menginjak masa remaja yaitu. usia tahun (Pathmanathan V dan Surya H, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, penyalahgunaan konsumsi alkohol sudah. sangat marak di kalangan masyarakat awam. Di Negara maju

BAB 1 PENDAHULUAN. Gambaran pengetahuan..., Rowella Octaviani, FKM UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berdasarkan analisis data dari Centers of Disease Control and

BAB I PENDAHULUAN. Merokok merupakan salah suatu kebiasaan penduduk Indonesia. Kebiasaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. Health Organization (WHO) pada tahun 2011 jumlah perokok laki-laki di

BAB I PENDAHULUAN. Merokok dapat mengganggu kesehatan bagi tubuh, karena banyak. sudah tercantum dalam bungkus rokok. Merokok juga yang menyebabkan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. gangguan kesehatan. Beberapa masyarakat sudah mengetahui mengenai bahaya

BAB I PENDAHULUAN. inaktivitas fisik, dan stress psikososial. Hampir di setiap negara, hipertensi

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menganggap merokok sebuah perilaku yang bisa membuat. ditentukan tidak boleh merokok/ kawasan tanpa rokok.

BAB I PENDAHULUAN. Kebiasaan merokok di masyarakat kini seolah telah menjadi budaya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

Kuesioner Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. secara langsung ( perokok aktif ), sedangkan 600 ribu orang lebih meninggal

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINDAKAN MEROKOK PADA REMAJA PUTRI DI KELURAHAN JATI KOTA PADANG TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. 2,7% pada wanita atau 34,8% penduduk (sekitar 59,9 juta orang). 2 Hasil Riset

BAB I PENDAHULUAN. tetapi merambah di semua kalangan. Merokok sudah menjadi kebiasaan di

BAB 1 : PENDAHULUAN. jangka panjang terutama terhadap kesehatan, salah satunya perilaku berisiko NAPZA

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyakit telah terbukti menjadi akibat buruk merokok, baik secara

BAB I PENDAHULUAN. merokok baik laki-laki, perempuan, anak kecil, anak muda, orang tua, status

BAB 1 : PENDAHULUAN. kalangan masyarakat seperti di lingkungan keluarga, kantor, fasilitas kesehatan, cafe,

BAB 1 PENDAHULUAN. Indian di Amerika untuk keperluan ritual seperti memuja dewa atau roh. Pada abad

BAB 1 : PENDAHULUAN. tahun 2013 terjadi kenaikan jumlah kasus terinfeksi kuman TB sebesar 0,6 % pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akibat buruk merokok, baik secara langsung maupun tidak langsung.

BAB I PENDAHULUAN. perokok mengalami peningkatan dari tahun ketahunnya (Sari, 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. mengodentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 1998).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. dapat ditemui pada kalangan remaja (Fatimah, 2006). kimia yang akan menimbulkan berbagi penyakit (Partodiharjo, 2008).

Deni Wahyudi Kurniawan

Transkripsi:

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Merokok merupakan salah satu ancaman terbesar kesehatan masyarakat dunia karena membunuh 6 juta orang setiap tahunnya (1). Sekitar 21% dari populasi dunia yang berumur diatas 15 tahun adalah perokok, dan 80% dari perokok tersebut tinggal di negara-negara berkembang (1, 2). Secara global, 1 dari 10 remaja umur 13-15 tahun adalah perokok (3). Setiap satu detik terdapat satu orang meninggal karena merokok dan membunuh separuh dari masa hidup perokok karena penyakit yang berhubungan dengan rokok (4). Peningkatan komsumsi rokok berdampak terhadap makin tingginya beban penyakit akibat rokok dan bertambahnya angka kematian akibat rokok (5). Tahun 2030 diperkirakan angka kematian perokok di dunia akan mencapai 10 juta jiwa setiap tahunnya, dan 70% diantaranya berasal dari negara berkembang (5). Bila kecenderungan ini terus berlanjut, sekitar 650 juta orang akan terbunuh oleh rokok, yang setengahnya berusia produktif dan akan kehilangan umur hidup sebesar 20-25 tahun (5). Indonesia memiliki jumlah perokok terbesar ketiga di dunia setelah China dan India (5). Prevalensi perokok umur 10 tahun pada tahun 2013 adalah sebesar 29,3%, dan 18% dari perokok tersebut sudah mulai merokok pada umur 10-14 tahun (5, 6). Proporsi perokok di perdesaan sebesar 30,4% lebih banyak dibandingkan perokok di perkotaan (28,3%) (6). Indonesia juga merupakan negara dengan angka perokok remaja tertinggi di dunia (5). Sebanyak 20,3% pelajar umur 13-15 tahun mempunyai kebiasaan merokok (Laki-laki 36,2%, dan perempuan 4,3%) (7).

Provinsi Sumatera Barat termasuk sepuluh besar provinsi penyumbang tingginya angka perokok di Indonesia (5). Prevalensi perokok umur 10 tahun pada tahun 2013 adalah sebesar 30,3% (5). Sebanyak 1,4% dari perokok tersebut berada pada kelompok umur 10-14 tahun (8). Perilaku merokok di Sumatera Barat sudah dimulai semenjak dini. Lebih dari seperempat perokok sudah mulai merokok pada umur 10-14 tahun (25,5%) (8). Proporsi mulai merokok pada kelompok umur tersebut di perkotaan sebesar 25,7%, tidak terlalu berbeda dengan di perdesaan yaitu sebesar 25,4%, sedangkan proporsi perokok laki-laki lebih tinggi (26,0%) dibandingkan dengan perempuan (14,1%) (8). Kabupaten memiliki jumlah perokok nomor dua setelah Kabupaten Sijunjung pada tahun 2013 (8). Sepertiga penduduk umur 10 tahun di Kabupaten memiliki kebiasaan merokok (33,2%) (8). Lebih dari seperempat perokok memulai kebiasaan merokok semenjak umur 10-14 tahun (27,6%) (8). Prevalensi perokok dan perilaku merokok sejak dini tersebut melebihi angka nasional dan Propinsi Sumatera Barat (8). Asap rokok mengandung lebih dari 4000 bahan kimia, 250 adalah zat berbahaya dan 50 diantaranya merupakan penyebab kanker (1). Zat-zat tersebut akan menyebabkan gangguan pada organ tubuh manusia seperti pada sistem kardiovaskuler, sistem endokrin, sistem pencernaan, sistem pernafasan, sistem pencernaan dan lain-lainnya (9). Oleh para ahli, merokok digambarkan sebagai upaya bunuh diri dalam gerak lambat (10). Pada beberapa penelitian telah dibuktikan bahwa risiko kanker paru 7,8 kali lebih besar pada perokok dibandingkan bukan perokok (5). Disamping itu, angka fertilitas dan impotensi dapat terjadi pada wanita perokok aktif dan perokok pasif. Pada laki-laki juga meningkatkan resiko impotensi sampai dengan 50% (5).

Kebiasan memulai merokok saat ini cenderung beralih ke usia yang lebih muda (5). Kebiasaan merokok pada usia muda akan menimbulkan dampak jangka pendek maupun dampak jangka panjang. Dampak awal yang mungkin muncul adalah resiko penggunaan obat-obatan terlarang (11). Penelitian yang dilakukan National Center on Addiction and Substance Abuse (CASA) menunjukkan remaja usia 12-15 tahun yang merokok beresiko kecanduan ganja 7 kali lipat, kokain 14 kali lipat dan heroin 16 kali lipat. Pengaruh rokok di usia ini 2 kali lebih besar dibandingkan usia 50 tahun ke atas, dalam kaitannya dengan penyalahgunaan heroin (11). Kebiasaan merokok yang dimulai pada usia 12 tahun atau lebih muda, lebih cenderung untuk menjadi perokok berat dan merokok secara teratur daripada memulai merokok pada usia lebih tua (10). Merokok pada usia muda juga meningkatkan resiko untuk mendapatkan serangan jantung sebelum usia 50 tahun menjadi dua kali lebih sering dibanding yang tidak merokok (12). Hasil penelitian Vrije Universiteit di Amsterdam dalam Nurhidayat menyebutkan bahwa rokok dapat menyebabkan kerusakan pada otak remaja, kerusakan tersebut bisa melekat pada otak dengan kata lain tidak bisa pulih kembali (13). Hasil penelitan Prasadja dalam Mulyani menyatakan penumpukan nikotin dan berbagai macam zat dalam rokok akan berpengaruh terhadap kondisi stamina fisik dan berpengaruh pula secara tidak langsung terhadap motivasi belajar remaja, nilai pelajaran, prestasi akademik, performa kelulusan dan masa depan pendidikan perokok (14). Ada beberapa faktor yang menyebabkan tingginya angka memulai merokok pada usia muda. Teori Green dalam Notoadmodjo menyatakan bahwa perilaku merokok pada remaja dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu faktor-faktor predisposisi (pengetahuan, sikap, kepercayaan, faktor psikologis, faktor fisologis, tingkat sosial

ekonomi, keyakinan, nilai-nilai dan sebagainya), faktor-faktor pemungkin (ketersedian sarana dan prasarana atau fasilitas, keterjangkauan), dan faktor-faktor pendorong atau penguat (sikap dan perilaku teman sebaya, keluarga dan keterpaparan terhadap media informasi dan adanya peraturan-peraturan tentang kesehatan) (15). Hasil penelitian Rachmat mengenai perilaku merokok remaja Sekolah Menengah Pertama menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara interaksi kelompok sebaya, iklan rokok, sikap terhadap rokok, dan interaksi keluarga terhadap perilaku merokok (16). Penelitian Shaluhiyah menemukan bahwa faktor yang mempengaruhi praktik merokok siswa SMP di Kudus antara lain pengetahuan, uang saku, dan sikap terhadap rokok (17). Hasil penelitian Wiryanatha menemukan prevalensi perokok siswa SMP di perdesaan Kabupaten Buleleng sebesar 22,7% dengan rata-rata umur perokok 13,76 tahun (18). Sedangkan hasil penelitian Rahmadi menemukan prevalensi perokok siswa SMP di kota Padang sebesar 32,3% (19). Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui hubungan pengetahuan tentang rokok, sikap siswa, perilaku merokok keluarga, sikap dan perilaku teman sebaya, terpapar iklan rokok di televisi, terpapar iklan rokok di luar ruangan, dan terpapar iklan rokok di media sosial dengan status merokok siswa lakilaki SMP di perdesaan dan perkotaan wilayah Kabupaten tahun 2016. Pemilihan Sekolah Menengah Pertama yang akan dijadikan tempat penelitian didasari oleh pencapaian cakupan rumah tangga ber-phbs yang rendah di nagari kategori perdesaan dan nagari kategori perkotaan wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota.

1.2 Perumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan status merokok siswa laki-laki SMP di perdesaan dan perkotaan wilayah Kabupaten tahun 2016?. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan status merokok siswa laki-laki SMP di perdesaan dan perkotaan wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota tahun 2016. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui distribusi frekuensi status merokok siswa laki-laki SMP di perdesaan dan perkotaan wilayah Kabupaten 2. Mengetahui distribusi frekuensi pengetahuan tentang rokok pada siswa lakilaki SMP di perdesaan dan perkotaan wilayah Kabupaten 3. Mengetahui distribusi frekuensi sikap siswa laki-laki SMP di perdesaan dan perkotaan wilayah Kabupaten 4. Mengetahui distribusi frekuensi perilaku merokok keluarga pada siswa lakilaki SMP di perdesaan dan perkotaan wilayah Kabupaten 5. Mengetahui distribusi frekuensi sikap dan perilaku teman sebaya pada siswa laki-laki SMP di perdesaan dan perkotaan wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota 6. Mengetahui distribusi frekuensi keterpaparan iklan rokok di televisi pada siswa laki-laki SMP di perdesaan dan perkotaan wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota

7. Mengetahui distribusi frekuensi keterpaparan iklan rokok di luar ruangan pada siswa laki-laki SMP di perdesaan dan perkotaan wilayah Kabupaten 8. Mengetahui distribusi frekuensi keterpaparan iklan rokok di media sosial pada siswa laki-laki SMP di perdesaan dan perkotaan wilayah Kabupaten 9. Mengetahui hubungan pengetahuan tentang rokok dengan status merokok siswa laki-laki SMP di perdesaan dan perkotaan wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota 10. Mengetahui hubungan sikap dengan status merokok siswa laki-laki SMP di perdesaan dan perkotaan wilayah Kabupaten 11. Mengetahui hubungan perilaku merokok keluarga dengan status merokok siswa laki-laki SMP di perdesaan dan perkotaan wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota 12. Mengetahui hubungan sikap dan perilaku teman sebaya dengan status merokok siswa laki-laki SMP di perdesaan dan perkotaan wilayah Kabupaten 13. Mengetahui hubungan keterpaparan iklan rokok di televisi dengan status merokok siswa laki-laki SMP di perdesaan dan perkotaan wilayah Kabupaten 14. Mengetahui hubungan keterpaparan iklan rokok di luar ruangan dengan status merokok siswa laki-laki SMP di perdesaan dan perkotaan wilayah Kabupaten

15. Mengetahui hubungan keterpaparan iklan rokok di media sosial dengan status merokok siswa laki-laki SMP di perdesaan dan perkotaan wilayah Kabupaten 16. Mengetahui faktor yang paling besar mempengaruhi status merokok siswa laki-laki SMP di perdesaan dan perkotaan wilayah Kabupaten Lima Puluh Kota 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis 1. Menambah pengetahuan dan kemampuan penulis dalam hal penelitian serta menambah wawasan tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan status merokok siswa laki-laki SMP di Kabupaten 2. Diharapkan dapat memberikan sumbangsih dan manfaat bagi ilmu pengetahuan serta berbagai aktivitas penelitian yang akan datang. 1.4.2 Manfaat Praktis 1. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai tambahan informasi dalam penyusunan rencana promosi kesehatan kesehatan masyarakat khususnya pada para remaja dalam pencegahan perilaku merokok. 2. Bagi pihak sekolah Memperoleh gambaran tentang status merokok siswa sehingga dapat dilakukan upaya-upaya pencegahan perilaku merokok dikalangan siswa.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif untuk meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan status merokok siswa laki-laki SMP di perdesaan dan perkotaan wilayah Kabupaten tahun 2016.