BAB 1 PENDAHULUAN. sistem sentralisasi ke desentralisasi menjadi salah satu wujud pemberian tanggungjawab

dokumen-dokumen yang mirip
BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAKPAK BHARAT,

P E R A T U R A N D A E R A H

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 7 TAHUN 2009 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PASURUAN,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2007 NOMOR 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG ALOKASI DANA DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG DANA BAGI HASIL PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH BAGI DESA DAN ALOKASI DANA DESA

Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Efektivitas Penyaluran Alokasi Dana Desa Di Kecamatan Teluk Pandan Kabupaten Kutai Timur

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 16 TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA SELATAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 18 TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

BUPATI PAKPAK BHARAT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG BAGI HASIL PAJAK KABUPATEN KEPADA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI,

BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI KA1?ANGASEM NOMOR52 TAHUN2014 TENTANG

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 12 TAHUN 2002 BANTUAN PEMERINTAH DAERAH KEPADA DESA BUPATI BANGKA,

BUPATI PANGANDARAN PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA

B U P A T I N G A W I PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,

PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGETAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, Undang-Undang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG BAGI HASIL PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH UNTUK DESA DI WILAYAH KABUPATEN CIAMIS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KEPALA DESA DAN PERANGKAT DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG DANA ALOKASI UMUM DESA

SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 10 TAHUN 2012

PEMERINTAH KABUPATEN KAYONG UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGANJUK,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT. Nomor 11 Tahun 2007 Seri E Nomor 11 Tahun 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 11 TAHUN 2007

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA DESA (ADD) DI KABUPATEN CIAMIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PEMERINTAH KABUPATEN PARIGI MOUTONG

BUPATI KAPUAS HULU PROVINSI KALIMANTAN BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO. PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR +ld TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK

BUPATI WONOGIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOGIRI,

BPKP PERWAKILAN SUMATERA UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN SAMPANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman,

WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dan pemerataan pembangunan di masyarakat, pemerintah telah menetapkan

11 LEMBARAN DAERAH Januari KABUPATEN LAMONGAN 4/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 04 TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA DESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I INTRODUKSI. Bab I berisi mengenai introduksi riset tentang evaluasi sistem perencanaan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SELAYAR NOMOR 18 TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SELAYAR,

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 23 TAHUN 2007

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 2 TAHUN 2006 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN KUBU RAYA

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 13 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 12 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PINRANG NOMOR : 6 TAHUN 2008

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT

I. PENDAHULUAN. Pelaksanaan Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang. dan Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKALIS NOMOR 14 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN MEKANISME PENYUSUNAN PERATURAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. penting. Otonomi daerah yang dilaksanakan akan sejalan dengan semakin

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2006 NOMOR 9 SERI E

BUPATI TAPIN PERATURAN BUPATI TAPIN NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 22 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR,

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG PENGHASILAN KEPALA DESA DAN PERANGKAT DESA DI KABUPATEN BANYUWANGI

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KEPALA DESA DAN PERANGKAT DESA

BUPATI KEPULAUAN MERANTI

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR : 4 TAHUN 2013 PERATURAN BUPATI MAJALENGKA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG RUMUSAN DAN PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA DI KABUPATEN SITUBONDO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 7 TAHUN 2008

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 3 TAHUN 2007 SERI E NOMOR 02

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

Ditetapkan di Malili pada tanggal 29 April 2015 BUPATI LUWU TIMUR, ANDI HATTA M.

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2009 NOMOR 6 SERI D

BUPATI SERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGALOKASIAN ALOKASI DANA DESA SERTA

BAB I PENDAHULUAN. 22 Tahun 1999 yang diubah dalam Undang-Undang No. 32 Tahun tentang Pemerintah Daerah dan Undang-Undang No. 25 Tahun 1999 yang

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG Nomor : 26 Tahun 2008 PEMERINTAH KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 26 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG SUMBER PENDAPATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 14 TAHUN 2018 TENTANG

I. PENDAHULUAN. hakekatnya ditujukan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI SINJAI NOMOR 29 TAHUN 2016 TENTANG PEMELIHARAAN SARANA DAN PRASARANA DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 11 TAHUN 2017

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan sistem pengelolaan keuangan di Indonesia terus menerus mengalami perubahan, termasuk didalamnya adalah pengelolaan keuangan daerah. Peralihan dari sistem sentralisasi ke desentralisasi menjadi salah satu wujud pemberian tanggungjawab oleh Pemerintah Pusat kepada Pemerintah Daerah dalam melaksanakan pemerintahannya. Paket Undang-Undang Otonomi Daerah Nomor 22 tahun 1999 yang selanjutnya direvisi dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang Undang Nomor 25 tahun 1999 yang selanjutnya direvisi dengan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah merupakan tonggak dicanangkannya otonomi daerah sebagai hasil tuntutan reformasi yang terjadi di Indonesia. Pelaksanaan sistem pemerintahan yang dijalankan oleh pemerintah daerah diharapkan dapat dilaksanakan secara tepat dan bertanggungjawab dan mencakup berbagai aspek seperti perencanaan dan pelaksanaan program kerja pemerintah, perencanaan dan realisasi keuangan pemerintah daerah, maupun aspek-aspek lainnya. Dalam penyelenggaraan aspek-aspek tersebut pemerintah juga dituntut untuk mampu menjalankan prinsip prinsip yang turut mendukung penyelenggaraan pemerintah seperti prinsip transparansi, akuntabilitas dan partisipasi serta menjalankan pemerintahannya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. Pada satu sisi, konsep otonomi dalam penyelenggaraan pemerintahan berpengaruh pula dalam penyelenggaraan anggaran daerah. Dalam menjalankan otonomi daerah,

pemerintah daerah dituntut untuk menjalankan roda pemerintahan yang efektif, efisien, dan mampu mendorong peran masyarakat dalam meningkatan pemerataan dan keadilan dengan mengembangkan seluruh potensi yang dimiliki oleh masing-masing daerah. Keberhasilan otonomi daerah tidak terlepas dari kemampuan pemerintah daerah dalam pengelolaan keuangan daerahnya. Disisi lain, daerah juga diberikan otonomi yang seluas-luasnya untuk mengurus semua penyelenggaraan pemerintah diluar kewenangan pemerintah pusat untuk membuat kebijakan daerah yang berhubungan dengan peningkatan pelayanan dan pemberdayaan masyarakat, serta otonomi yang nyata dan bertanggung jawab. Artinya, Pemerintah Daerah melaksanakan apa yang menjadi urusanya berdasarkan kewenangan yang diberikan dan karakteristik dari suatu wilayah. Sedangkan bertanggung jawab artinya pemerintah harus otonom dalam menyelengarakan tugasnya agar sejalan dengan maksud dan tujuan pemberian otonomi yaitu memajukan daerah dan meningkatkan kesejahteraan rakyat. Desentralisasi ini tidak hanya terbatas pada tingkat kabupaten kota tetapi juga desa sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia (PP 72/2005). Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Undang-undang nomor 32 tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah mengakui adanya otonomi yang dimiliki oleh desa dan kepada desa dapat diberikan penugasan ataupun pendelegasian dari pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah untuk melaksanakan urusan pemerintah tertentu.

Dalam Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, posisi pemerintah desa menjadi semakin kuat, karena tidak lagi diatur dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, tetapi diatur dengan Undang-Undang tersendiri. Kehadiran undang-undang tentang desa tersebut pada satu sisi merupakan penguasaan status desa sebagai pemerintahan masyarakat, sekaligus juga menjadikan desa sebagai basis untuk memajukan masyarakat dan pemberdayaan masyarakat desa. Dengan ini desa dianggap sebagai basis pembangunan sekaligus penerapan dari pembangunan yang mencirikan bottom-up. Dimana semua rencana dan realisasi pembangunan harus bertumpu pada aspirasi masyarakat. Dalam kondisi ini, masyarakat desalah yang menjadi sasaran dalam setiap program pemberdayaan masyarakat. Tujuannya adalah memberikan kemandirian atau daya kapada masyarakat desa agar dapat mengurus dirinya sendiri. Pemerintah hanya bertindak sebagai fasilitator dan motivator. Terdorong dengan adanya pengalaman bahwa sebagian besar masyarakat desa masih hidup di bawah garis kemiskinan dan ketidakberdayaan, sehingga membutuhkan pertolongan sejak dini untuk mengubah keadaan tersebut. Banyak faktor yang meyebabkan masyarakat terpuruk dan terpaksa harus hidup dalam standar kualitas hidup yang rendah dan serba kekurangan. Bertolak dari rasa keprihatinan tersebut, berbagai program pun bermunculan baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Yang mana program tersebut terdiri dari : a) pemberian Alokasi Dana Desa (ADD); b) alokasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (Dana Desa); c) Bantuan keuangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Provinsi dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Kabupaten/Kota.

Yang menjadi fokus penulis pada program pemberdayaan itu adalah pemberian Alokasi Dana Desa (ADD). Alokasi Dana Desa adalah dana yang dialokasikan oleh pemerintah kabupaten/kota untuk desa. Alokasi Dana Desa ini merupakan wujud dari pemenuhan hak desa untuk menyelenggarakan Otonomi Desa agar tumbuh dan berkembang mengikuti pertumbuhan dari Desa itu sendiri berdasarkan keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokrasi dan pemberdayaan mayarakat. Sumber Alokasi Dana Desa tesebut berasal dari :1) Bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima Pemerintah Daerah; 2) Bagian dari Penerimaan Pajak Daerah; 3) Bagian dari penerimaan retribusi daerah tertentu. Untuk besaran persentase sumber Alokasi Dana Desa sebagaimana dimaksud di atas adalah sebagai berikut : 1) Bagian dari Dana Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah dialokasikan 10% setelah dikurangi Belanja Pegawai; 2) Bagian dari Penerimaan Pajak Daerah dialokasikan sebesar 10%; 3) Bagian dari Penerimaan Retribusi Daerah tertentu dialokasikan sebesar 10%. Pembagian ADD per desa ditentukan dengan pembagian sebagai berikut : 1) 30 % (tiga puluh persen) untuk biaya operasional dan kesejahteraan aparatur Pemerintahan Desa; 2) 70 % (tujuh puluh persen) untuk Pemberdayaan Masyarakat. Desa Oesao yang terletak di Kecamatan Kupang Timur Kabupaten Kupang merupakan salah satu desa yang mendapat bantuan Alokasi Dana Desa (ADD) yang dialokasikan sejak tahun 2013 dari Pemerintah Kabupaten Kupang. Bantuan Alokasi Dana Desa (ADD) dari Pemerintah Kabupaten Kupang merupakan wujud dari pemenuhan hak desa untuk menyelenggarakan otonomi desa agar tumbuh dan berkembang mengikuti pertumbuhan dari desa itu sendiri berdasarkan keanekaragaman, partisipasi, otonomi asli, demokrasi dan pemberdayaan masyarakat.

No Pengelolaan Alokasi Dana Desa merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengelolaan keuangan desa di Desa Oesao dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa. Penentuan kegiatan-kegiatan yang sumber dananya dari Alokasi Dana Desa merupakan hasil musyawarah antara Pemerintah Desa Oesao, Badan Permusyawaratan Desa dan masyarakat desa. Berikut adalah data hasil pra penelitian dari Desa Oesao Kecamatan Kupang Timur Kabupaten Kupang: Tahun Tabel 1.1 Total Alokasi Dana Desa (ADD) Pada Desa Oesao Kecamatan Kupang Timur Kabupaten Kupang Tahun Anggaran 2013-2015 Alokasi Dana Desa (ADD) ADD untuk Realisasi Pemberdayaan Masyarakat ADD untuk Operasional Persentase (Rp) (Rp) (Rp) % 1 2013 46.000.000 32.200.000 13.800.000 100 2 2014 46.000.000 32.200.000 13.800.000 100 3 2015 98.883.846-97.208.846 98,31 Sumber Data : Kantor Desa Oesao Kecamatan Kupang Timur Kabupaten Kupang Berdasarkan data pada tabel tersebut diatas dapat dilihat bahwa Alokasi Dana Desa (ADD) tahun anggaran 2013 untuk Pemberdayaan Masyarakat di desa Oesao adalah sebesar Rp 32.200.000, sedangkan Operasional Pemerintah desa sebesar Rp 13.800.000, di tahun anggaran 2014 Alokasi Dana Desa (ADD) untuk Pemberdayaan Masyarakat juga sebesar Rp 32.200.000, sedangkan Operasional Pemerintah desa sebesar Rp 13.800.000, tahun anggaran 2015 Alokasi Dana Desa ini hanya dianggarkan untuk Operasional

Pemerintah desa dengan jumlah anggaran sebesar Rp 98.883.846 dan yang terealisasi sebesar Rp 97.208.846. Hal ini dikarenakan, pada tahun 2015 desa Oesao mendapat bantuan dana dari pemerintah pusat (dana desa) yang juga dianggarkan untuk Pemberdayaan Masyarakat desa. Maka dari itu, Alokasi Dana Desa (ADD) untuk tahun anggaran 2015 di desa Oesao hanya dianggarkan untuk Operasional Pemerintahan berdasarkan Peraturan Bupati Kupang Nomor 6 Tahun 2015. Tujuan dari adanya program tersebut yaitu untuk mendorong dan membangkitkan kemampuan masyarakat. Arah pemberdayaan masyarakat desa yang paling efektif dan lebih cepat untuk mencapai tujuan adalah dengan melibatkan masyarakat dan unsur pemerintahan. Pihak pemerintah harus mempunyai kebijakan pembangunan yang lebih reaktif memberikan prioritas kebutuhan masyarakat desa dalam alokasi anggaran sehingga mereka mampu untuk memanfaatkan potensi yang dimiliki daerah masing-masing. Dari latar belakang tersebut di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih jauh dengan judul: Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) dalam Meningkatkan Pemberdayaan Masyarakat Desa (Studi Kasus Pada Desa Oesao Kecamatan Kupang Timur Kabupaten Kupang). 1.2 Rumusan Masalah Bagaimana Pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) dalam Meningkatkan Pemberdayaan Masyarakat di Desa Oesao Kecamatan Kupang Timur Kabupaten Kupang?. 1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yakni untuk mengetahui pengelolaan Alokasi Dana Desa (ADD) dalam Meningkatkan Pemberdayaan Masyarakat di Desa Oesao Kecamatan Kupang Timur Kabupaten Kupang. 1.4 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi Pemerintah Desa Oesao, hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan dan juga informasi dalam melaksanakaan pengelolaan Alokasi Dana Desa. Bagi peneliti selanjutnya, diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi dan bahan perbandingan bagi penelitian selanjutnya, khususnya yang berhubungan dengan Alokasi Dana Desa (ADD).