peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya disekitar hutan dan juga penciptaan model pelestarian hutan yang efektif.

dokumen-dokumen yang mirip
PANDUAN. Pengajuan Perhutanan Sosial

PROSES PENGAJUAN PERHUTANAN SOSIAL

PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 TENTANG PERHUTANAN SOSIAL

PERHUTANAN SOSIAL SEBAGAI SALAH SATU INSTRUMEN PENYELESAIAN KONFLIK KAWASAN HUTAN

: Ketentuan Umum : Pemberian & Permohonan Hak atau Izin & Pelaksanaan Kemitraan Kehutanan Bab III : Pemanfaatan Areal PS Bab IV : Jangka Waktu dan

Skema Gambaran Umum Pengembangan Hutan Kemasyarakatan dan Hutan Desa Menurut Peraturan Menteri Beserta Perbandingan Terhadap Perubahan-Perubahannya

PROYEKSI PERKEMBANGAN PERHUTANAN SOSIAL DI SUMATERA SELATAN

Asep Yunan Firdaus. PROGRAM PENELITIAN PADA Hutan, Pohon dan Wanatani. S A F i R L A W O F F I C E S

Hutan Desa Oleh: Arief Tajalli dan Dwi P. Lestari. Serial: BADAN USAHA MILIK DESA (BUM Desa)

HUTAN KEMASYARAKATAN (HKm) Oleh Agus Budhi Prasetyo

PROGRAM PERHUTANAN SOSIAL DAN KEMITRAAN LINGKUNGAN

BRIEF Volume 11 No. 04 Tahun 2017

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Policy Brief. Skema Pendanaan Perhutanan Sosial FORUM INDONESIA UNTUK TRANSPARANSI ANGGARAN PROVINSI RIAU. Fitra Riau

Mengintip Peraturan tentang Perhutanan Sosial, Dimana Peran Penyuluh Kehutanan? oleh : Endang Dwi Hastuti*

KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL BINA USAHA KEHUTANAN KEBIJAKAN PEMBANGUNAN HUTAN TANAMAN RAKYAT

Halaman Judul Report Sub Kegiatan A Conduct a workshop on public consultation on the policy brief on model development of Sustainable Management

LUAS KAWASAN (ha)

SERBA SERBI HUTAN DESA (HD)

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Oleh : Ketua Tim GNPSDA. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Pontianak, 9 September 2015

PERSIAPAN DUKUNGAN BAHAN BAKU INDUSTRI BERBASIS KEHUTANAN. Oleh : Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan Kementerian Kehutanan

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR : 11 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN VERIFIKASI PERMOHONAN HAK PENGELOLAAN HUTAN DESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

TENTANG HUTAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN,

Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN

2011, No Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.49/Menhut-II/2008 tentang Hutan Desa; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tah

SUMATERA BARAT, SEBAGAI JANTUNG SUMATERA UNTUK PERLINDUNGAN HUTAN MELALUI SKEMA HUTAN NAGARI DAN HKM, DAN KAITANNYA DENGAN SKEMA PENDANAAN KARBON

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.39/Menhut-II/2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SETEMPAT MELALUI KEMITRAAN KEHUTANAN

BAB I PENDAHULUAN. Sejak akhir tahun 1970-an, Indonesia mengandalkan hutan sebagai penopang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.44/Menhut-II/2014 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN UNIT PERCONTOHAN PENYULUHAN KEHUTANAN

Tentang Hutan Kemasyarakatan. MEMUTUSKAN PEDOMAN PENGARUSUTAMAAN KEMISKINAN DALAM PELAKSANAAN HUTAN KEMASYARAKATAN BAB I KETENTUAN UMUM.

I. PENDAHULUAN. dasar bagi pembangunan nasional yang dipergunakan untuk meningkatkan

KRITERIA CALON AREAL IUPHHK-RE DALAM HUTAN PRODUKSI

Kondisi Hutan (Deforestasi) di Indonesia dan Peran KPH dalam penurunan emisi dari perubahan lahan hutan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

Oleh : Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

BRIEF Volume 11 No. 08 Tahun 2017

WG-Tenure. Laporan Evaluasi dan Pendalaman Hasil Assesment Land Tenure KPHP Seruyan Unit XXI Kalimantan Tengah Seruyan Februari 2014

2017, No kelestarian keanekaragaman hayati, pengaturan air, sebagai penyimpan cadangan karbon, penghasil oksigen tetap terjaga; c. bahwa revisi

Kebijakan Bioenergi, Lingkungan Hidup dan Kehutanan

BAB I PENDAHULUAN. memperbaiki berbagai aspek kehidupan masyarakat. Sebagai proses perubahan

PERCEPATAN INVESTASI PERTANIAN DAN EVALUASI PERKEMBANGANNYA. Oleh Dr. Agus Justianto

PENDAHULUAN Latar Belakang

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH KABUPATEN BULUKUMBA

2011, No c. bahwa dalam rangka menjamin kepastian terhadap calon pemegang izin pada areal kerja hutan kemasyarakatan yang ditetapkan oleh Menter

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.23/Menhut-II/2007 TENTANG

2014, No menetapkan Peraturan Menteri Kehutanan tentang Tata Cara Penetapan Peta Indikatif Arahan Pemanfaatan Kawasan Hutan Produksi Yang Tidak

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.59/Menhut-II/2011 TENTANG HUTAN TANAMAN HASIL REHABILITASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA. KEMEN-LHK. Dana Bergulir. Rehabilitasi. Hutan. Lahan. Penyaluran. Pengembalian. Pencabutan.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 7/Menhut-II/2011 TENTANG PELAYANAN INFORMASI PUBLIK DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN

I. PENDAHULUAN A. Urgensi Rencana Makro Pemantapan Kawasan Hutan.

BAB I PENDAHULUAN. itu merupakan suatu anugrah dari Tuhan Yang Maha Esa. Menurut UU RI No.

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 23/Menhut-II/2007

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KEHUTANAN TINGKAT KABUPATEN/KOTA

Apakah ikan bisa memanjat?

Oleh Deddy Permana / Yayasan Wahana Bumi Hijau Sumatera selatan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dilakukan secara tradisional untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

PEMERINTAH KABUPATEN KOTABARU

BAB I PENDAHULUAN. (Firdaus, 2012). Pembentukan wilayah pengelolaan hutan dilakukan pada

I. PENDAHULUAN. hutan dan hasil hutan dengan tujuan untuk memperoleh manfaat sebesar-besarnya

BAB I PENDAHULUAN. bawah tanah. Definisi hutan menurut Undang-Undang No 41 Tahun 1999 tentang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

VISI, MISI & SASARAN STRATEGIS

DUKUNGAN KEMENTERIAN UNTUK PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR KEMENTERIAN

2 Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419); 2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hi

BAB I PENDAHULUAN tentang Kehutanan, hutan merupakan suatu kesatuan ekosistem berupa

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS. NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.128, 2009 DEPARTEMEN KEHUTANAN. Tata Cara. Perizinan. Karbon. Hutan Lindung. Produksi. Pemanfaatan.

SUPLEMEN, RENCANA KERJA 2015 (REVISI) : PENYIAPAN LANDASAN PENCAPAIAN SASARAN PEMBANGUNAN KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

PENATAAN KORIDOR RIMBA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I. PENDAHULUAN. dalam lingkup daerah, nasional maupun internasional. Hutan Indonesia

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.36/Menhut-II/2012

Penetapan Lokasi IUPHHK-RE di Tengah Arus Perubahan Kebijakan Perizinan. Hariadi Kartodihardjo 27 Maret 2014

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 37/Menhut-II/2007 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN MENTERI KEHUTANAN,

I. PENDAHULUAN. ekonomi. Manfaat hutan tersebut diperoleh apabila hutan terjamin eksistensinya

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

GRAFIK LUAS KAWASAN HUTAN INDONESIA

Halaman Judul Report Sub Kegiatan A Analysis and development a comprehensive database for use by the line authorities and local communities. DIS

I. INVESTOR SWASTA. BISNIS: Adalah Semua Aktifitas Dan Usaha Untuk Mencari Keuntungan Dengan

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 98/Permentan/OT.140/9/2013 TENTANG PEDOMAN PERIZINAN USAHA PERKEBUNAN

KEBIJAKAN PELEPASAN KAWASAN HUTAN PRODUKSI YANG DAPAT DIKONVERSI UNTUK PEMBANGUNAN DILUAR KEGIATAN KEHUTANAN

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN Nomor : P. 37/Menhut-II/2007 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN MENTERI KEHUTANAN,

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja dan memberikan kesempatan membuka peluang berusaha hingga

Judul. Rehablitasi Lahan Dan Hutan Melalui Pengembangan Hkm Untuk Peningkatan Daya Dukung DAS Moyo Kabupaten Sumbawa Lembaga Olah Hidup (Loh)

Gerakan Nasional Penyelamatan Sumberdaya Alam Indonesia Sektor Kehutanan dan Perkebunan

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik I

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG TATA HUTAN DAN PENYUSUNAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN, SERTA PEMANFAATAN HUTAN

this file is downloaded from

2 kenyataannya masih ada, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria; c. bahwa ha

KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN & KELEMBAGAAN KEHUTANAN DAERAH

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.88/Menhut-II/2014 TENTANG HUTAN KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

Oleh: Luluk Nurul Jannah Staf P3E Kalimantan P engelolaan hutan selama lima dekade di Indonesia telah mengakibatkan tingkat penggudulan hutan yang tinggi dan konflik sosial antara komunitas, pemerintah, dan pelaku bisnis. Industri kehutanan yang ekstraktif dan pencurian kayu illegal yang berlangsung di akhir 1990-an telah mengurangi luas hutan Indonesia. Banyak penduduk di Indonesia khususnya yang tinggal di pedesaan yang menggantungkan hidupnya dari sumber daya hutan. Banyak komunitas lokal di lingkungan kawasan hutan tersebut yang tidak memiliki akses legal terhadap sumber daya hutan yang ada disekitar mereka. Diperlukan komitmen kebijakan yang kuat, pendekatan yang komprehensif dan berkesinambungan untuk melestarikan hutan, membantu mengatasi degradasi lahan, mempertahankan kekayaan keanekaragaman hayati, dan menjawab persoalan kemiskinan di dalam dan sekitar hutan. Saat ini pemerintah memiliki dua agenda besar yang menjadi sorotan utama terkait dengan pengelolaan hutan, yakni peningkatan kesejahteraan masyarakat khususnya disekitar hutan dan juga penciptaan model pelestarian hutan yang efektif. Pemerintah telah menyiapkan sebuah program yang memastikan bahwa sarana pengentasan kemiskinan masyarakat khususnya disekitar hutan dapat dilakukan dengan model yang menciptakan keharmonisan antara peningkatan kesejahteraan dengan setaraan dan pelestarian lingkungan. Program ini adalah Perhutanan Soaial. Perhutanan sosial tersebut merupakan komitmen Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) yang tercantum dalam RPJMN 2015-2019, dan sebagai upaya mendukung Nawacita yaitu mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik. Program Perhutanan Sosial sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No. 83 Tahun 2016 tentang Perhutanan Sosial menegaskan

bahwa Perhutanan Sosial merupakan Sistem pengelolaan hutan lestari yang dilakukan dalam kawasan hutan negara atau hutan hak/hutan adat yang dilaksanakan oleh masyarakat setempat atau masyarakat hukum adat sebagai pelaku utama untuk meningkatkan kesejahteraannya, keseimbangan lingkungan dan dinamika sosial budaya dalam bentuk 1) Hutan Desa, 2) Hutan Kemasyarakatan, 3) Hutan Tanaman Rakyat, 4) Hutan Rakyat, 5) Hutan Adat dan Kemitraan Kehutanan. Ada beberapa hal yang ingin dicapai pemerintah melalui program ini, yaitu menciptakan dan mempercepat pemerataan akses dan distribusi aset sumberdaya hutan; menyelesaikan konflik tenurial di kawasan hutan; dan mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang tinggal di dalam dan di sekitar kawasan hutan. Hak untuk pengelolaan hutan dapat diajukan oleh masyarakat di atas area yang diidentifikasi dalam Peta Indikatif Akses Kelola Hutan Sosial. Pemerintah sendiri telah mentargetkan alokasi perhutanan sosial seluas 12,7 juta Ha area hutan. Adapun persyaratan umum pengajuan adalah: 1. Mempunyai kelompok masyarakat dan daftar anggota, koperasi, badan usaha milik desa, lembaga desa, lembaga adat. 2. Gambaran umum wilayah: keadaan fisisk, sosial ekonomi, dan potensi kawasan. 3. Peta usulan lokasi minimal skala 1:50.000 berupa dokumen tertulis dan salinan elektronik dalam bentuk shape file.

Tahapan dalam Perhutanan Sosial

Kategori Perhutanan Sosial dan Statusnya No. Kategori Lokasi Bentuk Hak/Izin 1. Hutan Adat (HA) 2. Hutan Desa (HD) 3. Hutan Kemasyara katan (HKm) 4 Hutan Tanaman Rakyat (HTR) 5. Kemitraan Kehutanan Wilayah Adat, diluar Hutan Negara Hutan Adat/Hutan Hak Pemohon Masyarakat Adat HP dan HL HPHD Koperasi Desa/ BUMDes HP dan HL IUPHKm Kelompok Masyarakat/ Koperasi HP IUPHHK-HTR Perseorangan /Kelompok/ Koperasi HP, HL, HK Kesepakatan Naskah Kesepakatan Kerjasama (NKK) antara Pengelola/Pe megang Izin dengan Kelompok Masyarakat/K operasi Pemberi Hak/ Izin Menteri LHK Menteri LHK/ Gubernur Menteri LHK/ Gubernur Menteri LHK/Gubernur Menteri LHK/Gubernur/ Koperasi Status dan Jangka Waktu Hak Menguasai/ Hak Milik 35 tahun dan dapat diperpanjang Program Perhutanan Sosial merupakan bagian dari pembangunan desa yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa dan kualitas hidup manusia, serta penanggulangan kemiskinan melalui pemenuhan kebutuhan dasar, pembangunan sarana dan prasarana desa, pengembangan potensi ekonomi lokal, serta pemanfaatan sumber daya alam dan lingkungan secara berkelanjutan. Tujuan lain dari perhutanan sosial adalah untuk membangun perhutanan sosial menjadi salah satu andalan usaha rakyat, sehingga menambah jenis usaha dan pendapatan; meningkatkan teknologi dan manajemen organisasi masyarakat lokal dalam melakukan perhutanan sosial; meningkatkan kesejahteraan masyarakat disekitar hutan, dan mencoba meningkatkan

ekonomi disekitar hutan; melestarikan hutan tanpa adanya tekanan dan menjaga hutan dengan iming-iming sama-sama untung baik masyarakat maupun hutan yang dijaga; adanya tingkatan sediaan sumber daya kehutanan bagi pengembangan sektor hutan yang semakin luas. Hal ini terbentuk dari keberhasilan upaya pemberdayaan masyarakat sekitar; bersama memerangi pembalakan liar atau pemanfaatan hutan untuk pribadi, sehingga masyarakat sekitar dapat melakukan hal tersebut dan berharap pemabalakan liar hutan akan berkurang, mengingat hutan di Indonesia semakin berkurang. Sasaran dari program perhutanan sosial adalah untuk masyarakat yang bermukim di sekitar hutan dan tergantung pada pemanfaatan sumber daya hutan dan kelestarian hutan, masyarakat yang berlahan sempit atau tidak memiliki lahan serta masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan. Hutan Adat Hutan Adat adalah hutan yang berada di wilayah masyarakat hukum adat (Pasal 1 angka 6 Permenlhk No. P. 32 Tahun 2015 tentang Hutan Hak). Kawasan hutan negara yang berada di dalam wilayah masyarakat hukum adat ditetapkan pemerintah sebagai Hutan Adat setelah keberadaan masyarakat hukum adat mendapat pengakuan melalui Peraturan Daerah (Pasal 67 Ayat 2 UU No. 41 Tahun 1999). Syarat Pengajuan Hutan Adat : 1. Adanya Perda yang menyebut Masyarakat Hukum Adat (MHA) yang bersangkutan atau Perda tentang pengakuan MHA; 2. Adanya peta wilayah adat (lampiran Perda atau ditetapkan SK Bupati dengan menyebut MHA bersangkutan); 3. Profil MHA (nama, pimpinan, sejarah, hukum adat, sosial, ekonomi dan budaya); 4. Surat permohonan kepada Menteri LHK yang ditandatangani pimpinan MHA. Hutan Desa Hutan Desa adalah hutan negara yang berada di dalam wilayah suatu desa, dimanfaatkan oleh desa, untuk kesejahteraan masayarakat desa tersebut (Penjelasan Pasal 5 Paragraf 3 UU No. 41 Tahun 1999 Tentang Kehutanan). Hutan

Desa adalah hutan negara yang belum dibebani izin atau hak yang dikelola oleh desa dan untuk kesejahteraan masyarakat desa (Pasal 1 Angka 24 PP No. 6 Tahun 2007 Tentang Tata Hutan, Rencana Pengelolaan Hutan dan pemanfaatan Hutan). Syarat pengajuan : 1. Adanya Perdes tentang Lembaga Pengelola Hutan Desa (LPHD); 2. SK Kades tentang susunan pengurus LPHD; 3. Gambaran umum wilayah (fisik, sosial ekonomi dan potensi kawasan); 4. Peta usulan skala 1:50.000; 5. Surat permohonan kepada Menteri LHK ditandatangani Ketua LPHD dengan diketahui Kepala Desa. Hutan Kemasyarakatan Hutan Kemasyarakatan adalah hutan negara yang pemanfaatan utamanya ditujukan untuk memberdayakan masyarakat (Penjelasan Pasal 5 Paragraf 4 UU No. 41 Tahun 1999 Tentang kehutanan dan Pasal 1 Angka 23 PP No. 6 Tahun 2007 Tentang Tata Hutan, Rencana Pengelolaan Hutan dan Pemanfaatan Hutan). Hutan Kemasyarakatan adalah hutan negara baik Hutan Lindung maupun Hutan Produksi yang belum dibebani izin dan pemanfaatan utamanya ditujukan untuk pemberdayaan masyarakat. Syarat pengajuan : 1. Daftar nama-nama pemohon dilampiri fotocopy KTP/NIK (Nomor Induk Kependudukan) dengan diketahui Kades/Lurah; 2. Gambaran umum wilayah (fisik, sosial ekonomi dan potensi kawasan); 3. Peta usulan skala 1:50.000 Hutan Tanaman Rakyat Hutan Tanaman Rakyat (HTR) adalah tanaman pada Hutan Produksi yang dibangun oleh kelompok masyarakat untuk meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur dalam rangka menjamin kelestarian sumber daya hutan (Pasal 1 Angka 19 PP No. 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan, Rencana Pengelolaan Hutan dan Pemanfaatan Hutan dan Pasal 1 Angka 4 PermenLHK No. P. 83 Tahun 2016 Tentang Perhutanan Sosial. Syarat pengajuan : 1. Surat permohonan kepada Menteri LHK ditandatangani oleh Ketua Kelompok Tani atau Ketua Gabungan Kelompok Tani atau Ketua Koperasi; 2. Daftar nama anggota Kelompok Tani/Gabungan Kelompok Tani/Koperasi berikut fotocopyktp/nik, Kartu

Keluarga atau surat keterangan kepala desa/lurah; 3. Gambaran umum wilayah (fisik, sosial ekonomi dan potensi kawasan; 4. Peta usulan skala 1:50.000. Kemitraan Kehutanan Kemitraan Kehutanan merupakan kerjasama pemanfataan kawasan hutan antara masyarakat dengan pengelola hutan (KPH, Perhutani) atau pemegang izin pemanfaatan hutan (HPH, HTI). Kemitraan merupakan kewajiban bagi pengelola hutan dan pemegang izin pemanfaatan sesuai dengan Pasal 72 PP No. 6 Tahun 2007 Tentang Tata Hutan, rencana Pengelolaan Hutan dan Pemanfaatan Hutan. Syarat Pengajuan: 1. Pengelola atau pemegang izin mengajukan permohonan untuk melakukan kemitraan dengan masyarakat kepada Menteri dengan tembusan kepada Dirjen PSKL dan Gubernur; 2. Masyarakat calon mitra mengajukan usulan untuk bermitra kepada pengelola atau pemegang izin dengan tembusan kepada Dirjen PSKL; 3. Permohonan pengelola atau pemegang izin dan usulan masyarakat calon mitra melampirkan : a. Jumlah kepala keluarga yang ikut bermitra; b. KTP atau NIK atau surat keterangan tempat tinggal dari Kepala Desa Setempat; c. Luas garapan. Melalui Perhutanan Sosial, masyarakat dapat memiliki akses kelola hutan dan lahan yang setara dan seluas-luasnya. Dan dengan bentuk pemanfaatan hasil hutan yang sesuai prinsip kelestarian yang ramah lingkungan maka tujuan konservasi lingkungan dapat sejalan dengan upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. Tambahan manfaat lainnya adalah pelibatan masyarakat setempat sebagai pihak utama dan terdekat yang menjaga kelestarian hutan.