BAB I PENDAHULUAN. Dalam konteks desentralisasi ekonomi maka setiap daerah harus kreatif,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia seutuhnya dan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dapat dijadikan menjadi sebuah produk unggulan daerah.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. industri lagi, tetapi mereka harus lebih mengandalkan SDM yang kreatif.

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam. secara langsung maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Selama krisis, usaha di sektor pertanian menunjukkan kinerjanya sebagai

I. PENDAHULUAN. daerah, masalah pertumbuhan ekonomi masih menjadi perhatian yang penting. Hal ini

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi yang dilakukan oleh negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara agraris yang terletak di daerah tropis dengan luas

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan usaha yang meliputi perubahan pada berbagai aspek

I. PENDAHULUAN. Distribusi Persentase PDRB Kota Bogor Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu hal yang cukup penting dalam mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. informasi (e-commerce), dan akhirnya ke ekonomi kreatif (creative economy).

otonomi daerah sebagaimana telah diatur dalam Undang-Undang RI Nomor 32 Tahun 2004 memberikan peluang bagi Pemerintah Daerah selaku pengelola

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Master Plan

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. 4.1 Kesimpulan. 1. Sektor yang memiliki keterkaitan ke belakang (backward linkage) tertinggi

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Otonomi daerah adalah hak dan wewenang daerah untuk mengatur dan

BAB I PENDAHULUAN. opportunity cost. Perbedaan opportunity cost suatu produk antara suatu negara

BAB I PENDAHULUAN. kerja yang baru, jumlah unit usaha bordir yang tercatat selama tahun 2015 adalah

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Milly Puspasari, 2014 Analisis Deskriptif Usaha Batu Alam Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan global. Tidak hanya dengan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan dan Pertumbuhan UMKM (Usaha Mikro Kecil dan Menengah) merupakan salah satu motor pengerak yang sangat

I. PENDAHULUAN. untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan suatu bangsa. Dalam upaya

I. PENDAHULUAN. terjadinya krisis moneter, yaitu tahun 1996, sumbangan industri non-migas

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi perekonomian suatu negara sangat menentukan tingkat. kesejahteraan masyarakat suatu negara, yang berarti bahwa suatu negara

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

2015 ANALISIS EFISIENSI PENGGUNAAN FAKTOR PRODUKSI PADA INDUSTRI KREATIF SUBSEKTOR KERAJINAN KERAMIK

BAB I PENDAHULUAN. mampu mengelola alam bagi peningkatan kesejahteraannya. Pembangunan

Ringkasan. Kebijakan Pembangunan Industri Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Undang Dasar Untuk mewujudkan cita cita tersebut diatas satu sasaran

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang UMKM merupakan unit usaha yang sedang berkembang di Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. makmur. Untuk mencapai masyarakat Indonesia yang adil dan makmur secara material dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bagi perekonomian di Indonesia. Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UKM)

RANTAI NILAI DALAM AKTIVITAS PRODUKSI KLASTER INDUSTRI GENTENG KABUPATEN GROBOGAN JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. efektif melalui perencanaan yang komprehensif (Miraza, 2005).

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Jika kita pelajari sejarah perekonomian Indonesia sejak masa awal Orde

BAB I PENDAHULUAN. Pemberlakuan otonomi daerah pada dasarnya menuntut Pemerintah Daerah untuk

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. sektor, total permintaan Provinsi Jambi pada tahun 2007 adalah sebesar Rp 61,85

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Jangka Panjang tahun merupakan kelanjutan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kota ataupun kabupaten untuk berlomba-lomba mengembangkan daerahnya di

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki

ANDRI HELMI M, SE., MM. SISTEM EKONOMI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Gambar 1. Kecenderungan Total Volume Ekspor Hasil hutan Kayu

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Otonomi Daerah telah ditindaklanjuti dengan ditetapkannya Undang-undang

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

VI. RANCANGAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PENGEMBANGAN PETERNAKAN

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL GULA KELAPA DAN AREN

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah. Perekonomian suatu Negara sangat ditunjang oleh berkembangnya usaha

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki sumber daya alam yang

PENDAHULUAN. unik yang berbeda dengan komoditi strategis lain seperti beras. Di satu sisi gula

Boks 1. Dampak Pembangunan Industri Hilir Kelapa Sawit di Provinsi Riau : Preliminary Study IRIO Model

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) telah mendapat perhatian yang relative cukup besar dari pemerintah,

KLASIFIKASI IKM (INDUSTRI KECIL DAN MENENGAH) MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB DI KOTA GORONTALO

I. PENDAHULUAN. (agribisnis) terdiri dari kelompok kegiatan usahatani pertanian yang disebut

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor

I. PENDAHULUAN. pembentukan Gross National Product (GNP) maupun Produk Domestik Regional

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dan persaingan pada dunia bisnis di era globalisasi ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) menjadi hal yang sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sektor industri yang dipandang strategis adalah industri manufaktur.

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk membangun

6. URUSAN PERINDUSTRIAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Usaha Kecil dan Menengah (UKM) mempunyai peran yang strategis

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sarana pembangunan, transportasi dan komunikasi, komposisi industri, teknologi,

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penelitian ini dikembangkan untuk mengetahui interaksi antar stakeholder dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan sekarang berada pada satu zaman dengan kecepatan yang sangat tinggi,

DAMPAK INDUSTRI TERHADAP PERKONOMIAN DAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bukan lagi terbatas pada aspek perdagangan dan keuangan, tetapi meluas keaspek

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sektor industri merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang berperan

TINJAUAN PUSTAKA. daerahnya masing-masing. Oleh karena itu tiap daerah sudah lebih bebas dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan berkelanjutan menjadi isu penting dalam menanggapi proses. yang strategis baik secara ekonomi maupun sosial politis.

TPL 106 GEOLOGI PEMUKIMAN

Peranan Sektor Agroindustri Dalam Pembangunan Nasional Oleh: Iis Turniasih *), Nia Kania Dewi **)

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi daerah berorientasi pada proses. Suatu proses yang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dikatakan berhasil dalam strategi pengembangan pembangunan jika laju

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. industrialisasi dan pembangunan industri sebenarnya merupakan satu jalur

GUBERNUR SULAWESI TENGAH

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam konteks desentralisasi ekonomi maka setiap daerah harus kreatif, artinya mampu mengembangkan ekonomi daerahnya dan memberikan iklim yang kondusif untuk pengembangan usaha, terutama Usaha Kecil dan Menengah. Proses kreatif ini pada akhirnya akan memunculkan komoditas unggulan yang berbasis pada ekonomi lokal dan mampu bersaing di pasar domestik maupun skala ekspor. Keberadaan UKMK sebagai tulang punggung perekonomian kota menjadi perhatian khusus, dalam mewujudkan percepatan pembangunan daerah dengan meningkatkan pertumbuhan ekonomi melalui pengembangan usaha kecil, menengah dan koperasi, untuk kemajuan dan kemakmuran yang berkeadilan bagi seluruh masyarakat Kabupaten Deli Serdang. Di tingkat daerah, khususnya Kabupaten Deli Serdang, kita dapat melihat bahwa secara umum pertumbuhan perekonomian Kabupaten Deli Serdang tidak terlepas dari kontribusi UKM. Hal ini dapat dilihat dari jumlah pertumbuhan UKM yang ada di Kabupaten Deli Serdang cukup pesat pada unit usaha baik yang bergerak di sektor industri maupun yang bergerak di sektor perdagangan.

Tabel 1. Pertumbuhan Usaha Kecil Kabupaten Deli Serdang T.A. 2007 s/d 2009 A. Usaha Kecil No Variabel Satuan 2007 2008 2009 1 Jumlah usaha kecil Unit 13.244 13.527 13.751 2 Tenaga kerja Orang 57.391 158.627 159.023 3 Modal Rp. Juta 637.235.425 646.492.588 654.206.890 4 Volume usaha Rp. Juta 895.345.350 975.727.675 1.056.110.000 5 Aset Rp. Juta 723.455.200 737.155.178 750,855.16 Sumber : Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Deli Serdang Tabel 2. Pertumbuhan Usaha Menengah Kabupaten Deli Serdang T.A. 2007 s/d 2009 B. Usaha Menengah No Variabel Satuan 2007 2008 2009 1 Jumlah usaha kecil Unit 673 684 691 2 Tenaga kerja Orang 97.501 98.033 98.473 3 Modal Rp. Juta 543.250.125 545.413.864 547.216.946 4 Volume usaha Rp. Juta 367.508.415 400.971.897 428.858.127 5 Aset Rp. Juta 473.127.510 509.392.737 539.613.750 Sumber : Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Kabupaten Deli Serdang

Dari data tersebut di atas terlihat sebuah gambaran potensial menyangkut prospek pengembangan UKM sebagai salah satu motor penggerak perekonomian lokal. Hal ini dapat dilihat dari trend peningkatan angka tenaga kerja yang terserap, akumulasi modal yang meningkat serta pertumbuhan volume dan aset usaha setiap tahunnya. Pengembangan ekonomi lokal adalah merupakan suatu konsep pengembangan ekonomi yang mendasarkan pada pendayagunaan sumberdaya manusia, sumberdaya alam dan sumberdaya kelembagaan lokal yang ada pada suatu masyarakat, oleh masyarakat itu sendiri melalui pemerintah lokal maupun kelembagaan berbasis masyarakat yang ada. Pengembangan ekonomi lokal dilakukan oleh para stakeholder (pemerintah lokal, swasta dan masyarakat lokal) dan menitikberatkan pada peningkatan daya saing, pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, serta penciptaan lapangan kerja yang dirancang dan dilaksanakan secara spesifik untuk setiap komoditas atau wilayah, serta peran aktif atau insiatif dari para stakeholder. Pembangunan ekonomi local mestinya berbasis potensi lokal daerah. Skala prioritas unggulan daerah harus ditetapkan baik secara sektoral maupun skala lebih kecil yaitu jenis produk. Hal ini untuk lebih mengarahkan dalam memberi dukungan pencapaian peningkatan dalam memberikan dukungan perencanaan pembangunan, alokasi sumberdaya, tata ruang wilayah dan lainnya. Termasuk juga cara memasarkan

produk sektor tersebut sehingga dapat diketahui dan menarik minat para investor dalam pengembangannya. Perlu untuk disadari bahwa pemilihan sektor unggulan tidak semata-mata untuk tampil beda menurut ragam karakteristik daerah, tetapi terutama menjadi strategi akselerasi pembangunan daerah sendiri. Dalam identifikasi sektor unggulan perlu memperhatikan enam hal yaitu 1) keterkaitan tingkatan pembangunan, 2) keterkaitan antar sektor, 3) kontribusi terhadap sektor atau struktur ekonomi, 4) penyerapan tenaga kerja, 5) daya dukung SDM dan teknologi dan 6) pertimbangan strategis non ekonomi. seperti berikut. Keenam hal tentang identifikasi sektor unggulan dimuka dapat dijelaskan 1. Sektor unggulan memiliki keterkaitan dengan tingkatan pembangunan daerah terutama pembangunan ekonomi. Struktur ekonomi yang terbagi menjadi sektor primer, sekunder dan tersier. Jenis sektor unggulan akan menjadi bagian penting dalam sektor-sektor ekonomi tersebut. 2. Sektor unggulan dapat kemungkinan memiliki keterkaitan dengan sektor lainnya. Keterkaitan ini dapat ke belakang yaitu sektor penyedia input (backward linkage) atau ke depan yaitu sektor pengguna output (forward linkage). Berarti perkembangan sektor unggulan dapat menjadi pendorong perkembangan sektor lainnya yang masih terkait.

3. Sektor unggulan dapat memberikan kontribusi yang besar dan dapat diandalkan bagi perekonomian daerah. Perkembangan sektor unggulan dapat meningkatkan atau mengubah struktur ekonomi tertentu yang memiliki sektor unggulan. 4. Peningkatan sektor unggulan dapat memacu pertumbuhan ekonomi daerah. Berarti terjadi peningkatan kegiatan ekonomi sehingga pada gilirannya akan meningkatkan permintaan tenaga kerja. Peningkatan permintaan tenaga kerja akan menambah penyerapan tenaga kerja dalam perekonomian daerah. 5. Pengembangan sektor unggulan harus memperhatikan daya dukung SDM dan teknologi yang dimiliki oleh daerah bersangkutan. Sektor unggulan yang menjadi andalan atau tulang punggung penting bagi perekonomian daerah membutuhkan SDM dan teknologi yang memadai untuk mengelolanya. 6. Pertimbangan strategis non ekonomi perlu juga diperhatikan terkait pengembangan sektor unggulan. Hal ini disebabkan oleh peran penting sektor-sektor ekonomi untuk mendukung aspek kenegaraan lainnya seperti pertahanan dan keamanan nasional. Sebuah produk dapat dikatakan sebagai produk unggulan tentunya harus memiliki daya saing yang tinggi di pasaran dan harus punya banyak keunggulan- keunggulan yang menyebabkannya sangat berbeda dengan produk yang sejenisnya.

Produk unggulan daerah adalah unggulan daerah yang memiliki ciri khas dan keunikan yang tidak dimiliki daerah lain serta berdaya saing handal dan dapat memberikan peluang kesempatan kerja kepada masyarakat lokal, demikian menurut Cahyadi Ahmadjayadi (2001). Produk unggulan daerah juga harus mampu menjaga keseimbangan alam dan lingkungannya atas sebuah proses untuk menghasilkan produknya dan memiliki jangkauan terhadap pasar lokal, hingga ke pasar internasional. Dalam upaya mendorong terwujudnya produk unggulan daerah dibutuhkan banyak dukungan dan kerjasama berbagai stakeholder yang memiliki hubungan keterkaitan yang tidak terpisahkan. Keterkaitan banyak pihak ini harus dikuatkan dengan pentingnya koordinasi antar berbagai pihak tersebut dalam pencapaian tujuan produk unggulan daerah. Koordinasi ini sangat penting dan menjadi salah satu bagian yang tidak dapat ditinggalkan dalam pengembangan produk unggulan daerah. Untuk menciptakan keunggulan daya saing suatu wilayah, maka sudah waktunya semua Kabupaten dan Kota di Indonesia mengubah paradigma pembangunannya. Apabila selama ini proses pembangunan lebih banyak mengandalkan sumber-sumber keunggulan komparatif (comparative advantage) seperti kekayaan alam melimpah, upah buruh murah, dan posisi wilayah yang strategis, maka memasuki perekonomian global, pembangunan wilayah diarahkan pada prinsip penciptaan keunggulan daya saing (competitive advantage).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Wahyudin (2007) diperoleh sembilan komoditi andalan Kabupaten Deli Serdang yang telah mampu menopang dan memberikan kontribusi produk dari industri pengolahan berskala kecil dan menengah terhadap perekonomian di seputar kawasan Kabupaten ini. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Komoditas Andalan Industri Kecil Menengah Kabupaten Deli Serdang No Komoditi Unit usaha Jlh tenaga kerja Nilai investasi (000) Kapasitas produksi Satuan Nilai produksi 1 Kerupuk opak 120 650 640.400 4. 675 TON 12.635.000 2 Sapu ijuk 210 421 548.00 2.430.500 BTG 10.887.000 3 Meubel kayu 34 90 172.000 10.100 PCS 20.20.000 4 Emping 240 756 86.050 156 TON 2808.000 melinjo 5 Keramik 18 180 374.500 6000 PCS 985 gerabah 6 Sabut kelapa 9 56 489.000 240 TON 1.440.000 7 Pandai besi 32 65 205.000 144.500 BUAH 3.612.000 8 Sulaman bordir 178 456 231.100 19.000 PTG 950.000 9 Gula aren 231 778 52.000 200 TON 1.400.000 Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Deli Serdang 2008 Pemilihan sembilan komoditi diatas menjadi produk unggulan di Kabupaten Deli Serdang didasarkan pada kriteria : penggunaan tenaga kerja, keterampilan, kualitas rasa, manajemen distribusi pemasaran, desain dan inovasi. Dari kriteriakriteria tersebut kemudian diperoleh bahwa kerupuk opak menjadi Produk Unggulan

Prioritas (PUP) peringkat pertama, yang kemudian disusul oleh produk sapu ijuk dan meubel kayu pada peringkat kedua dan ketiga (Wahyudin, 2007) Jenis industri di Kabupaten Deli Serdang yang dalam beberapa tahun terakhir ini tumbuh dengan pesat adalah industri kerajinan tangan. Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa industri kerajinan tangan selalu masuk menjadi produk unggulan Kabupaten Deli Serdang, walaupun masing-masing penelitian tersebut menggunakan indikator atau kriteria produk unggulan yang berbeda satu sama lain. Salah satu jenis produk unggulan UKM di wilayah Kabupaten Deli Serdang adalah komoditi sapu ijuk yang terfokus di daerah Medan Sinembah Kecamatan Tanjung Morawa. Di daerah ini terdapat puluhan perajin sapu ijuk. Mereka bergerak di rumahnya masing-masing. Dengan kata lain, usaha mereka tersebut dapat digolongkan pada industri rumahan. Industri sapu ijuk ini merupakan salah satu industri yang mampu menyerap tenaga kerja. Sektor industri sapu ijuk ini cukup potensial, lapangan usaha di sektor ini setiap tahun mengalami kenaikan, hal ini menunjukkan usaha kerajinan sapu ijuk semakin banyak dilakukan oleh masyarakat. Usaha Kerajinan sapu ijuk yang merupakan produk asli daerah tersebut sudah dikembangkan menjadi produk unggulan daerah yang cukup memberi kontribusi terhadap aktivitas ekonomi daerah.

Kondisi tersebut di atas merupakan salah satu hal yang melatarbelakangi ketertarikan penulis untuk melakukan penelitian ini, dimana produk sapu ijuk ini telah berkembang menjadi produk unggulan daerah yang dapat mendukung perekonomian masyarakat setempat. Namun dalam perkembangannya ternyata bukan tanpa kendala meski sudah menjadi unggulan. Sesuai dengan pengamatan di lapangan bahwa beberapa tahun belakangan proyek produk unggulan ini mengalami stagnasisasi dalam berkontribusi terhadap perekonomian masyarakat maupun daerah. Sesuai dengan analisa sosial yang ada hal ini disebabkan oleh permasalahan peningkatan nilai tambah produk dan pemasarannya. Pasar yang dinamis memerlukan inovasi dan kreatifitas yang tiada henti. Tujuannya adalah untuk dapat tetap eksis dipasaran, bahkan harus ditingkatkan. Apabila kondisi ini dapat terwujud maka berimplikasi terhadap peningkatan ekonomi masyarakat dan pendapatan daerah. Permasalahan tersebut di atas tentunya membutuhkan adanya usaha usaha ke arah pengembangan. Pengembangan komoditas unggulan di daerah akan membuka peluang usaha bagi masyarakat terutama di pedesaan. Menurut Basri (2003), suatu peluang usaha akan menjadi sumber pendapatan yang memberikan tambahan penghasilan kepada masyarakat jika mampu menangkap peluang usaha yang potensial dikembangkan menjadi suatu kegiatan usaha yang nyata. Dengan demikian kemampuan masyarakat memanfaatkan peluang yang ada akan dipengaruhi oleh kemampuan masyarakat dalam menangkap peluang itu sendiri. Hal kedua adalah

kemampuan mengorganisir sumberdaya yang dimiliki sedemikian rupa sehingga peluang yang potensial menjadi usaha yang secara aktual dapat dioperasikan. Menurut Bachrein (2006), untuk mendukung keberhasilan program pengembangan keanekaragaman komoditas, maka pemerintah daerah juga harus berupaya agar komoditas berpotensi untuk diunggulkan dapat menjadi komoditas unggulan dengan meningkatan pengkomersialan komoditas tersebut. 1.2. Rumusan Masalah Adapun yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah : Bagaimanakah Pengembangan Produk Unggulan Sapu Ijuk yang dilaksanakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Deli Serdang dalam percepatan ekonomi lokal. 1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk menganalisa keunggulan produk sapu ijuk produksi Desa Medan Sinembah Kecamatan Tanjung Morawa Kabupaten Deli Serdang 2. Untuk mendeskripsikan bagaimana pengembangan produk unggulan sapu ijuk yang dilaksanakan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan dalam percepatan ekonomi lokal di Kabupaten Deli Serdang

1.4. Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi penulis, penelitian ini merupakan usaha untuk meningkatkan kemampuan berfikir melalui penulisan karya ilmiah dan untuk menerapkan teori-teori yang penulis peroleh selama perkuliahan di Magister Studi Pembangunan Pasca Sarjana 2. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi salah satu sumbangan pemikiran kepada Pemerintah Kabupaten Deli Serdang demi meningkatkan potensi produk unggulan. 3. Bagi Program Studi Magister Studi Pembangunan Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara, akan melengkapi ragam penelitian yang telah dibuat oleh para mahasiswa dan dapat menambah bahan bacaan dan referensi bahan bacaan dan referensi dari satu karya ilmiah.