BAB II KAJIAN TEORITIK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI. Rasa percaya diri yang tinggi sebenarnya hanya merujuk pada adanya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Rasa percaya diri timbul dari keinginan mewujudkan diri untuk

BAB II KAJIAN TEORI. Pada tahun 2001, National Research Council (NRC) merupakan kapasitas berfikir secara logis mengenai hubungan antara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kegiatan mengoptimalkan perkembangan potensi,

BAB II KAJIAN TEORITIK

1. PENDAHULUAN. kegiatan belajar mengajar di dalam kelas adalah sebuah proses dimana

BAB 1 PENDAHULUAN. bermanfaat dalam kehidupan kita. Hampir di setiap bagian dari hidup kita

BAB II KEMAMPUAN PENALARAN ADAPTIF MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING DALAM MATERI KUBUS DAN BALOK. 1. Pengertian Model Problem Based Learning

II. TINJAUAN PUSTAKA. Istilah penalaran matematis dalam beberapa literatur disebut dengan mathematical

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIK. sebagai proses dimana pelajar menemukan kombinasi aturan-aturan yang

BAB II KAJIAN TEORITIK. NCTM (2000) menyatakan bahwa komunikasi matematis merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Percaya diri adalah sikap yang timbul dari keinginan mewujudkan diri bertindak dan

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. jenjang pendidikan di Indonesia mengindikasikan bahwa matematika sangatlah

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

BAB II LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelectual)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Matematika sebagai salah satu bidang ilmu dalam dunia pendidikan

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek penelitian adalah siswa SMP Negeri 1 Tapa kelas VIII 7 dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan bagian yang sangat penting dalam proses

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Wahyudin Djumanta, Dkk.,Belajar Matematika Aktif Dan Menyenangkan,(Bandung: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional, 2008)

BAB II KAJIAN TEORITIK

NO : TB : BB : PETUNJUK PENGISIAN 1. Berikan tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang paling sesuai dengan keadaan anda sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memiliki peran penting yaitu sebagai proses untuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

BAB II KAJIAN TEORETIK. sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Menurut Winkel

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah swt dengan

BAB II KAJIAN TEORETIK. lambang pengganti suatu aktifitas yang tampak secara fisik. Berpikir

BAB II KAJIAN PUSTAKA. atau menangkap segala perisitiwa disekitarnya. Dalam kamus bahasa Indonesia. kesanggupan kecakapan, atau kekuatan berusaha.

BAB I PENDAHULUAN. disampaikan oleh guru matematika, kesulitan siswa dalam menalar dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melalui penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angkaangka,

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat S 1 Pendidikan Matematika. Oleh : DARI SUPRAPTI A

BAB II KAJIAN TEORITIK. Salah satu tujuan pelajaran matematika adalah agar siswa mampu

BAB II KAJIAN TEORETIK. fisik. Goleman (1996:63) menjelaskan bahwa, kesadaran diri adalah

BAB II KAJIAN TEORETIK

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Penalaran Induktif Matematis. yaitu reasoning, dalam Cambridge Learner s Dictionary berarti the

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam kelangsungan hidupnya sehari-hari. Bicara mengenai matematika

Petunjuk Pengisian. Contoh : No Pernyataan SS S TS STS 1. Saya termasuk orang yang tidak mudah putus asa

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, pembelajaran matematika bertujuan untuk melatih pola

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas dan berdaya saing tinggi. Adanya

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERNALAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI METODE KONTEKSTUAL POKOK BAHASAN PECAHAN

BAB I PENDAHULUAN. kelas adalah sebuah proses dimana siswa bisa menguasai bahan-bahan pelajaran sesuai

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pengembangan kemampuan matematis peserta didik. Matematika

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu dari sekian banyak mata pelajaran yang

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan yang diperlukan dalam pembelajaran matematik. Hal ini disebabkan

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Kemampuan Berpikir Kreatif Matematis. Berpikir merupakan aktivitas mental yang disadari dan diarahkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam kehidupan sehari- hari maupun dalam ilmu pengetahuan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Winda Purnamasari, 2013

BAB II KAJIAN TEORITIK. kesimpulan yang berupa pengetahuan. Berdasarkan pernyataan-pernyataan

BAB II KAJIAN TEORETIS A. Kajian Teori 1. Model Thinking Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) a. Pengertian Model Thinking Aloud Pair Problem Solving

BAB II KAJIAN TEORITIK

Diajukan Oleh : IRFAKNI BIRRUL WALIDATI A

BAB I PENDAHULUAN. Peran pendidikan matematika sangat penting bagi upaya menciptakan sumber

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam upaya meningkatkan pembelajaran matematika. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan salah satu aspek penting yang akan

BAB I PENDAHULUAN. dituntut memiliki daya nalar kreatif dan keterampilan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB II. Kajian Teoretis

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah , 2014

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi. Matematika terbentuk

BAB II KAJIAN TEORITIK. a. Pengertian Kemampuan Komunikasi Matematis. matematis merupakan sebuah cara dalam berbagi ide-ide dan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang begitu pesat

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Program Studi Matematika. Diajukan Oleh : AGUS SRI PAMADI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan dunia hampir di semua aspek kehidupan manusia, berkembang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Lingkungan keluarga seringkali disebut sebagai lingkungan pendidikan informal

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. nilai-nilai yang dibutuhkan oleh siswa dalam menempuh kehidupan. pendidikan dalam berbagai bidang, diantaranya matematika.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dibentuk. Dalam kehidupan suatu bangsa, pendidikan memiliki peranan

I. PENDAHULUAN. Sejarah suatu bangsa dapat dilihat dari perkembangan pendidikan yang diperoleh

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kemampuan Komunikasi Matematika. Kata komunikasi berasal dari kata communication yang dalam Kamus

BAB I PENDAHULUAN. kecil, manusia telah mengenal matematika dalam bentuk yang paling

BAB I PENDAHULUAN. matematika. Matematika dapat membekali siswa untuk memiliki kemampuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wita Aprialita, 2013

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pada remaja dapat diselesaikan. Apabila tugas tugas pada remaja

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. yang berkualitas. Pendidikan juga di pandang sebagai sarana untuk menjadikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika Khaerunnisa, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1 Departemen Pendidikan Nasional RI. Undang-undang RI no 20 tahun 2003

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. pertanyaan itu menunjukan adanya suatu tantangan (challenge) yang tidak

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Kemampuan Penalaran Matematis

BAB II KAJIAN TEORITIK

Transkripsi:

BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual a. Kepercayaan Diri Elfiky (2009) mengemukakan bahkan percaya diri adalah berbuat dengan penuh keyakinan. Rasa percaya diri adalah kekuatan yang mendorong seseorang untuk maju dan berkembang serta selalu memperbaiki diri. Tanpa rasa percaya diri, seseorang akan hidup dibawah bayang- bayang orang lain. Menurut Ubaedy (2007:10), percaya diri adalah keyakinan seseorang atas kapabilitasnya dalam menjalankan tugas. Ini termasuk antara lain ekspresi keyakinannya dalam menghadapi tantangan atau masalah, keputusan dalam merealisasikan ide atau gagasan, dan ketangguhannya dalam menangani kegagalan. Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan percaya diri adalah suatu keyakinan yang ada pada diri inidividu untuk mampu menjalankan segala sesuatu dengan tenang dan sikap yang positif, serta penilaian yang positif terhadap orang lain, lingkungan, dan situasi yang dihadapi. 8

Menurut Rini (2002), kepercayaan diri adalah sikap positif seorang individu yang memampukan dirinya untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan/situasi yang dihadapinya. Rasa percaya diri yang tinggi 8 sebenarnya hanya merujuk pada adanya beberapa aspek dari kehidupan individu tersebut dimana ia merasa memiliki kompetensi, yakin, mampu dan percaya bahwa dia bisa karena didukung oleh pengalaman, prestasi serta harapan yang realistik terhadap diri sendiri. Berdasarkan kamus besar bahasa indonesia, kepercayaan diri adalah anggapan atau keyakinan bahwa sesuatu yang dipercayai itu benar atau nyata. Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri adalah keyakinan yang kuat yang dimiliki oleh individu yang memiliki kemampuan yang ada pada diri, dan ketrampilan sehingga mampu meraih kesuksesan dengan usaha sendiri demi mencapai apa yang diinginkan. 1) Ciri-ciri Kepercayaan Diri Menurut Ubaedy (2007), ciri-ciri orang yang mempunyai percaya diri yang kuat adalah sebagai berikut: a) Memiliki sesuatu keinginan, tujuan, target yang diperjuangkan secara sungguh-sungguh. b) Memiliki keputusan melangkah yang jelas. c) Mempunyai motivasi untuk maju. 9

d) Yakin dalam menghadapi orang lain. Menurut Ubaedy (2007), ciri-ciri orang yang mempunyai percaya diri rendah antara lain: a) Tidak memiliki suatu keinginan, tujuan, target yang diperjuangkan secara sungguh-sungguh. b) Tidak memiliki keputusan melangkah yang jelas. c) Mudah frustasi ketika menghadapi masalah atau kesulitan. d) Kurang termotivasi untuk maju, malas-malasan, atau setengah-setengah. e) Sering gagal dalam menyempurnakan tugas-tugas atau tanggung jawab. f) Canggung dalam menghadapi orang. g) Tidak bisa mendemonstrasikan kemampuan berbicara dan kemampuan mendengarkan yang meyakinkan. h) Sering memiliki harapan yang tidak realistik. i) Terlalu sensitif. Menurut Rini (2002), ciri-ciri percaya diri adalah sebagai berikut: a) Percaya akan kompetensi/ kemampuan diri. b) Tidak terdorong untuk menunjukkan sikap konformis, demi diterima oleh orang lain atau kelompok. c) Berani menerima dan menghadapi penolakan orang lain dan berani menjadi diri sendiri. 10

d) Punya pengendalian diri yang baik. e) Memandang keberhasilan atau kegagalan, tergantung dari usaha diri sendiri dan tidak mudah menyerah pada nasib atau keadaan serta tidak tergantung/mengharapkan bantuan orang lain. f) Mempunyai cara pandang yang positf terhadap diri sendiri, orang lain dan situasi di luar dirinya. Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat ditarik kesimpulan dari ciri-ciri kepercayaan diri adalah sebagai berikut: individu yang merasa diterima oleh kelompoknya, individu yang mempunyai pengendalian diri yang baik, memiliki ketenangan sikap, tidak terdorong untuk menunjukkan sikap egois demi kendali diri yang baik, dst. 2) Petunjuk untuk meningkatkan kepercayaan diri sendiri Menurut Lauster (1980) mengungkapkan ada sepuluh petunjuk untuk memperbaiki kepercayaan diri sendiri, yaitu : a) Carilah sebab-sebab merasa rendah diri Langkah yang pertama carilah sebab-sebab merasa rendah hati. Setelah itu, kita mengetahui persyaratan yang sangat penting untuk suatu perbaikan kepercayaan diri sendiri yang direncanakan. b) Memiliki kemauan yang kuat 11

Hal yang penting untuk mengatasi kelemahan pada diri anak adalah harus memiliki kemauan yang kuat. Karena hanya dengan begitu akan memandang suatu perbaikan yang kecil sebagai keberhasilan yang sebenarnya. c) Mengembangkan bakat dan kemampuan Cobalah mengembangkan bakat yang dimiliki dan kemampuan lebih jauh. d) Bahagialah dengan keberhasilan Bahagialah dalam keberhasilan dalam suatu bidang tertentu dan janganlah ragu-ragu untuk bangga atasnya. e) Bebaskan diri anda dari pendapat orang lain. Dengan adanya keyakinan pada diri sendiri, tidak berpacu pada pendapat orang lain maka anak akan merasa yakin akan diri sendiri. f) Kembangkanlah bakat-bakat melalui suatu hobby Jika misalnya anda tidak puas dengan pekerjaan anda tapi tidak melihat sesuatu kemungkinannya untuk memperbaiki diri anda, maka kembangkanlah bakat-bakat anda melalui suatu hobby. Dengan tepat anda dapat mengkompensasi kekecewaan dan dapat menjaga diri sendiri dan ketidakyakinan diri sendiri. g) Melakukan pekerjaan dengan rasa optimis 12

Jika anda diminta untuk melakukan pekerjaan yang sukar, cobalah melakukan pekerjaan dengan rasa optimis. Jika anda takut dengan tugas itu, maka dimasa depan anda akan kurang percaya diri pada kemampuan anda sendiri dan akhirnya gagal dalam tugas yang tak begitu sulit. h) Jangan terlalu bercita-cita. Karena cita-cita yang kelewatan batas tidak baik. Makin besar cita-cita anda, maka akan semakin sulit bagi anda untuk memenuhi tuntunan yang tinggi ini. i) Jangan terlalu sering membandingkan diri dengan orang lain. Ada banyak hal yang dapat dilakukan lebih baik oleh orang lain dibandingkan dengan saudara. Jika terus menerus membandingkan diri dengan orang lain, maka ada kemungkinan akan kecewa dengan diri sendiri. Berdasarkan beberapa pendapat di atas tentang ciri-ciri kepercayaan diri, maka dapat disimpulkan bahwa indikator kepercayaan diri adalah sebagai berikut: a) Percaya akan kemampuan, keinginan dan tujuan yang diperjuangkan secara sungguh-sungguh. Percaya akan kemampuan, keinginan dan tujuan yang diperjuangkan secara sungguh-sungguh artinya percaya dengan 13

kemampuan yang dimiliki, yakin dengan keinginan dan tujuan yang dimiliki akan tercapai pada saat pembelajaran berlangsung. b) Tidak terdorong untuk menunjukan sikap egois demi diterima oleh orang lain atau kelompok. Tidak terdorong untuk menunjukan sikap egois demi diterima oleh orang lain atau kelompok artinya dalam pembelajaran atau dalam mengerjakan soal, tidak memiliki sikap egois dengan teman. c) Berani menjadi diri sendiri sehingga mempunyai motivasi untuk maju. Berani menjadi diri sendiri sehingga mempunyai motivasi untuk maju artinya yakin dengan diri sendiri tidak terpengaruh orang lain, bahwa yang dilakukan itu benar dan dapat menjadikan motivasi untuk maju. d) Mempunyai pengendalian diri yang baik Mempunyai pengendalian diri yang baik artinya mampu mengendalikan diri sendiri, baik dalam perkataan, perbuatan, sikap dalam pembelajaran berlangsung. e) Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang lain dan situasi di luar dirinya. Mempunyai cara pandang yang positif terhadap diri sendiri, orang lain dan situasi di luar dirinya artinya menghargai 14

diri sendiri dan orang lain, dan selalu berfikir positif terhadap diri sendiri dan orang lain. b. Kemampuan Penalaran Adaptif Kilpatrick et.al. (2001) mengartikan penalaran adaptif sebagai kapasitas berfikir secara logis mengenai hubungan antara konsep dan situasi. Pada penalaran adaptif tidak hanya mencakup penalaran deduktif saja tetapi mencakup juga intuisi dan penalaran induktif yang berdasarkan pada analogi, pola, dan metafora. Mengacu pada penalaran adaptif maka siswa tidak hanya cukup memiliki suatu konsep melalui rangkaian cerita saja melainkan siswa harus mampu merumuskan dengan memperkuatnya melalui suatu representasi sehingga mampu mengaplikasikan pada situasi yang tepat, serta yakin terhadap setiap proses yang telah dilalui dan pengetahuan yang diperoleh karena terbukti kebenarannya. Menurut Kilpatrick et al. (2001:130) mengungkapkan bahwa They have a sufficient knowledge base, the task is understandable and motiving, and the context is familiar and comfortable. Dengan kata lain, siswa dapat menunjukan kemampuan penalaran adaptif siswa memiliki pengetahuan dasar yang cukup, tugas yang diberikan dapat dimengerti, dipahami dan memotivasi siswa, serta konteks yang disajikan telah dikenal dan menyenangkan bagi siswa. 15

Kilpatrick et al (2001) mengemukakan indikator tentang penalaran adaptif, sebagai berikut: 1) Kemampuan dalam mengajukan dugaan atau konjektur 2) Mampu memberikan alasan mengenai jawaban yang diberikan 3) Mampu menarik kesimpulan dari suatu pertanyaan 4) Mampu memeriksa kesahihan suatu argument 5) Mampu menemukan pola dari suatu gejala matematis Berdasarkan uraian di atas, indikator (aspek) kemampuanpenalaran matematika yang peneliti gunakan sebagai berikut: 1) Kemampuan dalam mengajukan dugaan atau konjektur. Kemampuan mengajukan dugaan merupakan kemampuan siswa dalam merumuskan berbagai kemungkinan sesuai dengan pengetahuan yang dimilikinya. 2) Mampu memberikan alasan mengenai jawaban yang diberikan Mampu memberikan alasan mengenai jawaban yang diberikan artinya siswa mampu memberikan alasan atau bukti terhadap kebenaran. 3) Mampu menarik kesimpulan dari suatu pertanyaan. Kemampuan menarik kesimpulan dari pertanyaan merupakan proses berpikir untuk menghasilkan sebuah pemikiran. 4) Mampu memeriksa kesahihan suatu argument. 16

Mampu memeriksa kesahihan suatu argumen artinnya kemampuan menyajikan kebenaran suatu pernyataan dengan berpedoman pada hasil matematika yang diketahui, kemudian mengembangkan argument matematik untuk membuktikan suatu pernyataan. 5) Mampu menemukan pola dari suatu gejala-gejala matematis. Mampu menemukan pola dari suatu gejala-gejala matematis artinya kemampuan untuk menyusun suatu gejalagejala dari permasalahan matematis sehingga membentuk suatu pola. Menurut uraian di atas disimpulkan bahwa kemampuan penalaran adaptif adalah kemampuan siswa untuk berpikir secara logis, memperkirakan jawaban (reflektif), memberikan penjelasan mengenai konsep atau jawaban yang digunakan (eksplantif), menilai kebenaran secara matematik (justificatif) dan menarik kesimpulan. c. Materi Materi : Bangun ruang sisi datar Standar Kompetensi : Memahami sifat-sifat kubus balok prisma dan bagian-bagianya serta menentukan ukuranya 17

Kompetensi Dasar : 5.1 Mengidentifikasi sifat-sifat kubus, balok prisma dan limas serta bagianbaginanya 5.3 Menghitung luas permukaan dan volume kubus, balok, prisma dan limas Indikator Materi : 1. Menyebutkan unsur-unsur kubus, balok, prisma, limas : rusuk, bidang sisi, diagonal bidang, dioagonal ruang, bidang diagonal 2. Menentukan rumus luas permukaan kubus, balok, prisma dan limas B. Penelitian Relevan Menurut penelitian Leman (2000) rasa percaya diri adalah bagaimana kita merasakan tentang diri kita sendiri, dan perilaku kita akan merefleksikannya tanpa kita sadari. Hasil penelitian Adywibowo, I. (2010), perkembangan anak dan kepercayaan diri anak dipengaruhi oleh faktor bawaan dan dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Lingkungan yang paling penting adalah lingkungan keluarga. Ketika anak dapat mengembangkan bakat yang dimiliki, anak akan tumbuh dengan perasaan luar dalam diri dan 18

percaya diri. Sebaiknya, bila kebutuhan anak tidak terpenuhi, dia akan merasa diabaikan, mudah malu sehingga kepercayaan dirinya rendah. Hasil penelitian Ernawati,S. (2012) kepercayaan diri adalah suatu keyakinan akan kemampuan yang ada pada dirinya, tidak selalu bergantung pada orang lain dan mampu berfikir positif sehingga dapat mempertanggungjawabkan apa yang dilakukannya. Menurut Rini (2001) kepercayaan diri adalah seorang individu yang memiliki sikap positif dan mampu untuk mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan/situasi yang dihadapinya, dimana ia merasa memiliki kompetensi,yakin, mampu dan percaya bahwa dia bisa karena mempunyai pengalaman, prestasi, dan harapan terhadap diri sendiri. Berdasarkan penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa kepercayaan diri adalah keyakinan yang kuat yang dimiliki individu yang memiliki kemampuanpada diri, dan ketrampilan sehingga mampu meraih kesuksesan dengan usaha sendiri demi mencapai apa yang diinginkan. Menurut Widjajanti (2011) penalaran adaptif adalah kemampuan berfikir secara logis tentang hubungan antara konsep dan situasi, kemampuan untuk berfikir reflektif, kemampuan untuk menjelaskan dan kemampuan untuk memberikan pembenaran. Menurut penelitian yang dilakukan olehsusanti, E. (2012), pembelajaran harus dapat memberikan pengalaman belajar yang berdasarkan pada peningkatan dan pengembangan penalaran siswa. 19

peningkatan penalaran matematika melibatkan pembentukan dan pengkomunikasian jalan antara suatu ide atau konsep dengan konsep berikutnya dalam matematika. Hasil penelitianfrientika, D. (2014), penalaran sebagai pondasi matematika perlu ditingkatkan karena jika kemampuan penalaran tidak dikembangkan pada siswa, maka matematika hanya menjadi masalah bagi siswa saat mengikuti pembelajaran. Dengan demikian, meningkatkan kemampuan penalaran matematis perlu dilakukan. Rendahnya kemampuan penalaran matematis siswa mengindikasikan masih rendahnya kemampuan penalaran adaptif siswa. hal ini karena kemampuan penalaran adaptif merupakan bagian dari kemampuan penalaran. Berdasarkan beberapa penelitian relevan di atas, dapat disimpulkan bahwa penalaran adaptif merupakan hal yang sangat penting pada pembelajaran matematika karena dalam bernalar adaptif siswa dilatih untuk mempertimbangkan alternatif jawaban secara hati-hati, berfikir secara logis, mampu untuk menjelaskan pembenaran dan membiasakan pengetahuan dalam menjustifikasi suatu kesimpulan. Penalaran itu sendiri juga diperlukan oleh semua orang untuk menyelesaikan permasalahan dalam matematika. C. Kerangka Pikir Kepercayaan diri merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi siswa pada saat pembelajaran matematika. Telah dibuktikan dari beberapa penelitian menyebutkan bahwa kepercayaan diri merupakan keyakinan yang 20

kuat yang dimiliki oleh individu yang memiliki kemampuan pada dirinya, dan ketrampilan sehingga mampu diinginkan. Kepercayaan diri sangat berpengaruh pada kemampuan penalaran siswa. Penalaran dapat membangun pemahaman matematis untuk menjelaskan apa yang mereka lihat, mereka pikirkan dan dapat menyimpulkan suatu permasalahan. Sedangkan penalaran adaptif merupakan penalaran yang memungkinkan untuk menghubungkan konsep dan prosedur bersama-sama dengan cara yang masuk akal. Menunjukan suatu kemungkinan dalam menyelesaikan suatu masalah, dan memungkinkan dengan adanya perbedaan pendapat yang harus diselesaikan dengan cara yang beralasan. Oleh karena itu siswa harus meningkatkan rasa percaya diri yang kuat. Siswa yang tidak mempunyai kepercayaan diri yang kuat maka sangat berpengaruh sekali dalam pembelajaran matematika. Karena siswa tersebut tidak berani untuk menyimpulkan suatu pertanyaan, memberikan alasan, menarik suatu kesimpulan dll. 21