BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam perjalanan sejarah masyarakat manusia umumnya, membaca merupakan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

1 Survey melalui kuesioner pola kegiatan belajar di Perpustakaan dan Kota Depok, 2013 via Google Drive

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LATAR BELAKANG TUJUAN LATAR BELAKANG. Eksistensi kebudayaan Sunda 4 daya hidup dalam kebudayaan Sunda

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN. sasaran pendidikan adalah warga masyarakat yang tidak pernah sekolah/ buta aksara,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK YANG DIRENCANAKAN DAN KONSEP PERENCANAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

DI PURWOKERTO BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai kota pelajar,kota pariwisata dan kota budaya yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang

BAB V PENUTUP. Dari hasil penelitian Jejaring Informasi Garage Sale di Kalangan Kaum

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. menjadi ciri khas Yogjakarta. Di Yogjakarta kurang lebih terdapat 116

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk kota Yogyakarta berdasarkan BPS Propinsi UKDW

BAB I PENDAHULUAN PUSAT PENDIDIKAN DESAIN KOMUNIKASI VISUAL MODERN DI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. di perkotaan-perkotaan salah satunya adalah kota Yogyakarta. Ini

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN FAJRI BERRINOVIAN 12032

BAB 1 PENDAHULUAN. saja. Seiring dengan kemajuan jaman, pakaian berkembang kegunaannya. Pakaian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Pengadaan Proyek

TUGAS AKHIR 131/ BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perancangan

Mereka pun sering mewakili Indonesia sebagai duta negara ke mancanegara untuk memamerkan karya dan keahlian seni pahat mereka. 1 Dalam membuat suatu M

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Perkembangan dalam bidang perekonomian semakin meningkat, di

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebutuhan khalayak akan informasi dan hiburan juga semakin meningkat. Hal ini dilihat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. baru, maka keberadaan seni dan budaya dari masa ke masa juga mengalami

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan di beberapa negara maju typography dipelajari secara khusus,

Bab 1. Pendahuluan. I.1. Latar Belakang. I.1.1. Pentingnya Pengembangan Skill Mahasiswa Desain Grafis

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kepribadiannya. Sebagai bentuk pengembangan diri

bab 1 pertama.. bagiku kau hanya sebuah misteri membosankan karena kau hanya melulu dihargai dengan angka-angka dan hitungan yang statis dan mejemukan

BAB I PENDAHULUAN. Perpustakaan merupakan lembaga yang menghimpun, mengelola,

BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

1.1 MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN

BAB 1 PENDAHULUAN SASANA MUDA DI JOGJAKARTA PRESEDEN ZAHA HADID SEBAGAI ACUAN DESAIN BANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. :Bangunan untuk tempat tinggal. (

Xiang Shan Meditation Center

2015 MENINGKATKAN MINAT BACA MASYARAKAT MELALUI PROGRAM PERPUSERU DALAM PENGELOLAAN TAMAN BACAAN MASYARAKAT BERBASIS INFORMATION TECHNOLOGY

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Yogyakarta dan Predikatnya Sebagai Kota Pelajar

BAB I PENDAHULUAN. 1 P e n d a h u l u a n

BAB PENDAHULU AN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dila Farida Nurfajriah, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Gagasan awal,strategi/pendekatan Perancangan. Skywalk merupakan akses pejalan kaki yang letaknya dua

1.1.2 Perpustakaan dan Museum Budaya Sebagai Fasilitas Belajar Budaya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta

BAB I. : 1. Masa muda, 2. Kaum muda, 3. Remaja. : Tempat yang dianggap penting/pumpunan dari berbagai kedudukan/kegiatan sesuai dengan golongannya 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata di Indonesia telah tumbuh dan berkembang dari waktu ke waktu. Bandung

BAB I PENDAHULUAN. kota Jakarta pada akhirnya menuntut tersedianya wadah fisik untuk menampung

BAB I PENDAHULUAN. ingin disampaikan kepada masyarakat luas tentang sebuah gambaran, gagasan,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dengan melihat fenomena yang terjadi dunia saat ini, dimana perdagangan

BAB I PENDAHULUAN ROSE MILLIA LESTARI

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB 1 PENDAHULUAN. bangsa bukan hanya tugas pendidikan formal saja, tetapi pendidikan nonformal. terutama masyarakat sasaran pendidikan nonformal.

SEMESTER I-2007/2008 STUDIO PERANCANGAN AKHIR A. A. Putra Munchana / BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I LATAR BELAKANG. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 3, , ,59. 14,16 Rata-rata ,29 8,85

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. selalu harus diikuti sesuai dengan peningkatan konsumsi. Pariwisata adalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Perancangan Perpustakaan Umum dengan Pendekatan Arsitektur Hybrid

BAB 1 PENDAHULUAN. Sekolah adalah salah satu institusi yang berperan dalam menyiapkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan

SEKOLAH TINGGI PERFILMAN JAKARTA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Aria Wirata Utama, 2015

PENDAHULUAN A. Latar Belakang Soraya Desiana, 2015

BAB I PENDAHULUAN. horor adalah film yang penuh dengan eksploitas unsur unsur horor yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Gambaran Umum Obyek Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berjalan dengan baik. Sarana itu berupa bahasa. Dengan bahasa. (Keraf, 2004: 19). Bahasa dan penggunaannya mencakup aktivitas

BAB 1 PENDAHULUAN. berkembang mengikuti arahan perkembangan modernisasi global di dunia ini. Media

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Dalam perjalanan sejarah masyarakat manusia umumnya, membaca merupakan fungsi yang sangat penting artinya bagi kemajuan tingkat peradaban manusia. Kiranya beralasan untuk menyatakan bahwa tingkat perkembangan manusia berjalan seiring dengan mantapnya budaya baca. Ketika bahan bacaan masih sangat terbatas, pengadaan bahan bacaan dilakukan dengan jalan menyalin secara tulisan. Pengadaaan bahan bacaan meningkat luar biasa ketika dengan teknik cetak ala Gutenberg, berhasil dilipatgandakan reproduksi bahan bacaan dalam jumlah besar dan dalam waktu singkat, yang berlanjut dengan usaha penjilidan dan penerbitan buku demikianlah buku makin menjadi komoditi umum dan sejalan dengan itu makin kentara pengaruhnya sebagai sarana informatif dan edukatif 1. Salah satu tujuan terpenting membaca adalah mengobarkan gagasan dan upaya kreatif. Pada tahun 1851, ahli filsafat Jerman, Arthur Scopenhauer menulis, membaca setara dengan berpikir menggunakan pikiran orang lain bukan pikiran sendiri. Dengan membaca kita mampu menyelami pikiran orang lain dan menambahkan pemikiran serta pengalaman orang lain ke dalam pemikiran dan pengalaman kita sendiri. Kita menabah perbendaharaan ide dengan memadukan visi, nilai motivasi dan perspektif mereka, untuk selanjutnya mengobarkan karya kreatif 2. Yogyakarta terkenal sebagai kota pendidikan. Berbagai tingkat jenjang pendidikan mulai dari taman kanak - kanak hingga institusi perguruan tinggi tersebar luas di Yogyakarta. Setiap tahunnya Yogyakarta mengalami peningkatan jumlah pelajar 1 Bukuku kakiku 2 quantum reading 1

dan mahasiswa yang cukup signifikan sehingga tidaklah mengherankan jika kelompok ini mendominasi sebagian besar jumlah penduduk di Yogyakarta. Keberadaan mereka memberi wajah baru bagi kota Yogyakarta yang begitu kental dengan tradisi kratonnya, perlahan lahan diwarnai dengan munculnya tempat tempat yang menyuguhkan berbagai bentuk fasilitas dan aktivitas sebagai jawaban atas kebutuhan mereka. Mengisi dan menciptakan gaya hidup baru yang kemudian berkembang menjadi suatu trend di Yogyakarta. Tidak dapat dipungkiri bahwa munculnya mall, café, distro, dan sebagainya, sudah menjadi semacam pusat kegiatan dan pusat kebudayaan yang melahirkan semacam subkultur yang bersifat global, yang sebagian besar diwakili oleh kaum muda. Terlepas dari kenyataan bahwa tempat tempat nongkrong ini mendorong berkembangnya pola hidup konsumtif khususnya di kalangan orang muda namun tidak bisa dipungkiri, ruang ruang inisiatif ini merupakan suatu proses kreatif yang juga mendorong munculnya komunitas komunitas baru yang kreatif pula. Yogyakarta sebagai kota pelajar dan pendidikan, menghadapi tuntutan bagaimana menyediakan fasilitas untuk beraktivitas dan mendukung kebutuhan kaum muda yang sekaligus berfungsi sebagai sarana pembelajaran untuk dapat meningkatkan pendidikan. Para pakar pendidikan berpendapat, untuk meningkatkan pendidikan, salah satu cara yang dipakai adalah dengan meningkatkan minat baca. Sebagai kota pelajar, Yogyakarta memiliki masyarakat yang minat bacanya tergolong tinggi. Hasil jajak pendapat meneguhkan simpulan tersebut: 98, 6 % responden masih setia membaca buku. Disini yang dimaksud dengan buku adalah teks selain majalah, koran, tabloid, dan teks teks wajib diluar bidang ilmu yang mereka tekuni 3. Tetapi hal positif ini terbentur pada tingginya harga buku sehingga minat beli masyarakat 3 Berdasarkan jajak pendapat (polling) pola konsumsi buku mahasiswa yang dilakukan oleh Litbang BALAIRUNG pada bulan Maret April 2

menjadi rendah. Untuk menumbuhkan minat baca masyarakat tidak sesederhana sekedar membudayakan kebudayaan membaca saja tetapi penyediaan tempat untuk memperoleh bacaan secara mudah dan murah menjadi persoalan yang tidak kalah penting. Keberadaan perpustakaan yang dinilai merupakan jawaban dari permasalahan ( bacaan yang murah dan mudah didapat ) diatas, pada prakteknya tidak berjalan efektif. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain 4 : Lokasi yang kurang nyaman Jam buka yang sangat terbatas Koleksi buku terbatas Fasilitas yang kurang memadai Keterbatasan dana Taman bacaan dengan fungsinya sebagai sarana edukatif, informatif dan rekreatif merupakan salah satu solusi dari permasalahan di atas. Pemilihan fungsi taman bacaan merupakan respon terhadap keberadaan fasilitas sejenis yang menawarkan perpustakaan dengan konsep baru atau lebih dkenal dengan sebutan perpustakaan plus. Keberadaan perpustakaan plus berusaha mengubah image negatif perpustakaan yang dikenal sebagai tempat yang berisi buku buku tua. Perpustakaan ini menggabungkan beberapa fungsi kegiatan di dalamnya seperti kafe, dan toko buku. Buku sebagai sarana yang dapat mempersatukan terlihat nyata disini. Kegiatan membaca tidak hanya dapat dilakukan oleh satu individu tapi juga dapat menjadi sarana interaksi sosial dengan orang lain. Hal ini ditandai dengan munculnya klub- klub baca, kegiatan utama dari komunitas ini adalah diskusi/ bedah buku. 4 Ida Fajar Priyanto, Getting Closer to Consumers: The Mushrooming of Alternative Libraries InYogyakarta, Indonesia. Makalah ini disertakan dalam World Library and Information Congress: 72 nd IFLA General Conference and Council, 20 24 August 2006, Seoul, Korea. 3

Keberadaan taman bacaan di Yogyakarta diharapkan mampu menjadi ruang perhentian di tengah kepadatan kota dan tanggap terhadap isu sosial yang ada, terkait dengan keberadaan anak muda yang membutuhkan ruang gerak tersendiri. Taman bacaan merupakan salah satu bentuk perwujudan harapan tentang ruang yang adaktif dan dinamis yang dapat menampung aktivitas anak muda, melalui kebutuhan ruang secara arsitektural yang terbentuk melalui kegiatan apresiasi terhadap buku. Wadah informal ini diharapkan mampu menjawab beberapa persoalan anak muda dalam hal sosial budaya sebagai upayanya mencari identitas dan mengembangkan potensi diri dalam menghadapi tantangan di masa yang akan datang. 1.2. RUMUSAN MASALAH Bagaimana merancang taman bacaan di Yogyakarta yang dapat mewadahi kegiatan remaja melalui ruang sebagai fasilitas apresiasi terhadap buku. 1.3. TUJUAN Merancang taman bacaan di Yogyakarta yang dapat mewadahi kegiatan anak muda melalui ruang sebagai fasilitas apresiasi terhadap buku. 1.4. SASARAN Mengidentifikasi pola kegiatan dan peruangan pada taman bacaan berdasarkan studi banding pada bangunan sejenis dan pustaka. Mengidentifikasi kegiatan yang berkaitan dengan buku dan kebutuhan ruangannya Melakukan studi tentang aktivitas remaja di Yogyakarta secara umumnya 4

1.5. LINGKUP PEMBAHASAN Bangunan perpustakaan dan toko buku dibatasi pada jenis jenis peruangan dan manajemen kepengurusannya. Kegiatan yang berkaitan dengan buku dibatasi pada kegiatan membaca serta kegiatan inti yang sering dilakukan oleh komunitas baca, yaitu, diskusi, bedah buku, sedangkan kegiatan lain seperti nonton, menulis, dan klub baca anak disertakan sebagai kegiatan pendukung Kajian tentang anak muda dibatasi pada aktivtas anak muda secara umum, khususnya yang dilakukan oleh mahasiswa. 1.6. METODE 1.6.1. Metode Mencari Data Wawancara Ditujukan pada pengelola serta pengunjung perpustakaan alternatif di Yogyakarta dan supervisor Toko Buku Gramedia, Yogyakarta. Observasi Pengamatan langsung di toko buku aksara, Deket Rumah Café and Library mengenai kegiatan yang sering dilakukan serta kebutuhan ruang yang diperlukan. Studi Pustaka Mempelajari buku buku tentang perpustakaan, pengolahan ruang, public space, dan komunitas baca melalui internet Studi Banding Melihat langsung bangunan sejenis yang ada yaitu Toko Buku Aksara di Jakarta dan di Deket Rumah Café and Library di Yogyakarta. 5

1.6.2. Metode Menganalisis Data Kuantitatif: temuan temuan dikomunikasikan dengan angka angka (numerik), dan atau dengan statistik. Kualitatif: temuan temuan dikomunikasikan secara naratif (menggunakan kata kata). 1.6.3. Metode Perancangan Menggunakan prinsip prinsip dasar perpustakan khususnya sistem operasional dan kebutuhan ruang intinya. Pengolahan elemen arsitektural ruang luar dan ruang dalam terkait dengan fungsi taman bacaan sebagai community space, edukatif dan rekreatif. 1.7. SISTEMATIKA PENULISAN BAB 1 PENDAHULUAN Mengungkapkan latar belakang, rumusan masalah, tujuan, sasaran, lingkup, metode, dan sistem penulisan. BAB 2 TINJAUAN FASILITAS MEMBACA DI YOGYAKARTA Mengungkapkan tentang faslitas membaca dan kondisinya di Yogyakarta, aktivitas anak muda di Yogyakarta, dan keterkaitannya dengan taman bacaan. BAB 3 TINJAUAN TEORITIS TAMAN BACAAN Tinjauan tentang taman bacaan serta fungsinya sebagai wadah kegiatan yang terkait dengan buku, perancangan ruang luar dan ruang dalam untuk mendukung fasilitas yang ada di dalamnya. 6

BAB 4 ANALISIS MENUJU KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TAMAN BACAAN DI YOGYAKARTA Mengungkapkan proses untuk menemukan ide ide konsep perencanaan melalu metode metode tertentu yang diaplikasikan pada taman bacaan. BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN TAMAN BACAAN DI YOGYAKARTA Mengungkapkan konsep yang akan ditransformasikan dalam rancangan arsitektural taman bacaan di Yogyakarta. 7