PERATURAN DAERAH KEINDAHAN KOTA DALAM PERSPEKTIF PENGAYOMAN

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN DAERAH KEINDAHAN KOTA DALAM PERSPEKTIF PENGAYOMAN (Studi Analisis Muatan Asas Pengayoman Perda Kota Surakarta)

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan keberadaan anak sebagai anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.

KONTRAK KERJA KONSTRUKSI

PERANAN NOTARIS DALAM PENDIRIAN PERSEROAN TERBATAS. (Studi di Kantor Notaris Sukoharjo) S K R I P S I

PELAKSANAAN JAMSOSTEK UNTUK KECELAKAAN KERJA DI PTP NUSANTARA IX ( PERSERO ) PG. PANGKA DI KABUPATEN TEGAL

PELAKSANAAN PERJANJIAN KREDIT PEMILIKAN RUMAH DAN TATA CARA PENYELESAIAN WANPRESTASI PADA BANK BTN DI SURAKARTA

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009

III. METODE PENELITIAN. hukum, maupun doktrin-doktrin hukum guna menjawab isu hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum. Sebagai negara hukum, penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN. penduduk, sementara disisi lain luas tanah tidak bertambah. 1 Tanah dalam

PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA MADIUN NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. kondisi perbankan yang tidak sehat diturunkan melalui Bank Indonesia sebagai Bank

Peraturan Daerah Syariat Islam dalam Politik Hukum Indonesia

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG NOMOR : 12 TAHUN 2009 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pertama, hal Soerjono Soekanto, 2007, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cetakan

Muchamad Ali Safa at

KEKUATAN HUKUM PERDA

ANALISIS KRITIS PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN PKL PERSPEKTIF KESEJAHTERAAN SOSIAL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PELAKSANAAN PEMBERIAN SANTUNAN DALAM KECELAKAAN LALU LINTAS PADA PT, JASA RAHARJA (PERSERO) CABANG PEKALONGAN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia sebagai negara yang berdasarkan Pancasila dan

TINJAUAN TENTANG BENTUK DAN PELAKSANAAN PELINDUNGAN ASURANSI BAGI PEKERJA PADA DINAS KEBAKARAN KOTA SURAKARTA

Disusun oleh: INDRIANTO HERIBOWO C

BAB I PENDAHULUAN. tanah desa. Menurut Pasal 1 angka 26 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 1

BAB I PENDAHULUAN. Mahkamah Konstitusi yang selanjutnya disebut MK adalah lembaga tinggi negara dalam

BAB I PENDAHULUAN. tangganya sendiri. Dalam menyelenggarakan urusan pemerintahan, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. sangat vital dalam kehidupan masyarakat, hal ini didasari beberapa faktor

BAB I PENDAHULUAN. implementasi dari pasal 18 Ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. tertinggi dalam negara didasarkan kepada hukum. 1 Maka dari itu semua aspek kehidupan

SMP JENJANG KELAS MATA PELAJARAN TOPIK BAHASAN VIII (DELAPAN) PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN (PKN) DISIPLIN ITU INDAH

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum 1. Negara hukum adalah negara. yang berlandaskan hukum dan keadilan bagi warganya.

BAB 1 PENDAHULUAN. boleh ditinggalkan oleh warga negara, penyelenggara negara, lembaga

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 8 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG,

A. Latar Belakang Masalah

EFEKTIVITAS UU RI NO. 23 TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK DALAM PENANGGULANGAN TINDAK PIDANA KEKERASAN TERHADAP ANAK DI WILAYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia sebagai negara hukum artinya meniscayakan

PENGANGKATAN ANAK BERDASARKAN PENETAPAN PENGADILAN SERTA PERLINDUNGANNYA MENURUT UU NO. 23 TAHUN 2002 (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Pacitan)

TENTANG BUPATI MUSI RAWAS,

BAB I PENDAHULUAN. Aliran sumber daya jenis ini entah dipakai atau tidak, terus menerus ada dan. diperbaharui ini dapat mengakibatkan kerugian.

PUSANEV_BPHN KEBIJAKAN ANALISIS DAN EVALUASI HUKUM DALAM RANGKA PENGUATAN SISTEM PERTAHANAN NEGARA

BAB I PENDAHULUAN. yang dibentuk oleh DPRD dengan persetujuan bersama Kepala Daerah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perbuatan menurut Simons, adalah berbuat (handelen) yang mempunyai sifat gerak aktif, tiap

BAB I PENDAHULUAN. semua warga negara bersama kedudukannya di dalam hukum dan. peradilan pidana di Indonesia. Sebelum Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

PELAKSANAAN PERJANJIAN ASURANSI KESEHATAN DI PT.BUMIDA SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. hidup seluruh umat manusia, sejak zaman dahulu hingga kini. Perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Perdata (Burgerlijkrecht) ialah rangkaian peraturan-peraturan

BAB I PENDAHULUAN. 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan. sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. modal yang sehat, transfaran dan efisien. Peningkatan peran di bidang pasar

BAB I PENDAHULUAN. berwujud perjanjian secara tertulis (kontrak). berjanji untuk melakukan suatu hal. 1

BAB I PENDAHULUAN. seorang laki-laki, ada daya saling menarik satu sama lain untuk hidup

BAB III TINJAUAN TEORITIS. Dalam hal tuntutan pemberian otonomi yang luas kepada daerah kabupaten dan kota,

BAB I PENDAHULUAN. yang dikemukakan oleh D.Simons Delik adalah suatu tindakan melanggar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (rechtstaat) seperti

BAB I PENDAHULUAN. Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) telah diatur mengenai. tugas dan wewenang serta masing-masing lembaga yang harus

BAB I PENDAHULUAN. di dalam UUD 1945 Pasal 33 Ayat (3) telah ditentukan bahwa bumi, air,

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi rakyat Indonesia guna meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan

PENGANGKUTAN BARANG (Studi Tentang Tanggung Jawab Pengangkutan Kereta Api dalam Penyelengaraan Melalui Kereta api Oleh PT Bimaputra Express)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu

I. PEMOHON Perkumpulan Tukang Gigi (PTGI) Jawa Timur yang dalam hal ini di wakili oleh Mahendra Budianta selaku Ketua dan Arifin selaku Sekretaris

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2010 NOMOR 16

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 5 TAHUN 2016 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PEMBENTUKAN PRODUK HUKUM DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

SKRIPSI KEDUDUKAN NOTARIS DALAM PEMBUATAN DAN PENCABUTAN TESTAMENT (SURAT WASIAT)

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

MATRIKS PERUBAHAN UNDANG-UNDANG TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. hukum tentang tanah diatur dalam Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terbukti turut mendukung perluasan

BAB IV MATERI MUATAN PERATURAN WALIKOTA BENGKULU NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN KAWASAN TANPA ROKOK DALAM KOTA BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. khusus untuk melaporkan aneka kriminalitas. di berbagai daerah menunjukkan peningkatan.

SKRIPSI PROSES PENYELESAIAN PERCERAIAN KARENA FAKTOR KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA (STUDY KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA)

SKRIPSI UPAYA POLRI DALAM MENJAMIN KESELAMATAN SAKSI MENURUT UNDANG-UNDANG PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN

ASPEK-ASPEK HUKUM DALAM PENGELOLAAN ASET TANAH INSTANSI PEMERINTAH MENURUT PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 6 TAHUN 2006 PEMERINTAH KOTA SURAKARTA

BAB I PENDAHULAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dalam Pasal 1 Ayat (3)

NOTULA KEGIATAN IMPLEMENTASI PERANGKATPEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENGGUNAAN METODE SKETSA WAJAH DALAM MENEMUKAN PELAKU TINDAK PIDANA

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah negara hukum, 1 tidak berdasarkan kekuasaan

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAMBI NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG TATA CARA MEMPERSIAPKAN RANCANGAN PERATURAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB IV METODE PENELITIAN

PERANAN SIDIK JARI DALAM PROSES PENYIDIKAN SEBAGAI SALAH SATU ALAT BUKTI UNTUK MENGUNGKAP SUATU TINDAK PIDANA. (Studi Kasus di Polres Sukoharjo)

- 1 - PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Dengan Rahmat Allah Swt Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Ekonomi, Universitas Negeri Semarang

PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KREDIT TANPA JAMINAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2010 SERI D.1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN DAERAH

TESIS. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Magister. Program Studi Magister Ilmu Hukum Konsentrasi Hukum Tata Negara.

BAB I PENDAHULUAN. dan isi ketentuan perundang-undangan yang berlaku. rakyat Indonesia, pemerintah telah mengeluarkan Undang-Undang nomor

BAB I PENDAHULUAN. Negara dan Konstitusi merupakan dua lembaga yang tidak dapat dipisahkan.

TINJAUAN HUKUM PENOLAKAN PERMOHONAN KREDIT BANK TERHADAP NASABAH (Studi Kasus di Bank Rakyat Indonesia (Persero) Cabang Solo Kartasura)

PROSES PEMBENTUKAN PUU BERDASARKAN UU NO 10 TAHUN 2004 TENTANG P3 WICIPTO SETIADI

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PERJANJIAN ANTARA PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM DENGAN PELANGGAN AIR MINUM DI KABUPATEN SRAGEN SKRIPSI

PELAKSANAAN PERJANJIAN KERJA KARYAWAN MENURUT UNDANG-UNDANG N0. 13 TAHUN 2003 DI PT. BATIK DANAR HADI SOLO

TINJAUAN TENTANG PENYELESAIAN WANPRESTASI ATAS DI PD BPR BANK BOYOLALI

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Transkripsi:

PERATURAN DAERAH KEINDAHAN KOTA DALAM PERSPEKTIF PENGAYOMAN (Studi Analisis Muatan Asas Pengayoman Perda Kota Surakarta) SKRIPSI Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh : MAHENDRA PERWIRA PUTRA NIM: C.100.090.053 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia menganut pola pengelolaan pembangunan daerah berkelanjutan (sustainable development). Batasan pengertian tentang pembangunan berkelanjutan dikemukakan dengan jelas oleh Brundtland yang menyebutkan bahwa pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang mampu memenuhi kebutuhan masa kini tanpa mengabaikan kemampuan generasi mendatang dalam memenuhi kebutuhan mereka. 1 Pembangunan berkelanjutan tersebut merupakan salah satu aspek yang menunjang bagi perkembangan suatu daerah. Dalam perkembangan konsep pembangunan berkelanjutan yang dielaborasi oleh Stren, While, serta Whitney sebagai suatu interaksi antara tiga sistem: sistem biologis dan sumber daya, sistem ekonomi, dan sistem sosial. Yang mana dengan kelengkapan konsep berkelanjutan dalam trilogi: ekologi-ekonomisosial tersebut menjadi semakin sulit pelaksanaannya namun jelas lebih bermakna khususnya di negara berkembang. Dengan demikian konsep pembangunan berkelanjutan berkembang lebih jauh, tidak lagi terpancang pada konsep yang lebih terfokus pada pemikiran keseimbangan yang semata-mata pada lingkungan. 2 Berkaitan dengan pengelolaan pembangunan dalam suatu daerah, pemerintah daerah merupakan pemegang kekuasaan eksekutif di daerah yang mempunyai kewajiban untuk mengatur regulasi di suatu daerah. Dalam pengaturan agar terciptanya suatu daerah yang mempunyai pengeloaan pembangunan yang berkelanjutan, pemerintah dapat memformulasikan kebijakan 1 Prasetijo Rijadi, Pembangunan Hukum Penataan Ruang Dalam Konteks Berkelanjutan, dalam Eko Budiharjo, 1999, Kota Berkelanjutan, Bandung: Alumni, hal 18 2 Ibid, hal 2

2 dengan bentuk peraturan (regeling) ataupun ketetapan (bes-chikking). 3 Peraturan hukum maupun ketetapan yang dibentuk oleh pemerintah bertujuan agar memfungsikan hukum untuk menata perubahan, hal ini sesuai dengan teori Roscue Pound tentang Law is a Tool of Social Enggineering yang mana hukum sebagai alat rekayasa sosial. 4 Dengan menggunakan hukum sebagai alat rekayasa sosial tersebut searah dengan konsep hukum dari Thomas Aquinas, yang menyatakan bahwa hukum adalah perintah akal budi yang bertujuan untuk kebaikan umum, dan diundangkan oleh lembaga yang memiliki tugas membina / memimpin masyarakat. Konsep lain yang sepaham adalah konsep Abu Ishaq As Syathibi, yang menyatakan bahwa salah satu fungsi hukum adalah kemampuannya dalam memberikan kesejahteraan bagi manusia. Apabila prasyarat dasar tersebut tidak dipenuhi maka hukum akan kehilangan daya mengikatnya dan bertentangan dengan hakikat keberadaanya. 5 Rekayasa sosial untuk membentuk suatu daerah yang indah sesuai dengan pola pengelolaan daerah dapat dituangkan dalam peraturan daerah yang dibentuk oleh pemerintah daerah. Pemerintah (bestuur) dalam penyelenggaraan negara, baik dalam membuat maupun melaksanakan ketentuan perundang-undangan meskipun memiliki kebebasan (freies ermessen) harus tetap dipandu oleh suatu asas hukum agar tindakan-tindakannya tetap dalam bingkai hukum. Menurut Attamini, dinyatakan bahwa dalam bidang hukum administrasi dikembangkan asas-asas hukum umum bagi penyelenggaraan pemerintahan yang layak untuk mencari cara yang sesuai hukum terhadap apa tindakan pemerintahan. Pembentukan ketentuan peraturan perundang-undangan termasuk bagian dalam 3 Harun, 2011, Konstruksi Perizinan Usaha Industri Indonesia Prospektif, Surakarta: MUP Press, hal 4 4 Ibid. 5 Ibid

3 penyelenggaraan pemerintahan, maka dapat dimengerti jika asas umum pemerintahan yang layak termasuk asas umum pemerintahan yang harus diperhatikan dalam meletakkan hukum peraturan perundang-undangan. 6 Dasar pembentukan peraturan perundang-undangan di Negara republik Indonesia adalah Undang-Undang No 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Keberadaan Peraturan Daerah (Perda) dalam penyelenggaraan pemerintah daerah tidak lepas dari prinsip desentralisasi yang dilakukan Pemerintah Pusat. Disamping terdapat dalam UUD Negara Indonesia Tahun 1945 Pasal 18 ayat (6), kewenangan membuat Perda juga terdapat dalam UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. Selain itu, dalam Pasal 6 ayat (1) UU No 12 Tahun 2011, disebutkan bahwa materi muatan Peraturan Perundang-undangan harus mencerminkan beberapa asas, yakni asas pengayoman, kemanusiaan, kebangsaan, kekeluargaan, kenusantaraan, bhineka tunggal ika, keadilan, kesamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, ketertiban dan kepastian hukum, dan/atau keseimbangan, keserasian, dan keselarasan. Salah satu asas terpenting yang harus menjiwai peraturan perundangundangan adalah asas pengayoman. Asas pengayoman adalah bahwa setiap materi muatan Undang-undang harus berfungsi memberikan perlindungan dalam rangka menciptakan ketentraman masyarakat. 7 Peraturan daerah (perda) merupakan instrumen aturan yang secara sah diberikan kepada pemerintah daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan di 6 Muin Fahmal, 2006, Peran Asas-asas Umum Pemerintahan yang Layak dalam Mewujudkan Pemerintahan yang Bersih, Yogyakarta: UII Press, hal 44 7 Ahmad Yani, 2011, Pembentukan Undang-Undang dan Perda, Jakarta: PT Raja Grafindo, hal 12

4 daerah. 8 Daerah yang indah dapat diwujudkan melalui penataan-penataan kota yang diatur dalam peraturan daerah. Selain melakukan penataan terhadap keindahan dan pengelolaan kota, peraturan daerah yang dibentuk harus memenuhi muatan-muatan asas yang dapat mengayomi masyarakat. Peraturan daerah tersebut harus memberikan perlindungan, ketentraman, dan menciptakan ketertiban bagi masyarakat. Keindahan kota secara konsepsi dapat dinilai dari beberapa indikator, indikator yang dapat digunakan sebagai landasan keindahan kota yaitu melalui pengelolaan pedagang kaki lima, pengeloaan keadaan pasar, dan pengelolaan sampah yang terdapat di dalam suatu kota. Kota Surakarta sebagai daerah pemerintahan administratif memiliki produk hukum peraturan daerah berkaitan dengan pengelolaan keindahan daerah, yakni Peraturan Daerah Kota Surakarta No. 29 Tahun 1981 tentang Kebersihan dan Keindahan Kota, Peraturan Daerah Kota Surakarta No. 3 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Pedagang Kaki Lima, dan Peraturan Daerah Kota Surakarta No 3 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Sampah. 9 Peraturan daerah yang dibentuk oleh pemerintahan daerah harus berpedoman pada asas-asas hukum peraturan perundang-undangan yang baik. Muatan asas pengayoman harus menjiwai peraturan perundangan yang dibentuk agar peraturan tersebut dapat berlaku efektif sesuai dengan UU No 12 Tahun 2011. 10 Sehubungan dengan latar belakang yang telah dituliskan, pada dasarnya setiap produk hukum peraturan perundang-undangan secara subtantif harus memiliki muatan-muatan asas pengayoman. Peraturan daerah di Kota Surakarta sebagai produk hukum yang harus ditaati oleh seluruh elemen masyarakat 8 Himawan, Pembentukan Peraturan Daerah, FH Unair 9 Bagian Hukum dan HAM Setda Kota Surakarta 10 Ni matul Huda, 2011, Teori dan Pengujian Perturan Perundang-undangan, Bandung: Nusa Media, hal 110

5 seyogyanya juga mengandung muatan asas pengayoman. Oleh karena itu, untuk mengetahui apakah Peraturan daerah di Kota Surakarta sudah sesuai dengan muatan asas yang ditentukan maka Penulis melakukan penelitian dengan judul PERATURAN DAERAH KEINDAHAN KOTA DALAM PERSPEKTIF PENGAYOMAN (STUDI ANALISIS MUATAN ASAS PENGAYOMAN PERDA KOTA SURAKARTA). B. RUMUSAN MASALAH Agar penelitian skripsi ini ini terarah dan sesuai dengan latar belakang yang telah diuraikan serta untuk menghindari pembiasan konsentrasi penelitian, maka Penulis perlu merumuskan masalah yang berkaitan dengan penelitian ini. Adapun perumusan masalah tersebut adalah sebagai berikut: 1. Apakah peraturan daerah yang berhubungan dengan keindahan kota Surakarta telah menempatkan asas pengayoman dalam muatannya? 2. Bagaimana peranan peraturan daerah keindahan dalam menciptakan keindahan kota di Surakarta? C. TUJUAN PENULISAN Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian hukum ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui sejauh mana ditempatkannya muatan asas pengayoman dalam Perda di Kota Surakarta. 2. Untuk mengetahui peranan peraturan daerah keindahan dalam menciptakan keindahan di Kota Surakarta.

6 D. MANFAAT PENELITIAN Penelitian hukum ini dilakukan dengan harapan akan dapat memberikan manfaat, yakni manfaat secara teoritis maupun manfaat praktis. Adapun manfaat yang diharapkan adalah sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis a. Dapat memberikan jawaban terhadap permasalahan yang diteiliti, dalam hal ini mengenai muatan asas pengayoman dalam Peraturan Daerah yang berhubungan dengan pengelolaan keindahan kota di Kota Surakarta. b. Untuk lebih mengembangkan ilmu penalaran, membentuk pola berpikir kritis, sekaligus untuk mengetahui kemampuan analisis peneliti dalam menerapkan ilmu yang diperoleh. 2. Manfaat Praktis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah referansi ilmiah sehingga bermanfaat bagi perkembangan ilmu hukum, baik bagi kalangan akademisi maupun masyarakat umum seputar kebijakan muatan asas dalam peraturan daerah. b. Untuk memberikan masukan bagi pelaku pemberi kebijakan di Kota Surakarta mengenai konsep muatan asas yang harus dipenuhi dalam pembentukan peraturan daerah.

7 E. KERANGKA PEMIKIRAN INDONESIA NEGARA HUKUM DAN NEGARA KESEJAHTERAAN PEMERINTAH EKSEKUTIF (PRESIDEN, KEPALA DAERAH) LEGISLATIF (DPR,DPRD) UU NO 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN MATERI MUATAN ASAS PENGAYOMAN PERDA YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEINDAHAN KOTA PERDA KOTA SURAKARTA NO. 29 TAHUN 1981; PERDA KOTA SURAKARTA NO 3 TAHUN 2008; PERDA KOTA SURAKARTA NO 3 TAHUN 2010 F. METODE PENELITIAN Menurut Sutrisno Hadi, penelitian adalah usaha untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan. Usaha-usaha tersebut dilakukan dengan menggunakan metode-metode ilmiah. 11 Metode penelitian mengemukakan secara teknis tentang metode yang digunakan dalam penelitian. Sedangkan penelitian hukum merupakan suatu kegiatan ilmiah berdasarkan metode sistematis dan pemikiran tertentu yang bertujuan mempelajari 11 Soerjono Soekanto,1986, Pengantar Penelitian Hukum. Jakarta: UI Press.. Hal 10

8 suatu atau beberapa gejala hukum tertentu dengan cara menganalisa. 12 Adapun metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terbagi dalam unsur-unsur sebagai berikut: 1. Metode Pendekatan Metode pendekatan yang penulis gunakan dalam penyusunan penulisan penelitian hukum ini adalah penelitian hukum doktrinal/normatif, karena dalam penelitian ini hukum dikonsepsikan sebagai peraturan perundangan yang bersifat normatif dan sebagai normanorma tertulis yang dibuat dan diundangkan oleh lembaga atau oleh pejabat negara yang berwenang, hukum dipandang sebagai suatu lembaga yang otonom, terlepas dari lembaga-lembaga lainnya yang ada di masyarakat. Oleh karena itu pengkajian yang dilakukan, hanyalah terbatas pada masalah-masalah yang ada di dalam sistem hukum itu sendiri. 13 Adapun metode pendekatan yang dipakai Penulis dalam penelitian normatif ini adalah metode pendekatan peraturan perundangan-undangan karena yang akan diteliti adalah berbagai aturan hukum yang menjadi fokus sekaligus sentral suatu penelitian, yakni: a. Comprehensive, bahwa norma-norma hukum yang ada di dalamnya terkait antara satu dengan yang lain. b. All-inclusive, bahwa kumpulan norma hukum tersebut cukup mampu menampung permasalahan hukum yang ada, sehingga tidak ada kekurangan hukum. 12 Ibid, hal 43 13 Buku pegangan Kuliah Khudzaifah Dimyati & Kelik Wardiono, 2005, Metodologi Penelitian Hukum. Surakarta: FH UMS, Hal 11

9 c. Systematic, bahwa disamping bertautan antara satu dengan yang lain, norma-norma hukum tersebut juga tersusun secara hierarkis. 14 2. Jenis Penelitian Tipe kajian dalam penelitian normatif ini lebih bersifat deskriptif analitis, karena penelitian ini bermaksud untuk menggambarkan data secara jelas tentang objek yang diteliti yakni merupakan penelitian hukum terhadap norma peraturan perundang-undangan yang kemudian dilakukan penganalisisan. Penelitian ini mendasarkan pada bahan pustaka atau data sekunder yang dalam hal ini dicari adalah peraturan daerah yang berhubungan dengan pengelolaan dengan keindahan Kota Surakarta. Bahan-bahan tersebut disusun secara sistematis, dikaji, serta kemudian ditarik suatu kesimpulan dalam hubungannya dengan masalah yang diteliti untuk menemukan asas hukum berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku dan doktrin hukum. 15 3. Jenis dan Sumber Data Data yang disajikan dalam penelitian ini diperoleh dari sumbersumber data yang berasal dari dokumen-dokumen resmi peraturan perundang-undangan maupun Peraturan Daerah Kota Surakarta yang berhubungan dengan pengelolaan keindahan kota yakni Peraturan Daerah Kota Surakarta No. 29 Tahun 1981 tentang Kebersihan dan Keindahan Kota, Peraturan Daerah Kota Surakarta No. 3 Tahun 2008 tentang 14 Jhonny Ibrahim, 2007, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang: Media Publishing, hal 317 15 Ibid

10 Pengelolaan Pedagang Kaki Lima, dan Peraturan Daerah Kota Surakarta No 3 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Sampah. 16 4. Metode Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data yang dimaksud diatas menggunakan teknik studi kepustakaan yang dilakukan dengan mencari, mencatat, menginventarisasi, mempelajari dan menganalisa data materi muatan dari batang tubuh maupun konsideran-konsideran yang terdapat dalam Peraturan Daerah Kota Surakarta No. 29 Tahun 1981 tentang Kebersihan dan Keindahan Kota, Peraturan Daerah Kota Surakarta No. 3 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Pedagang Kaki Lima, dan Peraturan Daerah Kota Surakarta No 3 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Sampah serta data-data pendukung lainnya yang terkait dengan objek yang dikaji. 5. Teknik Analisis Data Dalam penelitian ini analisis akan dilakukan melalui tahap-tahap pola berpikir deduktif, selanjutnya akan menarik sebuah konklusi yang diperoleh dari data yang dikaji. 17 Dalam proses tersebut akan dilakukan penyusunan data pada uraian norma, setelah sebelumnya dilakukan penyajiandan reduksi data. Langkah ini akan dilanjutkan mengambil normayang dikaji, dengan maksud menunjukan indikator-indikator yang penting dan bagaimana indikator dalam norma itu saling dihubungankan, beserta sifat-sifatnya. Setelah semua tahapan analisis tersebut dilakukan, pada tahapan akhirnya akan dilakukan penjelasan data, dimana konsep-konsep yang ada diaplikasikan 16 Bag Hukum dan HAM Setda Kota Surakarta 17 Jhonny Ibrahim, Op.Cit.

11 ke dalam data, sehingga terjadi suatu dialog antara konsep di satu sisi dengan data di sisi lain. Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini akan juga dikomparasikan menggunakan metode penafsiran untuk menggali hal-hal yang berada didalam maupun diluar teks peraturan perundangan yang dikaji serta diharapkan dapat memperoleh makna yang subtansial. 18 G. SISTEMATIKA PENULISAN Dalam memudahkan serta untuk memahami pembahasan dan memberikan gambaran yang jelas mengenai keseluruhan penelitian hukum ini, maka Penulis menyusun sistematika penulisan yang dibagi dalam beberapa bab, yakni: Bab I PENDAHULUAN, yang memberikan penjabaran mengenai: A. Latar Belakang B. Rumusan Masalah C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian E. Kerangka Pemikiran F. Metode Penelitian G. Sistematika Penulisan Bab II TINJAUAN PUSTAKA, yang akan menguraikan tentang: Tinjauan tentang Perkembangan Tata Urutan Peraturan Perundang-undangan di Indonesia; Tinjauan tentang Tata Cara Penyusunan Peraturan Perundangan di Indonesia; Tinjauan tentang Hukum yang Baik dari Perspektif Pengayoman. 18 Ahmad Sahidah, 1965, Kebenaran dan Metode, Pengantar Filsafat Hermeneutika, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal 289s

12 Bab III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, yang akan menyajikan hasil penelitian berdasarkan identifikasi terhadap peraturan daerah keindahan kota serta menguraikan pembahasan permasalahan yang terdiri dari beberapa kajian mengenai analisa muatan asas pengayoman dalam Peraturan Daerah yang berhubungan dengan keindahan dalam Peraturan Daerah Kota Surakarta No. 29 Tahun 1981 tentang Kebersihan dan Keindahan Kota, Perda Kota Surakarta No. 3 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Pedagang Kaki Lima, Perda Kota Surakarta No. 3 Tahun 2010 tentang Pengelolaan Sampah. Pembahasan permasalahan selanjutnya yakni mengenai peranan peraturan daerah keindahan kota yang dijelaskan melalui uraian dan muatan isi dari peraturan daerah yang akan dikaji. Bab IV PENUTUP, yang akan menguraikan kesimpulan dalam pembahasan penelitian hukum ini serta memberikan saran kepada berbagai pihak yang terkait terhadap pengkajian ini.