Bab I PENDAHULUAN. Kondisi dunia yang tidak menentu seperti terjadinya global warming,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Signaling theory merupakan sinyal-sinyal informasi yang dibutuhkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. sosial atau yang dikenal dengan CSR (Corporate Social Responsibility),

BAB I PENDAHULUAN. Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility atau tanggung jawab sosial perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility), tentang komitmen

BAB I PENDAHULUAN. mengenai pengungkapan laporan keuangan (disclosure of financial

BAB I PENDAHULUAN. modal (investor dan kreditor), tetapi juga kepentingan karyawan, konsumen,

BAB 1 PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial

BAB 1. membiayai dan mengembangkan proyek-proyeknya sehingga meningkatkan. dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Hal inilah yang mendorong perubahan paradigma para pemegang saham dan

BAB I PENDAHULUAN. dasar bagi investor, kreditor, calon investor, calon kreditor dan pengguna

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dimasyarakat meningkat, hal ini dapat dilihat pada banyaknya perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan memiliki kewajiban sosial atas apa yang terjadi di sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan merupakan suatu alat yang digunakan oleh manajemen

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Judul : Industry Profile

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam akuntansi konvensional (mainstream accounting), tanggung

BAB 1 PENDAHULUAN. kontribusinya dalam kehidupan komunitas lokal sebagai rekanan dalam kehidupan

BAB II LANDASAN TEORI. Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (2009) adalah suatu tindakan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu alat yang digunakan oleh manajemen untuk melakukan

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perusahaan di tengah masyarakat, secara langsung. lingkungan di sekitarnya. Dampak positif yang mungkin timbul adalah

BAB I PENDAHULUAN. revolusi industri (akuntansi konvensional) menyebabkan pelaporan akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena perkembangan isu Corporate Social Responsibility (CSR) cukup

BAB I PENDAHULUAN. Corporate social responsibility (CSR) merupakan klaim agar. perusahaan tak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan negatif. Di satu sisi, perusahaan menyediakan barang dan jasa yang diperlukan oleh

SKRIPSI. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Akuntansi pada Fakultas Ekonomi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

BAB I PENDAHULUAN. dipakai investor ketika menanamkan dananya pada suatu perusahaan dan juga para

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility mungkin

BAB I PENDAHULUAN. dalam memenangkan persaingan didalam dunia usaha adalah meningkatnya profit

PENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DALAM LAPORAN TAHUNAN

BAB 1 PENDAHULUAN. dan bisnis seperti sebuah perusahaan juga ikut terpengaruh dalam pertumbuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. pasangan hidup yang saling memberi dan membutuhkan. Kontribusi dan

BAB I PENDAHULUAN. Maraknya pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR),

BAB I PENDAHULUAN. media pengungkapan (disclosure) maupun perangkat evaluasi dan monitoring

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan (Corporate Social Responsibility (CSR)).

BAB I PENDAHULUAN. sah dari pihak-pihak yang memiliki klaim atas perusahaan. Para pihak ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. kewajiban terhadap pihak lain termasuk masyarakat. Menurut Suwaldiman (2000),

BAB I PENDAHULUAN. dampak yang timbul terhadap lingkungan sekitarnya. Permasalahan lingkungan yang

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal

BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam menggunakan dana yang ada dari para pemilik modal dan besarnya return

BAB I PENDAHULUAN. bentuk tanggung jawab sosial perusahaan terhadap masyarakat.

Prosiding Akuntansi ISSN:

BAB I PENDAHULUAN. sehingga setiap keputusan yang dibuat oleh institusi dan setiap tindakan yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan banyak masyarakat, baik secara perorangan maupun kelompok,

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan kesejahteraan dalam bidang sosial, ekonomi, pendidikan, dan bidangbidang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Teori stakeholder mengungkapkan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang

BAB I PENDAHULUAN. akuntabel serta tata kelola perusahaan yang semakin bagus (good corporate

BAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab perusahaan terhadap para stakeholder yang memunculkan

BAB I. Pada awalnya bisnis dibangun dengan paradigma single bottom line

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Guthrie dan Mathews (1985), kemajuan teknologi serta perubahan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. khususnya kalau informasi tersebut merupakan berita baik (good news).

BAB I PENDAHULUAN. Industri merupakan sektor penting dalam meningkatkan perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. mudah untuk mengantisipasi kondisi di luar perusahaan yang terus

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang berkaitan dengan lingkungan, khususnya masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna. Perseroan Terbatas (PT) mempunyai tanggung jawab sosial terhadap

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat atau lingkungan sekitar (Hexa, 2008). Dewasa ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. antara investor dengan perusahaan yang dilakukan melalui perdagangan instrumen

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam dunia industri yang sangat menuntut perbaikan berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. saat ini adalah informasi tentang tanggung jawab sosial perusahaan. Corporate

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Pentingnya Corporate Social Responsibility (CSR) harus dilandasi oleh

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi iklim yang tidak menentu saat ini yang ditandai dengan global

pemerintah melalui peraturan daerah. Contoh kerugian jangka panjang adalah menurunnya tingkat kepercayaan perusahaan di mata masyarakat, menurunnya

BAB 1 PENDAHULUAN. dikelola untuk menghasilkan barang atau jasa (output) kepada pelanggan

BAB I PENDAHULUAN. modalnya kepada perusahaan tersebut (Haruman, 2008). informasi tersebut akan meningkatkan nilai perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan salah satu pelaku ekonomi yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan mempunyai tujuan yang sama yaitu menghasilkan laba. Dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. belakangan ini banyak terjadi konflik industri, seperti kerusakan alam, banyaknya

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan tidak lagi dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada single

PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial (Social Responsibility) pada hakekatnya adalah hal

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan bisnis terutama yang bergerak di bidang pemanfaatan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan community empowerment developing program, community. based resources management, community based development

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai agent dengan pemilik modal sebagai principal. Teori ini

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social

keuangan saja yang merupakan informasi wajib. Informasi mengenai kondisi perusahaan juga dapat didapatkan dari informasi yang diungkapkan secara

BAB I PENDAHULUAN. melainkan juga menunjukkan prospek pada masa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility-csr) dimana perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. dan pertumbuhan ekonomi lingkungan sekitar perusahaan yang sehat dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pemanasan global telah menjadi berita sehari-hari sekarang. (Suartana,2010). Salah satu upaya tersebut terangkum dalam beragam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai awal munculnya konsep pembangunan berkelanjutan adalah karena

BAB I PENDAHULUAN. jawab sosial atau social responsibility semakin meningkat. Timbul selaras dengan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. environmental responsibility (Bakdi Soemanto dkk, 2007). Dari penjelasan diatas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Corporate Social Responsibility (CSR) atau tanggung jawab sosial

BAB I PENDAHULUAN. berharga) melakukan transaksi di pasar modal. Prospek laba yang di masa

BAB I PENDAHULUAN. Khoirudin (2013) berpendapat bahwa Corporate Social Responsibility. berusaha, melalui upaya-upaya yang mengarah pada peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) dan

Transkripsi:

Bab I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kondisi dunia yang tidak menentu seperti terjadinya global warming, kemiskinan yang semakin meningkat, memburuknya kesehatan masyarakat serta tuntutan sosial kepada perusahaan, memicu perusahaan dalam mengungkapkan tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) pada seluruh stakeholder yang terdiri dari karyawan, investor, pemerintah, masyarakat, konsumen dan pemasok, serta kelangsungan generasi penerus. Perusahaan sebagai salah satu pelaku ekonomi mempunyai peranan penting terhadap kehidupan perekonomian dan masyarakat luas sehingga suatu badan usaha tidak hanya bertanggung jawab kepada investor dan kreditor, tetapi juga kepada masyarakat luas (Marianty, 2005). Perusahaan-perusahaan yang melakukan kegiatan bisnis terutama yang bergerak di bidang pemanfaatan sumber daya alam baik secara langsung maupun tidak langsung tentu memberikan dampak pada lingkungan sekitarnya seperti masalah-masalah polusi, limbah, keamanan produk dan tenaga kerja. Adanya dampak pada lingkungan tersebut mempengaruhi kesadaran masyarakat tentang pentingnya pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan atau yang dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR). Kesadaran masyarakat terhadap peran perusahaan dalam melaksanakan Corporate Social Responsibility yang semakin meningkat menyebabkan perusahaan dituntut untuk bertanggung jawab terhadap lingkungan sosialnya. Hal ini terlihat pada banyaknya perusahaan yang dianggap telah memberi 1

kontribusi bagi kemajuan ekonomi dan teknologi tetapi perusahaan tersebut mendapat kritik karena telah menciptakan masalah sosial (Devina, Suryanto, dan Zulaikha 2004). Limbah, kualitas dan keamanan produk, serta hak dan status pekerja merupakan isu-isu yang menjadi perhatian utama (Gray et al 1987 dalam Yuningsih 2004). Tabel 1 akan memperlihatkan contoh permasalahan sosial pada dunia bisnis di Indonesia. Tabel 1 CONTOH PERMASALAHAN SOSIAL PADA DUNIA BISNIS DI INDONESIA No Nama Perusahaan (Tahun) Lokasi Permasalahan Sosial 1 2 PT. Inti Indo Rayon Utama (2003) PT. Exxon Mobil (2001) Porsea, Toba- Samosir, Sumatera Utara Lhokseumawe, Aceh Utara 3 PT. Ajinomoto Indonesia (2001) Jakarta Penghentian kegiatan operasional karena adanya masalah lingkungan dan masalah dengan masyarakat sekitar industry Penghentian kegiatan produksi karena faktor stabilitas keamanan dan pelanggaran HAM Penarikan distribusi, pemasaran, dan aktifitas produksi karena masalah sertifikasi halal oleh MUI 4 PT. Riau Andalan Pulp and Paper (2002) 5 PT. Maspion Indonesia (2000) Propinsi Riau Sidoarjo, Surabaya-Jawa Timur Adanya protes dari masyarakat setempat terkait permasalahan limbah industri dan lingkungan Demo buruh dan tuntutan peningkatan kesejahteraan pekerja 6 7 8 PT. Telkom Indonesia (2002) Jawa Tengah dan DIY Serikat karyawan PT. Telkom menolak penjualan divisi regional (Divre) IV kepada PT. Indosat PT. BCA (2002) Jakarta Serikat pekerja menolak divestasi saham BCA PT. Kereta Api Indonesia (2002) Jakarta Penolakan kembalinya Dewan Direksi lama karena dianggap bertanggung jawab atas beberapa kasus kecelakaan kereta api di Indonesia 9 Bank International Indonesia (BII) (2005) Jakarta Tuntutan karyawan atas gaji, upah, dan peningkatan kesejahteraan pekerja 10 PT. Gudang Garam (2003) Sumber : Azizul Kholis (2001) Kediri, Jawa Timur Mogok kerja massal karyawan menuntut kenaikan gaji dan kesejahteraan karyawan 2

Dalam tabel 1 membuktikan bahwa permasalahan-permasalahan sosial yang dihadapi oleh perusahaan di Indonesia terjadi karena lemahnya penegakan peraturan tentang tanggung jawab sosial perusahaan, misalnya tentang aturan ketenagakerjaan, pencemaran lingkungan, perimbangan bagi hasil suatu industri dalam era otonomi daerah (Eka, 2011). Selain itu, dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 (revisi 2009) paragraf 12 perusahaan masih bersifat sukarela dalam mengungkapkan CSR kepada publik melalui laporan tahunan perusahaan. Akibat dari belum diwajibkan PSAK untuk mengungkapkan informasi sosial menimbulkan praktik pengungkapkan informasi yang dilakukan oleh perusahaan umumnya bersifat voluntary (sukarela), unaudited (belum diaudit), dan unregulated (tidak dipengaruhi oleh peraturan tertentu) Eka (2011). Pemerintah juga mengeluarkan peraturan mengenai tanggung jawab sosial, yang diatur dalam Undang-Undang R.I. No. 40 tahun 2007 pasal 74 tentang tanggung jawab sosial dan lingkungan. Peraturan di atas menunjukkan bentuk kepedulian pemerintah terhadap masalah-masalah sosial, yang dalam hal ini adalah pertanggung jawaban sosial perusahaan. Saat ini seluruh perusahaan di Indonesia sebagian besar mengklaim bahwa perusahaan mereka telah melaksanakan kewajiban sosialnya terhadap lingkungan sekitar perusahaan. Oleh karena itu, sebagian besar perusahaan tersebut melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Sosial Responsibility) sebagai motivasi untuk meningkatkan kepercayaaan publik terhadap pencapaian usaha perbaikan terhadap lingkungan sekitar perusahaan. Karena perusahaan di Indonesia semakin dituntut untuk memberikan informasi yang transparan atas aktivitas sosialnya, maka 3

pengungkapan terhadap Corporate Social Responsibility (CSR) memerlukan peran dari akuntansi pertanggungjawaban sosial (Fr. Reni, 2006). Hal-hal berikut dapat dijadikan pertimbangan dalam menguatkan wacana tentang perlunya pengungkapan sosial yang lebih tinggi pada perusahaan-perusahaan high- profile dan low-profile: 1) Prinsip Pembangunan Indonesia (TAP MPR No. II/MPR/1998) menekankan prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Prinsip ini menyatakan pembangunan harus dijalankan dengan berwawasan lingkungan agar dapat mewujudkan kesejahteraan bagi generasi kini dan generasi mendatang. Dari pernyataan ini, perhatian terhadap masalah lingkungan telah menjadi agenda negara dan harus diperhatikan oleh kalangan bisnis sebagai bentuk corporate citizenship. 2) Western Mining Corp. (2001, dalam Peck and Sinding, 2002) menyatakan bahwa: sebagai perusahaan pengelola sumber daya alam, kami memerlukan akses ke bumi dan izin operasi yang kontinyu untuk memberi nilai kepada pemilik perusahaan, maka untuk mencapai tujuan tersebut, kami perlu meningkatkan nilai dan ekspektasi sosial kami. Menurut perusahaan ini, industri ekstraktif harus menyadari sepenuhnya tentang pengurangan sumber daya alam yang terbatas. 3) PricewaterhouseCoopers (kantor akuntan publik) dan ValueReportingTM (2002) merekomendasikan kepada industri kimia untuk meningkatkan aktivitas pengungkapan sosial dan lingkungan. Hal ini dilakukan sebagai bentuk 4

pertanggungjawaban perusahaan kepada publik dan agar dapat memberikan nilai tambah tersendiri bagi perusahaan dalam jangka panjang. 4) Kantor Akuntan Publik KPMG (Beyond The Numbers, 2000) menyatakan bahwa perusahaan-perusahaan terkemuka harus mulai membangun kepercayaan stakeholder dan secara simultan meningkatkan kinerja bisnis mereka dengan mengukur dan melaporkan indikator finansial dan non finansial seperti manajemen lingkungan, hubungan pekerja dan pertanggungjawaban sosial. Demikianlah kantor akuntan ini memberikan suatu pandangan yang dapat dijadikan masukan terutama bagi perusahaan-perusahaan dimana pengukuran dan pelaporan indikator non financial merupakan hal yang penting, yaitu terutama pada industri high-profile. 5) Mathews (1997, dalam Parsa dan Kouhy, 2000) mengemukakan kemungkinan lain yang mengharuskan industri-industri high profile untuk lebih responsif dalam menjawab tuntutan masyarakat terhadap pelaksanaan bisnis yang lebih socially responsible, yaitu sebagai respon terhadap social contract (kontrak sosial antara perusahaan dengan masyarakat), legitimasi organisasi, dan upaya peningkatan eksistensi perusahaan di pasar modal. Berbagai alasan perusahaan melakukan pengungkapan informasi CSR secara sukarela telah diteliti dalam penelitian sebelumnya, diantaranya adalah untuk mentaati peraturan yang ada, untuk memperoleh keunggulan kompetitif melalui penerapan CSR dan memenuhi ekspektasi masyarakat, untuk melegitimasi tindakan perusahaan dan untuk menarik investor (Sayekti, 2007). Patten (2002) menyatakan bahwa dalam 5

proses pengambilan keputusan investasi, investor memasukkan variabel yang berkaitan dengan masalah sosial dan kelestarian lingkungan. Reaksi investor dapat dilihat melalui pasar yang efisien. Bentuk pasar efisien di Indonesia adalah pasar efisien bentuk setengah kuat. Ini dapat dilihat dari cepatnya investor bereaksi terhadap masuknya informasi baru (Setiawan dan Hartono, 2003). Jika pelaku pasar (investor) menganggap informasi tersebut sebagai informasi yang baik (good-news) maka akan ada reaksi investor yang tercermin melalui peningkatan harga saham. Dalam penelitian ini, CSR diukur menggunakan indeks pelaporan GRI G3.1. konsep pelaporan CSR yang digagas oleh Global Reporting Initiative (GRI) adalah konsep sustainability report yang muncul sebagai akibat adanya konsep sustainability development. Komponen-komponen CSR perusahaan dibagi kedalam empat kategori, yaitu economic responsibilities, ethical responsibilities, legal responsibilities, dan discrestionary responsibilities (Carrol, 1999), sedangkan Global Reporting Initiative (GRI-G3.1 Guidliness, 2011:25) berfokus pada konsep triple bottom line, yaitu ekonomi, sosial, dan lingkungan. Konsep triple bottom line kemudian diperluas menjadi enam aspek pengungkapan CSR yaitu economic performance indicator (EC), environmental performance indicator (EN), labor practices and decent work performance indicators (LA), human right performance indicators (HR), society performance indicator (SO), serta product responsibility performance indicators (PR). Umur perusahaan sebagai bagian dari karakteristik perusahaan merupakan potensial determinant dari praktek pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. 6

Secara umum, perusahaan yang telah lama melakukan usaha cenderung akan menungkapkan informasi sosial perusahaan lebih banyak daripada perusahaan yang baru beroperasi, karena perusahaan yang sudah lama berdiri akan mendapat perhatian lebih dari masyarakat luas. Dengan demikian, untuk menjaga stabilitas dan citra perusahaan, perusahaan akan berusaha mempertahankan dan meningkatkan kinerjanya, terutama dalam hal pengungkapan informasi sosial perusahaan. Media Exposure merupakan variabel yang masih jarang digunakan untuk menjelaskan pengaruhnya terhadap pengungkapan. Fungsi komunikasi menjadi sangat pokok dalam manajemen Corporate Social Responsibility (CSR). Pengkomunikasian Corporate Social Responsibility (CSR) melalui media akan meningkatkan reputasi perusahaan di mata masyarakat. Pada pelaksanaannya, hal inilah yang menjadi bagian pada proses membangun institusi, membentuk norma yang diterima dan legitimasi praktik Corporate Social Responsibility (CSR). Penelitian teori legitimasi secara luas menguji peran yang dimainkan oleh berita media pada peningkatan tekanan yang diakibatkan oleh tuntutan publik terhadap perusahaan. Media mempunyai peran penting pada pergerakan mobilisasi sosial, misalnya kelompok yang tertarik pada lingkungan (Patten, 2002b dalam Reverte, 2008). Menurut Simon (1992) dalam Reverte (2008),menyatakan media adalah sumber daya pada informasi lingkungan. Perusahaan yang termasuk dalam tipe industri high-profile merupakan perusahaan yang mempunyai tingkat sensitivitas tinggi terhadap lingkungan, tingkat risiko politik yang tinggi, atau tingkat kompetisi yang kuat (Robert, 1992 dalam 7

Utomo, 2000). Selain itu, perusahaan yang termasuk kategori high-profile umumnya merupakan perusahaan yang memperoleh sorotan dari masyarakat karena aktivitas operasi perusahaan memiliki potensi dan kemungkinan berhubungan dengan kepentingan masyarakat luas. Industri high-profile diyakini melakukan pengungkapan pertanggungjawaban sosial yang lebih banyak dibandingkan industri yang low-profile. Adapun perusahaan yang tergolong dalam industri high-profile pada umumnya memiliki karakteristik seperti memiliki jumlah tenaga kerja yang besar dan dalam proses produksinya mengeluarkan residu, seperti limbah dan polusi (Zuhroh dan Sukmawati, 2003). Dieckers dan Preston (1977) menggambarkan industri high-profile sebagai perusahaan-perusahaan yang aktivitas ekonominya memodifikasi lingkungan, misalnya industri ekstraktif. Sedangkan Heeding Roberts (1992) menjelaskan bahwa industri high-profile adalah industri yang memiliki consumer visibility, tingkat resiko politik, dan tingkat kompetisi yang tinggi. Roberts kemudian menjelaskan contoh industri high-profile yaitu perusahaan minyak dan pertambangan lainnya, kimia, hutan, kertas, otomotif, penerbangan, agribisnis, tembakau dan rokok, produk makanan dan minuman, media dan komunikasi, energi (listrik), engineering, kesehatan, serta transportasi dan pariwisata. Sedangkan yang termasuk kedalam kategori industri low-profile adalah perusahaan bangunan, keuangan dan perbankan, pemasok peralatan medis, properti, perusahaan ritel, tekstil dan produk tekstil, produk personal, dan produk rumah tangga. Kepedulian sosial dari kelompok industri high- 8

profile akan menjadi representasi kepedulian sosial dari keseluruhan industri. Lebih lanjut, pengelompokan ini sangat relevan, mengingat realita bahwa aktivitas CSR oleh perusahaan-perusahaan di Indonesia yang belum begitu marak dan mungkin lebih didasari oleh pemenuhan kewajiban sosial semata. Penelitian-penelitian sebelumnya mengenai pengaruh CSR tehadap reaksi pasar menemukan hasil yang beragam. Sebagai contoh penelitian yang dilakukan Nurdin dan Cahyandito (2006) melakukan penelitian pada perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEJ yang mengungkapkan tema-tema sosial dan lingkungan terhadap reaksi pasar dengan indikator perubahan harga saham dan volume perdagangan saham. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa pengungkapan tema-tema sosial dan lingkungan dalam laporan tahunan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap reaksi pasar. Juned (2010) menyimpulkan bahwa pelaksanaan CSR memiliki dampak positif dan signifikan terhadap reaksi pasar. Zuhroh et al. (2003) menemukan bahwa pengungkapan sosial dalam laporan tahunan perusahaan berpengaruh terhadap volume perdagangan saham bagi perusahaan yang masuk dalam kategori high-profile. Penelitian Suranta (2010) yang menunjukkan bahwa variabel dalam pengungkapan tema-tema sosial dan lingkungan tidak mempengaruhi reaksi investor, dimana reaksi investor diukur dengan menggunakan abnormal return. Putri (2010) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa pengungkapan tanggung jawab sosial (CSR) tidak berpengaruh terhadap reaksi pasar. Gray et al. (1995) memberikan kesimpulan sementara bahwa umur perusahaan mungkin berhubungan dengan pengungkapan tanggung jawab publik. Sementara itu penelitian di Indonesia yang dilakukan oleh 9

Yuningsih (2004) menemukan bahwa umur perusahaan (kurun waktu dua tahun) tidak berpengaruh terhadap praktek pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Sembiring (2005) dan Suripto (1999) berhasil menemukan korelasi antara umur perusahaan terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial, serta pengaruhnya terhadap reaksi pasar. Pengungkapan media merupakan variabel yang masih jarang digunakan untuk menjelaskan pengaruhnya terhadap pengungkapan CSR. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Aulia (2011) dan Reverte (2008) menunjukkan bahwa pengungkapan media tidak berpengaruh dalam praktik CSR pada reaksi pasar, akan tetapi hasil penelitian (Bansal and Clelland, 2004;Bansal and Roth, 2000; Bowen, 2000; Henriques and Sadorsky, 1996) dalam Reverte (2008) menunjukkan bahwa pengungkapan media berpengaruh positif dalam pada pengungkapan CSR. Hasyir (2009) dalam penelitiannya menemukan bahwa tingkat pengungkapan social pada industri high-profile secara signifikan lebih tinggi daripada tingkat pengungkapan social pada industri low-profile. Lucyanda dan Siagian (2012) berpendapat bahwa perusahaan high-profile akan cenderung memberi pengungkapan tanggung jawab sosial yang memenuhi syarat untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan. Hasil penelitian dari para peneliti sebelumnya menunjukkan hasil yang berbeda-beda, selain itu variabel media exposure (pengungkapan media) juga masih jarang dipakai oleh peneliti sebelumnya untuk mengukur praktik CSR pada reaksi investor, oleh karena itu, peneliti ingin meneliti lebih dalam lagi mengenai Pengaruh Umur Perusahaan, Media Exposure, dan Corporate Social Responsibility pada Reaksi Pasar 10

1.2 Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah disebutkan diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Apakah umur perusahaan dalam praktik pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh pada reaksi pasar? 2. Apakah media exposure dalam praktik pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh pada reaksi pasar? 3. Apakah pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) berpengaruh pada reaksi pasar? 4. Apakah terdapat perbedaan luas pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada perusahaan terkategori high-profile dan low-profile? 1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah penelitian diatas, adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pengaruh umur perusahaan dalam praktik pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada reaksi pasar 2. Untuk mengetahui pengaruh media exposure dalam praktik pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada reaksi pasar 3. Untuk mengetahui pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada reaksi pasar 11

4. Untuk mengetahui perbedaan luas pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada perusahaan terkategori high-profile dan low-profile Selain rumusan masalah diatas, untuk mengendalikan permasalahan ini disertakan industry profile sebagai variabel kontrol dalam penelitian ini. 1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Bagi Manajemen Perusahaan Bagi manajemen perusahaan, penelitian ini dapat digunakan sebagai motivasi dan dorongan bagi manajemen untuk turut serta berperan aktif dalam kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) serta mengungkapkannya di dalam laporan tahunan perusahaan. 1.4.2 Bagi Pengguna Informasi Akuntansi Bagi pengguna informasi akuntansi antara lain: pemengang saham, investor, karyawan, pemerintah dan masyarakat luas, dapat memberikan suatu gambaran mengenai bagaimana sebenarnya hubungan luas pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap reaksi pasar, serta mengetahui perbedaan luas pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) pada perusahaan high-profile dan low-profile. Diharapkan pengguna akuntansi dapat mengambil keputusan dan mengetahui langkah-langkah yang harus diambil ketika perusahaan memutuskan untuk mengungkapkan atau tidak mengungkapkan aktivitas CSR-nya. 12

1.4.3 Bagi Penelitian Lain Bagi penelitian lainnya, hasil dari penelitian ini bisa menjadi refrensi dalam penelitian selanjutnya. Terutama yang berkaitan dengan pengaruh pengungkapan Corporate Social Responsibility (CSR) terhadap reaksi pasar, selain itu diharapkan pada penelitian selanjutnya, keterbatasan penelitian ini bisa dicermati dengan seksama agar bisa menjadi perbaikan demi memperoleh hasil yang lebih baik, akurat dan handal di masa yang akan datang. 1.5 Sistematika Penulisan Skripsi ini terdiri dari lima bab yang saling berhubungan antara bab yang satu dengan yang lain dan disusun secara terperinci serta sistematis. Untuk memberikan gambaran yang lebih jelas dari masing-masing bab di skripsi ini, dapat dilihat melalui sistematika penulisan sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RUMUSAN HIPOTESIS Pada bab ini diuraikan mengenai teori-teori yang relevan sebagai acuan, seperti teori sinyal, teori stakeholder, teori legitimasi, teori 13

kontrak sosial, dan landasan memecahkan permasalahan penelitian, pembahasan hasil penelitian sebelumnya yang berkaitan dengan skripsi ini, serta rumusan hipotesis BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini diuraikan mengenai metode penelitian yang meliputi objek penelitian, identifikasi dan definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data. BSB IV PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan mengenai gambaran umum tentang ruang lingkup penelitian, deskripsi variabel penelitian dan pembahasan, rumusan masalah yang diuraikan dalam bab sebelumnya serta hasil analisis penelitian. BAB V SIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari pembahasan pada bab sebelumnya merupakan isi dari bab ini, disamping itu disertakan pula beberapa saran yang diharapkan mampu memberikan wawasan kepada pembaca dan memberikan pertimbangan bagi praktisi yang terdiri dari perusahaan dan investor 14

mengenai pentingnya pengungkapan CSR, serta dapat bermanfaat bagi pihak-pihak lain yang berkepentingan. 15