BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Profitabilitas Profitabilitas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba perusahaan pada masa yang akan datang, dimana laba perusahaan merupakan salah satu informasi penting sebagai pertimbangan bagi investor dalam menanamkan modalnya kepada perusahaan tersebut. Semakin tinggi profitabilitas perusahaan, maka semakin tinggi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bagi perusahaannya, begitupun sebaliknya. Profitabilitas sebuah perusahaan juga mencerminkan tingkat efektivitas yang dicapai dalam menjalankan kegiatan operasional perusahaan. Menurut Gitman (dalam Mentari, 2007 : 16), Profitability is the relationship between revenues and cost generated by using the firm s assets both current and fixed in productive activities. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan pada tingkat penjualan, aset, dan modal saham tertentu (Hanafi dan Halim dalam Sulistyo, 2010 : 30). Terdapat tiga rasio yang dapat digunakan untuk mengukur profitabilitas, yaitu: profit margin, return on assets (ROA), return on equity (ROE). Penggunaan rasio profitabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan perbandingan antara berbagai komponen yang ada di 8
laporan keuangan, terutama laporan keuangan neraca dan laporan laba rugi.dalam penelitian ini,profitabilitas perusahaan di ukur dengan Return On Assets (ROA) terhadap profitabilitas perusahaan untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu. 2.1.2 Pertumbuhan Perusahaan Pertumbuhan perusahaan sangat diharapkan oleh pihak internal maupun eksternal suatu perusahaan karena dapat memberikan suatu aspek yang positif bagi mereka. Dari sudut pandang investor, pertumbuhan suatu perusahaan merupakan tanda bahwa perusahaan memiliki aspek yang menguntungkan, dan mereka mengharapkan rate of return (tingkat pengembalian) dari investasi mereka memberikan hasil yang lebih baik. Pertumbuhan dinyatakan sebagai pertumbuhan total aset diamana pertumbuhan aset masa lalu akan menggambarkan profitabilitas yang akan datang dan pertumbuhan yang datang (Taswan, 2003: 19). Growth adalah perubahan (penurunan atau peningkatan) total aktiva yang dimiliki oleh perusahaan. Pertumbuhan aset dihitung sebagai persentase perubahan aset pada saat tertentu terhadap tahun sebelumnya (Saidi, 2004). Berdasarkan difinisi di atas dapat dijelaskan Growth merupakan perubahan total aset baik berupa peningkatan maupun penurunan yang dialami oleh perusahaan selama satu periode (satu tahun). Pertumbuhan aset menggambarkan pertumbuhan aktiva perusahaan yang akan mempengaruhi profitabilitas perusahaan yang menyakini bahwa persentase perubahan total aktiva merupakan indikator yang lebih baik 9
dalam mengukur growth perusahaan (Putrakrisnanda, 2009 : 22). Ukuran yang digunakan adalah dengan menghitung proporsi kenaikan atau penurunan aktiva. Pada penelitian ini, pertumbuhan perusahaan diukur dari proporsi perubahan aset, untuk membandingkan kenaikan atau penurunan atas total aset yang dimiliki oleh perusahaan. Tingkat pertumbuhan suatu perusahaan akan menunjukkan sampai seberapa jauh perusahaan akan menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya. Dalam hubungannya dengan leverage, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai sumber pembiayaannya agar tidak terjadi biaya keagenan (agency cost) antara pemegang saham dengan manajemen perusahaan, sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah sebaiknya menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaan karena penggunaan hutang akan mengharuskan perusahaan tersebut membayar bunga secara tetatur. Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan potensial yang tinggi memiliki kecendrungan untuk menghasilkan arus kas yang tinggi di masa yang akan dating dan kapitalisasi pasar yang tinggi sehingga memungkinkan perusahaan untuk memiliki biaya modal rendah, oleh sebab itu, leverage memiliki hubungan negatif dengan tingkat pertumbuhan sehingga semakin tinggi pertumbuhan, maka semakin rendah pula rasio hutang terhadap ekuitas, dengan asumsi variabel yang lain konstan. 10
Pertumbuhan perusahaan sangat diharapkan oleh pihak internal maupun eksternal perusahaan, karena pertumbuhan yang baik member tanda bagi perkembangan perusahaan. Dalam penelitian ini pertumbuhan perusahaan (growth) diukur dengan menggunakan perubahan total aktiva. 2.1.3 Struktur Modal Struktur modal menunjukkan proposi atas penggunaan hutang untuk membiayai investasinya, sehingga dengan mengetahui struktur modal, investor dapat mengetahui keseimbangan antara risiko dan tingkat pengembalian investasinya. Struktur modal adalah proporsi dalam menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan dengan sumber pendanaan jangka panjang yang berasal dari dana internal dan dana eksternal, dengan demikian struktur modal adalah struktur keuangan dikurangi utang jangka pendek. Pengertian struktur keuangan menurut Farah Margaretha (2004 : 24) menggambarkan susunan keseluruhan sisi kredit neraca yang terdiri atas utang jangka pendek, utang jangka panjang, dan modal sendiri. Utang jangka pendek tidak diperhitungkan dalam struktur modal karena utang jenis ini umumnya bersifat spontan (berubah sesuai dengan perubahan tingkat penjualan) sementara itu utang jangka panjang bersifat tetap selama jangka waktu yang relatif panjang (lebih dari satu tahun) sehingga keberadaannya perlu lebih dipikirkan oleh para manajer keuangan. Itulah alasan utama mengapa struktur modal hanya terdiri dari utang jangka panjang dan ekuitas. Karena alasan itu pulalah biaya modal 11
hanya mempertimbangkan sumber dana jangka panjang (Handono Mardiyanto, 2009 : 24). Kebutuhan dana yang berasal dari dalam atau sering disebut modal sendiri adalah modal yang berasal dari perusahaan itu sendiri seperti cadangan laba yang berasal dari pemilik seperti modal saham. Modal inilah yang menjadi tanggungan terhadap keseluruhan resiko perusahaan dan dijadikan jaminan bagi kreditor. Dana yang berasal dari luar adalah modal yang berasal dari kreditur (panyandang dana), modal inilah yang merupakan utang bagi perusahaan yang bersangkutan (Bambang Riyanto, 1980). Tujuan dari manajemen struktur modal atau capital structure management adalah menggabungkan sumber sumber dana yang digunakan perusahaan untuk membiayai operasi. Dengan kata lain, tujuan ini dapat dilihat sebagai pencarian gabungan dana yang akan meminimumkan biaya modal dan dapat memaksimalkan harga saham. Struktur modal yang demikian, dapat kita sebut sebagai struktur modal yang optimal (Ahmad Rodoni dan Herni Ali, 2010 : 14). Konsep penting manajemen modal adalah masalah sumber dana dan penggunaan dana. Dana dapat dipenuhi dari sumber intern ataupun sumber eksternperusahaan. Dana tersebut dialokasikan untuk membelanjai aktiva perusahaan. Pada hakekatnya, pemenuhan dan pengalokasian dana menyangkut masalah keseimbangan finansial dalam perusahaan, yaitu mengadakan keseimbangan finansial antara aktiva dengan pasiva tersebut 12
dengan sebaik baiknya. Keseimbangan finansial dapai dicapai, apabila perusahaan tersebut selama menjalankan fungsinya tidak menghadapi gangguan gangguan finansial yang disebabkan tidak adanya keseimbangan antara jumlah modal yang tersedia dengan modal yang dibutuhkan. Menurut Bambang Riyanto (2001 : 25) di dalam penelitian Elyana Noor Andriyanti (2007 : 44) ada dua pedoman structure financial yaitu pedoman structure financial vertical dan pedoman structure financial horizontal. Pedoman structure financial vertical memberikan batas rasio yang harus dipertahankan oleh suatu perusahaan mengenai besarnya modal pinjaman atau hutang dengan besarnya jumlah modal sendiri. Berdasarkan anggapan bahwa pembelanjaan yang sehat itu awalnya harus dibangun atas dasar modal sendiri, maka pedoman structure financial tersebut menetapkan bahwa besarnya jumlah modal pinjaman atau hutang dalam suatu perusahaan dalam keadaan bagaimanapun tidak boleh melebihi besarnya jumlah modal sendiri. Demikian angka perbandingan antara jumlah hutang dengan jumlah modal sendiri tidak boleh lebih dari 100%. Adapun structure financialhorizontal memberikan batas rasio antara besarnya jumlah modal sendiri dengan besarnya jumlah aktiva tetap ditambah persediaan bersih. Hal tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa dana yang terkait dalam aktiva tetap ditambah persediaan bersih akan tetap tertanam di dalam perusahaan, sehingga sifat kebutuhan 13
dananya adalah permanen. Sumber dana yang permanen atau sumber dana yang akan tetap tertanam dalam perusahaan adalah modal sendiri. Struktur modal yang baik dan tepat diharapkan mampu memaksimalkan harga saham perusahaan (meningkatkan nilai perusahaan tersebut). Struktur modal merupakan perbandingan total hutang yang dimiliki perusahaan terhadap total ekuitas perusahaan. Dalam penelitian ini struktur modal diukur dengan DER (Debt to Equity Ratio), yaitu membagi antara total hutang dengan total ekuitas 2.1.4 Leverage Rasio leverage digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan (entitas) dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Buruknya kinerja perusahaan dapat dilihat dari kemampuan perusahaan tersebut di dalam melunasi kewajibannya. Rasio leverage ini terdiri dari rasio utang dan rasio utang terhadap ekuitas. Beberapa indikator yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat leverage suatu perusahaan yaitu rasio hutang terhadap ekuitas (debt to equity ratio) dan rasio hutang terhadap total aktiva (debt to total assets ratio). Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan debt to total assets ratio sebagai alat ukur dari rasio leverage. Debt to total assets ratio merupakan rasio antara total hutang (total debts) baik hutang jangka pendek (current liability) dan hutang jangka panjang (long term debt) terhadap total aktiva (total assets) baik aktiva lancar (current assets) maupun aktiva tetap (fixed assets) dan aktiva lainnya (other assets). Rasio 14
tersebut digunakan untuk memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki perusahaan, sehingga dapat dilihat tingkat resiko tak tertagihnya suatu hutang. Umumnya, perusahaan dengan pendapatan yang relatif stabil memiliki rasio utang terhadap total aset yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan musiman dengan pendapatan yang sangat berfluktuasi (Waygant, Kieso, dan kimmel, 2008:407). Debt to total assets ratio (DTA) menunjukkan besarnya hutang yang digunakan untuk membiayai aktiva yang digunakan oleh perusahaan dalam rangka menjalankan aktivitas operasionalnya. Semakin besar rasio DTA menunjukkan semakin besar tingkat ketergantungan perusahaan terhadap pihak eksternal (kreditur) dan semakin besar pula beban biaya hutang (biaya bunga) yang harus dibayar oleh perusahaan. Dengan semakin meningkatnya rasio DTA (dimana beban hutang juga semakin besar) maka hal tersebut berdampak terhadap profitabilitas yang diperoleh perusahaan, karena sebagian digunakan untuk membayar bunga pinjaman. Dengan biaya bunga yang semakin besar, maka profitabilitas semakin berkurang (karena sebagian digunakan untuk membayar bunga), maka hak para pemegang saham (dividen) juga semakin berkurang (menurun). 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu Mulyono (2011) melakukan penelitian mengenai pengaruh leverage keuangan terhadap profitabilitas pada perusahaan paper and allied product yang terdaftar di bursa efek Indonesia. Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan paper and allied product yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 15
Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 5 perusahaan dengan periode pengamatan penelitian ini selama 6 tahun yaitu 2005-2010. Dalam penelitian tersebut ditunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara leverage keuangan terhadap profitabilitas. Penelitian lain yang dilakukan oleh Nugroho (2011 : 34) mengenai pengaruh likuiditas, pertumbuhan penjualan, perputaran modal kerja, ukuran perusahaan dan leverage terhadap profitabilitas perusahaan yang dilakukan terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode 2005-2009 membuktikan adanya pengaruh yang signifikan antara leverage, perputaran modal kerja, dan ukuran perusahaan terhadap profitabilitas. Penelitian lain yang dilakukan oleh Kusumajaya (2011 : 23) mengenai pengaruh struktur modal dan pertumbuhan perusahaan terhadap profitabilitas dan nilai perusahaan pada perusahaan property dan real estate yang dilakukan terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode 2006-2009 menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan antara struktur modal dan pertumbuhan perusahaan terhadap profitabilitas. 16
Tabel 2.1 REVIEW PENELITIAN TERDAHULU Peneliti Judul Variabel Kesimpulan Mulyono (2011) Nugroho (2011) Kusumaj aya (2011) Pengaruh Leverage Keuangan Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Paper And Allied Product Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Analisis Pengaruh Likuiditas, Pertumbuhan Penjualan, Perputaran Modal Kerja, Ukuran Perusahaan Dan Leverage Terhadap Profitabilitas Perusahaan Pengaruh Struktur Modal Dan Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Profitabilitas Dan Nilai Perusahaan Pada Perusahaan Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia Variabel Independen: Leverage, Variabel Dependen: Profitabilitas Variabel Independen: Likuiditas, Pertumbuhan Penjualan, Perputaran Modal Kerja, Ukuran Perusahaan Dan Leverage, Variabel Dependen: Profitabilitas Variabel Independen: Struktur Modal, Pertumbuhan Perusahaan, Variabel Dependen: Profitabilitas, Nilai Perusahaan Leverage keuangan berpengaruh terhadap profitabilitas dengan tidak signifkan yakni variabel debt asset ratio (DAR) sebesar 21,1%. Variabel likuiditas dan pertumbuhan penjualan tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas, sedangkan variabel perputaran modal kerja, ukuran perusahaan, dan leverage berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas Variabel struktur modal dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas dan nilai perusahaan 17
2.3 Kerangka Konseptual Pertumbuhan Perusahaan (X 1 ) Struktur Modal (X 2 ) Return On Assets (ROA) Leverage (X 3 ) Gambar 2.1 KERANGKA KONSEPTUAL Penelitian ini menggunakan 3 variabel independen yang digunakan adalah petumbuhan perusahaan, struktur modal, leverage dan variable dependen adalah Return On Assets (ROA). Semakin tinggi nilai pertumbuhan perusahaan, maka semakin besar pula Return On Assets (ROA) karena semakin tinggi pertumbuhan perusahaan menunjukkan bahwa laba yang diperoleh perusahaan semakin besar. Laba yang besar akan mengakibatkan Return On Assets (ROA) semakin tinggi. Semakin besar struktur modal, maka semakin kecil Return On Assets (ROA) karena modal yang digunakan untuk meningkatkan modal bukan untuk laba. 2.4 Hipotesis Penelitian Menurut Rochaety (2007 : 31), hipotesis penelitian merupakan anggapan peneliti terhadap suatu masalah yang sedang dikaji. Berdasarkan kerangka konseptual di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah: 18
H 1 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara pertumbuhan dengan profitabilitas (ROA) perusahaan property and real estate di Indonesia selama tahun 2009-2011 H 2 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara struktur modal terhadap profitabilitas (ROA) perusahaan property and real estate di Indonesia selama tahun 2009-2011 H 3 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara leverage terhadap profitabilitas (ROA) perusahaan property and real estate di Indonesia selama tahun 2009-2011 19