ALTERNATIF PENAMBAHAN BENTANG PADA JEMBATAN SEI ANJIR KALAMPAN DI KABUPATEN PULANG PISAU PROPINSI KALIMANTAN TENGAH Leonard Adrianus Uda, Rianto B. Adihardjo, Tri Joko Wahyu Adi Lab Manajemen Konstruksi Teknik Sipil FTSP ITS Telp 031-5939925, fax 031-5939510 email: labmk_its@yahoo.com ABSTRAK Jembatan Sei Anjir Kalampan terletak pada ruas jalan trans Kalimantan poros selatan dengan bentang 60 m dan lebar 7 m. Jembatan tersebut mengalami kerusakan abutmen akibat timbunan oprit. Kerusakan dapat dilihat pada tembok sayap yang sudah retak, poer kepala jembatan sudah retak, backwall menekan gelagar jembatan, serta celah antara gelagar dan backwall berbentuk huruf V. Untuk menangani kerusakan pada oprit jembatan Sei Anjir Kalampan, maka dibuat 3 (tiga) alternatif penanganan penambahan bentang yaitu: alternatif Gelagar Balok Tipe T, Alternatif Pile Slab, dan Alternatif Gelagar Balok Girder Baja dengan bentang 2 x 20 m pada kedua sisi jembatan. Pengambilan keputusan untuk alternatif terbaik dilakukan menggunakan metode AHP. Kriteria yang digunakan dalam pengambilan keputusan yaitu: biaya, waktu, kemudahan pelaksanaan, dan pemeliharaan. Responden Pengambil keputusan mengenai penanganan yang tepat terhadap alternatif penambahan bentang jembatan adalah Kepala Dinas Pekerjaan Umum Propinsi Kalimantan Tengah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan model AHP maka preferensi bobot untuk kriteria biaya adalah 31,3%, kriteria waktu 13,7%, kriteria kemudahan pelaksanaan 31,3%, dan kriteria pemeliharaan jembatan dengan bobot 23,8%. Sedangkan untuk pemilihan alternatif penambahan bentang jembatan yang terdiri dari Alternatif Gelagar Balok Tipe T, Alternatif Pile Slab, dan Alternatif Gelagar Girder Baja maka diambil alternatif Pile Slab dengan bobot preferensi 40.2% yang paling menguntungkan sesuai dengan bobot terbesar. Kata kunci: AHP, Kriteria, Penanganan, Alternatif Gelagar Balok Tipe T, Pile Slab, Gelagar Girder Baja LATAR BELAKANG Jembatan Anjir Kelampan, yang terletak pada ruas jalan antara Palangkaraya Kapuas yaitu di Kabupaten Pulang Pisau Propinsi Kalimantan Tengah merupakan bagian dari jalan lintas Kalimantan poros selatan di Kaliman-tan Tengah, yang ditangani oleh Proyek Peningkatan Jalan dan Penggantian Jembatan Propinsi Kalimantan Tengah. Pada pembuatan jembatan ini dilakukan penimbunan oprit jembatan dengan tinggi timbunan maksimum H = 4,95 m yang mengakibatkan dorongan pada abutment jembatan kearah sungai dan menimbulkan beberapa kejadian yaitu pecahnya tembok penahan oprit, retaknya abutment bagian atas dan retaknya poer pondasi arah Gohong. Jembatan ini terdiri dari bangunan atas berupa rangka baja dengan bentang L=60.000 m dan lebar B=7.00 m sedangkan bangunan bawah berupa pondasi tiang pancang beton ukuran 40x40 cm yang dipancang mencapai kedalaman -27.00 m dari muka tanah. Jembatan Anjir Kelampangan dibangun tahun 1994 melewati kanal (Anjir)
yang menghubungkan Sei Kahayan dan Sei Kapuas (Anjir Kelampan) mengalami kerusakan. Ada beberapa bagian dari konstruksi jembatan yang perlu mendapat perhatian penting yaitu tembok sayap dan poer kedua arah kepala jembatan yang sudah retak, dimana kerusakan pada poer terjadi pada daerah antara kolom dan kaki pondasi. Kerusakan lainnya terjadi pada back wall di kedua arah masing-masing yang diduga telah menekan gelagar. Disamping itu cerucuk-cerucuk kayu yang telah dipancang ditepi Anjir Kelampan pada lokasi kepala jembatan terlihat condong menuju kanal (Anjir). Agar jembatan Anjir Kelampan dapat berfungsi seperti yang diharapkan, maka dilakukan perbaikan pada kedua sisi jembatan tersebut agar tidak menghambat kelancaran pembangunan jalan ruas Palangkaraya Kapuas yang merupakan bagian dari ruas lintas Kalimantan poros selatan tersebut. Namun perlu ada pemilihan metode perbaikan yang sesuai dengan biaya yang paling murah, waktu yang paling cepat, kemudahan pelaksanaan, dan pemeliharaan yang termudah. Untuk itu dipakai metode AHP untuk menentukan dan memilih alternatif metode perbaikan yang terbaik berdasarkan kriteriakriteria tersebut. TINJAUAN PUSTAKA Proses Hirarki Analitis Model AHP pendekatannya hampir identik dengan model perilaku politis., yaitu merupakan model keputusan (individual) dengan menggunakan pendekatan kolektif dari proses pengambilan keputusannya. Langkah Metode AHP Pada dasarnya langkah-langkah dalam metode AHP meliputi (Suryadi,2002): 1. Mendefinisikan masalah dan menentukan solusi yang diinginkan. 2. Membuat struktur hirarki yang diawali tujuan umum dilanjutkan dengan kriteria dan kemungkinan alternatif-alternatif pada tingkatan kriteria yang paling bawah. 3. Membuat matrik perbandingan berpasangan yang menggambarkan kontribusi relatif atau pengaruh setiap elemen terhadap kriteria yang setingkat diatasnya. 4. Melakukan perbandingan berpasangan sehingga diperoleh judgement seluruhnya sebanyak n x [(n-1)/2] buah, dengan n adalah banyaknya elemen yang dibandingkan. 5. Menghitung nilai eigen dan menguji konsistensinya jika tidak konsisten maka pengambilan data diulangi. 6. Mengulangi langkah 3,4 dan 5 untuk setiap tingkatan hirarki. 7. Menghitung vektor eigen dari setiap matrik perbandingan berpasangan. 8. Memeriksa konsistensi hirarki, jika nilainya lebih dari 10 persen maka penilaian data judgement harus diperbaiki. Proses yang paling mudah adalah membandingkan dua hal dengan keakuratan perbandingan tersebut dapat dipertanggungjawabkan untuk itu Saaty (1980) menetapkan skala kuantitaf 1 sampai dengan 9 untuk menilai perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen terhadap elemen lainnya. B-7-2
METODOLOGI PENELITIAN Penentuan Variabel Kriteria prioritas untuk menentukan alternatif terbaik ditentukan skala prioritas dalam pengambilan keputusan berdasarkan metode AHP. Pada kasus ini digunakan beberapa variabel dalam penentuan skala prioritas penanganan penambahan bentang jembatan yaitu: 1. Biaya Konstruksi adalah besarnya biaya yang dibutuhkan untuk penambahan bentang 2. Waktu Pelaksanaan adalah waktu yang digunakan untuk menyelesaikan pekerjaan penambahan bentang jembatan. 3. Kemudahan Pelaksanaan adalah kemudahan dalam pengerjaan dari penambahan bentang jembatan 4. Pemeliharaan adalah kemudahan untuk memelihara kondisi fisik dari jembatan dalam jangka waktu tertentu Pemodelan Struktur Jembatan 1. Alternatif Pelaksanaan Pekerjaan dengan Menambah Bentang Tepi Balok T Alternatif metode ini dilakukan untuk mengurangi tinggi timbunan oprit yang mengakibatkan kerusakan abutment. Dalam hal ini langkah awal adalah melakukan tinjauan teknis, untuk mendapatkan stabilitas kekuatan abutment yang berubah menjadi pilar dan kekuatan tiang pancang untuk menyangga balok T tersebut. selanjutnya dilakukan analisa biaya, waktu pelaksanaan, kemudahan pelaksanaan dan pemeliharaan. Tahap-tahap pelaksanaan adalah: pekerjaan persiapan, pembongkaran oprit lama, pembuatan abutment baru, pembuatan gelagar balok T, lantai jembatan, dan pekerjaan finishing. 2. Alternatif Pelaksanaan Pekerjaan dengan Pile Slab Alternatif metode yang digunakan dalam penelitian ini dengan menambah bentang menggunakan pile slab sepanjang 2 x 20 m pada kedua sisi jembatan. Dalam hal ini langkah awal adalah melakukan tinjauan teknis, untuk mendapatkan stabilitas kekuatan abutment yang berubah menjadi pilar dan kekuatan tiang pancang untuk menyangga pile slab tersebut, selanjutnya dilakukan analisa biaya dan waktu pelaksanaan. 3. Alternatif Pelaksanaan Pekerjaan dengan Balok Girder Baja Alternatif metode yang digunakan dengan menambah bentang menggunakan balok Girder sepanjang 2 x 20 m pada kedua sisi jembatan. Langkah awal adalah melakukan tinjauan teknis, untuk mendapatkan stabilitas kekuatan abutment yang berubah menjadi pilar dan kekuatan tiang pancang untuk menyangga balok Girder tersebut. selanjutnya dilakukan analisa biaya dan waktu pelaksanaan. B-7-3
Penyusunan Model AHP STUDI ALTERNATIF PENAMBAHAN BENTANG PADA JEMBATAN SEI ANJIR Objektif Prioritas Penambahan Bentang Jembatan Kriteria Biaya Pelaksanaan Waktu Pelaksanaan Kemudahan Pelaksanaan Pemeliharaan Alternatif Gelagar Balok T Pile Slab Gelagar Balok Girder Baja Model AHP 1. Level : Tujuan Tujuan pengambilan keputusan adalah keputusan prioritas alternatif penanganan penambahan bentang sei Anjir Kalampan 2. Level : Kriteria Melalui hasil wawancara / diskusi diperoleh 4 (empat) kriteria utama untuk masingmasing tujuan ( A) biaya, (B) waktu, (C) kemudahan pelaksanaan, dan (D) pemeliharaan. Alternatif Penanganan Jembatan Alternatif I Gelagar Balok T Alternatif II Pile Slab Alternatif III Gelagar Balok Girder Tabel 1. Alternatif Penanganan Jembatan Biaya (Rp) Waktu Kemudahan pelaksanaan Pemeliharaan 2.479.515.999,56 168 hari Sulit, Karena membuat gelagar memanjang sepanjang 20 m dan untuk pekerjaan lantai memerlukan perancah yang tinggi 1.537.226.859,89 129 hari Sulit, Karena membuat gelagar melintang sepanjang 7 m dan untuk pekerjaan slab lantai memerlukan perancah yang tinggi 2.486.186.650,64 113 hari Sangat mudah, karena hanya errection gelagar baja dan untuk pekerjaan lantai menggunakan perancah Tidak perlu perawatan khusus Tidak perlu perawatan khusus Balok girder perlu dicat antara 3-5 tahun. B-7-4
Tabel 2. Matrik Perbandingan Kriteria Berpasangan Waktu Kemudahan Biaya Pelaksanaan Pelaksanaan Pemeliharaan Biaya 1 3 1 1 Waktu Pelaksanaan 1/3 1 1/3 1 Kemudahan Pelaksanaan 1 3 1 1 Pemeliharaan 1 1 1 1 Sumber: Hasil Analisis dari Kuisioner Setelah matrik perbandingan berpasangan maka dilakukan perhitungan pembobotan masing-masing kriteria dengan mengkalikan nilai elemen tiap matrik perbandingan berpasangan tersebut pada baris yang sama, kemudian hasil perkalian tersebut diakar pangkatkan dengan jumlah baris yang ada sehingga dihasilkan sebuah nilai, setelah dilakukan normalisasi. Pembobotan matriks penentu keputusan dilakukan sebagai berikut: a. Baris pertama dilakukan perkalian 1x3x1x1 = 3,000, kemudian diakar pangkatkan empat (karena jumlah baris empat) 4 3,000 = 1,316 b. Baris kedua dilakukan perkalian 1/3x1x1/3x1 = 0,111, kemudian diakar pangkatkan empat (karena jumlah baris empat) 4 0,111 = 0,577 c. Baris ketiga dilakukan perkalian 1x3x1x1 = 3,000, kemudian diakar pangkatkan empat (karena jumlah baris empat) 4 3,000 = 1,316 d. Baris keempat dilakukan perkalian 1x1x1x1 = 1,000, kemudian diakar pangkatkan empat (karena jumlah baris empat) 4 1,000 = 1,000 e. Jumlah total nilai akar pangkat empat tersebut diatas adalah = 4,209 Bobot lokal untuk nilai kriteria diperoleh dengan membagi nilai jumlah total yaitu: Bobot (Wi) kriteria biaya = 1,316/4,209 = 0,313 atau 31,3% Bobot (Wi) kriteria waktu = 0,577/4,209 = 0,137 atau 13,7% Bobot (Wi) kriteria kemudahan pelaksanaan = 1,316/4,209 = 0,313 atau 31,3% Bobot (Wi) kriteria biaya = 1,000/4,209 = 0,238 atau 23,8% Untuk mendapatkan nilai eigen maksimum, koefisien pada matrik resiprokal dikalikan dengan bobot yang ada. Hasil dari operasi matrik tersebut dijumlahkan, sehingga didapat nilai eigen value maksimumnya. 55 3 1 1 0,313 1,275 1/3 1 1/3 1 0,137 0,581 x = 1 3 1 1 0,313 1,275 1 1 1 1 0,238 1,001 Analisa Hasil Pembobotan Alternatif Analisa pembobotan alternatif dilakukan dengan melakukan penilaian relatif dari penentu keputusan. Penilaian relatif penentu keputusan, diberikan oleh penentu keputusan berdasarkan tingkat kepentingan dari masing-masing alternatif dan dimasukkan menjadi matriks perbandingan berpasangan. B-7-5
Tabel 3. Matrik Perbandingan Kriteria Berpasangan untuk Altenatif Berdasarkan Biaya Alternatif I Alternatif II Alternatif III Alternatif I 1 1/5 2 Alternatif II 5 1 5 Alternatif III 1/2 1/5 1 Sumber: Hasil Analisis dari Kuisioner Setelah matrik perbandingan berpasangan maka dilakukan perhitungan pembobotan masing-masing kriteria, yaitu matriks penentu, yaitu: a. Baris pertama dilakukan perkalian 1x1/5x2 = 0,400, kemudian diakar pangkatkan empat (karena jumlah baris empat) 3 0,400 = 0,737 b. Baris kedua dilakukan perkalian 5x1x5 = 25,000, kemudian diakar pangkatkan empat (karena jumlah baris empat) 3 25,000 = 2,924 c. Baris ketiga dilakukan perkalian 1/2x1/5x1 = 0,100, kemudian diakar pangkatkan empat (karena jumlah baris empat) 3 0,100 = 0,464 d. Jumlah total nilai akar pangkat empat tersebut diatas adalah = 4,125 Bobot tiap kriteria didapat dari hasil normalisasi yaitu nilai akar pangkat tiga dibagi dengan total jumlah nilai akar pangkat empat, yaitu: Bobot (Wi) kriteria Alternatif I = 0,737/4,125 = 0,179 atau 17,9% Bobot (Wi) kriteria Alternatif II = 2,924/4,125 = 0,709 atau 70,9% Bobot (Wi) kriteria Alternatif III = 0,464/4,125 = 0,112 atau 11,2% Untuk mendapatkan nilai eigen maksimum, koefisien pada matrik resiprokal dikalikan dengan bobot yang ada. Hasil dari operasi matrik tersebut dijumlahkan, sehingga didapat nilai eigen value maksimumnya. 1 1/5 1/2 0,179 0,545 5 1 5 x 0,709 = 2,174 2 1/5 1 0,112 0,345 Pembobotan Global tiap Alternatif Terhadap Kriteria Proses pengglobalan bobot tiap alternatif terhadap kriteria dilakukan agar bobot lokal kriteria dan bobot lokal alternatif berdasarkan kriteria yang dimiliki tiap hirarki menjadi bobot global, dengan mengalikan bobot lokal kriteria dengan bobot lokal alternatif secara global dari penentu keputusan. Tabel 4. Nilai Global dari Alternatif Terhadap Kriteria dari Penentu Keputusan KRITERIA ALTERNATIF Biaya 0,313 KRITERIA BOBOT LOKAL ALTERNATIF BOBOT GLOBAL ALT Alternatif I Gelagar Balok T 0,179 0,056 Alternatif II Pile Slab 0,709 0,222 Alternatif III Gelagar Balok Girder Baja 0,112 0,035 B-7-6
Waktu 0,137 Alternatif I Gelagar Balok T 0,105 0,014 Alternatif II Pile Slab 0,258 0,035 Alternatif III Gelagar Balok Girder Baja 0,637 0,087 Kemudahan Pelaks 0,313 Alternatif I Gelagar Balok T 0,156 0,049 Alternatif II Pile Slab 0,185 0,058 Alternatif III Gelagar Balok Girder Baja 0,659 0,206 Pemeliharaan 0,238 Alternatif I Gelagar Balok T 0,455 0,108 Alternatif II Pile Slab 0,455 0,108 Alternatif III Gelagar Balok Girder Baja 0,091 0,022 Sumber: Hasil Perhitungan Sendiri Tabel 5. Nilai Bobot Kuisioner (Penentu Keputusan) dan CR < 0,10 Kriteria Alternatif Bobot CI Biaya 0,313 0,027 Alternatif I Gelagar Balok T 0,179 Alternatif II Pile Slab 0,709 Alternatif III Gelagar Balok Girder Baja 0,112 Waktu 0,137 0,019 Alternatif I Gelagar Balok T 0,105 Alternatif II Pile Slab 0,258 Alternatif III Gelagar Balok Girder Baja 0,637 Kemudahan Pelaks 0,313 0,015 Alternatif I Gelagar Balok T 0,156 Alternatif II Pile Slab 0,185 Alternatif III Gelagar Balok Girder Baja 0,659 Pemeliharaan 0,238 0,000 Alternatif I Gelagar Balok T 0,455 Alternatif II Pile Slab 0,455 Alternatif III Gelagar Balok Girder Baja 0,091 Sumber: Hasil Perhitungan Sendiri Prioritas Alternatif. Prioritas alternatif dipilih dari 3 (tiga) pilihan, dilihat dari nilai bobot alternatif yang diperoleh dari penentu keputusan dengan cara menjumlahkan bobot global alternatif. Prioritas alternatif yang dipilih adalah prioritas alternatif yang memiliki nilai bobot paling tinggi dan dirangking. B-7-7
Tabel 6. Prioritas alternatif penentu keputusan Hasil Alternatif Bobot Rangking Alternatif I Gelagar Balok T 24 3 Alternatif II Pile Slab 0,402 1 Alternatif III Gelagar Balok Girder 0,375 2 Sumber: Hasil Perhitungan Sendiri Dari tabel prioritas alternatif dan rangking yang sudah diberikan dapat disimpulkan bahwa alternatif yang digunakan dengan pilihan 1 adalah Alternatif II Pile Slab dengan bobot 0,402 (40,2%), pilihan 2 Alternatif III Gelagar Balok Girder dengan bobot 0,375 (37,5%), dan pilihan 3 Alternatif I Gelagar Balok T dengan bobot 0,224 (22,4%) KESIMPULAN DAN SARAN 1. Perbandingan perhitungan ketiga alternatif untuk penanganan jembatan Sei Anjir Kalampan adalah: a Alternatif I Gelagar Balok Tipe T dengan biaya sebesar Rp. 2.479.515.999,56 dan waktu pelaksanaan selama 168 hari b Alternatif II Pile Slab dengan biaya sebesar Rp. 1.537.226.859,89 dan waktu 129 hari c Alternatif III Balok Girder Baja dengan biaya sebesar Rp. 2.486.186.650,64 dan waktu pelaksanaan selama 113 hari 2. Berdasarkan model pengambil keputusan menggunakan metode AHP maka pada alternatif penambahan bentang jembatan Sei Anjir Kalampan digunakan 4(empat) kriteria yaitu kriteria biaya dengan bobot 31,3%, kriteria waktu dengan bobot 13,7%, kriteria kemudahan pelaksanaan dengan bobot 31,3% dan kriteria pemeliharaan dengan bobot 23,8%. 3. Berdasarkan prioritas penanganan penambahan bentang didapatkan Alternatif II dengan bobot dengan bobot 40,2% menjadi prioritas utama, selanjutnya alternatif III dengan bobot 37,5% menjadi prioritas 2 dan alternatif III dengan bobot 22,4% menjadi prioritas 3. Saran Saran-saran yang disampaikan disini lebih bersifat sebagai sebuah penyempurnaan penelitian yaitu: 1. Perlu perencanaan terhadap alternatif-alternatif lain selain alternatif yang ada. 2. Perlu penelitian lebih lanjut untuk kriteria-kriteria lain selain kriteria yang ada. DAFTAR PUSTAKA Bowles, Joseph E.,1986. Analisis dan Desain Pondasi, Jilid I. Penerbit Erlangga. Bowles, Joseph E.,1986. Analisis dan Desain Pondasi, Jilid II. Penerbit Erlangga. Departemen Pekerjaan Umum.1995. Peraturan Perencanaan Teknik Jembatan. Badan Penerbit Pekerjaan Umum. Direktorat Bina Marga. Departemen Pekerjaan Umum.1970. Peraturan Muatan Jembatan dan Jalan Raya No.12. Badan Penerbit Pekerjaan Umum. Jakarta. B-7-8
Departemen Pekerjaan Umum.1987. Pedoman Perencanaan Pembebanan Jembatan Jalan Raya. Badan Penerbit Pekerjaan Umum. Jakarta. Departemen Pekerjaan Umum. Standar Jembatan Gelagar Beton Bertulang Balok T Direktorat Jendral Bina Marga. Jakarta. Departemen Pekerjaan Umum. Dasar-dasar perencanaan Jembatan Beton Bertulang. 1997. Direktorat Jendral Bina Marga. Jakarta. Mulyadi, Sumartono, Muin Syarifudin, Suhara. Metode Penanggulangan Keruntuhan Pondasi Kepala Jembatan akibat Timbunan pada Tanah Lembek. Badan Penelitian PU, Bandung. Saaty, Thomas L, 1991. Pengambil Keputusan. Penerbit Pustaka Binaman Pressindo. Suryadi, Kadarsah, M. Ali Ramdani.2002. Sistem Pendukung Keputusan. Penerbit Remaja Rosdakarya. Bandung. B-7-9