BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN MAGELANG No.02/06/33.08/Th.II, 15 Juni 2017 PROFIL KEMISKINAN DI KABUPATEN MAGELANG 2016 PERSENTASE PENDUDUK MISKIN TAHUN 2016 SEBESAR 12,67 PERSEN Jumlah penduduk miskin di Kabupaten Magelang pada Tahun 2016 sebesar 158,86 ribu orang (12,67 persen), berkurang I. Perkembangan Kemiskinan sekitar 3.520 orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada Tahun 2015 sebanyak 162,38 ribu jiwa (13,07 persen). Garis kemiskinan Kabupaten Magelang menunjukkan nilai yang terus naik tiap tahun. Pada Tahun 2010 sampai Tahun 2016 garis kemiskinan naik sebesar 47,67 persen, dari Rp. 184.053,- di Tahun 2010 menjadi Rp. 271.800,- di Tahun 2016. Tahun 2016 garis kemiskinan naik 7,06 persen dibanding tahun sebelumnya, yang sebesar Rp. 253.866,-. Pada Tahun 2016, indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan kemiskinan mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya. Indeks kedalaman kemiskinan naik dari 1,60 pada Tahun 2015 menjadi 1,84 pada Tahun 2016. Indeks keparahan kemiskinan juga menunjukkan kenaikan, dari 0,32 di Tahun 2015 menjadi 0,44 di Tahun 2015. Penduduk miskin di Kabupaten Magelang dari Tahun 2010 sampai Tahun 2016 jumlah dan persentasenya mengalami penurunan. Kalau dilihat perbandingan dalam 6 tahun, jumlah penduduk miskin Tahun 2010 sebanyak 167,3 ribu orang berkurang menjadi menjadi 158,86 ribu orang di Tahun 2016. Secara relatif persentase penduduk miskin juga mengalami penurunan dari 14,14 persen di Tahun 2010 menjadi 12,67 persen di Tahun 2016. Namun kalau dilihat perubahannya pertahun, jumlah penduduk miskin dan persentasenya mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun. Jumlah penduduk miskin paling banyak ada di Tahun 2011 sebanyak 179,6 ribu orang atau sebesar 15,18 persen dan paling sedikit terjadi di Tahun 2016 1
sebanyak 158,86 ribu orang atau sebesar 12,67 persen. Pada tahun 2016, jumlah penduduk miskin mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya, yaitu sekitar 3 520 orang atau berkurang sebesar 0,4 persen Untuk lebih jelasnya perubahan jumlah dan persentase penduduk miskin di Kabupaten Magelang dapat dilihat pada grafik berikut: 16.73 Gambar 1 Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin, 17.96 14.14 15.18 13.97 13.96 Sumber: BPS Provinsi 16.94 17.1 16.05 16.24 15.87 12.98 13.07 Persentase penduduk miskin Kabupaten Magelang selalu lebih rendah dibandingkan ratarata penduduk miskin Provinsi. Tabel 1. Persentase Penduduk Miskin dan Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Magelang dan Provinsi No Tahun Persentase Penduduk Miskin Jumlah Penduduk Miskin (dalam ribuan) Kabupaten Kabupaten Magelang Magelang (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 2010 14,14 16,11 167,3 5 218,7 2 2011 15,18 16,21 179,6 5 256,0 3 2012 13,97 14,98 169,4 4 952,1 4 2013 13,96 14,44 171,0 4 811,3 5 2014 12,98 14,46 160.5 4 836,4 6 2015 13,07 13,58 162.4 4 577,0 7 2016 12,67 12,67 158.9 4 506,9 12.67 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2017 Jml Pend Miskin (0000 jiwa) % penduduk miskin 2
II. Perubahan Garis Kemiskinan Jumlah penduduk miskin berkaitan erat dengan penentuan garis kemiskinan. Garis kemiskinan adalah suatu garis batas besarnya pengeluaran yang mampu memenuhi kecukupan 2.100 kkalori perkapita perhari untuk kebutuhan minimum makanan dan kebutuhan minimum non makanan seperti kebutuhan perumahan, sandang, pendidikan, kesehatan, bahan bakar, dan transportasi. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan. Garis kemiskinan Kabupaten Magelang menunjukkan nilai yang terus naik tiap tahun. Pada Tahun 2010 sampai Tahun 2016 garis kemiskinan naik sebesar 47,67 persen, dari Rp. 184.053,- di Tahun 2010 menjadi Rp. 271.800,- di Tahun 2016. Hal ini bisa terjadi karena adanya kenaikan harga barang-barang yang dikonsumsi maupun tingkat dan kebutuhan hidup yang mengalami kenaikan tiap tahun. Kenaikan garis kemiskinan terendah dalam lima tahun terakhir terjadi di Tahun 2015, dimana garis kemiskinan naik 3,08 persen dibanding tahun sebelumnya, yaitu dari Rp. 246.292,- di Tahun 2014 menjadi Rp. 253.866,-. No Tabel 2. Garis Kemiskinan Kabupaten Magelang dan Provinsi Tahun Garis Kemiskinan (Rp/Kap/Bulan) Kabupaten Magelang (1) (2) (3) (4) 1 2010 184 053 217 327 2 2011 204 430 217 440 3 2012 218 950 233 769 4 2013 235 430 261 881 5 2014 246 292 273 056 6 2015 253 866 297 851 7 2016 271 800 317 348 Sumber : BPS Provinsi III. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Indeks Keparahan Kemiskinan Membahas persoalan kemiskinan bukan hanya membahas jumlah dan persentase penduduk miskin, namun harus diperhatikan juga tingkat kedalaman dan tingkat keparahannya. Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index, P 1 ) merupakan indeks yang menjelaskan rata-rata jarak antara taraf hidup penduduk miskin dengan garis kemiskinan. Penurunan P1 menunjukkan adanya 3
perbaikan secara rata-rata pada standar hidup penduduk miskin. Sedangkan Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Severity Index, P 2 ) digunakan untuk melihat tingkat keparahan kemiskinan. Penurunan P 2 menunjukkan berkurangnya ketimpangan kemiskinan. Pada Tahun 2016, indeks kedalaman kemiskinan dan indeks keparahan kemiskinan mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya. Indeks kedalaman kemiskinan naik dari 1,60 pada Tahun 2015 menjadi 1,84 pada Tahun 2016. Demikian juga indeks keparahan kemiskinan juga menunjukkan kenaikan, dari 0,32 di Tahun 2015 menjadi 0,44 di Tahun 2016. Penurunan nilai kedua indeks ini menunjukkan bahwa rata-rata pengeluaran penduduk miskin semakin menjauhi garis kemiskinan dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin yang menunjukkan kenaikan. Jika dilihat secara menyeluruh tentang kondisi penduduk miskin di Kabupaten Magelang, meskipun jumlah penduduk miskin Kabupaten Magelang Tahun 2016 mengalami penurunan, namun secara rata-rata pengeluaran penduduk miskin semakin meningkat dan ketimpangan pengeluaran penduduk miskin juga menunjukkan peningkatan. IV. 4 Gambar 2 Tingkat Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index, P 1 ) dan Tingkat Keparahan Kemiskinan (Poverty Severity Index, P 2 ) Kabupaten Magelang 2.05 2.05 2.09 0.46 0.44 0.48 Sumber: BPS Provinsi Penjelasan Teknis dan Sumber Data a. Angka kemiskinan yang dihitung oleh BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dilihat sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar baik makanan maupun non makanan yang dilihat dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini dapat dihitung Persentase penduduk miskin terhadap total penduduk (Headcount Indeks/P 0 ). 1.72 0.34 2.07 0.47 1.6 1.84 0.32 0.44 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 P1 P2
b. Garis kemiskinan adalah nilai uang yang diperlukan agar penduduk dapat hidup layak secara minimum untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Garis kemiskinan dinyatakan sebagai pengeluaran yang mampu memenuhi kecukupan 2.100 kkalori perkapita perhari untuk kebutuhan minimum makanan ditambah dengan kebutuhan minimum bukan makanan seperti perumahan, bahan bakar, sandang, pendidikan, kesehatan, dan transportasi. c. Metode untuk menentukan garis kemiskinan adalah dengan menentukan Garis Kemiskinan Makanan dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan. Garis Kemiskinan makanan merupakan nilai pengeluaran minimum makanan yang disetarakan dengan 2.100 kkalori perkapita perhari. Paket komoditi kebutuhan dasar makanan diwakili oleh 52 jenis komoditas (padi-padian, umbu-umbian, ikan, daging, telur dan susu, sayuran, kacang-kacangan, buah-buahan, minyak dan lemak, dll) Sedangkan Garis kemiskinan Bukan Makanan adalah kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidikan, kesehatan, dan transportasi. Paket komoditi non makanan diwakili oleh 51 jenis komoditas di perkotaan dan 47 jenis komoditas di pedesaan. d. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran perkapita per bulan di bawah garis kemiskinan. e. Indikator lain yang diperlukan dalam analisa kemiskinan adalah Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index,P 1 ) dan Indeks Keparahan Kemiskinan (Poverty Severity Index,P 2 ). Kedua indeks tersebut digunakan untuk melihat tingkat kesenjangan pengeluaran penduduk miskin. f. Persoalan kemiskinan dan kebijakan untuk mengatasi masalah kemiskinan bukan hanya menurunkan jumlah dan persentase penduduk miskin. Dimensi lain yang harus diperhatikan adalah selain memperkecil jumlah penduduk miskin, kebijakan kemiskinan juga harus bisa mengurangi tingkat kedalaman dan tingkat keparahan kemiskinan. g. Sumber data yang digunakan untuk menghitung nilai-nilai kemiskinan adalah dari hasil Susenas (Survei Sosial Ekonomi Nasional) Tahun 2016. Karena keterbatasan sampel di tiap kabupaten, penghitungan angka kemiskinan hanya bisa untuk mengestimasi angka total kabupaten. 5