LAMPIRAN 58
Lampiran 1. Hasil Samping Industri Gula Tebu HASIL SAMPING INDUSTRI GULA TEBU Tenaga listrik Bahan bakar Arang briket Ampas Gas methane dan Gas air Makanan ternak Pulp & kertas Pucuk dan daun Hasil serat Kertas & karton Bahan bakar Softboard & hardboard Particle Board Furfural Alpha cellulose Plastik Lain-lain Alas kandang ayam Campuran makanan ternak Campuran dinding bangunan Pertanian Rabuk Bahan Chemicalia dari derivat Makanan ternak Blotong Tebu Gula Sacarose Lilin dan lemak export sebagai bahan mentah Pemakaian langsung Rabuk tanaman Makanan ternak Destilasi Rum. alkohol (absolute) Rabuk kalium Abu Molasses Protein untuk ternak Protein dari nira tebu Industri fermentasi asam cuka, buthanol,ragi roti Asam sitrun, asam laktat Sumber : Data PG Subang Lain-lain liquid segar, vetsin. asam askorbat 59
Lampiran 2. Sumber Limbah di Pabrik Gula BAGAN JENIS DAN SUMBER LIMBAH PABRIK GULA Sisa Ampas Tebu Steam Gas Cerobong Air imbibisi Ampas Air Kurasan MILL Boiler Steam Air Pengisi Boiler (APB) Steam Steam PEMANASAN Kondensat ke boiler (APB) Air Gas Belerang Air Kapur tohor PEMURNIAN Sisa Gas Reaksi Air Blotong Air Menuju UPLC Steam Chemical cleaning PENGUAPAN Kondensat ke Boiler (Apb) dan Air Proses Air bekas chemical cleaning Air kondensor Air Kolam Pendingin Air Injeksi Air injeksi KRISTALISASI Air Kondensor Air Air SENTRIFUGASI Molasses Gula Sumber : LPP (2006) 60
Lampiran 3. Kuesioner data penelitian KUESIONER PENELITIAN PENILAIAN DAUR HIDUP (LIFE CYCLE ASSESSMENT) GULA PADA PT PG RAJAWALI II UNIT PG SUBANG A. Data Responden 1. Nama :. 2. Jenis kelamin : (L/P) 3. Umur :... tahun 4. Alamat :. 5. Jabatan :. B. Data Industri 1. Nama industri :... 2. Alamat industri :. 3. Luas Kebun :. ha 4. Luas Pabrik :... ha 5. Jumlah tenaga kerja :. orang C. Data Tanaman Tebu 1. Jenis/varietas tanaman :... 2. Jumlah panen per tahun :. kali 3. Produktivitas tebu :. ku/ha 4. Jenis bahan tambaha n :... 5. Kebutuhan air irigasi :... 6. Waktu pemanenan :... 7. Syarat penebangan :... 8. Teknik budi daya :... 9. Permasalahan dalam penanaman :... D. Data Pabrikasi 1. Jenis bahan baku :... 2. Jenis bahan pembantu : 3. Kebutuhan bahan baku /musim giling :. ton 4. Kebutuhan bahan pembantu/musim giling :. Ton 5. Proses produksi gula :... E. Data Mesin dan Peralatan 1. Jenis Mesin dan Peralatan :.. 2. Jumlah Mesin dan Peralatan :.. 3. Efisiensi peralatan :... 61
F. Data Utilitas 1. Kebutuhan Air :.. m 3 2. Kebutuhan Energi (per musim giling) a. Kebutuhan Listrik :.. kwh b. Kebutuhan Solar :.. Liter c. Kebutuhan IDO :... Liter d. Kebutuhan ampas tebu :... ton e. Kebutuhan Uap :... ton f. Kebutuhan operasional : G. Data Produk 1. Produk utama Jumlah Gula :... ton 2. Produk samping a. Jumlah Ampas tebu : ton b. Jumlah Blotong : ton c. Jumlah Tetes :. ton d. Jumlah Sisa Pucuk Tebu :... ton H. Data Limbah 1. Volume limbah cair :.. m 3 2. Jumlah limbah padat :.. ton 3. Jenis emisi :... 4. Jumlah emisi... 5. Jumlah Limbah B3 :... 6. Jenis penanganan limbah :.. 7. Pemanfaatan limbah :... 62
Lampiran 4. Struktur Organisasi PG Subang STRUKTUR ORGANISASI PG SUBANG General manager Kabag SDM & Umum Kabag tanaman Kabag Instalasi Kabag Pabrikasi Kabag TUK Kasie SDM & umum SKK Rayon PSB SKK Rayon PSM SKK Rayon MSL Kepala BST Kepala Teb. Angkut Kepala Mekanisasi Work Shop Lab & QC Keuangan Akunta nsi SDM Wil 1A/B Wil VI Wil XI BST Kasie Alat berat& besali Gilingan Purification Gud. Material Poliklinik Pakam Wil II Wil III A/B Wil VII Wil IX Wil XII Wil XIII BST Kasie Pompa & Impl. Trailer Boiler Teknik sipil Evaporator Vac & Crys Gud. Hasil Akuntansi Wil IV A/B Wil X Kasie Field Operation Listrik Centrifugal Wil V Kasie Mekanisasi Rayon MSL Pool Kend Instrumen 63 3
Lampiran 5. Pengawasan kinerja gilingan di PG Subang Data bobot % brix % pol HK ZK Tebu 343.646,88 Imbibisi 85.362,3 Nira mentah 316.215,3 12,27 8,98 73,2 Kor.kotoran 0,28 Nira perahan 1 16,14 12,13 75,2 Nira perahan 2 8,19 5,79 70,8 Nira perahan 3 5,73 3,87 67,5 Nira perahan 4 3,61 2,34 64,8 ampas 109.303,6 4.,11 47,95 Ampas % tebu = (109.303,6 : 343.646,88) x 100 % = 31,81 % HK ampas = HK nira perahan 4 = 64,8 % pol ampas = % brix ampas x HK nira perahan 4 = 4,11 % x 64,8 = 2,66 Pol ampas = 2,66 % x 109.303,6 = 2.907,48 ton Brix ampas = 4,11 % x 109.303,6 = 4.492,38 ton Netto nira mentah = 316.215,3 (0,3 x 343.646,88) = 213.121,24 ton Pol nira mentah = 8,98 % x 213.121,24 = 19.138,29 ton Brix nira mentah = 12,27 % x 213.121,24 = 26.149,98 ton Pol tebu = pol nira mentah + pol ampas = 22.045,77 ton Brix tebu = brix nira mentah + brix ampas = 30.642,36 ton Sabut % ampas = ZK ampas - % brix ampas = 43,84 Sabut % tebu = sabut % ampas x ampas % tebu = 13,95 % HPB 1 = brix npp x 100 % brix tebu NPP = nm nett x % brix nm - % brix n 2 % brix n 1 - % brix n 2 = 109.375,43 ton Brix NPP = 17.653,19 ton Maka HPB 1 = 57,61 % (sasaran > 60 %) HPB total = brix nm x 100 % = 85,34 % (sasaran > 90%) brix tebu HPG = pol nm x 100 % = 86,81 % (sasaran > 92 %) pol tebu PSHK = 1.4HKnm 40 x 100 % = 95,71 % (sasaran 96 98 %) 1.4HKnpp - 40 KNT = brix tebu x 100 % = 77,84 % (sasaran > 80 %) % brix npp x tebu Faktor campur = 100 - sabut % ampas x % pol np4 = 61,43 % (standar 50) % pol ampas Dilution factor = % brix npp - % brix nm x 100 % = 1,27 (standar 1) % brix nm x imbibisi % tebu Df 1 = jumlah imbibisi tepat Df < 0,95 = jumlah imbibisi terlalu kecil Df > 1,05 = jumlah imbibisi terlalu besar 364
Kehilangan nira asli di ampas akhir Nira asli ampas 4 = % brix np4 x 100 % = 25,46 % % brix npp Nira asli hilang ampas % tebu = nira asli ampas 4 x ampas % tebu = 8,1 % Nira asli hilang ampas % sabut = nira asli ampas 4 x 100 % = 58,07 % Sabut % ampas 465
Lampiran 6. Diagram alur limbah PG Subang DIAGRAM ALUR LIMBAH DI PG SUBANG PG SUBANG Limbah cair Limbah udara Limbah padat Limbah B3 tetes Iimbah proses Limbah abu ketel Limbah kondensor Limbah gabungan Pembakaran boiler Genset listrik Sisa pucuk& daun tebu abu blotong ampas Kerak nira / gula Limbah domestik aki bekas Oli bekas Lap majun Lampu TL Tangki penampun g IPA L Air bak penampung abu boiler WTP IPAL Pengontrolan dan pengujian kualitas emisi udara Dikumpul kan menjadi pupuk Tempat pembua ngan Ditampung di Tempat pembuangan Dikirim ke stasiun boiler Ditampung dan dibuang Ditampung dan dibakar Tempat penyimpanan sementara limbah B3 Pembuatan MSG, alkohol Buang ke lebung Kembali ke pabrik untuk proses IPAL Pupuk organik, campuran pupuk kompos Menjadi bahan bakar boiler 66 3
Lampiran 7. Diagram neraca bahan pada proses produksi gula NERACA BAHAN PADA PRODUKSI GULA DI PG SUBANG Air imbibisi 24,84 % 85.362,30 ton Tebu Unit Gilingan 343.646,88 ton Ampas 31,81 % 109.303,6 ton 316.215,33 ton Nira Mentah Pemanas I (75 0 C) 464,08 ton kapur tohor Defekator (ph : 8,5) SO 2 Sulfitir I (ph : 7,2) Pemanas II (100 0 C) 304,814.80 ton Flokulan 1.816 ton Flash Tank Door Clarifier Nira Jernih Penguapan Nira Kotor 23.623,44 ton air Nira Tapis RVF 11.164,5 ton blotong Nira Kental 68.191,36 ton SO 2 Sulfitir II (ph : 5,6) 6,0 % Air Jatuhan Unit masakan dan sentrifugasi 16.887 ton molasses 22.990,50 ton GULA SHS 67
Lampiran 8. Penilaian daur hidup gula di PG Subang tahun 2011 berdasarkan analisis inventori terhadap penggunaan bahan baku dan bahan tambahan Stasiun Losses Penyebab Dampak Interpretasi hasil Ekstraksi /gilingan 3.490,25 ton atau 1,01 % *Tebu tidak layang untuk digiling (pol tebu < 10 %) * Tebu masih dalam keadaan kotor (0,3) * Jumlah penambahan air imbibisi terlalu sedikit * Kinerja mesin giling yang belum optimal * Banyaknya zat gula (pol) yang ikut terbawa ampas * Banyaknya oli yang berceceran * Zat gula atau nira yang dihasilkan lebih sedikit * Mesin bekerja lebih maksimal untuk memisahkan nira dan kotoran * Perlu bahan tambahan yang lebih banyak untuk memurnikan nira * Ekstraksi nira tidak maksimal karena penambahan air imbibisi yang terlalu sedikit * Adanya zat gula yang terbawa ampas akan menghambat kinerja boiler * Lantai menjadi licin, sanitasi kurang baik * Perlu analisis pendahuluan yang baik terhadap kualitas tebu sebelum digiling * Optimalisasi mesin gilingan dengan pembenahan yang maksimal saat maintenance * Perlu perhitungan yang cermat dalam penambahan air imbibisi * Perlu alat penampung oli yang berukuran lebih besar dan diperbanyak agar tidak terjadi tumpahan oli dari mesin gilingan Pemurnian 2.516,11 ton atau 0,79 % * Kandungan gula ( pol) pada blotong yang tinggi ( > 2%) * Penggunaan flokulan yang berlebihan (5 ppm) * Nira encer/ nira jernih yang dihasilkan menjadi lebih sedikit karena banyaknya zat gula yang ikut terbawa blotong * Perlu biaya yang lebih tinggi untuk pembelian flokulan * Optimalisasi mesin pada stasiun pemurnian * Lebih teliti dalam pengaturan suhu, ph dan waktu di stasiun pemurnian * Penggunaan bahan tambahan seperti belerang, kapur tohor, serta flokulan yang tepat Penguapan brix nira kental tidak optimal * Pengontrolan kinerja evaporator belum maksimal * Aliran air injeksi yang terlalu cepat dan tidak optimum * Banyaknya pipa pelapis pada badan evaporator yang terbuka * Banyaknya kerak pada badan evaporator * Brix nira kental belum memenuhi aturan standar yaitu 60-64 %, sehingga nira kental yang dihasilkan tidak maksimal * Kurangnya jumlah steam untuk menguapkan nira encer di evaporator * Kondisi vakum pada evaporator tidak optimal * Mekanisme pindah panas pada evaporator tidak efisien * Menyediakan sarana untuk mendaur ulang nira kental agar dapat diuapkan kembali * Pengontrolan kondisi dan kinerja mesin evaporator secara optimal * Perlu optimalisasi di stasiun pemurnian terutama dalam pembentukan inti endapan agar tidak terjadi penempelan kerak pada pipa uap di badan evaporator 3 68
Lampiran 8. Penilaian daur hidup gula di PG Subang tahun 2011 berdasarkan analisis inventori terhadap penggunaan bahan baku dan bahan tambahan (lanjutan) Stasiun Losses Penyebab Dampak Interpretasi hasil Kristalisasi dan sentrifugasi 5.728,16 ton atau 8,4 % * Rendahnya zat gula (pol) dalam brix pada proses kristalisasi dalam pan masakan * Kinerja mesin yang kurang optimal * Sanitasi yang kurang baik * Keakuratan dalam proses masakan/ kristalisasi terhadap suhu dan waktu yang kurang optimal * Banyaknya zat gula dalam nira yang belum terkristalkan * Gula SHS yang dihasilkan menjadi lebih sedikit * Adanya gula yang masih tercecer * Kristal gula yang dihasilkan tidak homogen * HK pada tiap masakan tidak optimal * Para chemiker dituntut menguasai perhitungan cepat pada setiap kondisi yang selalu berubah * Petugas dalam masakan harus selalu mengikuti perkembangan HK bahan yang ada di stasiun masakan, untuk stroop dan klare harus tahu HK bahan yang ada di tiap peti stroop dan klare * Optimalisasi perbaikan mesin pada saat maintenance 69 4
Lampiran 9. Penilaian daur hidup gula di PG Subang tahun 2011 berdasarkan analisis inventori terhadap penggunaan energi Sumber energi Bahan bakar Bentuk Inefisiensi Penggunaan IDO, pol ampas > 2 %, kadar air > 50 %, Penyebab Dampak Interpretasi hasil * Penggunaan ampas tebu tidak mampu mencukupi kebutuhan pembakaran pada boiler * Adanya zat gula yang terbawa pada ampas * Nilai kalor ampas yang rendah * Ampas yang dihasilkan tidak seluruhnya digunakan untuk pembakaran sehingga masih ada sisa di gudang ampas * Diperlukan bahan bakar tambahan lain seperti IDO yang biayanya sangat tinggi dibandingkan ampas tebu yang diperolah secara gratis dari hasil ekstraksi tebu * Timbulnya kerak (inkrustasi) pada pipa boiler sehingga menghambat heat transfer pada boiler * Nilai kalor ampas menjadi rendah karena kadar air ampas yang tinggi sehingga pembakaran tidak optimal * Kadar air ampas tinggi karena adanya ampas yang masih diletakkan di ruang terbuka sehingga bisa terkena air hujan sehingga tidak optimal untuk digunakan pembakaran di boiler * Banyaknya ampas yang beterbangan di sekitar gudang ampas karena gudang ampas tidak dalam keadaan tertutup sehingga timbul penyakit pada saluan pernafasan * Emisi gas rumah kaca lebih besar dengan penggunaan IDO * Penggunaan bahan bakar full ampas atau bahan bakar tambahan lain, misalnya dengan bahan bakar gas (Liquified Natura Gas/LNG) yang biayanya dan emisi lebih rendah dibandingkan dengan IDO * Optimalisasi stasiun gilingan agar pol ampas rendah sehingga tidak ada zat gula yang ikut terbawa dalam ampas * Gudang ampas diusahakan dalam keadaan tertutup agar tidak menurunkan kualitas ampas tebu yang akan digunakan untuk pembakaran di boiler * Pemakaian masker di sekitar gudang ampas * Usahakan tidak terjadi berhenti giling * Optimalisasi mesin boiler agar kebutuhan uap terpenuhi untuk proses produksi di pabrik * Pemanfaatan ampas untuk bubur pulp, particle board, arang aktif, dan gasifikasi 70 3
Lampiran 9. Penilaian daur hidup gula di PG Subang tahun 2011 berdasarkan analisis inventori terhadap penggunaan energi (lanjutan) Sumber energi Listrik dan Uap Bentuk Inefisiensi Efisiensi listrik > 15 % yaitu 18,94 %, Efisiensi uap > 45 % yaitu 58,94 % Penyebab Dampak Interpretasi hasil * Kinerja di stasiun boiler tidak optimal * Kualitas tebu yang digiling yang kurang optimal serta penggunaan bahan tambahan yang tidak sesuai *Kurang efektif dalam pelaksanaan proses pengolahan tebu di tiap stasiun * Kinerja mesin- mesin produksi yang kurang optimal seperti efisiensi mesin dan spesifikasi dari mesin tersebut * Adanya kebocoran pada sistem uap * Heat transfer menurun karena adanya uap yang terbuang yang disebabkan sistem uap yang bocor dan adanya kerak pada badan uap *Tingginya kebutuhan uap yang diperlukan pada tiap stasiun dalam proses produksi gula karena mesin dituntut bekerja lebih maksimal dalam menghasilkan nira, memisahkan nira dari kotoran atau zat bukan gula, memurnikan nira, menguapkan nira dan menghasilkan kristal gula * Dapat terjadi berhenti giling karena uap yang dihasilkan boiler untuk proses produksi gula di pabrik tidak terpenuhi * Optimalisasi stasiun gilingan dan boiler * Menghindari terjadinya kebocoran uap * Dilakukan sistem bleeding * Optimalisasi penggunaan peralatan dalam pelaksanaan proses produksi gula di pabrik yaitu dengan mengaktifkan alat pada kapasitas optimalnya dan menon-aktifkan alat ketika alat sedang tidak digunakan * Optimalisasi saat maintenance dengan melakukan perawatan, perbaikan, modofikasi, atau pergantian mesin dan peralatan * Penggunaan kontrol otomatis untuk memastikan uap hanya digunakan ketika dibutuhkan * Pembenahan pada turbin dengan pengujian kinerja dan pembersihan turbin secara teratur untuk meningkatkan efisiensi 71 4