Banking Weekly Hotlist (17 Juli 21 Juli 2017)

dokumen-dokumen yang mirip
2017, No payment gateway) merupakan pemenuhan atas kebutuhan masyarakat dalam bertransaksi secara nontunai dengan menggunakan instrumen pembaya

No Bank Indonesia sebagai otoritas yang diberi mandat oleh Undang- Undang untuk mengatur, menyelenggarakan perizinan, dan melakukan pengawasan

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 19/8/PBI/2017 TENTANG GERBANG PEMBAYARAN NASIONAL (NATIONAL PAYMENT GATEWAY) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Banking Weekly Hotlist (21 Agustus 25 Agustus 2017)

Banking Weekly Hotlist (24 Juli 28 Juli 2017)

Banking Weekly Hotlist (04 Januari 08 Januari 2016)

BAB I PENDAHULUAN. membawa kehancuran bagi perekonomian negara Indonesia serta akibatnya sangat

Banking Weekly Hotlist (10 Juli 14 Juli 2017)

Banking Weekly Hotlist (3 Juli 7 Juli 2017)

I. PENDAHULUAN. dunia perbankan semakin ketat. Tantangan di dunia perbankan akan semakin sulit

BAB I PENDAHULUAN. Sektor perekonomian adalah salah satu sektor yang menjadi fokus

Banking Weekly Hotlist (02 Maret 06 Maret 2015)

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

PERATURAN ANGGOTA DEWAN GUBERNUR NOMOR 19/10/PADG/2017 TENTANG GERBANG PEMBAYARAN NASIONAL (NATIONAL PAYMENT GATEWAY)

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bagi pembangunan dan perekonomian Indonesia, serta menjadi intermediary

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan yang melambat, akan tetapi kualitas pertumbuhan ekonomi

- 2 - OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

Dr. Harry Azhar Azis, MA. WAKIL KETUA KOMISI XI DPR RI

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. merupakan mata rantai yang penting dalam melakukan bisnis karena. melaksanakan fungsi produksi, oleh karena itu agar

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan di Indonesia memiliki peranan penting bagi pertumbuhan

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

ekonomi Kelas X SISTEM PEMBAYARAN DAN ALAT PEMBAYARAN K-13 A. Pengertian Sistem Pembayaran Tujuan Pembelajaran

Banking Weekly Hotlist (23 Februari 27 Februari 2015)

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 18/9/PBI/2016 TENTANG PENGATURAN DAN PENGAWASAN SISTEM PEMBAYARAN DAN PENGELOLAAN UANG RUPIAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perbankan ini meningkatkan lembaga bank itu sendiri serta peraturanperaturan

Banking Weekly Hotlist (2 April 6 April 2018)

Commerce & Payment System

Kementerian Keuangan Direktorat Jenderal Pajak

Banking Weekly Hotlist (2 Februari 6 Februari 2015)

2 Penyesuaian dilakukan dengan memasukkan surat-surat berharga (SSB) yang diterbitkan bank dalam perhitungan Loan to Deposit Ratio (LDR) dalam kebijak

BAB I PENDAHULUAN. ditunjukkan dengan permodalan yang masih tergolong tinggi seperti pada CAR yang berada

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan syariah telah berkembang begitu pesat di Indonesia dengan

Para Direktur Kepatuhan Perbankan dan Pimpinan Perbankan lainnya;

Departemen Hukum Otoritas Jasa Keuangan

2 d. bahwa melalui layanan keuangan tanpa kantor (branchless banking) tersedia produk-produk keuangan yang dapat dijangkau, sederhana, mudah dipahami,

BAB I PENDAHULUAN. berpotensi muncul banyak nya usaha jasa baru.

PENGARUH ROE, BOPO DAN NPL TERHADAP TINGKAT DEPOSITO MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 141/PMK.08/2017 TENTANG

I. PENDAHULUAN. Bank merupakan lembaga keuangan terpenting dan sangat. bank bagi perkembangan dunia usaha juga dinilai cukup signifikan, dimana bank

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan mempunyai peranan penting dalam perekonomian suatu negara,

2 d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, dan huruf c, perlu menetapkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan tentan

BAB I PENDAHULUAN telah menembus angka 6,6 % pada bulan November, dan diperkirakan akan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. lembaga keuangan berfungsi sebagai financial intermediary atau perantara

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia terdapat sekitar 57,9 juta pelaku UMKM dan diperkirakan akan semakin

Membangun BPR yang Sehat, Kuat dan Berdaya Saing Tinggi Arah Kebijakan Pengaturan Dalam Rangka Mendukung Modernisasi Bank Perkredian Rakyat

Banking Weekly Hotlist (20 April 24 April 2015)

Banking Weekly Hotlist (9 April 13 April 2018)

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan produk perbankan seperti kartu kredit, kartu debit dan ATM membuat

BAB I PENDAHULUAN. Bank di dalam menjalankan fungsi menawarkan jasa-jasa keuangan,

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/ 22 /PBI/2012 TENTANG

The very existence of government at all, infers inequality.

-2- Mengingat Nomor : Undang-Undang 11 Tahun 2016 tentang Pengampunan Pajak (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 131, Tambahan Lembara

2016, No Harta Wajib Pajak ke dalam Wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Penempatan pada Instrumen Investasi di Pasar Keuangan dala

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

Adapun struktur organisasi dan tanggung jawab masing. PT. Bank Jabar Banten Cabang Bandung adalah sebagai berikut : Tugas Pemimpin Cabang adalah :

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu negara. Hal ini tercermin pada fungsi perbankan sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Banking Weekly Hotlist (23 Maret 27 Maret 2015)

BAB I PENDAHULUAN. Ekonomi syariah dalam beberapa tahun belakangan ini mengalami. perkembangan yang signifikan terutama di bidang perbankan.

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 3/2/PBI/2001 TENTANG PEMBERIAN KREDIT USAHA KECIL GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB V PENUTUP. 1. Keabsahan dari transaksi perbankan secara elektronik adalah. Mendasarkan pada ketentuan Pasal 1320 Kitab Undang-Undang Hukum

BOKS 3 Survei Optimalisasi Penggunaan Alat Pembayaran Non Tunai Di Sulawesi Tenggara

BAB I PENDAHULUAN hingga tahun 2012 terlihat cukup mengesankan. Di tengah krisis keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan di bidang teknologi informasi dan komunikasi,

BAB I PENDAHULUAN. dari pelepasan kredit dan pendapatan berbasis biaya (fee based income). Lambatnya

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini, memberikan banyak peluang bisnis yang bisa dijadikan

DAFTAR PERTANYAAN PAPARAN PUBLIK INVESTOR SUMMIT AND CAPITAL MARKET EXPO 2014 TANGGAL 17 SEPTEMBER 2014 PT BANK MANDIRI PERSERO TBK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pertumbuhan dan perkembangan ekonomi di Indonesia umumnya

I. PENDAHULUAN. bentuk investasi kredit kepada masyarakat yang membutuhkan dana. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Terintegrasinya perekonomian global telah menyebabkan krisis di suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Teknologi informasi pada saat ini telah menjadi bagian yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini banyak bermunculan bermacam-macam bank umum di

Mempertahankan Soliditas

LATAR BELAKANG MODERASI PERTUMBUHAN EKONOMI GLOBAL PEREKONOMIAN AMERIKA YANG BELUM STABIL PERLAMBATAN PERTUMBUHAN TIONGKOK

BAB I PENDAHULUAN. Industri perbankan memegang peranan penting dalam menunjang kegiatan

enyatukan dan Memadukan Sumber Daya

RINGKASAN EKSEKUTIF : : :

Boks 4. SURVEI KREDIT PERBANKAN JAMBI: TANTANGAN DI TAHUN 2009

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA


BAB I PENDAHULUAN. dan lainnya (Hanafi dan Halim, 2009). Sedangkan kinerja keuangan bank dapat

BAB 2 SKEMA PROSES BISNIS

BAB I PENDAHULUAN. (Undang-undang no 10 tahun 1998). Kredit sebagai usaha pokok bank

MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALIN AN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANK INDONESIA,

No. 17/19/DPUM Jakarta, 8 Juli 2015 SURAT EDARAN. Kepada SEMUA BANK UMUM DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan perusahaan pada umumnya ditandai dengan kemampuan

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PENGARUH ROE, BOPO DAN NPL TERHADAP TINGKAT DEPOSITO MUDHARABAH PADA BANK SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bank sebagai lembaga keuangan adalah bagian dari faktor

Perbankan Komersial dan UKM

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan sebuah kontribusi nyata dari sektor perbankan. Sesungguhnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh 19,7% tahun 2015, jauh lebih tinggi dari tahun triliun menjadi Rp triliun hingga akhir tahun.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dua nasabah yang berbeda, satu pihak merupakan nasabah yang

Transkripsi:

Banking Weekly Hotlist (17 Juli 21 Juli 2017) PERATURAN PERBANKAN Soal Keterbukaan Pajak, Perbanas Harap Data Nasabah Tak Tersebar Perhimpunan Bank Nasional (Perbanas) meminta pemerintah dalam hal ini Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Kementerian Keuangan untuk dapat menjaga kerahasian data rekening nasabah yang memiliki dana diatas Rp1 miliar agar tidak tersebar luas oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Hal tersebut sejalan dengan Pemerintah yang telah merevisi peraturan menteri keuangan (PMK) No. 70/PMK.03/2017 tentang petunjuk teknis mengenai akses informasi keuangan untuk kepentingan perpajakan. Terutama untuk nilai saldo rekening wajib pajak yang akan diintip pemerintah. PMK tersebut merupakan peraturan turunan dari Perppu No 1 tahun 2017 tentang keterbukaan informasi data nasabah untuk kepentingan pajak. Sebelumnya, dalam PMK No. 70/PMK.03/2017 memang mengatur tentang batas minimal saldo nasabah yang akan dibuka sejumlah Rp200 juta. Namun baru berselang dua hari dari penerbitannya, pemerintah langsung merevisi batas minimal saldo nasabah yang akan diintip datanya menjadi Rp1 miliar guna menekankan dukungannya bagi UMKM ke depan. Untuk menghindari kebocoran data nasabah, Perbanas mengusulkan agar DJP dapat memanfaatkan sistem yang sudah ada dalam mendukung Perppu Keterbukaan Akses Informasi Keuangan Nasabah untuk Kepentingan Perpajakan ini. Misalnya, DJP dapat memanfaatkan sistem yang sudah digunakan oleh Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Lalu bisa juga menggunakan SIPINA (Sistem Penyampaian Informasi Nasabah Asing). Jangan lagi manual, khususnya nasabah debitur. Sejauh ini, penerapan keterbukaan data nasabah sebenarnya sudah dilaksanakan, namun terlebih dahulu harus atas izin dari regulator, dalam hal ini OJK. Jadi, pemerintah harus lebih 1

dulu meminta izin OJK untuk dapat mengakses data nasabah, jika memang pemerintah membutuhkan data nasabah untuk kepentingan tertentu. Selain itu, Perbanas juga meminta kepada pemerintah untuk dapat lebih meningkatkan sosialisasi terkait dengan Perppu Keterbukaan Akses Informasi Keuangan Nasabah untuk Kepentingan Perpajakan ini. Hal ini bertujuan agar para nasabah tetap percaya untuk menaruh dananya di bank. Kondisi tersebut sejalan dengan banyaknya pertanyaan para nasabah terkait dengan kebijakan pemerintah tersebut. (Sumber: Infobank, 18 Juli 2017) SISTEM PEMBAYARAN Ini Manfaat Pelaksanaan NPG bagi Masyarakat Aturan tentang pelaksanaan Gerbang Pembayaran Nasional (GPN) atau National Payment Gateway (NPG) yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI) diyakini akan memberikan manfaat bagi masyarakat, lantaran kebijakan ini semata-mata untuk mempermudah masyarakat dalam bertransaksi. Chief Economist SKHA Institute for Global Competitiveness (SIGC) Eric Sugandi mengatakan, NPG akan membawa dampak positif di masyarakat karena selama ini juga sudah banyak transaksi elektronik yang digunakan seperti mobile banking, internet banking dan lainnya termasuk jenis payment. Melalui pelaksanaan NPG, keamanan konsumen dalam bertransaksi akan terjamin dan akan mendorong transaksi elektronik karena pada dasarnya dengan NPG ini masyarakat akan terfasilitasi. Selain difasilitasi, akan ada lembaga yang dibentuk, pertama lembaga standarnya, kemudian lembaga switching yang menyediakan infrastrukturnya dan lembaga service yang menyediakan layanannya. Hanya saja, memang butuh waktu untuk pemaksimalan NPG dan pelaksanannya harus terus diawasi dengan baik oleh regulator. Terlebih lagi, edukasi ke masyarakat juga harus digalakkan agar bisa menjangkau masyarakat yang di desa. Di sisi lain, peran Otoritas Jasa Keuangan (OJK) juga dibutuhkan. Senada dengan Eric, Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta optimis bahwa dengan terlaksananya NPG ini, akan membawa masyarakat ke dalam kegiatan payment yang lebih 2

efisien, karena nantinya, tidak akan lagi tergantung dengan perusahaan asing sebagai broker. Edukasi ke masyarakat di pedesaan tentang pelaksanaan NPG menjadi penting lantaran masyarakat yang berada di pedesaan masih banyak yang belum paham betul mengenai perbankan. Akses perbankan juga harus mudah agar setiap pelosok bisa menjangkau. Bank Sentral merilis Peraturan Bank Indonesia (PBI) NPG untuk mewujudkan sistem pembayaran nasional yang lancar, aman, efisien, dan andal, serta dengan memperhatikan perkembangan informasi, komunikasi, teknologi, dan inovasi yang semakin maju, kompetitif, dan terintegrasi maka kebijakan sistem pembayaran nasional perlu diarahkan pada pembangunan ketahanan, pengembangan yang terintegrasi dan berkesinambungan, serta peningkatan daya saing. PBI ini dikeluarkan dalam rangka membangun ketahanan, melakukan pengembangan yang terintegrasi dan berkesinambungan, serta meningkatkan daya saing sistem pembayaran nasional, diperlukan penataan infrastruktur, kelembagaan, instrumen, dan mekanisme sistem pembayaran nasional dalam suatu tatanan yang mampu memproses seluruh transaksi pembayaran ritel domestik secara interkoneksi dan interoperabilitas. (Sumber: Infobank, 17 Juli 2017) PENGAWASAN PERBANKAN OJK Fokus Pangkas NPL Bank ke Bawah 3% Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menargetkan dapat mendorong perbankan untuk memangkas rasio kredit bermasalahnya (Non-Performing Loan/NPL) menjadi di bawah 3% (gross) pada akhir 2017. Sebagai informasi, per Mei 2017, NPL rata-rata industri perbankan sebesar 3,07%(gross). Namun, pihaknya ingin menggunakan indikator masing-masing individu bank, dan bukan secara industri, untuk penurunan NPL ini. Fokus OJK untuk penurunan NPL bank di bawah 3% ini tampaknya tidak akan mudah dicapai. Menurut data OJK pada awal 2017 terdapat 22 bank yang memiliki NPL di atas 5%. Mayoritas bank itu adalah bank umum kelompok usaha (BUKU) II. Tugas penurunan NPL tersebut tidaklah mudah. Masalah NPL yang diderita perbankan dibagi kepada dua aspek yakni tata kelola internal perbankan yang buruk dan masalah belum pulihnya kondisi ekonomi 3

makro. Jadi penguatan internal bank, penguatan governance, penguatanrisk management, internal, dan kesehatan jadi yang utama. (Sumber: Infobank, 21 Juli 2017) Aturan Restrukturisasi Kredit Akan Direvisi OJK Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berniat akan melakukan revisi terhadap aturan relaksasi restrukturisasi kredit. Pasalnya, relaksasi ini tidak akan diberikan kepada seluruh bank lagi, di mana OJK akan terlebih dahulu melihat kondisi kualitas kredit bank tersebut. Adapun aturan ini sebelumnya tertuang dalam Peraturan OJK (POJK) Nomor 11/POJK/03/2015 tentang Ketentuan Kehati-Hatian dalam Rangka Stimulus Perekonomian Nasional bagi Bank Umum. Sejak disahkan pertengahan 2015, aturan ini akan habis masa berlakunya pada Agustus 2017. OJK sebagai regulator, akan terus memantau dan melihat penyebab dari kredit bermasalah yang ada di setiap individu bank. Pasalnya, penyebab kredit bermasalah bisa jadi datang dari internal banknya atau bisa juga dipengaruhi oleh kondisi eksternal. Secara internal, biasanya kredit macet disebabkan oleh pengelolaan (governance) di internal bank yang kurang baik. Sedangkan faktor eksternal bisa dipengaruhi oleh penurunan harga komoditas, kondisi ekonomi, atau hal lain di luar kendali bank. Sementara itu di sisi lain, OJK juga akan mewajibkan seluruh bank menjaga rasio kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) di bawah 3%. Bukan secara keseluruhan industri, tapi OJK menginginkan masing-masing bank bisa menjaga NPL di level tersebut. (Sumber: Infobank, 21 Juli 2017) 4

KINERJA PERBANKAN Perbankan Nasional harus Siap Bermain di Negeri Orang Maraknya perbankan asing yang ada di Tanah Air ternyata memberi pengaruh terhadap perbankan nasional. Ke depannya, perbankan dalam negeri harus bisa melakukan ekspansi ke luar negeri. perbankan Indonesia harus bisa masuk ke pasar ASEAN. Hal ini harus dilakukan sejak saat ini dan harus mampu berkembang dalam beberapa tahun mendatang. Perbankan nasional memang masih aman jika bermain di dalam negeri saja. Namun, tidak demikian jika hal ini terus dilakukan dalam 10 sampai 20 tahun ke depan. Meski demikian, juga tidak dipungkiri bahwa beberapa kompetensi masih diperlukan dari pihak asing. Bahkan, untuk pengembangan keamanan, perbankan nasional masih mengambil SDM sampai ke Eropa Timur (Sumber: Infobank, 19 Juli 2017) Bankir Harus Tingkatkan Kompetensi yang Beretika Perubahan bisnis yang dilalui perbankan ternyata menuntut setiap pelaku yang ada di dalamnya untuk berkembang. Bankir harus memiliki kompetensi yang baik dalam mengembangkan bisnisnya. Tidak hanya itu, mereka juga harus memiliki etika yang baik ketika menjalankan bisnisnya. Bisnis perbankan tidak hanya berorientasi kepada profit. Penembangan sumber daya manusia (SDM) juga harus dilakukan, terutama SDM yang beretika. Etika harus menjadi ruh dalam setiap perencanaan bisnis perbankan. Potensi teknis dan kemampuan memimpin harus menjadi prioritas dalam bertika. Untuk itu IBI menggiatkan setiap insan perbankan untuk bisa melakukan sertifikasi. (Sumber: Infobank, 19 Juli 2017) *** 5