FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI PRIA DALAM BER KB DI PUSKESMAS SIDOMULYO PEKANBARU

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PARTISIPASI PRIA DALAM KELUARGA BERENCANA DI LINGKUNGAN IV KELURAHAN TELING ATAS KOTA MANADO

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IUD DENGAN MINAT KB IUD DI DESA MOJODOYONG KEDAWUNG SRAGEN

Volume 3 / Nomor 1 / April 2016 ISSN :

*Fakultas Kesehatan Masyarakat

PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI PASANGAN USIA SUBUR DENGAN KEIKUTSERTAAN MENJADI AKSEPTOR KB PRIA. Darwel, Popi Triningsih (Poltekkes Kemenkes Padang )

HUBUNGAN INFORMASI DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI METODE OPERASI PRIA (MOP) PADA PRIA PASANGAN USIA SUBUR DI KECAMATAN PAKUALAMAN YOGYAKARTA ABSTRAK

HUBUNGAN PENDIDIKAN, PENGETAHUAN, USIA DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD DI DESA TANGGAN GESI SRAGEN NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEPATUHAN IBU MELAKUKAN KUNJUNGAN ULANG DI SIDOHARJO

GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 ( )

HUBUNGAN PEMBERIAN KONSELING OLEH BIDAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD TERHADAP AKSEPTOR KB

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SUAMI TENTANG KB DENGAN PARTISIPASI SUAMI DALAM BER-KB DI KELURAHAN KEMANG KABUPATEN BOGOR

GAMBARAN PENGETAHUAN SUAMI TERHADAP KONTRASEPSI KB PRIA DI LINGKUNGAN XVIII KELURAHAN TERJUN MEDAN MARELAN

HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS MERGANGSAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

: LULUK ERDIKA GRESTASARI J

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DALAM PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA JEPANG PAKIS

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI SUAMI MENJADI AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA KEBET KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PASANGAN USIA SUBUR (PUS) TERHADAP PEMAKAIAN KONTRASEPSI KB

GAMBARAN MOTIVASI SUAMI TERHADAP KONTRASEPSI MANTAP DI DUKUH SIDOKERTO PURWOMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN 2009

Hubungan Lama Penggunaan Kontrasepsi Suntik 3 Bulan Dengan Kenaikan Berat Badan 1

Correlation Between Mother s Knowledge and Education On Use Of Contraceptive In Yukum Jaya Village Central Lampung In 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DI PUSKESMAS PAAL X KOTA

Kustriyanti 1),Priharyanti Wulandari 2)

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI PRIA DALAM PROGRAM KB DAN KESEHATAN REPRODUKSI

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN :

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SUAMI TENTANG ALAT KONTRASEPSI VASEKTOMI DI DESA SAMBIROTO NGAWI

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : AHMAD NASRULLOH J

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT EKONOMI DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI WILAYAH PUSKESMAS SEKAMPUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

Oleh : Noviyanti, Indria Astuti, dan Siska Erniawati Stikes Jendr.A. Yani Cimahi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

ANALISIS PARTISIPASI PRIA DALAM PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI KELURAHAN INDRALAYA MULYA KECAMATAN INDRALAYA KABUPATEN OGAN ILIR TAHUN 2011

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEIKUTSERTAAN SUAMI PADA PROGRAM KB VASEKTOMI DI WILAYAH KECAMATAN BANJARMASIN TIMUR

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SUAMI DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE (IUD)

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI WANITA USIA SUBUR DALAM PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DI BPM SRI MAYA TRESIA, SST

Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Volume 14, Juli 2017

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

PENGARUH PEMBERIAN KONSELING TERHADAP PENGETAHUAN DAN MINAT PENGGUNA KONTRASEPSI MAL DI PONET GROBOGAN GROBOGAN JAWA TENGAH

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI DESA KARANGJATI KABUPATEN SEMARANG

Desi Andriani * Kaca Kunci : Pengetahuan, Pendidikan, AKDR. Daftar pustaka : 16 ( )

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

Rika herawati : Hubungan Berat Badan Ibu Dengan Pemakaian KB Hormonal Di Desa Pekan Tebih Wilayah Kerja Puskesmas Kepenuhan Hulu

Associated Factors With Contraceptive Type Selection In Bidan Praktek Swasta Midwife Norma Gunung Sugih Village

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI VASEKTOMI. Analysis Of Factors Related To The Use Of Contraception Vasectomy

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR (WUS) TENTANG KONTRASEPSI IUD DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DANUREJAN 1 KOTA YOGYAKARTA

PENGARUH PENYULUHAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG ALAT KONTRASEPSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANGKRAH KOTA SURAKARTA

Kesesuaian Sikap Pasangan Usia 1

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PRIA PRODUKTIF TERHADAP METODE KONTRASEPSI VASEKTOMI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI

BAB I PENDAHULUAN. dapat diatasi. Permasalahan ini antara lain diwarnai jumlah yang besar

JURNAL KESEHATAN DAN KEBIDANAN (JOURNAL OF MIDWIFERY AND HEALTH)

Program Studi D III Kebidanan, STIKES Ngudi Waluyo ABSTRAK

Imelda Erman, Yeni Elviani Dosen Prodi Keperawatan Lubuklinggau Politeknik Kesehatan Palembang ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DI PUSKESMAS CIMANDALA KABUPATEN BOGOR

98 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 08 No. 01 Januari 2017

Motivasi Ibu dalam Penggunaan KB IUD di Puskesmas Pakuan Baru Kota Jambi

Liva Maita, Na imatu Shalihah : Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Pemberian Kolostrum Pada Ibu Nifas Di Ruang Camar I Rsud Arifin Achmad Provinsi Riau

AKSEPTOR KB SUNTIK DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN DI KELURAHAN KARAMAT WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG TENGAH KOTA SUKABUMI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI MKJP PADA PUS DI PUSKESMAS TEMBILAHAN HULU

PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Starta I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PARTISIPASI SUAMI DALAM BER KB. Ditta Tourisia 1), Sumarah 2), Hartini 3)

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk serta meningkatkan kesehatan ibu dan anak.

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PROFIL KB IUD PADA IBU PRIMIGRAVIDA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DONOROJO PACITAN

PENGARUH PENGETAHUAN TERHADAP KEPUTUSAN IBU DALAM MEMILIH ALAT KONTRASEPSI DI PUSKESMAS KASSI-KASSI MAKASSAR. Arisna Kadir

Sukriani 1),Priharyanti Wulandari 2)

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan hasil kesepakan International Conference On Population and

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN JUMLAH ANAK DENGAN PEMILIHAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA AKSEPTOR KB (Di RW 03 Kelurahan Kedung Cowek Surabaya)

Erma Prihastanti, Puji Hastuti Prodi DIII Kebidanan Purwokerto Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Semarang

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI AKSEPTOR KB DALAM PEMILIHAN METODE KONTRASEPSI SUNTIK DI BPS NURYAMAH KEBUMEN TAHUN 2009ˡ

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

IDENTIFIKASI SIKAP IBU USIA SUBUR TENTANG ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM DI RT 04 RW 07 KELURAHAN BALEARJOSARI KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG

NASKAH PUBLIKASI AGUSTIAN SASMITA NIM I

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN WANITA PEKERJA SEKS DENGAN PERILAKU PEMERIKSAAN PAP SMEAR DI LOKALISASI SUNAN KUNING SEMARANG

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI TETANUS TOKSOID PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS TABONGO KECAMATAN TABONGO KABUPATEN GORONTALO TAHUN

HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI IMPLAN DENGAN KENAIKAN BERAT BADAN PADA WANITA USIA SUBUR DI PUSKESMAS MLATI II KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA

Mitha Destyowati ABSTRAK

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SUAMI DALAM BER-KB DI DESA WONOREJO WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDAWUNG I SRAGEN SKRIPSI

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Di Puskesmas Tatelu Kabupaten Minahasa Utara

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI TENTANG KONTRASEPSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN MAKARTI JAYA TAHUN 2014

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN :

ABSTRAK. Referensi : 16 buku ( ) + 7 kutipan dari internet Kata Kunci : Pengetahuan, tingkat ekonomi, pemilihan alat kontrasepsi..

TINGKAT PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS) TENTANG ALAT KONTRASEPSI IUD DI DESA PILANGSARI KECAMATAN NGRAMPAL KABUPATEN SRAGEN

PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN DEMOGRAFI TERHADAP KEIKUTSERTAAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI KECAMATAN GENENG KABUPATEN NGAWI

FAKTOR DETERMINAN PERILAKU KELUARGA BERNCANA (KB) DENGAN METODE OPERASI PRIA (MOP) DI KECAMATAN JENAWI KABUPATEN KARANGANYAR

PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR USE OF CONTRACEPTION BY COUPLES OF CHILDBEARING AGE

FAKTOR IBU YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAN IMPLANT (Studi pada akseptor KB Desa Arjasari, Kecamatan Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya 2014)

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN

Jurnal KES MAS UAD Vol. 4, No. 1, September 2010

BAB 1 PENDAHULUAN. diatas 9 negara anggota lain. Dengan angka fertilitas atau Total Fertility Rate

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KB DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DAN STATUS PEKERJAAN IBU DENGAN PEMBERIAN ASI ESKLUSIF DI PUSKESMAS 7 ULU PALEMBANG TAHUN 2013

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ULANG NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS PURWOYOSO KOTA SEMARANG

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KOTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE (IUD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGENTAN 2 TAHUN 2014

HUBUNGAN KELOMPOK UMUR PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DENGAN PEMILIHAN JENIS ALAT KONTRASEPSI DI DESA PADAMUKTI KECAMATAN SOLOKANJERUK KABUPATEN BANDUNG

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG POSYANDU TERHADAP STATUS GIZI ANAK BALITA

Transkripsi:

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI PRIA DALAM BER KB DI PUSKESMAS SIDOMULYO PEKANBARU The Factor Factor Relationship With Man Participation In Family Planning Elmia Kursani 1*, Umi Salmi 2 1,2 Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat STIKes Hang Tuah Pekanbaru Jl. Mustafa Sari No. 5 Tengkerang Selatan Pekanbaru Riau *(elmiakursanihtp@gmail.com) ABSTRAK Keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk mengatur jarak antara kehamilan, serta menentukan jumlah anak dalam keluarga. Partisipasi pria dalam keluarga berencana hingga saat ini masih rendah yaitu hanya 2%. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi pria dalam ber KB di Pukesmas Sidomulyo Pekanbaru Tahun 2016. Jenis penelitian ini bersifat kuantitatif analitik dengan desain penelitian Cross Sectional. Populasi penelitian ini adalah pria pasangan usia subur yang berkunjung di Puskesmas Sidomulyo dengan jumlah 95 orang. Pengambilan sampel dengan menggunakan Accidental sampling. Analisis yang digunakan adalah analisis univariat dan bivariat dengan uji Chi-Square dan alat ukur yang digunakan adalah kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi pria dalam keluarga berencana adalah sebesar 45,3%, terdapat hubungan antara informasi, peran petugas kesehatan, pengetahuan, pelayanan KB dengan partisipasi pria dalam ber KB. Kata Kunci : Puskesmas Sidomulyo, Informasi KB, Partisipasi pria ABSTRACT Family planning is an action that helps couples to adjust the spacing between pregnancies an to determine the number of children in the family. Male participation in family planning in indonesia was still low is 2%. The purpose of this study to knowing the factor factor relationship with man participation in family planning in Puskesmas Sidomulyo Pekanbaru 2016. This type of research is quantitative analytical, using cross sectional study design, study population was male couples of childbearing age who visited the Puskesmas Sidomulyo Pekanbaru to 95 the number. Sampling using Accidental sampling. The analysis used were univariate and bivariate with Chi-Square test, measuring instruments used are questionnaires. The results showed that there was man participation in family planning is 45,3%, and there is a relationship between family planning information, the role of health workers, knowledge, and planning service with man participation in family planning. Keywords : Puskesmas Sidomulyo, Information family planning, Man participation Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. X, No. 1. Maret 2017 7

PENDAHULUAN Menurut WHO (World Health Organisation) keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat diinginkan, mengatur interval antara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri serta menentukan jumlah anak dalam keluarga (Suratun, 2008). Berdasarkan hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, partisipasi pria dalam keluarga berencana hingga saat ini masih rendah yaitu hanya 2% meliputi penggunaan kondom 1,8% dan vasektomi 0,2%. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa rendahnya partisipasi pria dalam KB disebabkan oleh bebrapa faktor diantaranya: 1) akses informasi yang terbatas; 2) akses pelayanan yang terbatas; 3) masih ada hambatan sosial dan kultural sehingga masih diperlukan dukungan dari TOMA, TOGA dalam rangka penerimaan masyarakat terhadap KB (BKKBN, 2013). Berbicara mengenai indikator partisipasi pria cukup menarik dan perlu dikaji lebih lanjut. Kenapa peserta KB pria dengan kontrasepsi yang sama yaitu kondom dan vasektomi di Negara ini lebih tinggi, seperti misalnya di Malaysia sudah hampir 16 persen, Jepang 80 persen, Amerika 35 persen dan Iran 13 persen, begitu juga Bangladesh 13.9 persen (UNFPA, 2006). Partisipasi pria menjadi penting dalam keluarga berencana dan kesehatan reproduksi disebabkan pria adalah partner dalam reproduksi dan seksual, bertanggung jawab secara sosial dan ekonomi, dan pria secara nyata terlibat dalam fertilitas dan mereka mempunyai peranan yang penting dalam memutuskan kontrasepsi yang akan dipakainya atau digunakan istrinya (Musyafaah, 2012). Data yang didapatkan dari Profil Dinas Kesehatan Provinsi Riau tahun 2012 menunjukkan bahwa peserta KB baru pada tahun 2012 (17.7%), meningkat apabila dibandingkan dengan tahun 2011 (14.8%). Metode kontrasepsi yang paling banyak digunakan oleh perserta KB baru adalah suntik yaitu 50.4% hal ini dapat dipahami karna akses untuk memperoleh pelayanan suntikan relatif lebih mudah, sebagai akibat tersedianya jaringan pelayanan sampai di tingkat desa/kelurahan sehingga dekat dengan tempat tinggal peserta KB. Partisipasi pria (bapak) untuk menjadi peserta KB aktif dengan mempergunakan kontrasepsi MOP (hanya 0,1%) dan kondom (hanya 7,2%), karena terbatasnya pilihan kontrasepsi yang disediakan bagi pria, dan sebagian pria masih beranggapan bahwa KB merupakan urusan ibu (istri), sehing ga ibu (istri) yang menjadi sasaran. Berdasarkan data yang didapatkan dari Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru pada tahun Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. X, No. 1. Maret 2017 8

2015 Dari 20 Puskesmas di Pekanbaru, Puskesmas Sidomulyo meruppakan Puskesmas dengan jumlah Pasangan Usia Subur (PUS) tertinggi yaitu sebanyak 20247 orang dengan persentase KB pria terendah yang menggunakan metode kontrasepsi kondom sebanyak 0,1% sedangkan Metode Opertif Pria ( MOP) bejumlah 0%. Berdasarkan uraian diatas maka penulis tertarik melakukan penelitian tentang Faktor- Faktor Yang Berhubungan Dengan Partisipasi Pria Dalam Ber KB Di Puskesmas Sidomulyo Pekanbaru Tahun 2016. METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan desain penelitian cross sectional yang dilakukan di Puskesmas Sidomulyo Pekanbaru pada bulan Februari-Juni 2016. Populasi dalam penitian ini adalah seluruh Pasangan Usia Subur (PUS) di Puskesmas Sidomulyo Pekanbaru yang berjumlah 20247 orang. Pengambilan sampel dengan menggunakan teknik Accidental Sampling yaitu sebanyak 95 orang. Analisis yang digunakan yaitu analisis univariat dan analisis bivariat. HASIL Hasil penelitian dijelaskan dalam tabel 1 dan tabel 2. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Hasil Analisis Univariat Masing-Masing Variabel No Variabel Frekuensi 1 Pengetahuan: Rendah Tinggi 2 Pendidikan: Rendah Tinggi Persentase (%) 54.7 43 45.3 95 73 76.8 22 23.2 95 3. Pelayanan KB: Tidak tersedia Tersedia 30 31.6 65 68.4 95 4. Informasi: Tidak pernah Pernah 55 57.9 40 42.1 95 5. Peran petugas kesehatan: Tidak ada Ada 55 57,9 40 42,1 95 Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa pria yang berpengetahuan rendah rendah sebanyak responden (54,7%), pria yang berpendidikan rendah sebanyak 73 orang (76,8%), pria yang tidak pernah mendapatkan informasi tentang KB sebanyak 55 responden (57.9%), pria yang pelayanan KB nya tersedia sebanyak 65 responden (68,4%) dan pria yang petugas kesehatan nya tidak ada berperan sebanyak 55 responden (57.9%). Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. X, No. 1. Maret 2017 9

Tabel 2 Hasil Analisis Bivariat Masing-Masing Variabel Variabel Pengetahuan: Rendah Tinggi Pendidikan: Rendah Tinggi Pelayanan KB: Tidak Tersedia Tersedia Informasi KB: Tidak Pernah Pernah Peran petugas kesehatan: Tidak ada Ada Partisipasi Pria Tidak berpartisipasi Berpartisipasi n % n % n % 38 14 73,1 32,6 14 29 43 26,9 67,4 P value = 0,000; OR = 5.622 (2.322-13.616); CI = 95% 38 14 25 27,1 63,6 35 8 30 P value = 0,476; CI = 95% 83,3 41,5 5 38 43 47,9 36,4 16,7 58,5 P value = 0,000; OR = 7.037(2.391-20.711); CI = 95% 37 15 67,3 37,5 18 25 43 32,7 62,5 65 P value = 0,008; OR = 3.426(1.460-8.037); CI = 95% 38 14 69,1 35,0 17 26 43 30,9 65,0 P value = 0.002; OR = 4.151(1.747-9.865); CI = 95% 43 95 73 22 95 30 65 95 55 40 95 55 40 95 Berdasarkan tabel 2 diatas diketahui bahwa dari responden yang berpengetahuan rendah terdapat 38 (73,1%) responden yang tidak berpartisipasi dalam ber KB, dan dari 43 responden yang berpengetahuan tinggi terdapat 14 (32,6%) responden yang tidak berpartisipasi. Hasil uji Chi-Square diperoleh p value = 0,000 ( <0,05) berarti Ho ditolak menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan partisipasi pria dalam ber KB. Analisis keeratan hubungan dua variabel di dapatkan nilai Prevalence Odds Ratio 5,622 (95% CI: 2,322-13616) artinya pria dengan pengetahuan rendah beresiko 5,622 atau 5 kali untuk berpeluang tidak berpartisipasi dalam ber KB dibandingkan dengan pria yang berpengetahuan tinggi. Hasil analisis pendidikan dengan partisipasi pria dalam ber KB diketahui bahwa dari 73 responden yang berpendidikan rendah terdapat 38 (,1%) responden yang tidak berpartisipasi dalam ber KB Sedangkan dari 22 responden yang berpendidikan tinggi terdapat 14 (63,6%) responden yang tidak berpartisipasi dalam ber KB. Hasil analisis pelayanan KB dengan partisipasi pria dalam ber KB diketahui bahwa dari 30 responden yang pelayanan KB pria nya tidak tersedia terdapat 25 Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. X, No. 1. Maret 2017 10

(83,3%) responden yang tidak berpartisipasi dalam ber KB, Sedangkan dari 65 responden yang pelayanan KB nya tersedia terdapat 27 (41.5%) responden yang tidak berpartisipasi dalam ber KB. Hasil uji Chi-Square diperoleh p value = (0,000 < 0,05) yang berarti Ho ditolak, hal ini menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara tersedianya pelayanan KB pria dengan partisipasi pria dalam ber KB. Analisis keeratan hubungan dua variabel didapatkan nilai Prevalence Odds Ratio (POR) 7,037 (95% CI: 2.391-20.711) artinya responden yang pelayanan KB nya tidak tersedia berisiko 7,037 atau 7 kali untuk berpeluang tidak berpartisipasi dalam ber KB dibandingkan dengan pria yang pelayanan KB nya tidak tersedia. Hasil analisis informasi dengan partisipasi pria dalam ber KB diketahui bahwa dari 55 responden yang tidak pernah mendapatkan informasi tentang KB pria terdapat 37 (67,3%) responden yang tidak berpartisipasi dalam ber KB, sedangkan dari 40 responden yang pernah mendapatkan informasi tentang KB pria terdapat 15 (37.5%) responden yang tidak berpartisipasi dalam ber KB. Hasil uji Chi-Square didapatkan p value = (0,008 < 0.05) yang berart Ho ditolak, hal ini menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara informasi yang pernah didapatkan tentang KB pria dengan partisipasi pria dalam ber KB. Analisis keeratan hubungan dua variabel di dapatkan nilai Prevalence Odds Ratio POR 3,426 (95% CI: 1.460-8.037) artinya responden yang tidak pernah mendapatkan informasi tentang KB pria beresiko 3,426 atau 3 kali berpeluang tidak berpartisipasi dalam ber KB dibandingkan dengan responden yang pernah mendapatkan informasi tentang KB pria. Hasil analisis peran petugas kesehatan dengan partisipasi pria dalam ber KB diketahui bahwa dari 55 responden yang peran petugas kesehatan nya tidak ada berperan terhadap KB pria terdapat 38 (69,1%) responden yang tidak berpartisipasi dalam ber KB, Sedangkan dari 40 responden yang peran petugas kesehatan nya ada berperan terhadap KB pria terdapat 14 (35,0%) responden yang tidak berpartisipasi dalam ber KB. Hasil uji Chi-Square didapatkan p value = (0,002 < 0.05) yang berarti Ho ditolak, hal ini menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara peran petugas kesehatan dengan partisipasi pria dalam ber KB. Analisis keeratan hubungan dua variabel didapatkan nilai Prevalence Odds Ratio (POR) 4,151 (95% CI: (1.747-9.865) artinya responden yang peran petugas kesehatan nya tidak ada berperan terhadap KB pria memiliki resiko 4,151 atau 4 kali untuk tidak berpartisipasi dalam ber KB dibandingkan Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. X, No. 1. Maret 2017 11

dengan responden yang peran petugas kesehatan nya ada berperan terhadap KB pria. PEMBAHASAN Hubungan Informasi Yang Didapatkan Tentang KB Pria Dengan Partisipasi Pria Dalam Ber KB Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukan oleh Notoatmodjo (2010) bahwa informasi kesehatan dapat diperoleh dari berbagai aspek yang dipakai dalam masyarakat. Dimana informasi yang diperoleh oleh pasangan usia subur tentang keluarga berencana dari tenaga kesehatan, keluarga, dan media massa. Informasi yang diperoleh dari tenaga kesehatan dapat berupa penyuluhan-penyuluhan tentang keluarga berencana, informasi yang diperoleh dari keluarga berupa nasehat-nasehat tentang keluarga berencana dan dari media massa/elektronik berupa buku-buku, Majalah, TV, Koran dan internet. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Marlina (2015) dengan judul faktor-faktor yang berhubungan dengan keikutsertaan pria dalam ber KB dengan hasil uji statistik didapatkan nilai p value = 0, 021 lebih kecil dari α = 0,05 berarti ada hubungan antara informasi dengan keikutsertaan pria dalam ber KB. analisis keeratan hubungan dua variabel di dapatkan nilai POR 3,083 artinya pria yang pernah mendengarkan informasi tentang KB memiliki peluang 3 kali lebih besar berpartisipasi dalam ber KB dibandingkan dengan pria yang tidak pernah mendengarkan informasi tentang KB. Menurut asumsi peneliti dalam penelitian ini informasi berhubungan dengan partisipasi pria dalam ber KB. Karena apabila pria pasangan usia subur mendengarkan informasi tentang macam-macam KB, manfaat dan keuntungan KB maka semakin besar kemungkinan pria pasangan usia subur berpasrtisipasi dalam KB dibandingkan pria yang tidak pernah mendapatkan informasi tentang KB. Sebaiknya petugas kesehatan meningkatkan penyuluhan dalam pemberian informasi tentang KB pria yang tepat sasaran yaitu kepada pasangan usia subur. Hubungan Peran Petugas Kesehatan Dengan Partisipasi Pria Dalam Ber KB Menurut Masro (2012) peran petugas kesehatan mendukung perilaku PUS untuk berpartisipasi dan menjadi akseptor KB. Akseptor KB pria menyatakan bahwa petugas kesehatan yang memberikan informasi yang lengkap tentang pelayanan KB baik itu jenis pilihan metode KB begitu juga dengan efek samping dari metode KB tersebut. Selain komunikasi yang baik tentang informasi KB diberikan oleh petugas kesehatan kepada responden, peran petugas ini juga didukung dengan tersedianya petugas kesehatan yang berkompeten dalam pelayanan kesehatan. Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. X, No. 1. Maret 2017 12

Penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Masro (2012) hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi square, menyatakan hubungan yang bermakna antara peran petugas kesehatan dengan perilaku akseptor KB pria ( p=0,000, p<0,05) sedangkan nilai OR = 7,9 artinya responden yang peran petugas kesehatan mendukung perilaku akseptor KB pria berpeluang 7,9 kali dibandingkan dengan peran petugas kesehatan tidak mendukung perilaku akseptor KB pria. Menurut asumsi peneliti dalam penelitian ini peran petugas kesehatan berhubungan dengan partisipasi pria dalam ber KB. Karena petugas kesehatan yang berperan dan berkompeten dalam memberikan penyuluhan-penyuluahan dan memberikan pelayanan serta informasi yang baik tentang KB pria akan lebih membuat pria tertarik untuk berpartisipasi dalam ber KB dibandingkan dengan petugas kesehatan yang tidak berperan. Sebaiknya petugas kesehatan lebih berperan dalam memfokuskan partisipasi pria dalam ber KB sehingga informasi tentang KB pria bisa lebih mudah difahami dan diterima masyarakat. Hubungan Pengetahuan Terhadap Partisipasi Pria Dalam Ber KB Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukan oleh Notoatmodjo (2010) yang menyatakan bahwa pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi setelah sesorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman diri sendiri maupun pengalaman orang lain. Dari pendidikan seseorang dapat menyerap pengetahuan dan memahami pengetahuan yang mereka peroleh, dimana semakin tinggi pendidikan sesorang semakin tinggi pula pengetahuannya. Data diatas menunjang dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Saptono (2008) yang berjudul faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi pria dalam ber KB juga menunjukkan adanya hubungan yang bermakna antara tingkat pengetahuan pria pasangan usia subur dengan rendahnya partisipasi suami dalam ber KB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pasangan usia subur dengan pengetahuan rendah cendrung tidak berpatisipasi dalam keluarga berencana dibandingkan dengan pria pasangan usia subur yang berpengatahuan baik dengan hasil uji Chi Square didapatkan p value = 0,009 OR 9,341, artinya ada hubungan antara pengetahuan dengan partisipasi pria dalam ber KB. Berdasarkan asumsi peneliti, bahwa pengetahuan yang dimiliki oleh suami berpengaruh terhadap partisipasi suami dalam ber KB, dimana pria yang berpengetahuan tinggi lebih berpartisipasi Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. X, No. 1. Maret 2017 13

dalam ber KB, hal ini disebabkan karena suami mempunyai pengetahuan yang baik tentang kelebihan dan manfaat KB. Sebaiknya tenaga kesehatan meningkatkan konseling dan penyuluhan-penyuluhan kesehatan kepada pria pasangan usia subur terutama tentang partisipasi pria dalam ber KB sehingga pria atau suami memahami pentingnya pengetahuan tentang partisipasi pria dalam ber KB dan kesehatan reproduksi. Hubungan Pelayanan KB Dengan Partisipasi Pria Dalam Ber KB Hal ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Harnani (2012) variabel yang memiliki hubungan sebab akibat dengan partisipasi pria dalam KB yaitu pria yang sulit menjangkau akses pelayanan KB lebih berisiko tidak berpartisipasi dalam Keluarga Berencana 10 kali dibandingkan pria yang mudah menjangkau akses pelayanan KB (CI 95% : OR = 5,3-71,9). Berdasarkan informasi yang didapatkan dilapangan oleh peneliti banyak dari responden yang tidak memanfaatkan pelayanan KB seperti apotik, puskesmas, rumah sakit dan bidan praktik swasta sementara pelayanan KB pria itu sendiri sudah sangat mudah dijangkau dan diakses oleh masyarakat, hal ini disebabkan karna masih rendahnya minat masyarakat terhadap KB pria itu sendiri. Menurut asumsi peneliti dalam penelitian ini pelayanan KB pria sangat berhubungan dengan partisipasi pria dalam ber KB karena semakin banyak tersedia nya pelayanan KB untuk pria maka semakin mudah pria menjangkau akses pelayanan KB. Sebaiknya pelayanan kesehatan menyediakan pilihan KB pria sehingga masyarakat bisa memilih metode yang cocok terutama pria dalam meningkatkan partisipasi pria dalam ber KB. Hubungan Pendidikan Dengan Partisipasi Pria Dalam Ber KB Menurut Setiyaningrum (2014) pendidikan merupakan proses pemberdayaan serta didik sebagai subyek dan obyek dalam membangun kehidupan yang lebih baik. Pendidikan juga merupakan suatu proses sadar dan sistematis di sekolah, keluarga masyarakat untuk menyampaikan suatu maksud dari suatu konsep yang sudah ditetapkan. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Budisantoso dengan judul Partisipasi Pria Dalam Keluarga Berencana Di Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul pada tahun 2008 Berdasarkan uji statistik dengan uji Chi Square ternyata tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan partisipasi pria dalam ber KB. Berdasarkan penelitian yang didapatkan dilapangan banyak dari responden yang berpendidikan tinggi tidak berpartisipasi dalam ber KB hal ini disebabkan di dunia pendidikan formal juga tidak ada materi Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. X, No. 1. Maret 2017 14

khusus yang membahas tentang kesehatan reproduksi khususnya tentang keluarga berencana sehingga disini seseorang mengetahui tentang partisipasi pria dalam KB bukan dari sektor pendidikan formal melainkan dari Teman dan Mass Media terutama dari Surat Kabar dan Televisi. Menurut asumsi peneliti dalam penelitian ini, pendidikan tidak berhubungan dengan partisipasi pria dalam ber KB, karena banyak orang dengan pendidikan tinggi tetapi tidak mau berpartisipasi dalam ber KB hal ini dikarnakan masih adanya anggapan bahwa KB adalah urusan istri. Sebaiknya perlu adanya penkes materi-materi tentang kesehatan reproduksi khusunya partisiapsi pria dalam ber KB lebih digalakkan dimasyarakat dengan cara penyuluhan penyuluhan dan konseling tentang KB pria. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa ada hubungan antara pengetahuan, pelayanan KB, informasi, dan peran petugas kesehatan dengan partisipasi pria dalam ber KB. Saran yang dapat peneliti sampaikan dalam hal ini antara lain sebagai berikut: 1. Petugas kesehatan untuk lebih meningkatkan penyuluhan dan konseling tentang informasi dan pelayanan KB khususnya partisipasi pria dalam ber KB di kalangan masyarakat. 2. Tenaga kesehatan untuk membuat program promosi kesehatan dalam bentuk pemasangan poster dan spanduk serta menyebarkan leaflet dan brosur pada masyarakat khususnya pasangan usia subur tentang KB pria agar partisipasi pria dalam ber KB dapat direalisasikan di kalangan masyarakat. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan di Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat STIKes Hang Tuah Pekanbaru dan semua pihak yang telah terlibat dalam pelaksanaan penelitian ini. Ucapan terimakasih juga kami sampaikan kepada pihak UPT PPM STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap dan pihak STIKES Al-Irsyad Al-Islamiyyah Cilacap yang telah memuat jurnal kami. DAFTAR PUSTAKA Anggraini, Y. Martini. 2011. Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Metro Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta BKKBN, 2013(a). Peningkatan Partisipasi Pria Dalam Program KB Dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta: TIM BKKBN, 2013(b). Sumber Informasi KB Pria Vasektomi Bagi Pengelolah Program KB. Jakarta: TIM Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. X, No. 1. Maret 2017 15

BKKBN, 2006. Partisipasi Pria Dalam KB Dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta: TIM Harnani, Y. 2012. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Dengan Partisipasi Pria Dalam Keluarga Berencana Dikecamatan Rumbai Pesisir. Disertai Tidak Diterbitkan. Program Pasca Sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Stikes Hangtuah Pekanbaru, Pekanbaru Hasan, M. I. 2008. Pokok-Pokok Materi Statistic (Statistic Deskristif) Edisi Kedua. Jakarta: Bumi Aksara Hidayat, A. A. A. 2007. Metode Penelitian Kebidanan Dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika Imam, S. B. 2009. Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia, Partisipasi Pria Dalam Keluarga Berencana Di Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul. Vol. 4. No. 2, 103-114 Irianto, K. 2014. Pelayanan Keluarga Berencana Dua Anak Cukup. Bandung: Alfabeta Bandung Iswati. Rahmadewi. 2013. Keluarga Berencana, Kesehatan Reproduksi, Gender, Dan Pembangunan Kependudukan. Jakarta : TIM Maharyani, Sri, H. 2010. Kes Mas,hubungan Karakteristik Suami Dengan Keikutsertaan Suami Menjadi Akseptor Keluarga Berencana Di Wilayah Desa Karangduwur Kecamatan Petanahan Kabupaten Kebumen Jawa Tengah, 4 (1), 1-75 Marlina, D. H. 2015. Factor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Keikutsertaan Pria Dalam Ber KB Di Wilayah Kerja Puskesmas Sail. Disertai Tidak Diterbitkan. Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Kesehatan Reproduksi Stikes Hangtuah Pekanbaru, Pekanbaru Meilani, N. 2010. Pelayanan Keluarga Berencana (Dilengkapi Dengan Penuntun Belajar). Yogyakarta: Citramaya Mubarak, W. I. Cahyatin, N. 2007. Promosi Kesehatan. Yogyakarta : Graha Ilmu Musafaah, frieda. A. 2012. Buletin Penelitian Kesehatan, Faktor Struktural Keikutsertaan Pria Dalam Ber- Keluarga Berencana (KB) Di Indonesia, Vol. 40, No. 3, 154-161 Masro, N., Dien, G. 2012. Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Akseptor KB Pria Di Wilayah Kerja Puskesmas Ambacang Kota Padang. (Online), (http://repository.unand.ac.id/20435/1/ju rnalpenelitian.pdf) Notoatmodjo, S. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan Dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. Novianti, Rian. G. A, 2014. Jurnal Kesehatan Komunitas Indonesia, Faktor Persepsi Dan Dukungan Isteri Yang Berhubungan Dengan Partisipasi Kb Pria, (Online),Vol. No. 2,(http://lppm.unsil.ac.id/files/2015/02/0 4.sitinovianti.pdf. diakses 04 februari 2015) Pinem, S. 2009. Kesehatan Reproduksi & Kontrasepsi. Jakarta: Trans Info Media Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2013. (2014). Jakarta : Kementrian Kesehatan RI Profil Kesehatan Provinsi Riau Tahun 2012. 2013. Pekanbaru: Dinas Kesehatan Provinsi Riau Saifuddin, A. B. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi Edisi 2. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirahardjo Saryono. 2011. Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendiki Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. X, No. 1. Maret 2017 16

Setianingrum. E. Aziz, Z. B. 2014. Pelayanan Keluarga Berencana Dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Trans Info Media Sibagariang, E. E. Juliane. 2010. Metodologi Penelitian Untuk Mahasiswa Diploma Kesehatan. Jakarta : TIM Sibagariang, E. E. Pusmaika, R. 2010. Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Trans Info Media Suratun. Maryani, S. 2008. Pelayanan Keluarga Berencana & Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta : Trans Info Media Survei Demografi Dan Kesehatan Indonesia 2012 Modul Pria. 2014. Jakarta: Bekerja Sama Dengan BKKBN Dan UNFPA UNFPA, 2006. Buku Sumber Untuk Advokasi, Keluarga Berencana Kesehatan Reproduksi Gander Dan Pembangunan Penduduk, Jakarta : UNFPA Yuhedi, Kurniawati. T. 2014. Buku Ajar Kependudukan & Pelayanan KB. Jakarta: Buku Kedokteran EGC Wiknjosastro, H. 2007. Ilmu Kandungan Edisi Kedua Cetakan Ketujuh. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Jurnal Kesehatan Al-Irsyad (JKA), Vol. X, No. 1. Maret 2017 17