KAJIAN TERHADAP PENGALOKASIAN ALOKASI DANA DESA (ADD) PADA KABUPATEN BANYUWANGI (STUDI KASUS PADA 6 DESA DI KABUPATEN BANYUWANGI)

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN KUWU Nomor : 141/03-Kep/I/ Tahun 2016

BAB I A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN BUPATI MAJALENGKA Nomor : 11 TAHUN 2009 Tanggal : 26 Juni 2009 Tentang : PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2009.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, maupun kemasyarakatan maupun tugas-tugas pembantuan yang

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG

ANALISIS RASIO KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN PURWOREJO PERIODE

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2012

WALIKOTA PRABUMULIH PERATURAN WALIKOTA PRABUMULIH NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERIAN BANTUAN ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (APBDesa)

I. PENDAHULUAN -1- PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2010

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 14 TAHUN 2018 TENTANG

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 11 TAHUN 2017

BAB 1 PENDAHULUAN Hal ini berdasarkan dikeluarkannya Undang Undang No. 22 tahun 1999

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA (ADD) TAHUN ANGGARAN 2011

BERITA DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014 NOMOR 5 PERATURAN BUPATI MAGELANG NOMOR 5 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI LOMBOK UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN BUPATI LOMBOK UTARA NOMOR 12 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TANAH LAUT PERATURAN BUPATI TANAH LAUT NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG DANA ALOKASI UMUM (DAU) DESA DI KABUPATEN TANAH LAUT

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUWANGI,

11 LEMBARAN DAERAH Januari KABUPATEN LAMONGAN 4/E 2006 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR : 04 TAHUN 2006 TENTANG ALOKASI DANA DESA

KEPALA DESA SELOMARTANI KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DESA SELOMARTANI NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dan pemerataan pembangunan di masyarakat, pemerintah telah menetapkan

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sektor publik yang disertai adanya tuntutan demokratisasi. menjadi suatu fenomena yang umumnya sering terjadi.

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA DI KABUPATEN BLORA

ANALISIS REALISASI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2014

BUPATI KARO PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN BUPATI KARO NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA BUPATI KARO,

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 1 Tahun : 2015

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG NOMOR 10 TAHUN 2008

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 1 Tahun : 2015

LAPORAN REALISASI PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA PEMERINTAH DESA GONDANG TAHUN ANGGARAN 2017

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2010

salinan KEPALA DESA JAMBESARI KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN KEPALA DESA JAMBESARI NOMOR 1 TAHUN 2018

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA PEMERINTAH DESA PRAI MEKE TAHUN ANGGARAN 2017

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANYUMAS,

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 8 TAHUN 2005 TENTANG

SALINAN KEPALA DESA OLEHSARI KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN KEPALA DESA OLEHSARI NOMOR 01 TAHUN 2018 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 01 TAHUN 2011 TENTANG ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGANJUK,

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI

BERITA DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia dalam menyikapi berbagai permasalahan daerah akhir

BUPATI SIAK PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

DAFTAR PUSTAKA. Ahira, Anne, Konsep Dan Implementasi Analisis Kebijakan Kesehatan,

KEPALA DESA JATILOR KABUPATEN GROBOGAN PERATURAN DESA JATILOR NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan UU. No 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah bahwa

BUPATI ACEH TIMUR PROVINSI ACEH PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi berasal dari kata autonomos atau autonomia (yunani) yang

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 69 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA KELURAHAN DI KABUPATEN BANYUWANGI

BUPATI BENGKULU SELATAN PROVINSI BENGKULU

KEPALA DESA LICIN KECAMATAN LICIN KABUPATEN BANYUWANGI PERATURAN DESA LICIN NOMOR 1 TAHUN 2016 T E N T A N G

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang berada di tengah masa transformasi dalam hubungan antara

Syabab Azhar Basyir 1

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan pemerintahan di Indonesia semakin pesat dengan adanya era

SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 10 TAHUN 2012

BUPATI LUWU UTARA PROPINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI BADUNG PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 33 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR : 2 TAHUN 2016 LAMPIRAN : 1 (satu) TENTANG

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR 2 TAHUN 2017 TENTANG TATACARA PENGALOKASIAN ALOKASI DANA DESA TAHUN ANGGARAN 2017

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 12

INUNG ISMI SETYOWATI B

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP ALOKASI BELANJA DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN DESA

BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN BUPATI KARANGASEM NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PENGALOKASIAN ALOKASI DANA DESA SERTA

BAB 1 PENDAHULUAN. transparansi publik. Kedua aspek tersebut menjadi hal yang sangat penting dalam

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA PEMERINTAH DESA MEKARRAHAYU TAHUN ANGGARAN 2017

BAB I PENDAHULUAN. mencatat desentralisasi di Indonesia mengalami pasang naik dan surut seiring

BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 22 TAHUN 2016 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem sentralisasi ke desentralisasi menjadi salah satu wujud pemberian tanggungjawab

BUPATI BIMA PERATURAN BUPATI BIMA NOMOR : 01 TAHUN PEDOMAN PENYUSUNAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA (APBDes) TAHUN ANGGARAN 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Era reformasi memberikan peluang bagi perubahan paradigma

BUPATI BLORA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia telah mencanangkan reformasi birokrasi

SALINAN. Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa (Lembaran

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN ALOKASI DANA DESA DI DESA SUNGAI RAYA KECAMATAN SUNGAI RAYA KABUPATEN KUBU RAYA PROVINSI KALIMANTAN BARAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menciptakan pemerintahan Indonesia yang maju maka harus dimulai

KEPALA DESA SUSUKAN KECAMATAN SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DESA SUSUKAN NOMOR 4 TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi. Transfer antar pemerintah tersebut bahkan sudah menjadi ciri

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA DI KABUPATEN LAMONGAN TAHUN ANGGARAN 2015

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN,

KEPALA DESA GEJAGAN KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DESA GEJAGAN NOMOR 01 TAHUN 2017 T E N T A N G

Hendro Pujo Sasongko Adi 1. Abstrak

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi membawa banyak perubahan dalam kehidupan berbangsa dan

KEPALA DESA GADUNG KECAMATAN TOBOALI KABUPATEN BANGKA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. masih menggunakan IGO dan IGOB. IGO dan IGOB merupakan warisan

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pusat dan pemerintah daerah, yang mana otonomi daerah merupakan isu strategis

Contoh RANCANGAN PERATURAN DESA tentang Daftar Kewenangan Berdasarkan Hak Asal Usul dan Kewenangan Lokal Berskala Desa LAMBANG BURUNG GARUDA

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 5 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

BUPATI PAKPAK BHARAT

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 18 TAHUN 2016 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA PEMERINTAH DESA GONDANG TAHUN ANGGARAN 2017

Transkripsi:

KAJIAN TERHADAP PENGALOKASIAN ALOKASI DANA DESA (ADD) PADA KABUPATEN BANYUWANGI (STUDI KASUS PADA 6 DESA DI KABUPATEN BANYUWANGI) Galih Wicaksono, Yeni Puspita Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jember Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengalokasian ADD pada Kabupaten Banyuwangi, serta melihat kesesuaian pengalokasian ADD dengan peruntukannya berdasarkan Undang-Undang dan peraturan yang berlaku. Penelitian ini dilakukan pada 6 desa yang ada di Kabupaten Banyuwangi dengan menggunakan metode deskriptif kualitatif. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder, yang bersumber dari laporan realisasi penggunaan ADD tahun 2015. Hasil penelitian ini adalah bahwa secara umum pengalokasian ADD dilakukan untuk siltap dan tunjangan kepala desa dan perangkat desa (51 %), pembinaan kemasyarakatan (21 %), penyelenggaraan pemerintahan desa dan BPD (18 %), pembangunan (8 %), dan pemberdayaan masyarakat (2 %). Pengalokasian ADD sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 47 / 2015 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Desa. Akan tetapi, masih terdapat desa yang pengalokasiannya masih tidak sesuai dengan Peraturan Bupati Banyuwangi Nomor 13 / 2015 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan ADD di Kabupaten Banyuwangi. Kata Kunci: Alokasi Dana Desa (ADD), Pengalokasian. PENDAHULUAN Perubahan sistem pemerintahan yang mendasar di Indonesia setelah reformasi adalah diberlakukannya desentralisasi dan otonomi daerah yang dilaksanakan secara nyata melalui Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999, yang dalam perjalanannya diubah dengan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Otonomi daerah adalah pemberian kewenangan oleh pemeritah pusat kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan menjalankan pembangunan di daerahnya. Hal ini dimaksudkan agar daerah memiliki kesempatan untuk mengembangkan diri dan mewujudkan harapan masyarakat agar dapat menikmati pelayanan publik yang lebih baik melalui kebijakan pembangunan di daerah yang sesuai dengan kondisi dan keberadaan mereka. Desa memiliki peran penting dalam pelaksanaan tugas di bidang pelayanan publik. Desentralisasi kewenangan yang lebih besar dengan pembiayaan dan bantuan sarana dan prasarana mutlak diperlukan untuk otonomi desa menuju kemandirian desa. Lahirnya Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa yang selanjutnya disebut dengan UU Desa menjadi sebuah harapan baru bagi desa. Harapan agar desa bisa berdaya secara ekonomi dan berdaulat secara politik.kehadiran Undang undang desa tersebut selain sebagai penguatan bagi desa juga sebagai basis untuk memajukan masyarakat dan pemberdayaan masyarakat desa. Pemerintah Kabupaten/Kota memiliki kewajiban perimbangan keuangan yang harus diberikan kepada Desa dalam bentuk Alokasi Dana Desa (ADD). 143

Dalam rangka menindaklanjuti peraturan tersebut, Pemerintah Kabupaten Banyuwangi telah melaksanakan kebijakan Alokasi Dana Desa (ADD) kepada semua desa di wilayahnya. Dasar hukum pelaksanaan ADD di Kabupaten Banyuwangi dalam bentuk Peraturan Bupati Banyuwangi Nomor 13 tahun 2015 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Alokasi Dana Desa di Kabupaten Banyuwangi.Program Alokasi Dana Desa yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dilaksanakan untuk membantu masyarakat dalam melaksanakan pemerintahan dan pemberdayaan masyarakat.selain itu merupakan salah satu usaha pemerintah membuat masyarakat turut berpartisipasi dalam pembangunan dan pemberdayaan di desa. Pada Tahun 2013 Alokasi Dana Desa (ADD) sebesar Rp 30,5 Milyar. Tahun 2014 Alokasi Dana Desa sebesar Rp 30,6 Milyar, Tahun 2015 Alokasi Dana Desa meningkat signifikan sebesar Rp 69 Milyar dan tahun 2016 mencapai Rp 83 Milyar. Dana tersebut dibagi kepada 189 Desa yang ada di Kabupaten Banyuwangi yang masingmasing desa akan menerima Rp 1 Milyar lebih dari akumulasi dana ADD. Dengan semakin tingginya jumlah Alokasi Dana Desa dari tahun ke tahun menandakan semakin tingginya perkembangan potensi yang ada di setiap desa. (BPM-Pemdes Banyuwangi, 2016) Berdasarkan Peraturan Bupati Banyuwangi Nomor 13 tahun 2015, maksud pemberian bantuan Alokasi Dana Desa dari Pemerintah Kabupaten kepada Pemerintah Desa adalah sebagai stimulus untuk membiayai program-program kegiatan dalam rangka peningkatan kapasitas Operasional Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Desa dan Pemberdayaan masyarakat Desa. Sedangkan tujuan pemberian bantuan Alokasi Dana Desa dalam rangka untuk menunjang operasional penyelenggaraan pemerintahan desa, menanggulangi kemiskinan dan mengurangi kesenjangan sosial, meningkatkan perencanaan dan penganggaran pembangunan di tingkat desa dan pemberdayaan masyarakat, meningkatkan pembangunan infrastruktur perdesaan, dan meningkatkan pendapatan desa dan masyarakat desa melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDesa) dan usaha lainnya. Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 47 tahun 2015 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Desa, disebutkan bahwa untuk desa yang menerima Alokasi Dana Desa sampai dengan Rp 500.000.000,00, maka diperkenankan untuk mengalokasikan Alokasi Dana Desa maksimal sebesar 60 %. Hal ini dikarenakan Pemerintah Kabupaten Banyuwangi mengalokasikan Alokasi Dana Desa untuk setiap desa di wilayahnya dengan nilai nominal dibawah Rp 500.000.000,00, sehingga terikat dengan aturan PP Nomor 47 tahun 2015 tersebut. Lebih lanjut menurut Peraturan Bupati Nomor 13 tahun 2015 tentang Penggunaan Alokasi Dana Desa, Alokasi Dana Desa dipergunakan untuk penghasilan tetap dan tunjangan Kepala Desa dan perangkat Desa untuk menunjang peningkatan Penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan Pemberdayaan Masyarakat Desa. Batasan 144

maksimal besarnya dana Alokasi Dana Desa yang dipergunakan untuk penghasilan tetap dan tunjangan Kepala Desa dan Perangkat Desa dialokasikan dengan memperhatikan kemampuan keuangan desa untuk mendukung kegiatan lainnya dan sesuai dengan Peraturan Bupati yang mengatur tentang penghasilan tetap Kepala Desa dan Perangkat Desa. Selanjutnya alokasi sisa Alokasi Dana Desa setelah dikurangi untuk penghasilan Kepala Desa dan Perangkat Desa tersebut dipergunakan untuk Penyelenggaraan Pemerintahan Desa dan tunjangan serta operasional Badan Pemerintahan Desa (BPD) paling banyak sebesar 50% dari total sisa ADD dan selebihnya dipergunakan untuk Pemberdayaan Masyarakat Desa dan pembangunan Desa. Secara Rinci penggunaan Alokasi Dana Desa dipergunakan untuk: 1. Penyelenggaraan Pemerintah Desa, meliputi: Operasional Penyelenggaraan Pemerintah Desa, yang digunakan untuk menunjang kegiatan-kegiatan pemerintah desa (pengeluaran rutin berupa belanja barang, belanja pemeliharaan dan pengadaan barang, biaya perjalanan dinas, biaya rapat dll 2. Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat Desa, meliputi Kegiatan pemeliharaan dan/atau pembangunan sarana dan prasarana fisik desa dan Kegiatan penguatan kelembagaan desa dan kegiatan desa lainnya: 3. Kegiatan yang menunjang program-program pemerintah, pemerintah propinsi dan pemerintah kabupaten yang ditentukan lebih lanjut dengan surat edaran Bupati. Penggunaan Alokasi Dana Desa memerlukan adanya perencanaan, pelaksanaan, pengawasan serta pertanggungjawaban terhadap penggunaannya.perencanaan pembangunan desa tidak lepas dari perencanaan kabupaten/kota sehingga perencanaan yang dibuat bisa selaras.pelaksanaan pembangunan desa harus sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat bersama masyarakat desa serta mengetahui dan melakukan pengawasan terhadap jalannya pembangunan desa. Alokasi dana desa harus digunakan dan dialokasikan sesuai dengan undang-undang dan ketentuan yang berlaku.pelaksanaan Program Alokasi Dana Desa di Kabupaten Banyuwangi perlu untuk di evaluasi untuk menilai bagaimana kesesuaian dari program Alokasi Dana Desa sudah sesuai dengan peruntukannya berdasarkan dengan undang-undang dan ketentuan yang berlaku dan juga apakah program telah mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Berdasarkan uraian pada latar belakang, pada penelitian ini akan mengambil judul : Kajian Terhadap Pengalokasian Alokasi Dana Desa (ADD) pada Kabupaten Banyuwangi (Studi Kasus pada 6 Desa di Kabupaten Banyuwangi), dengan rumusan masalah : 1). Bagaimanakah pengalokasian Alokasi Dana Desa (ADD) di Kabupaten Banyuwangi?, serta 2). Bagaimanakah kesesuaian pengalokasian Alokasi Dana Desa (ADD) dengan peruntukannya berdasarkan Undang-Undang dan peraturan yang berlaku?. Tujuan penelitian ini adalah 1). Untuk mengetahui pengalokasian Alokasi 145

Dana Desa (ADD) di Kabupaten Banyuwangi, serta 2). Untuk mengetahui kesesuaian pengalokasian Alokasi Dana Desa (ADD) dengan peruntukannya berdasarkan Undang- Undang dan peraturan yang berlaku. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, karena bertujuan memberikan gambaran dan penjelasan secara tertulis terhadap obyek penelitian. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, dengan sumber data berupa Laporan Realisasi Penggunaan Alokasi Dana Desa (ADD) Tahun Anggaran 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah desa yang memperoleh Alokasi Dana Desa (ADD) dari Kabupaten Banyuwangi.Jumlah sampel pada penelitian ini sejumlah 6 (enam) Desa. Metode pemilihan sampel menggunakan purposive sampling, yaitu desa yang bersedia menyerahkan Laporan Realisasi Penggunaan Alokasi Dana Desa (ADD) Tahun Anggaran 2015 kepada peneliti, sehingga dapat dilakukan analisis lebih lanjut. HASIL PENELITIAN 1. Gambaran Umum Pengalokasian ADD Dapat diketahui bahwa ADD terbesar diterima oleh Desa Tulungrejo sebesar Rp 431.822.000,00, terbesar kedua diterima oleh Desa Karangharjo sebesar Rp 406.533.000,00, terbesar ketiga diterima oleh Desa Kampunganyar sebesar Rp 391.518.000,00. Kemudian, alokasi ADD terbesar keempat diterima oleh Desa Sumbergondo sebesar Rp 357.457.400,00. Desa Paspan menempati posisi terbesar kelima dengan alokasi sebesar Rp 355.604.000,00. Sedangkan untuk ADD terendah diterima oleh Desa Pendarungan sebesar Rp 326.272.000,00. Total ADD yang diterima oleh beberapa desa tersebut sebesar Rp 2.269.206.400,00, dengan nilai rata-rata ADD yang diterima sebesar Rp 378.201.067,00. Pengalokasian ADD terbesar dipergunakan untuk penghasilan tetap dan tunjangan untuk kepala desa dan perangkat desa sebesar 51 % dengan nilai total sebesar Rp 1.168.585.532,00, dengan nilai rata-rata sebesar Rp 194.764.255,00. Untuk pembinaan kemasyarakatan memiliki nilai terbesar yang kedua yaitu sebesar 21 %, dengan nilai total pengalokasian ADD sebesar Rp 471.150.112,00 atau nilai rata-rata sebesar Rp 78.525.019,00. Nilai pengalokasian ADD terbesar ketiga yaitu sebesar 18 % dipergunakan untuk penyelenggaraan pemerintahan desa serta tunjangan dan operasional BPD, dengan nilai total sebesar Rp 416.557.888,00 atau nilai rata-rata sebesar Rp 69.426.315,00. Nilai terbesar keempat digunakan untuk pembangunan, yaitu sebesar 8 %, dengan nilai total sebesar Rp 170.916.168,00 dengan nilai rata-rata sebesar Rp 28.486.028,00. Sedangkan pengalokasian ADD terendah dipergunakan untuk 146

pemberdayaan masyarakat yang hanya sebesar 2 % dengan nilai total sebesar Rp 41.996.700,00, dengan nilai rata-rata sebesar Rp 6.999.450,00. Pembinaan 21% Pemberdayaan 2% Siltap dan Tunjangan 51% Pembangunan 8% Penyelenggara an Pemdes & BPD 18% Gambar 1. Gambaran Umum Pengalokasian ADD 2. Persentase Pengalokasian ADD untuk Siltap Besaran ADD yang diterima oleh beberapa desa di Kabupaten Banyuwangi berkisar antara Rp 326.272.000,00 sampai dengan Rp 431.822.000,00. Oleh karena itu, karena nilai ADD yang diterima oleh setiap desa tersebut tidak melebihi nilai sebesar Rp 500.000.000,00, maka merujuk pada Peraturan Pemerintah No. 47 / 2015, maka ADD yang dapat dialokasikan untuk penghasilan tetap (siltap) kepala desa dan perangkat desa paling banyak sebesar 60 % dari ADD yang diterima oleh setiapdesa. 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% Gambar 2. Persentase Pengalokasian ADD untuk Siltap 147

Pada gambar 2 menunjukkan bahwa besarnya prosentase siltap kepala desa dan perangkat desa berkisar antara 40,46 % sampai dengan 54,97 %. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengalokasian ADD untuk siltap kepala desa dan perangkat desa sudah sesuai dengan PP No. 47/2015, karena pengalokasian ADD untuk siltap kepala desa dan perangkat desa nilainya dibawah 60 %. 3. Pengalokasian ADD untuk Pemdes dan BPD setelah dikurangi Siltap Berdasarkan Peraturan Bupati Banyuwangi No. 13 / 2015, memberikan suatu aturan bahwa nilai sisa ADD setelah dikurangi dengan siltap kepala desa dan perangkat desa, kemudian dialokasikan paling banyak sebesar 50 % dari nilai sisa ADD untuk penyelenggaraan pemerintahan desa serta tunjangan dan operasional untuk BPD. Berikut adalah gambaran pengalokasian nilai sisa ADD setelah dikurangi siltap kepala desa dan perangkat desa : 60,00% 50,00% 40,00% 30,00% 20,00% 10,00% 0,00% Gambar 3. Pengalokasian ADD untuk Pemdes dan BPD setelah Siltap Pada gambar 3 tersebut menunjukkan bahwa beberapa desa sudah menunjukkan alokasi yang tepat penggunaan ADD untuk penyelenggaraan pemerintahan desa serta tunjangan dan operasional untuk BPD, yaitu paling banyak sebesar 50 %, dimana beberapa desa tersebut mengalokasikan antara 22,5 % sampai dengan 57,64 %. Akan tetapi terdapat desa yang mengalokasikan berlebih yaitu di Desa Paspan, sebesar 57,64 % dari nilai sisa ADD untuk penyelenggaraan pemerintahan desa serta tunjangan dan operasional BPD, sehingga tidak sesuai dengan Peraturan Bupati Banyuwangi No. 13 / 2015. 4. Pengalokasian ADD untuk Penyelenggaraan Pemdes dan BPD 148

Pengalokasian ADD untuk penyelenggaraan pemerintahan desa serta tunjangan dan operasional BPD berkisar antara 10,46 % sampai dengan 26,73 %. Berdasarkan rekapan penggunaan ADD pada tahun anggaran 2015 untuk penyelenggaraan pemerintahan desa, jumlah nominalnya berkisar antara Rp 42.528.000,00 sampai dengan Rp 95.059.500,00. Nilai penggunaan ADD untuk penyelenggaraan pemerintahan desa yang terbesar berasal dari operasional perkantoran. 90.000.000 80.000.000 70.000.000 60.000.000 50.000.000 40.000.000 30.000.000 20.000.000 10.000.000 - Gambar 4. ADD untuk Penyelenggaraan Pemdes Sedangkan besaran untuk tunjangan dan operasional BPD jumlah nominalnya berkisar antara Rp 0 sampai dengan Rp 16.236.000,00. Nilai penggunaan ADD untuk BPD yang terbesar berasal dari honorarium rapat / sidang anggota BPD. 18.000.000 16.000.000 14.000.000 12.000.000 10.000.000 8.000.000 6.000.000 4.000.000 2.000.000 - Gambar 5. ADD untuk Tunjangan dan Operasional BPD 149

Pada gambar 5, terdapat data bahwa ada dua (2) desa yang tidak mengalokasikan ADD untuk tunjangan dan operasional BPD, yaitu Desa Karangharjo dan Desa Sumbergondo. Hal tersebut kontradiktif dengan empat (4) desa lainnya, yang mengalokasikan ADD untuk tunjangan dan operasional BPD sebesar Rp 11.000.500,00 sampai dengan Rp 16.236.000,00. Berdasarkan beberapa perbedaan tersebut, hal ini mengindikasikan bahwa tidak ada aturan baku mengenai besaran penggunaan ADD untuk tunjangan dan operasional BPD. 5. Pengalokasian ADD untuk Pembangunan Pengalokasian ADD untuk pelaksanaan pembangunan desa berkisar antara 0,59 % sampai dengan 14,09 % dari jumlah ADD. Berdasarkan rekapan penggunaan ADD pada tahun anggaran 2015 untuk pelaksanaan pembangunan desa, jumlah nominalnya berkisar antara Rp 2.400.000,00 sampai dengan Rp 55.169.300,00. Nilai penggunaan ADD yang memiliki nilai signifikan dalam pelaksanan pembangunan desa peruntukannya digambarkan sebagai berikut : Pivanisasi 19% Pavingisasi 28% Drainase 13% Pemeliharaan Gedung 17% Pembangunan Jalan 6% Jembatan LPJU 12% 2% Tempat Sampah 1% Penghijauan 2% Gambar 6. Alokasi ADD untuk Pembangunan Berdasarkan data pada gambar 6, penggunaan ADD terbesar dalam pembangunan berturut-turut dialokasikan untuk pavingisasi (28 %), pivanisasi (19 %), pemeliharaan gedung (17 %), drainase (13 %), pembangunan jembatan (12 %), dan pembangunan jalan (6 %). Sedangkan 5 % sisanya digunakan untuk beberapa pembangunan lain yang disesuaikan dengan kebutuhan desa masing-masing, misalkan untuk pembangunan LPJU, tempat sampah, dan penghijauan. 150

6. Pengalokasian ADD untuk Pemberdayaan Masyarakat Pengalokasian ADD untuk pelaksanaan pemberdayaan masyarakat berkisar antara 0 % sampai dengan 4,12 %. Berdasarkan rekapan penggunaan ADD pada tahun anggaran 2015 untuk pelaksanaan pemberdayaan masyarakat, jumlah nominalnya berkisar antara Rp 0 sampai dengan Rp 15.531.700,00. Nilai penggunaan ADD yang memiliki nilai signifikan dalam pelaksanan pemberdayaan masyarakat peruntukannya digambarkan sebagai berikut : Yatim Piatu 4% Anak Kurang Mampu 8% Posyandu 17% Pengadaan Bibit 1% Kegiatan UMKM 3% Kelompok Perempuan / PKK 38% KPMD 9% Kelompok Pemuda 3% Kelompok Pengrajin 3% Gambar 7. Alokasi ADD untuk Pemberdayaan Keluarga Miskin 14% Berdasarkan data pada gambar 7, penggunaan ADD terbesar dalam pemberdayaan masyarakat berturut-turut dialokasikan untuk pemberdayaan kelompok perempuan / PKK (38 %), posyandu (17 %), keluarga miskin (14 %), KPMD (9 %), dan anak kurang mampu (8 %). Sedangkan nilai sisanya sebesar 14 % digunakan untuk beberapa kegiatan pemberdayaan yang disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat di masing-masing desa, antara lain digunakan untuk pemberdayaan anak yatim piatu, kelompok pemuda, kelompok pengrajin, kegiatan UMKM, dan pengadaan bibit. Berbeda dengan desa-desa lain yang mengalokasikan ADD untuk pemberdayaan masyarakat, pada Desa Paspan tidak mengalokasikan ADD untuk pemberdayaan masyarakat. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak ada aturan baku mengenai besaran penggunaan ADD untuk pemberdayaan masyarakat, sehingga desa merasa bebas antara menggunakan atau tidak pengalokasian ADD untuk pemberdayaan masyarakat. 7. Pengalokasian ADD untuk Pembinaan Kemasyarakatan 151

Pengalokasian ADD untuk pelaksanaan pembinaan kemasyarakatan berkisar antara 6,7 % sampai dengan 32,96 %. Berdasarkan rekapan penggunaan ADD pada tahun anggaran 2015 untuk pelaksanaan pembinaan kemasyarakatan, jumlah nominalnya berkisar antara Rp 23.829.800,00 sampai dengan Rp 134.000.000,00.Nilai penggunaan ADD yang memiliki nilai signifikan dalam pelaksanan pembinaan kemasyarakatan peruntukannya digambarkan sebagai berikut Lembaga Kemasyarakatan 12% 0% 1% 1% 0% 2% Kerukunan Umat Beragama Kesenian dan Sosial Budaya Kelompok Pemuda 83% Kegiatan Wisata Ketentraman dan Ketertiban Posyandu Gambar 8. Alokasi ADD untuk Pembinaan Berdasarkan data pada gambar 8, penggunaan ADD terbesar dalam pembinaan kemasyarakatan berturut-turut dialokasikan untuk pembinaan lembaga kemasyarakatan (83 %), posyandu (12 %), serta ketentraman dan ketertiban (2 %).Sedangkan nilai sisanya sebesar 3 % digunakan untuk kegiatan pembinaan kemasyarakatan yang sesuai dengan situasi dan kondisi di masing-masing desa, seperti pembinaan kerukunan umat beragama, kelompok pemuda, serta pelatihan dan sosialisasi. KESIMPULAN Berdasarkan pembahasan yang berkaitan dengan pengelolaan dan pengalokasian ADD di desa pada Kabupaten Banyuwangi, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Pengalokasian ADD secara berurut-urut sesuai dengan besaran nilai pengalokasian digunakan untuk siltap dan tunjangan kepala desa dan perangkat desa (51 %), pembinaan kemasyarakatan (21 %), penyelenggaraan pemerintahan desa dan BPD (18 %), pembangunan (8 %), serta pemberdayaan masyarakat (2 %). 2. Pengalokasian ADD untuk siltap dan tunjangan kepala desa dan perangkat desa sudah sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 47 / 2015 tentang Peraturan 152

Pelaksanaan Undang-Undang Desa, baik dilihat dari pengalokasian masingmasing desa maupun secara umum. Hal ini karena besarnya prosentase siltap kepala desa dan perangkat desa berkisar antara 40,46 % sampai dengan 54,97 %, atau dibawah batas maksimal 60 %. 3. Berdasarkan hasil kajian di lapangan dan dokumen yang telah didapatkan ditemukan 1 (satu) desa yang peruntukannya tidak sesuai dengan Peraturan Bupati Banyuwangi No. 13 / 2015, yaitu Desa Paspan, dimana desa tersebut mengalokasikan sebesar 57,64 % dari nilai sisa ADD untuk penyelenggaraan pemerintahan desa serta tunjangan dan operasional BPD. Padahal dalam Perbup hanya diperkenankan maksimal 50 %. 4. Pengalokasian ADD untuk penyelenggaraan pemerintahan desa serta tunjangan dan operasional BPD berkisar antara 10,46 % sampai dengan 26,73 %. Untuk penyelenggaraan pemerintahan desa, nilai terbesar digunakan untuk operasional perkantoran. Untuk tunjangan dan operasional BPD, nilai terbesar digunakan untuk honorarium rapat / sidang anggota BPD. Berdasarkan hasil kajian di lapangan dan dokumen yang telah didapatkan terdapat temuan bahwa ada 2 (dua) desa yang tidak mengalokasikan ADD untuk kepentingan BPD, yaitu Desa Karangharjo dan Desa Sumbergondo. 5. Pengalokasian ADD untuk pelaksanaan pembangunan desa berkisar antara 0,59 % sampai dengan 14,09 %, dimana Desa Karangharjo mengalokasikan ADD paling sedikit untuk pembangunan yaitu sebesar 0,59 %. Secara umum, pengalokasian ADD untuk pelaksanaan pembangunan secara berurutan digunakan untuk pavingisasi (28 %), pivanisasi (19 %), pemeliharaan gedung (17 %), drainase (13 %), pembangunan jembatan (12 %), pembangunan jalan (5 %), serta 5 % sisanya digunakan sesuai dengan kebutuhan masing-masing desa. 6. Pengalokasian ADD untuk pelaksanaan pemberdayaan masyarakat berkisar antara 0 % sampai dengan 4,12 %, dimana Desa Paspan tidak mengalokasikan ADD untuk pemberdayaan masyarakat. Secara umum, pengalokasian ADD untuk pelaksanaan pemberdayaan masyarakat secara berurutan digunakan untuk pemberdayaan kelompok perempuan / PKK (38 %), posyandu (17 %), keluarga miskin (14 %), anak kurang mampu (8 %), sedangkan sisanya sebesar 14 % digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat di masing-masing desa. 7. Pengalokasian ADD untuk pelaksanaan pembinaan kemasyarakatan berkisar antara 6,7 % sampai dengan 32,96 %, dimana Desa Paspan mengalokasikan paling sedikit yaitu sebesar 6,7 %. Secara umum, pengalokasian ADD untuk pembinaan kemasyarakatan secara berurutan digunakan untuk pembinaan lembaga kemasyarakatan (83 %), posyandu (12 %), serta ketentraman dan 153

ketertiban (2 %), sedangkan sisanya sebesar 3 % digunakan sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat di masing-masing desa. IMPLIKASI KEBIJAKAN Berdasarkan hasil pembahasan dan kesimpulan yang berkaitan dengan pengalokasian ADD di desa pada Kabupaten Banyuwangi, maka terdapat beberapa implikasi kebijakan yang dapat dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, antara lain sebagai berikut : 1. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi hendaknya selalu berusaha memastikan agar pengalokasian ADD di setiap Desa di Kabupaten Banyuwangi sesuai dengan Undang Undang No. 6 / 2014 tentang Desa, Peraturan Pemerintah No. 47 / 2015 tentang Pengaturan Pelaksanaan Undang-Undang Desa, dan Peraturan Bupati Banyuwangi No. 13 / 2015 tentang Pedoman Teknis Pengelolaan ADD di Kabupaten Banyuwangi. 2. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi hendaknya perlu memperhatikan pengalokasian ADD untuk tunjangan dan operasional BPD. Hal ini karena terdapat beberapa desa yang tidak mengalokasikan ADD untuk kepentingan BPD. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi hendaknya membuat regulasi atau peraturan yang jelas dan tegas mengenai besaran dan sumber pengalokasian untuk tunjangan dan operasional BPD. 3. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi hendaknya perlu memperhatikan dengan seksama pembangunan infrastruktur yang dilakukan oleh desa, seperti pembangunan pavingisasi, pivanisasi, pemeliharaan gedung, drainase, dan pembangunan jembatan. Hal ini dikarenakan desa melakukan pembangunan fisik tersebut secara signifikan dalam penggunaan ADD untuk pembangunan. 4. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi perlu melakukan sosialisasi pentingnya kegiatan pemberdayaan masyarakat desa demi kemajuan desa. Hal ini dikarenakan kegiatan pemberdayaan masyarakat hanya mendapat alokasi ADD maksimal 4,12 % saja, bahkan terdapat desa yang tidak mengalokasikan ADD untuk pemberdayaan masyarakat desa. 5. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi hendaknya mengatur secara lebih detail mengenai aturan tentang pengalokasian ADD untuk pembinaan lembaga kemasyarakatan. Hal ini dikarenakan secara umum desa di Kabupaten Banyuwangi mengalokasikan ADD untuk pembinaan kemasyarakatan, yang terbesar digunakan untuk pembinaan lembaga kemasyarakatan (83 %). 6. Pemerintah Kabupaten Banyuwangi hendaknya bisa memberikan sosialisasi atau pedoman aturan yang berkaitan dengan beberapa kegiatan mana yang termasuk kegiatan pemberdayaan masyarakat dan mana yang termasuk kegiatan pembinaan kemasyarakatan, sehingga desa bisa secara jelas 154

mengalokasikan dengan tepat hal-hal yang termasuk kegiatan pemberdayaan masyarakat atau kegiatan pembinaan kemasyarakatan. 155

DAFTAR PUSTAKA Abdul Wahab, Solichin. 1991. Analisis Kebijakan : Dari Formulasi Ke Implementasi Kebijakan Negara. Binarupa Aksara : Jakarta. Dunn, William N. 2000. Pengantar Analisis Kebijakan Publik. Gadjah Mada University : Yogyakarta Dye Thomas R, 1992, Understanding Public Policy (Seventh edition, Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey. Jhingan, M.,L. 1983. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Terjemahan, oleh Guritmo. 2007. Jakarta. Raja Grafindo Persada. Kencana Inu, 1999, Ilmu Administrasi Publik, Rineka Cipta, Jakarta. Mardiasmo. 2006. Perwujudan Transparasi Dan Akuntailitas Publik Melalui Akuntansi Sektor Publik. Jurnal Akuntansi Pemerintahan. Nafarin, 2004.Penganggaran Perusahaan. Salemba Empat : Jakarta. Suharto, Edi. 2008. Analisis Kebijakan Publik, panduan Praktis Mengkaji Masalah dan Kebijakan Sosial, Dilengkapi Contoh-contoh Naskah Kebijakan. Bandung. ALFABETA. Waluyo. 2007. Manajemen Publik (Konsep, Aplikasi dan Implementasinya Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah). Mandar Maju : Bandung. Jurnal dan Karya Ilmiah Akbar. Pengelolaan Alokasi Dana Desa dalam Pembangunan di desa Loa Lepu Kecamatan Tenggarong Seberang Kabupaten Kutai Kartanegara. ejurnal Ilmu Pemerintahan, volume 3 Nomor 1, 2015 Azwardi, Sukanto. Efektifitas Alokasi Dana Desa (ADD) dan Kemiskina di Provinsi Sumatera Selatan. Jurnal Ekonomi Pembangunan. Florensi Helen. Pelaksanaan Kebijakan Alokasi Dana Desa (ADD) dalam Memberdayakan Masyarakat di Desa Cerme, Kecamatan Grogol, Kabupaten Kediri. Kebijakan dan Manajemen Publik, Volume 2, Nomor 1, januari 2014 Hariyanto, Slamet. 2015. Dampak Kebijakan Alokasi Dana Desa (ADD) Terhadap Pembangunan Desa di Kabupaten Bulungan. Tesis. Tidak diterbitkan. Kulia Tatik, M.Farid Ma ruf. 2016. Pemanfaatan Alokasi Dana Desa dalam meningkatkan pembangunan Infrastruktur di Desa BektiharjoKecamatan semanding Kabupaten Tuban. Kajian Otonomi Daerah Volume 01 Nomor 01 Tahun 2016 Marli, 2016. Pengelolaan Alokasi Dana Desa di Kecamatan Kalipuro Kabupaten Banyuwangi tahun 2013. Zainul Muhammad. Tinjauan Atas Pelaksanaan Keuangan Desa dalam Mendukung Kebijakan Dana Desa. Jurnal Ekonomi da Kajian publik, volume 6 No 1 Juni 2015 156

Perundang-undangan dan Peraturan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 Peraturan Bupati Banyuwangi Nomor 13 Tahun 2015 157