I. PEMOHON DAN TERMOHON I.1 PEMOHON Presiden Republik Indonesia, selaku Kepala Pemerintahan Republik Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
MENURUT UUD Pihak TERMOHON I, TERMOHON II dan para Ahli yang kami hormati;

DISAMPAIKAN PADA RAPAT KERJA MENTERI KEUANGAN DENGAN KOMISI XI DPR-RI

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

Kewenangan antar Lembaga Negara antara Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat,

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 108/PUU-XII/2014 Kontrak Karya. I. PEMOHON PT. Pukuafu Indah, diwakili oleh Dr. Nunik Elizabeth Merukh, MBA.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 37/PUU-X/2012 Tentang Peraturan Perundang-Undangan Yang Tepat Bagi Pengaturan Hak-Hak Hakim

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 2/SKLN-X/2012

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 4/PUU-XV/2017 Pemilihan Pimpinan DPR oleh Anggota DPR Dalam Satu Paket Bersifat Tetap

KUASA HUKUM Fathul Hadie Ustman berdasarkan surat kuasa hukum tertanggal 20 Oktober 2014.

I. PEMOHON Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), diwakili oleh Kartika Wirjoatmodjo selaku Kepala Eksekutif

I. PEMOHON Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), diwakili oleh Kartika Wirjoatmodjo selaku Kepala Eksekutif

PUTUSAN Nomor 2/SKLN-X/2012 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 21/PUU-XVI/2018

KUASA HUKUM Heru Widodo, S.H., M.Hum., dkk berdasarkan surat kuasa hukum tertanggal 22 Januari 2015.

KUASA HUKUM Munathsir Mustaman, S.H., M.H. dan Habiburokhman, S.H., M.H. berdasarkan surat kuasa hukum tertanggal 18 Desember 2014

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 104/PUU-XIV/2016 Keterwakilan Anggota DPD Pada Provinsi Baru Yang Dibentuk Setelah Pemilu 2014

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 12/PUU-XVI/2018 Privatisasi BUMN menyebabkan perubahan kepemilikan perseroan dan PHK

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 85/PUU-XII/2014 Pemilihan Pimpinan DPRD Kabupaten/Kota

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 50/PUU-XI/2013 Tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 72/PUU-X/2012 Tentang Keberadaan Fraksi Dalam MPR, DPR, DPD dan DPRD

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 20/PUU-X/2012 Tentang Peralihan Saham Melalui Surat Kesepakatan Bersama

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 47/PUU-XV/2017 Hak Angket DPR Terhadap KPK

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 25/PUU-XVI/2018

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 42/PUU-X/2012 Tentang Penentuan Harga BBM Bersubsidi

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 25/PUU-XII/2014 Tugas Pengaturan Dan Pengawasan Di Sektor Perbankan oleh Otoritas Jasa Keuangan

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN KEDUA Perkara Nomor 79/PUU-XII/2014 Tugas dan Wewenang DPD Sebagai Pembentuk Undang-Undang

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 62/PUU-XI/2013 Definisi Keuangan Negara dan Kewenangan Badan Pemeriksa Keuangan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 9/PUU-XIV/2016 Upaya Hukum Kasasi dalam Perkara Tindak Pidana Pemilu

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 72/PUU-XV/2017

KUASA HUKUM Dr. A. Muhammad Asrun, S.H., M.H., dan Vivi Ayunita Kusumandari, S.H., berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 7 Oktober 2014.

III. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 52/PUU-XIV/2016 Penambahan Kewenangan Mahkamah Kontitusi untuk Mengadili Perkara Constitutional Complaint

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 130/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilu Anggota DPR, DPD & DPRD Tata cara penetapan kursi DPRD Provinsi

II. OBJEK PERMOHONAN Pengujian Materiil Pasal 53 ayat (3) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintahan (UU 30/2014).

I. PEMOHON Tomson Situmeang, S.H sebagai Pemohon I;

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 25/PUU-XII/2014 Tugas Pengaturan Dan Pengawasan Di Sektor Perbankan oleh Otoritas Jasa Keuangan

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 79/PUU-XII/2014 Tugas dan Wewenang DPD Sebagai Pembentuk Undang-Undang

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 123/PUU-XII/2014 Pengisian Pimpinan DPRD

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 11/PUU-XIII/2015 Hak dan Kesejahteraan Guru Non-PNS yang diangkat oleh Pemerintah.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 40/PUU-XVI/2018 Dua Kali Masa Jabatan Bagi Presiden atau Wakil Presiden

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 35/PUU-XI/2013 Tentang Kewenangan DPR Dalam Pembahasan APBN dan APBN-P

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 65/PUU-X/2012 Tentang Pengelolaan Minyak dan Gas Bumi Oleh Negara

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 18/PUU-XV/2017 Daluwarsa Hak Tagih Utang Atas Beban Negara

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 33/PUU-XV/2017 Eksploitasi Ekonomi Terhadap Anak

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 41/PUU-XI/2013 Tentang Hak Pensiun Pimpinan dan Anggota Lembaga Tinggi Negara

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 45/PUU-XV/2017 Kewajiban Pengunduran Diri Bagi Anggota DPR, DPD dan DPRD Dalam PILKADA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 145/PUU-VII/2009 Tentang UU Bank Indonesia

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 6/PUU-XVI/2018 Kewajiban Pencatatan PKWT ke Intansi yang bertanggung jawab di bidang Ketenagakerjaan

III. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI Penjelasan Pemohon mengenai kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk menguji Undang-Undang adalah:

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 121/PUU-XII/2014 Pengisian Anggota DPRP

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 42/PUU-X/2012 Tentang Penentuan Harga BBM Bersubsidi

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 130/PUU-XII/2014 Pengisian Kekosongan Jabatan Gubernur, Bupati, dan Walikota

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 70/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 5/PUU-XVI/2018

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 7/PUU-VIII/2010 Tentang UU MPR, DPD, DPR & DPRD Hak angket DPR

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 94/PUU-XII/2014 Pemilihan Pimpinan DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 54/PUU-X/2012 Tentang Parliamentary Threshold dan Electoral Threshold

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 51/PUU-XI/2013 Tentang Kewenangan KPU Dalam Menetapkan Partai Politik Peserta Pemilu

KUASA HUKUM Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, S.H., M.Sc., dkk berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 20 Maret 2014.

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 4/PUU-XIII/2015 Penerimaan Negara Bukan Pajak (Iuran) Yang Ditetapkan Oleh Peraturan Pemerintah

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 18/PUU-IX/2011 Tentang Verifikasi Partai

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 30/PUU-XIV/2016

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 55/PUU-IX/2011 Tentang Peringatan Kesehatan dalam Promosi Rokok

I. PEMOHON Imam Ghozali. Kuasa Pemohon: Iskandar Zulkarnaen, SH., MH., berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 15 Desember 2015.

KUASA HUKUM Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra, S.H., M.Sc., dkk berdasarkan surat kuasa khusus tanggal 20 Maret 2014.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 43/PUU-XIV/2016 Kewenangan Jaksa Agung Untuk Mengenyampingkan Perkara Demi Kepentingan Umum

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 45/PUU-XIV/2016 Kewenangan Menteri Hukum dan HAM dalam Perselisihan Kepengurusan Partai Politik

I. PEMOHON Imam Ghozali. Kuasa Pemohon: Iskandar Zulkarnaen, SH., MH., berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 15 Desember 2015.

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 57/PUU-XV/2017

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 134/PUU-XII/2014 Status dan Hak Pegawai Negeri Sipil

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 35/PUU-XI/2013 Tentang Kewenangan DPR Dalam Pembahasan APBN dan APBN-P

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

I. PEMOHON - Magda Safrina, S.E., MBA... Selanjutnya disebut Pemohon

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 55/PUU-X/2012 Tentang Persyaratan Partai Politik Peserta Pemilu

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 28/PUU-XIV/2016 Dualisme Penentuan Unsur Pimpinan DPR Provinsi Papua dan Papua Barat

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 063/PUU-II/2004

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 84/PUU-XII/2014 Pembentukan Pengadilan Hubungan Industrial di Kabupaten/Kota

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 6/PUU-XIV/2016 Pembatasan Masa Jabatan dan Periodesasi Hakim Pengadilan Pajak

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 49/PUU-X/2012 Tentang Persetujuan Majelis Pengawas Daerah Terkait Proses Peradilan

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 16/PUU-XIV/2016 Subsidi Energi (BBM) dan Subsidi Listrik dalam UU APBN

I. PEMOHON Perkumpulan Tukang Gigi (PTGI) Jawa Timur yang dalam hal ini di wakili oleh Mahendra Budianta selaku Ketua dan Arifin selaku Sekretaris

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 51/PUU-XI/2013 Tentang Kewenangan KPU Dalam Menetapkan Partai Politik Peserta Pemilu

PUTUSAN. Nomor 024/PUU-IV/2006 DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA

I. PEMOHON Indonesian Human Rights Comitee for Social Justice (IHCS) yang diwakilkan oleh Gunawan

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA : 40/PUU-X/2012

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 66/PUU-X/2012 Tentang Penggunaan Bahan Zat Adiktif

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 58/PUU-VI/2008 Tentang Privatisasi BUMN

MAHKAMAH KONSTITUSI REPUBLIK INDONESIA RISALAH SIDANG PERKARA NOMOR 2/SKLN-X/2012

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 32/PUU-XIV/2016 Pengajuan Grasi Lebih Dari Satu Kali

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 4 / PUU-X / 2012 Tentang Penggunaan Lambang Negara

5. Kosmas Mus Guntur, untuk selanjutnya disebut sebagai Pemohon V; 7. Elfriddus Petrus Muga, untuk selanjutnya disebut sebagai Pemohon VII;

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN Perkara Nomor 84/PUU-XI/2013 Penyelenggaraan RUPS

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 15/PUU-XIII/2015

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 142/PUU-VII/2009 Tentang UU MPR, DPR, DPD & DPRD Syarat menjadi Pimpinan DPRD

Transkripsi:

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 2/SKLN-X/2012 Tentang Sengketa Kewenangan Pengelolaan Keuangan Negara antara Pemerintah (Presiden), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) I. PEMOHON DAN TERMOHON I.1 PEMOHON Presiden Republik Indonesia, selaku Kepala Pemerintahan Republik Indonesia KUASA HUKUM 1. Amir Syamsudin, selaku Menteri Hukum dan HAM RI; 2. Agus D.W. Martowardoyo, selaku Menteri Keuangan RI Berdasarkan surat kuasa khusus tertanggal 27 Desember 2011 I.2 TERMOHON 1. Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, sebagai Termohon I; 2. Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia, sebagai Termohon II. Selanjutnya secara bersama-sama disebut sebagai Para Termohon II. KEWENANGAN MAHKAMAH KONSTITUSI Para Pemohon dalam permohonan sebagaimana dimaksud menjelaskan, bahwa ketentuan yang mengatur kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk menguji adalah : ketentuan yang mengatur kewenangan Mahkamah Konstitusi untuk menguji adalah : 1. Pasal 10 ayat (1) huruf a Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2003 tentang Mahkamah Konstitusi menguji undang-undang terhadap Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 2. Sesuai dengan Pasal 2 ayat (1) peraturan Mahkamah 8/2006 menyebutkan bahwa Lembaga Negara yang dapat menjadi Pemohon atau Termohon dalam perkara

sengketa kewenangan konstitusional Lembaga Negara adalah DPR; DPD; MPR; Presiden; BPK; Pemda atau lembaga Negara lain yang kewenangannya di berikan oleh UUD 1945 Dengan demikian, Pemohon dan Termohon I serta Termohon II expresis verbis memenuhi kualifikasi sebagai pihak dalam SKLN; 3. Bahwa berdasarkan ketentuan tersebut diatas, menurut Pemohon dalam permohonannya yaitu mengenai Sengketa Kewenangan Pengelolaan Keuangan Negara antara Pemerintah (Presiden), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), maka Mahkamah Konstitusi berwenang untuk memeriksa dan mengadili permohonan Pemohon III. KEDUDUKAN HUKUM PARA PIHAK ( LEGAL STANDING) 3.1 PEMOHON Pemohon adalah Presiden Republik Indonesia selaku Kepala Pemerintahan Republik Indonesia. 3.2 TERMOHON Termohon I adalah Dewan Perwakilan Rakyat, Lembaga Negara yang memperoleh kewenangannya dari UUD 1945 yaitu pada Pasal 19, 20, 20A, 21, 22, 22A dan 22B Termohon II adalah Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia yang kewenangannya diatur dalam Pasal 23E ayat (1) UUD 1945. IV. KEWENANGAN YANG DIPERSENGKETAKAN (OBJEK PERMOHONAN) Kewenangan konstitusional Pemohon yang diambil, dikurangi, dihalangi dan dibatasi ialah kewenangan konstitusional dalam rangka melakukan pengelolaan keuangan negara V. ALASAN-ALASAN PEMOHON 1. Bahwa sebagai pelaksana kewenangan konstitusional berdasarkan Pasal 4 ayat (1), Pasal 17 ayat (1), Pasal 23C, dan Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) UUD 1945, Pemohon mempunyai kewenangan konstitusional untuk melakukan investasi

pembelian 7 % saham divestasi PT.. Newmont Nusa Tenggara (PT.. NNT) tahun 2010 tanpa perlu persetujuan Termohon I terlebih dahulu.; 2. Bahwa pembelian 7% saham divestasi PT.. NNT sebagai pelaksanaan kewenangan konstitusional Pemohon dilakukan dengan pertimbangan Negara akan memperoleh manfaat ekonomi, sosial dan manfaat lainnya adapun manfaat yang diperoleh dari pembelian saham divestasi PT.. NNT tersebut diatas antara lain: a. Mendukung dan memastikan kepatuhan (conpliance) perusahaan dalam pembayaran pajak, royalti dan kewajiban tanggung jawab social perusahaan (corporate social responsibility) sehingga efek ganda (multiplier effect) dari industri tersebut dapat lebih dirasakan masyarakat sekitar; b. Menjaga kepentingan Nasional berdasarkan prinsip-prinsip international best practice. c. Membangun tata kelola (governance) dan pengawasan yang lebih baik bagi pelaksanaan pengusahaan pertambangan di indonesia sehingga mencipt.akan iklim bisnis dan mekanisme kerja sama pengelolaan pertambangan di Indonesia yang kondusif, adil dan juga memberikan manfaat yang besar bagai Negara; d. Peningkatan transparasi dan akuntabilitas dalam PT. NNT; e. Mendorong PT. NNT untuk lebih mematuhi ketentuan perundang-undangan dibidang pengelolaan lingkungan hidup; f. Menjadi pola pengawasan bagi Pemohon atas kegiatan investasi di industri ekstraksi yang mengelola sumber daya alam, termasuk untuk mendorong renegosiasi kontrak karya sejenis, untuk memenuhi amanat Pasal 33 ayat (2) dan ayat (3) UUD 1945. 3. Bahwa keharusan adanya persetujuan Termohon I terhadap pembelian 7% saham divestasi PT. NNT dengan alasan Termohon I merupakan pemegang fungsi anggaran adalah hal yang tidak berdasar; 4. Sesuai ketentuan Pasal 20A UUD 1945, dinyatakan bahwa memang benar salah satu fungsi Termohon adalah fungsi anggaran, tetapi ketentuan Pasal 70 ayat (2)

Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang MPR, DPR, DPD, dan DPRD secara tegas menyatakan bahwa hal tersebut memerlukan persetujuan dari DPR; 5. Berdasarkan hal tersebut, keharusan adanya persetujuan Termohon I dalam hal pembelian 7% saham divestasi PT. NNT tidak termasuk dalam kewenangan Termohon dalam menjalankan fungsi anggaran, dan pelaksanaan fungsi anggaran Termohon I telah dilakukan dengan memberikan persetujuan rancangan undang-undang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) setiap tahunnya; 6. Pembelian 7% saham divestasi PT. NNT bersumber dari dana investasi yang dialokasikan dalam APBN tahun 2011 sebesar Rp. 1 triliun, sedangkan sisanya menggunakan keuntungan investasi Pusat Investasi Pemerintah (PIP); 7. Dengan telah disetujuinya APBN Tahun 2011, maka sesungguhnya Termohon I telah melaksanakan kewenangan konstitusinya. Adapun pelaksanaan dari APBN tahun 2011 tersebut merupakan kewenangan konstitusi Pemohon yang tidak seharusnya dicampuri oleh Termohon I; 8. Bahwa apabila dalam pelaksanaan APBN masih diperlukan persetujuan kembali oleh Termohon I maka hal tersebut akan menyebabkan adanya persetujuan berlapis sehingga Termohon I telah memasuki ranah eksekutif dan hal tersebut akan membawa dampak terhadap fungsi pengawasan dari Termohon I yang dengan sendirinya akan terdilusi karena dapat dianggap turut serta menjalankan pemerintahan dalam bentuk persetujuan suatu kebijakan; 9. Bahwa terhadap pelaksanaan pembelian 7% saham divestasi PT. NNT tahun 2010 telah timbul sengketa penafsiran antara Pemohon dengan Termohon I dan Termhon II yang menganggap dalam pelaksanaan kewenangan tersebut harus mendapatkan persetujuan dari Termohon I yang didasarkan pada kesimpulan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) Termohon II; 10. Bahwa berdasarkan uraian diatas, telah terbukti terdapat Objectum Litis sengketa kewenangan negara berupa surat Termohon I Nomor PW.01/9333/DPR RI/2011 tanggal 28 Oktober 2011 dan nomor AG/9134/DPR RI/2011 tanggal 28 Oktober 2011 serta LHP Termohon II, dengan adanya surat dari termohon I dan LHP Termohon II dimaksud, kewenangan kosntitusional

pemohon telah daiambil, dikurangi, dihalangi, diabaikan, dan/atau dirugikan oleh Termohon I dan Termohon II. 11. Bawha terhadap kesimpulan LHP Termohon II dan Surat Termohon I tersbut diatas, Pemohon berpendapat bahwa dasar hukum yang digunakan oleh para Termohon tidak tepat. Baik Termohon I amupun Termohon II mendasarkan pendapatnya pada ketentuan Pasal 24 ayat (7) UU Keuangan Negara yang selengkapnya berbunyi: Dalam keadaan tertentu, untuk penyelamatan perekonomian nasional, pemerintah pusat dapat memberikan pinjaman dan/atau melakukan penyertaan modal pada perusahaan swasta setelah mendapat persetujuan DPR. 12. Alasan yang mendasari Kesimpulan LHP Termohon I tersebut adalah bahwa pembelian saham PT. NNT telah memenuhi ketentuan Pasal 24 ayat 7 UU Keuangan Negara, yaitu adanya keadaan tertentu dan untuk menyelamatkan perekonomian nasional, dan PT. NNT adalah sebuah perusahaan swasta. Unsur keadaan tertentu dalam konteks pembelian saham PT. NNT menurut Termohon II adalah adanya perjanjian kontrak karya antara pemerintah RI dan PT. NNT; 13. Unsur Upaya untuk menyelamatkan perekonomian Nasional menurut Termohon II juga telah terpenuhi yaitu berupa adanya upaya untuk mengurangi domonasi asing terutama dalam penguasaan dan pengelolaan sumberdaya alam, agar sumberdaya alam Indonesia dikuasai dan di kelola oleh bangsa Indonesia dan untuk sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat Indonesia. VI. PETITUM 1. Menerima Permohonan Sengketa Kewenangan Lembaga Negara yang diajukan oleh Pemohon seluruhnya; 2. Menyatakan Pemohon mempunyai kedudukan hukum untuk mengajukan Sengketa Kewenangan Lembaga Negara; 3. Menyatakan Pemohon mempunyai kewenangan konstitusional dalam rangka pelaksanaan amanat Pasal 4 ayat (1), Pasal 17 ayat (1), Pasal 23C, dan Pasal 33

ayat (3) UUD 1945, berupa pembelian 7% saham divestasi PT. NNT tahun 2010 tanpa memerlukan persetujuan Termohon I; 4. Menyatakan Kesimpulan Termohon II dalam laporan hasil Pemeriksaan atas proses pembelian 7% saham divestasi PT. NNT tahun 2010, bahwa pemohon harus mendapatkan persetujuan Termohon I terlebih dahulu dalam pembelian 7% saham divestasi PT. NNT tahun 2010, melampaui kewenangan konstitusi Termohon II dan tidak mengikat; 5. Apabila Yang Mulia Ketua/Majelis Hakim Mahkamah Konstitusi RI berpendapat lain, mohon putusan yang bijaksana dan seadil-adilnya (ex aequo et bono)