BAB I PENDAHULUAN. menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. daya bagi kesehjateraan manusia yakni pembangunan tersebut. Adapun tujuan nasional

BAB I PENDAHULUAN. mengurus daerahnya sendiri, sesuai dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia demi mencapai masyarakat yang sejahtera. Namun, mengingat Negara

BAB I PENDAHULUAN. potensi keindahan dan kekayaan alam Indonesia. Pemanfaatan disini bukan berarti

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2010 dan tahun Bahkan pada tahun 2009 sektor pariwisata. batu bara, dan minyak kelapa sawit (Akhirudin, 2014).

BAB I LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. memberikan keleluasaan kepada daerah Kota/kabupaten untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB I PENDAHULUAN. maka menuntut daerah Kab. Lombok Barat untuk meningkatkan kemampuan. Pendapatan Asli Daerah menurut Undang Undang Nomor 28 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. sentralisasi, tetapi setelah bergulirnya reformasi maka pola sentralisasi berganti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari usaha-usaha pembangunan, selain menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi terhadap jumlah penjualan, laba, lapangan pekerjaan,

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memperbesar pendapatan asli daerah maka pemerintah perlu. pariwisata dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Kabupaten Bandung Potensi Daya Tarik Wisata Kabupaten Bandung

I. PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan serangkaian kegiatan untuk meningkatkan kesejahteraan dan

BAB I PENDAHULUAN. mendapat perjalanan baru. Pariwisata mempunyai spektrum fundamental pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 32 Tahun 2004 sebagai penyempurnaan Undang-undang Nomor 22

BAB I PENDAHULUAN. dicapai biasanya bersifat kualitatif, bukan laba yang diukur dalam rupiah. Baldric

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian yang unik dibandingkan dengan propinsi lain di mana pilar-pilar

BAB I PENDAHULUAN. No. 22 tahun 1999 diganti menjadi UU No. 32 tahun 2004 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Undang-Undang No.32 Tahun 2004 tentang Otonomi

BAB I PENDAHULUAN. proses penyediaan lapangan kerja, standar hidup bagi sektor-sektor

BAB I PENDAHULUAN. terkandung dalam analisis makro. Teori Pertumbuhan Ekonomi Neo Klasik

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. promosi pariwisata ini berkembang hingga mancanegara. Bali dengan daya tarik

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan harus dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat. Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I. Pendahuluan. pari dan wisata. Pari berarti banyak,berkali-kali atau berputar-putar, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. pemerataan pembangunan dan hasilnya. Di awal pelita, yaitu pelita I, titik berat

BAB I PENDAHULUAN. dalam pertumbuhan perekonomian nasional. Pemerintah daerah hendaknya

BAB I PENDAHULUAN. salah satu sumber pendapatan daerah. Program pengembangan dan pendayagunaan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata dapat memberikan keuntungan cepat di suatu daerah jika

BAB I PENDAHULUAN. wisata, sarana dan prasarana pariwisata. Pariwisata sudah berkembang pesat dan menjamur di

I. PENDAHULUAN. Keterangan : * Angka sementara ** Angka sangat sementara Sumber : [BPS] Badan Pusat Statistik (2009)

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan suatu penerimaan yang rutin, maka pemerintah menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. Industri pariwisata semakin dikembangkan oleh banyak negara karena

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan ini semakin dirasakan oleh daerah terutama sejak diberlakukannya

KAJIAN PRIORITAS PENYEDIAAN KOMPONEN WISATA BAGI PENGEMBANGAN PARIWISATA DI PULAU NIAS TUGAS AKHIR. Oleh: TUHONI ZEGA L2D

BAB I PENDAHULUAN. terdiri dari pulau-pulau atau dikenal dengan sebutan Negara Maritim. Yang mana dengan letak

BAB I PENDAHULUAN. makro ekonomi. Tinggi rendah angka pembangunan dilihat dari trend

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber pendapatan daerah.program pengembangan dan

PENGARUH PERKEMBANGAN OBYEK WISATA CANDI BOROBUDUR TERHADAP BANGKITAN LALU LINTAS DI PENGGAL RUAS JALAN SYAILENDRA RAYA TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN. tempat obyek wisata berada mendapat pemasukan dari pendapatan setiap obyek

BAB I. Pendahuluan. terhadap perekonomian suatu daerah. Berkembangnya sektor pariwisata disuatu daerah akan

BAB 1 PENDAHULUAN. industri di bidang jasa yang berusaha untuk menarik dan memberikan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN yang tertuang dalam pasal 33 Undang-Undang Dasar Pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. segala potensi yang dimiliki. Pembangunan pariwisata telah diyakini sebagai

I. PENDAHULUAN. Dasar pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia dimulai sejak Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. Ditetapkannya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintah

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa kita. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang No. 22 Tahun 1999 tentang

BAB I PENDAHULUAN. standar hidup serta menstimulasikan sektor-sektor produktif lainnya (Pendit,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengaruh Pendapatan..., Fani, Fakultas Ekonomi 2015

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. menjadi komoditas yang mempunyai peran penting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. baik dari segi alam, sosial, maupun budaya. Kuta yang teletak di Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan pariwisata merupakan salah satu

I. PENDAHULUAN. menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011,

BAB I PENDAHULUAN. berdaulat, memiliki wilayah (daerah) tertentu, adanya rakyat yang hidup teratur,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam konteks pembangunan, bangsa Indonesia sejak lama telah

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sektor perekonomian yang menjadi pilihan

BAB I PENDAHULUAN. kemudian dapat mengarah pada reformasi. Salah satu bentuk dari reformasi yang

BAB I PENDAHULUAN. RI secara resmi telah menetapkan dimulainya pelaksanaan otonomi daerah sesuai

: Analisis Pendapatan Asli Daerah (PAD) Dalam Upaya Pelaksanaan Otonomi Daerah di Kabupaten Badung Bali. : Tyasani Taras NIM :

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan bagi negara melalui pendapatan devisa negara. Semakin banyak

BAB I PENDAHULUAN. bidang, baik di bidang politik, ekonomi, sosial, maupun di bidang budaya. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. beraneka ragam dan menarik untuk di kembangkan sebagai obyek dan daya tarik

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-undang No.25 Tahun 2000 tentang Program. Pembangunan Nasional , bahwa program penataan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. dan memiliki peran yang sangat besar bagi pengembangan pembangunan Kota

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1999 yang disempurnakan dengan UU No. 12 Tahun 2008 tentang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dan negara. Saat ini, pajak bukan lagi merupakan sesuatu yang asing bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah Muhamad Irdan Rusyaman, 2013

BAB I PENDAHULUAN. diperbarui dengan Undang-Undang Nomor 32 tahun Kebijkan otonomi

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai wilayah

Sarana Akomodasi Sebagai Penunjang Kepariwisataan. di Jawa Barat. oleh : Wahyu Eridiana

I. PENDAHULUAN. pulau mencapai pulau yang terdiri dari lima kepulauan besar dan 30

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai macam kebudayaan, agama, suku yang berbeda-beda, dan kekayaan

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan taraf hidup. Pelaksanaan pembangunan nasional berkaitan. dalam memperlancar pembangunan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan suatu tatanan masyarakat yang adil dan makmur dalam naungan

BAB I PENDAHULUAN. Konsekuensi dari pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi tersebut yakni

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan hidup dan budaya bangsa, memperkokoh persatuan dan kesatuan

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN ORISINALITAS... iii KATA PENGANTAR... iv

BAB I PENDAHULUAN. manusia atau masyarakat suatu bangsa, dalam berbagai kegiatan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi telah membawa perubahan yang signifikan terhadap pola

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi tahun 1998 memberikan dampak yang besar dalam bidang

2016 PENGARUH CULTURAL VALUE PADA DAYA TARIK WISATA PURA TANAH LOT BALI TERHADAP KEPUTUSAN BERKUNJUNG

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan dengan meningkatkan pemerataan dan keadilan. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia disamping sektor migas dan ekspor barang-barang non migas. untuk membiayai kegiatan pemerintah (budgeter), maupun untuk

BAB I PENDAHULUAN. Undang Nomor 23Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem otonomi daerah, terdapat 3 (tiga) prinsip yang dijelaskan UU

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Untuk meningkatkan pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. Kebijakan Pemerintah Indonesia tentang otonomi daerah sudah

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Pusat dan Daerah di mana sistem pemerintahan negara yang semula. pembangunan perekonomian daerah setempat.

ANALISIS KEPUASAN WISATAWAN TERHADAP DAYA TARIK WISATA MALIOBORO KOTA YOGYAKARTA

LAMPIRAN. Pertanyaan wawancara untuk Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul. kelebihannya bila dibandingkan dengan pariwisata di daerah lain?

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada jaman modern ini pariwisata telah berubah menjadi sebuah industri yang menjanjikan dalam hal menambah devisa suatu negara. Menurut WTO/UNWTO (United Nations World Tourism Organization), pariwisata adalah kegiatan manusia yang melakukan perjalanan ke dan tinggal di daerah tujuan di luar lingkungan kesehariannya. Program pengembangan dan pemanfaatan sumber daya dan potensi pariwisata daerah merupakan usaha yang dilakukan untuk memperbesar Pendapatan Asli Daerah (PAD) serta diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi. UU No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan menyatakan bahwa Penyelenggaraan Kepariwisataan ditujukan untuk meningkatkan pendapatan nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat, memperluas dan memeratakan kesempatan berusaha dan lapangan kerja, mendorong pembangunan daerah, memperkenalkan dan mendayagunakan obyek dan daya tarik wisata di Indonesia serta memupuk rasa cinta tanah air dan mempererat persahabatan antar bangsa. Kegiatan pariwisata menciptakan permintaan, baik konsumen maupun investasi yang pada gilirannya menimbulkan kegiatan produksi barang dan jasa. Selama berwisata, wisatawan belanja, sehingga secara tidak langsung terjadi permintaan pasar barang dan jasa. Selanjutnya, 1

secara tidak langsung untuk berproduksi memenuhi permintaan wisatawan maka timbul permintaan akan barang modal dan bahan untuk berproduksi. Dalam usaha memenuhi permintaan wisatawan diperlukan investasi di bidang transportasi dan komunikasi, perhotelan dan akomodasi lain, industri kerajinan dan industri produk konsumen, industri jasa, rumah makan restoran dan lain-lain (Asyhar, 2014). Menurut Cohen (1984) dampak pariwisata terhadap kondisi sosial ekonomi masyarakat lokal dikelompokkan menjadi delapan kelompok besar yaitu: dampak terhadap penerimaan devisa, dampak terhadap pendapatan masyarakat, dampak terhadap kesempatan kerja, dampak terhadap harga-harga, dampak terhadap distribusi masyarakat atau keuntungan, dampak terhadap kepemilikan dan kontrol, dampak terhadap pembangunan pada umumnya, dan dampak terhadap pendapatan pemerintah. Majunya industri pariwisata suatu daerah sangat bergantung kepada jumlah wisatawan yang datang, karena itu harus ditunjang dengan peningkatan pemanfaatan daerah tujuan wisata sehingga industri pariwisata akan berkembang dengan baik. Kabupaten Tabanan adalah salah satu Kabupaten dari beberapa Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Bali. Terletak dibagian selatan Pulau Bali, Kabupaten Tabanan memiliki luas wilayah 839,33 ଶ (14.90% dari luas pulau Bali) yang terdiri dari daerah pegunungan dan pantai. Suasana alam yang agraris dan asri membentuk budaya masyarakat Tabanan yang ternyata begitu menarik bagi wisatawan. Budaya pertanian dengan sistem subak, kehidupan beragama, dan budaya berkesenian dengan beragam tari-tarian unik adalah hal-hal yang menarik minat wisatwan untuk berkunjung ke Tabanan. Fasilitas penunjang seperti hotel, 2

restoran, villa, dan akomodasi lainnya memberikan sumbangan pendapatan yang cukup tinggi bagi APBD Kabupaten Tabanan. Ketika wisatawan berlibur bersama keluarga dan menggunakan jasa dan fasilitas yang dimiliki, maka hotel dan restoran dapat dijadikan sebagai sumber pendapatan daerah melalui sektor pajak. Pajak hotel dan restoran menyumbang sekitar 34,98% dari seluruh pendapatan pajak asli daerah di Kabupaten Tabanan. Begitupula ketika wisatawan pergi berkunjung ke sejumlah obyek wisata, maka wisatawan tersebut dikenakan biaya berupa karcis masuk dan karcis parkir kendaraan. Pendapatan retribusi obyek pariwisata adalah sumber penerimaan obyek pariwisata yang berasal dari retribusi karcis masuk serta pendapatan lain yang sah berasal dari obyek pariwisata tersebut. Jumlah Hotel 120 100 80 60 40 20 0 13 14 13 96 96 87 77 69 69 59 49 52 52 26 28 31 32 31 31 38 39 41 41 44 1990 1991 1992 1993 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Tahun 110 Sumber : Disbudpar Kabupaten Tabanan, BPS Kabupaten Tabanan (diolah) Gambar 1.1 Jumlah Hotel Kabupaten Tabanan Tahun 1990-2014 3

Pada Gambar 1.1 dapat diketahui bahwa jumlah hotel yang ada di Kabupaten Tabanan secara umum mengalami peningkatan selama tahun 1990-2014. Pada tahun 2009 terdapat 69 unit hotel, dua diantaranya adalah hotel berbintang. Pada tahun 2014 mengalami peningkatan menjadi 110 unit hotel, dua diantaranya adalah hotel berbintang lima. Bertambahnya jumlah hotel di Kabupaten Tabanan mencerminkan bahwa semakin banyak wisatawan yang berkunjung ke obyek wisata yang ada di Tabanan. Meningkatnya jumlah hotel diharapkan juga disertai meningkatnya fasilitas-fasilitas yang tersedia di hotel. Kepariwisataan di Kabupaten Tabanan berkembang cukup baik, bahkan beberapa kawasan dan obyek pariwisatanya telah terkenal hingga ke mancanegara. Tanah Lot merupakan salah satu ikon Pariwisata di Kabupaten Tabanan. Selain kawasan pariwisata Tanah Lot, di Kabupaten Tabanan terdapat obyek-obyek wisata yang ramai dikunjungi wisatawan, baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara. Adapun obyek wisata yang terdapat di Kabupaten Tabanan antara lain: Ulun Danu Beratan, Bedugul, Kebun Raya Bedugul, Candi Puputan Margarana, Alas Kedaton, Air Panas Penatahan, Puri Anyar Kerambitan, Puri Gede Kerambitan, Museum Subak, Objek Wisata Jati Luwih, Taman Kupu-kupu Lestari, dan Pura Batu Karu. Tabel 1.1 menunjukkan arus wisatawan yang mengunjungi obyek wisata di Kabupaten Tabanan yang banyak menawarkan obyek-obyek wisata. Dapat dilihat pada tabel 1.1 bahwa perkembangan industri pariwisata di Kabupaten Tabanan mengalami perkembangan yang menggembirakan pada awal tahun 2002. Namun, setelah terjadi tragedi bom Bali pada tanggal 12 Oktober 2002 menyebabkan 4

industri pariwisata di Bali menurun drastis. Khususnya di Kabupaten Tabanan pada tahun 2003 angka kunjungan wisatawan ke Kabupaten Tabanan lebih sedikit dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu menurun sebesar 14,93%, ditambah pula dengan banyaknya negara yang mengeluarkan kebijakan Travel Warning bagi warganya yang ingin berkunjung ke Bali. Tabel 1.1 Jumlah Kunjungan Wistawan Ke Obyek Wisata Di Kabupaten Tabanan, 2000-2014 Tahun Jenis Wisatawan Jumlah Asing (Orang) Nusantara (Orang) (Orang) 2000 1.273.385 611.434 1.884.819 2001 1.278.408 367.984 1.646.392 2002 318.362 1.404.148 1.722.510 2003 1.202.347 424.669 1.627.016 2004 2.239.083 825.141 3.064.224 2005 1.354.338 471.785 1.826.123 2006 1.879.637 523.736 2.403.373 2007 1.448.373 714.826 2.163.199 2008 1.349.965 890.668 2.240.633 2009 1.755.173 1.115.317 2.870.490 2010 2.190.330 1.141.100 3.331.430 2011 2.331.678 1.377.711 3.709.389 2012 2.626.702 1.851.521 4.478.223 2013 2.948.244 1.967.400 4.915.644 2014 2.726.803 1.987.827 4.714.630 Sumber : Laporan Dinas Pariwisata Kabupaten Tabanan 2014. Selama tahun 2013, jumlah wisatawan yang singgah ke obyek wisata di Kabupaten Tabanan tercatat sebanyak 4.915.644 orang, dimana 40,02 persen diantaranya merupakan wisatawan mancanegara. Jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, jumlah kunjungan wisatawan ke obyek wisata yang berada di Kabupaten Tabanan mengalami peningkatan sebesar 8,90 persen. 5

Masalah infrastruktur Kabupaten Tabanan menjadi perhatian serius hingga dukungan anggaran untuk peningkatan kualitas infrastruktur jalan menghabiskan setengah dari Pendapatan Asli Daerah, padahal pembangunan ekonomi daerah dipengaruhi oleh adanya berbagai sarana prasarana yang dimiliki daerah (Abimanyu, 2005). Ketika sarana prasarana memadai dengan baik maka akan mempengaruhi produktivitas masyarakat itu sendiri. Investor juga nantinya akan melirik daerah yang memiliki infrastruktur dengan kata lain, belanja modal yang bertambah memiliki dampak panjang pada produktivitas, bertambahnya investor serta akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Pembangunan infrastruktur akan berdampak terhadap kenaikan PAD (Wong, 2004). Belanja modal berupa infrastruktur berdampak pada pembangunan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja, semakin banyak belanja modal maka, produktivitas perekonomian akan semakin tinggi (Media Indonesia, 2008). Belanja Modal (Rp) 150.000.000 100.000.000 50.000.000 0 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 Tahun Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tabanan, 2005-2015 Gambar 1.2 Belanja Modal Kabupaten Tabanan Tahun 2005-2014 (dalam Jutaan Rupiah) 6

Gambar 1.2 menunjukkan pengalokasian belanja modal di Kabupaten Tabanan berfluktuasi dari tahun ke tahun. Alokasi belanja modal perlu diperhatikan sebab, akan membantu meningkatkan perekonomian daerah. Meningkatnya belanja modal tidak terlepas dari Pendapatan Asli Daerah yang diperoleh. Memaksimalkan layanan publik serta turut memajukan perekonomian daerah merupakan peran PAD (Mardiasmo, 2002). Perkembangan pariwisata di Kabupaten Tabanan akan menggerakkan sektor-sektor terkait, dalam penerimaan Pendapatan Asli Daerah. Bertambahnya PAD menunjukkan bahwa pemerintah daerah telah berusaha menggali potensi sumber daya daerah sebagai pembiayaan pembangunan daerah, sehingga menjadi daerah mandiri sesuai dengan tujuan pelaksanaan otonomi daerah. Berdasarkan Tabel 1.2 pendapatan daerah Kabupaten Tabanan selalu mengalami peningkatan. Rata-rata pertumbuhan pendapatan daerah selama lima tahun terakhir adalah 14,57%. Peningkatan pertumbuhan yang tertinggi dicapai oleh pendapatan asli daerah (PAD) yang mencapai 21%. Sektor PAD yang masih dapat digali adalah Retribusi daerah. Selama ini Retribusi Daerah mengalami pertumbuhan sebesar 24,1%, peningkatan pendapatan masih dimungkinkan dengan mengelola obyek dengan lebih efektif dan mengembangkan obyek baru. Bergesernya pengembangan sarana pelengkap industri pariwisata dari Kabupaten Badung terutama Kuta menuju daerah Canggu, Kerobokan, dan Tabanan yang disebabkan oleh perkembangan bisnis pariwisata yang sudah terlalu 7

penuh, diharapkan menjadi peluang bagi Pemerintah Kabupaten Tabanan untuk lebih mengeksplorasi potensi daerah yang dimiliki. Tabel 1.2 Rata-rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah Tahun 2010 s/d Tahun 2015 Kabupaten Tabanan K e t e r a n g a n Realisasi Anggaran (Dalam Juta Rupiah) 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-Rata Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah 116.860,66 141.045,8 183.295,01 255.418,22 273.411,75 300.718,24 21,58% Hasil Pajak Daerah 23.703,37 31.009,80 50.214,00 99.762,26 94.769,53 105.792,97 41,81% Hasil Retribusi Daerah 16.536,40 20.524,70 28.540,91 40.405,10 42.569,53 46.997,05 24,10% Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 4.788,03 5.404,90 5.925,32 8.397,26 7.197,50 7.322,11 9,70% 71.832,86 84.106,40 98.614,77 106.853,60 128.875,19 140.606,10 13,83% Dana Perimbangan 513.683,61 534.403,5 656.500,46 734.577,59 799.770,75 815.846,44 11,41% Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil 36.121,46 29.814,50 34.787,68 22.499,52 21.634,73 17.441,96-10,47% Bukan Pajak Dana Alokasi Umum 429.919,45 463.073,0 574.346,24 663.156,60 719.621,53 722.004,64 12,08% Dana Alokasi Khusus 47.642,70 41.516,00 47.366,54 48.921,47 58.514,49 76.399,84 16,89% Lain-lain Pendapatan Daerah 154.334,91 210.856,8 216.523,86 263.031,01 293.881,18 406.073,27 18,52% yang Sah Pendapatan Hibah 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00% Dana Darurat 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00% Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah Lainnya Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Lainnya Sumber : Dispenda Kabupaten Tabanan 60.796,92 76.643,20 92.041,97 108.713,96 129.514,01 157.674,59 19,77% 88.718,17 127.082,0 118.390,17 146.900,37 159.747,18 247.995,68 20,31% 4.819,82 7.131,60 6.091,72 7.416,68 4.620,00 403,00-30,45% 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 TOTAL 784.879,18 886.306,1 1.056.319,3 1.253.026,8 1.367.063,6 1.522.637,9 14,57% Sektor pariwisata merupakan salah satu sektor potensial yang diandalkan bagi penerimaan daerah, maka Pemerintah Kabupaten Tabanan dituntut untuk dapat menggali dan mengelola potensi pariwisata yang dimiliki sebagai usaha untuk mendapatkan sumber dana melalui terobosan-terobosan baru. Dengan 8

meningkatkan kualitas dan obyek-obyek kepariwisataan yang sudah ada maupun yang baru di Kabupaten Tabanan, diharapkan dapat mendorong peningkatan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara, sehingga akan meningkatkan pendapatan daerah terutama retribusi obyek wisata maupun penerimaan pajak hotel dan restauran yang nantinya akan membawa pengaruh dalam peningkatan Pendapatan Asli Daerah (PAD). 1.2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Tabanan? 2. Bagaimana pengaruh jumlah hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Tabanan? 3. Bagaimana pengaruh belanja modal terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Tabanan? 4. Bagaimana pengaruh jumlah sarana angkutan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Tabanan? 9

1.3. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini antara lain : 1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh jumlah kunjungan wisatawan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Tabanan. 2. Untuk mengetahui dan menganalisi pengaruh jumlah hotel terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Tabanan. 3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh belanja modal terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Tabanan. 4. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh jumlah sarana angkutan terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Tabanan. 1.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan mempunyai kegunaan, baik bersifat akademis maupun praktis. Adapun manfaat yang dapat diambil dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Manfaat Praktis Bagi pemerintah Kabupaten Tabanan, penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi yang relevan dan menjadi bahan masukan bagi para pengambil kebijakan dalam perencanaan dan pengelolaan terhadap tempat wisata sebagai Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Tabanan. 10

2. Manfaat teoritis 1. Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk menambah wawasan pengetahuan peneliti tentang pelaksanaan pembangunan di Kabupaten Tabanan, khususnya dalam meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. 2. Untuk menambah pengetahuan mahasiswa lain serta sebagai salah satu acuan untuk melakukan penelitian berikutnya. 3. Sebagai penerapan ilmu dan teori-teori yang didapatkan dalam bangku kuliah dan membandingkan dengan kenyataan yang ada di lapangan. 1.5. Hipotesis Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Diduga bahwa kunjungan wisatawan memiliki pengaruh positif terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Tabanan. 2. Diduga bahwa jumlah hotel memiliki pengaruh positif terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Tabanan. 3. Diduga bahwa belanja modal memiliki pengaruh positif terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Tabanan. 4. Diduga bahwa jumlah sarana angkutan memiliki pengaruh positif terhadap Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kabupaten Tabanan. 11

1.6. Sistematika Penulisan berikut : Penyusunan skripsi ini dilakukan dengan sistematika penulisan, sebagai BAB I PENDAHULUAN Bab ini memuat latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, hipotesisi, serta sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka ini menjelaskan tentang teori-teori mengenai wisatawan, pendapatan retribusi obyek wisata, pendapatan asli daerah (PAD), PDRB, serta pajak hotel dan restoran. Dalam bab ini juga disajikan studi terkait/penelitian terdahulu yang diacu dalam penelitian untuk skripsi. BAB III METODELOGI PENELITIAN Bab ini memuat deskripsi pembahasan mengenai data, model penelitian, dan alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini menguraikan tentang pembahasan dari analisis data jumlah kunjungan wisatawan, pendapatan retribusi obyek wisata, pajak hotel dan restoran, jumlah obyek wisata, dan PDRB terhadap 12

pendapatan asli daerah (PAD) yang sudah diolah terlebih dahulu berdasarkan hipotesis penelitian. BAB V PENUTUP Bab ini menyajikan kesimpulan hasil penelitian beserta saran yang relevan diberikan terkait dengan hasil yang diperoleh. 13