BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pembentukan diri secara utuh dalam arti pengembangan segenap potensi

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian. pendidikan menengah, beberapa upaya yang dilakukan pemerintah untuk

BAB I PENDAHULUAN. sebagai lembaga pendidikan formal sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang diajarkan di Pendidikan Dasar (SD dan SLP) dan Pendidikan Menengah

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis berkaitan erat dengan keterampilan mendengarkan, gagasan secara runtut. Menulis memiliki peranan yang sangat penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum

BAB I PENDAHULUAN. pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan dan akhlak mulia serta keterampilan

JIME, Vol. 2. No. 2 ISSN Oktober 2016

I. PENDAHULUAN. Guru mengajar hendaknya memiliki kemampuan yang cukup, ditunjukkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. semakin tinggi tingkat pendidikan di suatu Negara maka Negara tersebut dapat

BAB I PENDAHULUAN. luas, kreatif, terampil dan berkepribadian baik. oleh masyarakat yang ditujukan kepada lembaga pendidikan, baik secara langsung

I. PENDAHULUAN. manusia. Banyak kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin maju, persoalan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Masalah adalah sebuah kata yang sering terdengar oleh kita. Namun sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. dilaksanakan dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Pendidikan. Menurut Undang-Undang No 20 Tahun 2003:

I. PENDAHULUAN. Masalah, dan Pembatasan Masalah. Beberapa hal lain yang perlu juga dibahas

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu proses yang akan mempengaruhi dalam diri peserta

I. PENDAHULUAN. kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang terjadi dengan apa yang diharapkan terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu pembelajaran yang semula berpusat pada guru (teacher centered)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan. Nasional :

BAB I PENDAHULUAN. sebagai lembaga pendidikan formal sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Pendidikan Nasional No.20 tahun 2003 pasal 3, menegaskan bahwa tujuan pendidikan adalah untuk berkembangnya potensi

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS

I. PENDAHULUAN. (2012:5) guru berperan aktif sebagai fasilitator yang membantu memudahkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan bagi setiap bangsa merupakan kebutuhan mutlak yang harus

I. PENDAHULUAN. kehidupan sehingga diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang handal.

BAB I PENDAHULUAN. prasarana serta faktor lingkungan. Apabila faktor-faktor tersebut dapat

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terutama dalam pembelajaran matematika. Matematika adalah ilmu

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia karena pendidikan merupakan sarana penunjang dalam tujuan ini.

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran di sekolah dasar era globalisasi. menjadi agen pembaharuan. Pembelajaran di Sekolah Dasar diharapkan dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. menjalankan pembelajaran di kelas. Ngalimun (2013: 28) mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. menjadi output yang unggul dalam bidang kehidupan manusia. tujuan pendidikan negara tersebut telah tercapai. Tidak berbeda halnya

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan mempunyai peranan yang penting dalam membina kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya. Dengan. demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang

BAB I PENDAHULUAN. Nasional disebutkan bahwa ; pendidikan nasional adalah pendid ikan yang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

BAB I PENDAHULUAN. Seperti halnya yang tercantum pada Undang-undang No. 20 Tahun Sejalan dengan pernyataan di atas, Munib (Daryanto, 2004: 34)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah, yang tercermindari keberhasilan belajar siswa. Proses

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu komponen penting dalam meningkatkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki penetahuan dan keterampilan, serta manusia-manusia yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman melalui serangkaian proses ilmiah seperti penyelidikan, penyusunan dan

BAB I PENDAHULUAN. (Wahidmuri 2010:15). Dengan pendidikan yang baik dan berkualitas diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Nomor 2/1989 tentang sistem pendidikan Nasional, Bab I pasal 4

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan salah satu kunci keberhasilan suatu pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usaha-usaha perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kualitas pada pembelajaran. Sikap antisipasi dari para

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. selalu tumbuh dan berkembang. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang

meningkatkan prestasi belajar siswa disetiap jenjang pendidikan. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan peran siswa secara aktif adalah model

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu pembelajaran yang ada di sekolah adalah pembelajaran Ilmu

I. PENDAHULUAN. Dunia pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mengalami krisis, yang harus dijawab oleh dunia pendidikan. Jika proses-proses

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. dan karakter manusia. Hal itu sejalan dengan Undang-Undang tentang. dan negara. Menurut pasal 3 Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan penting dalam membantu perkembangan ilmu. pengetahuan dan teknologi. Untuk menciptakan inovasi dibidang ilmu

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap manusia, karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Risna Dewi Aryanti, 2015

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan investasi yang paling utama bagi setiap bangsa,

I. PENDAHULUAN. Pada kurikulum biologi SMP materi sistem gerak yang dipelajari di kelas VIII,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang

BAB I PENDAHULUAN. siswa mampu menyelesaikan semua persoalan-persoalan yang terdapat dalam

BAB I PENDAHULUAN. manusia dan masyarakat suatu bangsa. Pendidikan diharapkan mampu

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan bakat serta kepribadian mereka. Pendidikan membuat manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membantu peserta didik menguasai tujuan-tujuan pendidikan. Interaksi

PENELITIAN TINDAKAN KELAS

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional dibidang pendidikan merupakan upaya untuk. kehidupan Bangsa dan meningkatkan kualitas sumber daya

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan adalah suatu usaha yang bersifat sadar, sistematis, dan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusia. Sumber daya manusia bergantung pada kualitas pendidikan. Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, dan demokratis. Fakta menunjukkan hasil pendidikan bangsa Indonesia selama ini belum memuaskan. Oleh karena itu, pembaruan pendidikan harus selalu dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional. Pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan pengajaran, sebagai latihan bagi peranannya di masa yang akan datang. Dalam GBHN tahun 1993 dikemukakan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia Indonesia. Manusia dan pendidikan tidak dapat dipisahkan, sebab pendidikan merupakan kunci dari masa depan manusia yang dibekali dengan akal dan pikiran. Pendidikan mempunyai peranan penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan hidup suatu bangsa, karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Menurut Undang undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bab I pasal (1) : Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Profesionalisme seorang guru mutlak diperlukan sebagai bekal dalam mengakses perubahan baik itu metode pembelajaran ataupun kemajuan teknologi yang semuanya ditujukan untuk kepentingan proses belajar mengajar. Sebab jika ditinjau dari undangundang sebagaimana tersebut di atas tugas guru tidak sekedar menyampaikan materi pelajaran kepada siswa, tetapi lebih kepada bagaimana menyiapkan mereka menjadi

sumber daya manusia yang terampil dan siap mengakses kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam kaitan dengan proses belajar mengajar hendaknya guru dapat mengarahkan dan membimbing siswa untuk aktif dalam kegiatan belajar mengajar sehingga tercipta suatu interaksi yang baik antara guru dengan siswa maupun siswa dengan siswa. Untuk mencapai tujuan pendidikan, guru merupakan faktor penentu keberhasilan dalam setiap upaya pendidikan. Guru merupakan salah satu komponen dalam proses belajar mengajar yang ikut berperan dalam usaha pembentukan sumber daya manusia dalam bidang pendidikan. Hal ini menuntut perubahan perubahan dalam pengorganisasian kelas, penggunaan metode mengajar, berusaha menciptakan kondisi proses pembelajaran yang efektif, dan meningkatkan kemampuan siswa untuk menyimak pelajaran. Dalam pembelajaran di sekolah, matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang masih dianggap sulit dipahami oleh siswa. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran matematika diperlukan suatu metode mengajar yang bervariasi. Artinya dalam penggunaan metode mengajar tidak harus sama untuk semua pokok bahasan, sebab dapat terjadi bahwa suatu metode mengajar tertentu cocok untuk satu pokok bahasan tetapi tidak untuk pokok bahasan yang lain. Kenyataan yang terjadi adalah penguasaan siswa terhadap materi matematika masih tergolong rendah jika dibanding dengan mata pelajaran lain. Kondisi seperti ini terjadi pula pada SMP Kristen 3 Soe. SMP Kristen 3 Soe, seperti halnya SMP lainnya telah menggunakan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) sejak tahun pelajaran 2006/2007. Menurut hasil diskusi dengan guru, diketahui bahwa terdapat beberapa kendala dalam pelaksanaan KTSP. Salah satu kendala utama adalah kurangnya motivasi siswa untuk belajar. Siswa lebih cenderung menerima apa saja yang disampaikan oleh guru, diam, dan enggan untuk mengemukakan pertanyaan maupun pendapat. Hal ini disebabkan oleh pembelajaran yang yang dilakukan oleh guru cenderung menggunakan model pembelajaran konvensional yakni ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas. Padahal dalam kerangka pembelajaran matematika, siswa mesti dilibatkan secara mental, fisik, dan sosial untuk membuktikan sendiri tentang kebenaran dari teori teori yang telah dipelajarinya melalui proses ilmiah. Jika hal ini tidak tercakup dalam proses pembelajaran dapat dipastikan

penguasaan konsep matematika akan kurang dan akan menyebabkan rendahnya prestasi belajar siswa yang pada akkhirnya akan mengakibatkan rendahnya mutu pendidikan. Berdasarkan informasi, di SMP Kristen 3 Soe bahwa prestasi belajar mengajar matematika siswa kelas VIIA dan VIIB tersebut masih masih tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari ulangan harian yang belum sepenuhnya mencapai target seperti yang terdapat dalam Kriteria Ketuntasan Kurikulum (KKM) mata pelajaran matematika. Dalam KKM mata pelajaran matematika, nilai rata rata yang harus dicapai setiap siswa adalah 65. Dari hasil observasi salah satu pokok bahasan yang dianggap sulit untuk dipahami siswa adalah pokok bahasan segi empat. Dalam hal ini siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan beberapa butir soal. Kondisi ini disebabkan karena siswa hanya bekerja sendiri,sedangkan dimana kemampuan mereka dalam menyelesaikan soal sangat minim. Selama ini mereka hanya menerima apa saja yang diberikan guru dan tidak pernah bertanya kepada guru atau teman yang lebih tahu. Guru hanya menjelaskan materi dan membuat rangkuman. Oleh karena itu jika siswa diberi soal soal latihan mereka tidak bisa menjawab. Yang bias mereka kerjakan hanya soal soal yang sama persis dengan yang dicontohkan oleh guru. Peneliti menduga bahwa model pembelajaran konvensional yang digunakan selama ini belum efektif. Atas dugaan tersebut, maka peneliti menawarkan suatu alternatif untuk mengatasi masalah yang ada, dengan menerapkan model pembelajaran yang lebih mengutamakan keaktifan siswa dalam memberi kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan potensinya secara maksimal. Model pembelajaran yang dimaksudkan di sini adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif mendorong siswa untuk saling bekerja sama. Pembelajaran kooperatif ini mengacu kepada metode pengajaran dimana siswa bekerja sama dalam kelompok kecil dan saling membantu dalam belajar. Pembelajaran kooperatif berbeda dengan metode diskusi yang biasanya dilaksanakan dikelas karena didalamnya menekankan pembelajaran dalam kelompok kecil dimana siswa belajar dan bekerja sama untuk mencapai tujuan yang optimal. Pembelajaran kooperatif meletakan tanggung jawab individu sekaligus kelompok sehingga percaya diri siswa tumbuh dan berkembang secara positif. Pembelajaran kooperatif ini memiliki berbagai jenis atau tipe, antara lain: NHT (Numbered Head Together), STAD (Student Teams-Achievement Divisions), TGT

(Teams-Games-Tournament), TAI (Team-Assisted-Individualization), CIRC (Cooperative Integraded Reading and Composition), Jigsaw, Learning Together, dan Investigasi Kelompok. Tipe-tipe tersebut memiliki metode yang berbeda-beda, walaupun memiliki ciri yang sama. NHT (Numbered Head Together) atau penomoran berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. NHT pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagan tahun 1993 untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Model Pembelajaran NHT ini merupakan salah satu dari sekian banyak teknik dalam model pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling berkomunikasi secara aktif dalam menyelesaikan tugas tugas mereka. Dalam pelajaran matematika kedua model pembelajaran ini dapat diterapkan tetapi apakah pengajaran yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional? Hal ini menarik minat penulis untuk mengadakan penelitian ini. Bertolak dari uraian di atas, peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian dengan judul : Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Sub Pokok Bahasan Persegi Dan Persegi Panjang Di Kelas VII SMP Kristen 3 Soe Tahun Ajaran 2011/2012. B. Rumusan Permasalahan Berdasarkan latar belakang di atas, masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Apakah Ada Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada Sub Pokok Bahasan Persegi Dan Persegi Panjang Di Kelas VII SMP Kristen 3 Soe Tahun Ajaran 2011/2012?

C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang dikemukakan di atas maka tujuan penelitian yakni : untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh dalam pencapaian prestasi belajar matematika pada siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Kooperatif Tipe NHT pada sub pokok bahasan persegi dan persegi panjang siswa kelas VIII SMP Kristen 3 Soe tahun ajaran 2011/2012. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yakni : 1. Dengan adanya penelitian ini diharapkan guru dapat memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran matematika. 2. Siswa semakin termotivasi untuk belajar karena partisipasi aktif dalam proses pembelajaran dan suasana pembelajaran semakin variatif dan tidak monoton 3. Dapat memberikan masukan yang berarti/bermakna pada sekolah dalam rangka perbaikan atau peningkatan pembelajaran. 4. Dapat meningkatkan pemahaman dan penguasaan peneliti tentang model pembelajaran konvensional dan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. E. Asumsi dan Keterbatasan 1. Asumsi Dalam penelitian ini ditetapkan asumsi atau anggapan dasar sebagai berikut :

a. Proses belajar mengajar di SMP Kristen 3 Soe berjalan dengan baik, sehingga nilai yang diperoleh mencerminkan hasil belajar sebenarnya dari siswa. b. Siswa mengerjakan soal tes dengan sungguh sungguh di bawah pengawasan guru bidang studi dan peneliti. 2. Keterbatasan a. Penelitian ini hanya dilakukan pada siswa kelas VIII SMP Kristen 3 Soe tahun pelajaran 2011 /2012. b. Materi terbatas pada sub pokok bahasan persegi dan persegi panjang. F. Batasan istilah Beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : 1. Pengaruh adalah kemampuan yang ada atau timbul dari sesuatu (orang, benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang. 2. Prestasi belajar matematika adalah hasil usaha yang dicapai oleh siswa setelah menjalankan proses belajar mengajar matematika dalam bentuk nilai yang diperoleh dalam suatu tes. 3. Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematik dan mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman para guru dalam merancang dan melaksankan pembelajaran. 4. Model pembelajaran kooperatif merupakan pengajaran yang bercirikan oleh struktur tugas yang sistematis, dimana siswa saling percaya dalam kelompok kecil yang masing masing memiliki tingkat kemampuan yang berbeda beda. 5. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT ( Numbered Heads Together) : a. Numbered (penomoran) Siswa dibagi dalam kelompok kelompok kecil beranggotakan 3 5 orang siswa dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor 1 5. b. Heads (berpikir)

Dalam kelompok heterogen yang terdiri dari berbagai perbedaan baik tingkat kemampuan berpikir, bakat, karakter dan cara belajar yang berbeda beda untuk berpikir bersama dalam memecahkan masalah yang berkaitan dengan materi pelajaran. c. Together (bersama) Semua siswa menyatukan pendapatnya dan saling membagi pengalaman dalam meningkatkan kerja sama siswa, memberi jawaban yang tepat terhadap pertanyaan itu dan menyakinkan tiap anggota dalam kelompoknya mengetahui jawaban kelompoknya. 6. Model pembelajaran konvensional adalah pembelajaran dengan menggunakan metode yang biasa dilakukan oleh guru yaitu memberi materi melalui ceramah, latihan soal kemudian pemberian tugas. Ceramah merupakan salah satu cara penyampaian informasi dengan lisan dari seseorang kepada sejumlah pendengar di suatu ruangan. Kegiatan berpusat pada penceramah dan komunikasi searah dari pembaca kepada pendengar. 7. Persegi dan persegi panjang adalah salah satu materi pelajaran matematika yang diajarkan kepada siswa kelas VII yang membahas materi : sifat sifat persegi dan persegi panjang serta, luas dan keliling persegi dan persegi panjang.