BAB I PENDAHULUAN. terpanjang di dunia. Letak geografis antara dua benua (Asia dan Australia) serta dua samudra

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam menciptakan pemerintahan Indonesia yang maju maka harus dimulai

BAB I. tangganya sendiri (Kansil, C.S.T. & Christine S.T, 2008). perubahan dalam sistem pemerintahan dari tingkat pusat sampai ke desa.

UNDANG-UNDANG TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH. No 23 Tahun 2014 BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan:

P E R A T U R A N D A E R A H

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G PEMBENTUKAN KELURAHAN SULAIMAN KECAMATAN MARGAHAYU

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 27 TAHUN 2006 TENTANG K E L U R A H A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA TIDORE KEPULAUAN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

4. Apa saja kendala dalam penyelenggaraan pemerintah? dibutuhkan oleh masyarakat? terhadap masyarakat?

PEMERINTAH KABUPATEN LAHAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 28 TAHUN 2009

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 8 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 24 TAHUN 2006 TENTANG KEUANGAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBRANA,

PEMERINTAH KOTA PANGKALPINANG PERATURAN DAERAH KOTA PANGKALPINANG NOMOR 04 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2007 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN MAGETAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGETAN NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KEPALA DESA DAN PERANGKAT DESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Desa disebut kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 10 TAHUN 2009

BAB I PENDAHULUAN. demokratisasi. Tujuan Otonomi Daerah adalah untuk meningkatkan kualitas

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2011 T E N T A N G PEMBENTUKAN DESA ELFANUN KECAMATAN PULAU GEBE KABUPATEN HALMAHERA TENGAH

PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM DANA CADANGAN UNTUK PEMILIHAN LANGSUNG KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH KOTA MATARAM TAHUN 2010

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU NOMOR 4 TAHUN 2010 TENTANG

DHARMOTTAMA SATYA PRAJA

BUPATI SEMARANG TANGGAL 3 JUNI 2015 HUMAS DAN PROTOKOL SETDA KABUPATEN SEMARANG

PEMERINTAH KABUPATEN EMPAT LAWANG

PEMERINTAH KABUPATEN EMPAT LAWANG

tercantum dalam salah satu misi yang digariskan GBHN yaitu perwujudan

TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURAKARTA,

PERATURAN DESA DEMPET KECAMATAN DEMPET KABUPATEN DEMAK NOMOR : 03 TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. kelola yang baik diperlukan penguatan sistem dan kelembagaan dengan berdasarkan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG DANA ALOKASI DESA

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 27 TAHUN 2010 TENTANG PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN

BAB III OBJEK PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang tersebar dari Sabang sampai

PERATURAN DAERAH KABUPATEN ROKAN HILIR NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG KEUANGAN KEPENGHULUAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HILIR

BUPATI BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PELALAWAN NOMOR 12 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL,

BAB I PENDAHULUAN. Beralihnya masa orde lama ke orde baru telah menimbulkan banyak. perubahan baik dalam segi pemerintahan, ekonomi dan politik.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PELAPORAN DAN PERTANGGUNG JAWABAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG BADAN USAHA MILIK DESA

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI SEMARANG NOMOR 64 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 79 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN DESA GONTAR BARU DI KECAMATAN ALAS BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN

ANALISIS PERKEMBANGAN KINERJA KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH. (Studi Kasus Kabupaten Klaten Tahun Anggaran )

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 38 TAHUN 2011 TENTANG DANA RENCANA STRATEGIS PEMBANGUNAN KAMPUNG (RESPEK)

KABUPATEN PESAWARAN KECAMATAN WAY RATAI DESA GUNUNGREJO PERATURAN DESA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DESA (RKP-DESA) TAHUN 2016

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1 of 5 02/09/09 11:32

SUKAMARA SUKAMARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKAMARA NOMOR 03 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH K A B U P A T E N B A N D U N G NOMOR 9 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG

penduduknya bekerja sebagai petani dan tingkat pendidikan relatif rendah, dengan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

P E R A T U R A N D A E R A H

PEMERINTAH KABUPATEN BARRU

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. penyelenggaraan pemerintahan, sementara fenomena globalisasi ditandai dengan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA TENGAH

PEMERINTAHAN DAERAH. Harsanto Nursadi

BUPATI GUNUNGKIDUL BUPATI GUNUNGKIDUL,

BAB 1 PENDAHULUAN. dan Jusuf Kalla, Indonesia mempunyai strategi pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai bentuk pertanggungajawaban terhadap pelaksanaan. tugas dan fungsi penyelenggaraan pemerintahan maka pelaporan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KEPALA DESA DAN PERANGKAT DESA

PEMERINTAH KABUPATEN TANAH BUMBU PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. baik pusat maupun daerah, untuk menciptakan sistem pengelolaan keuangan yang

BUPATI TAPIN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 05 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DAN PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK DESA

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 6 TAHUN 2012 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

DHARMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 15 TAHUN 2000 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SELATAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 16 TAHUN 2008 TENTANG KEDUDUKAN KEUANGAN KEPALA DESA DAN PERANGKAT DESA

WALIKOTA BANJAR. PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 2.a TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DESA TAHUN ANGGARAN 2013

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 04 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN DESA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan Negara Kepulauan terbesar di dunia, yang memiliki 17.508 pulau besar dan kecil, luas wilayah darat 1,937 juta km2, luas laut 5,8 juta km dengan garis pantai terpanjang di dunia. Letak geografis antara dua benua (Asia dan Australia) serta dua samudra (Hindia dan Pasifik) yang dilalui garis katulistiwa merupakan anugrah yang diberikan Tuhan Yang Maha Esa kepada bangsa Indonesia serta kekayaan sumber daya alamnya yang sangat melimpah. Indonesia mempunyai luas wilayah 7.9km2, dan 75% nya adalah desa. Desa adalah daerah administratif dibawah kecamatan yang dipimpin oleh kepala desa. Disebut dengan desa, karena kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarkat setempat.indonesia sebagai sebuah negara dibangun diatas dan dari desa. Desa menjadi pelopor sistem demokrasi yang otonom dan berdaulat penuh. Desa mempunyai wilayah yang sangat luas, tetapi selalu dibelakangkan karena masyarakatnya belum sejahtera, hal itu diakibatkan karena munculnya permasalahan yang ada di lingkungan seperti pendidikan yang rendah dan kesehatan yang belum bisa mensejahterakan masyarakatnya. Desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di daerah Kabupaten. Desa berfungsi sebagai ujung tombak didalam melaksanakan pembangunan di segala bidang, baik bidang pemerintahan, bidang pembangunan, maupun tugas kemasyarakatan. Tetapi pada perjalanan Kenegaraan Republik Indonesia, desa belum berkembang dalam berbagai bentuk, sehingga perlu dilindungi dan dibudayakan agar menjadi kuat, maju, mandiri dan demokratis sehingga dapat menciptakan

landasan yang kuat dalam melaksanakan Pemerintahan dan membangun masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera. Akan tetapi di masyarakat perdesaan kurang mempunyai kemampuan untuk mengakses data terhadap layanan-layanan dari pemerintah maupun swasta yang mayoritas berada pada pusat-pusat kota. Untuk itulah, pemerintah perlu memprioritaskan pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) seperti meningkatkan usaha ekonomi rakyat, pendidikan, kesehatan dan perencanaan pembangunan di desa. Akibat munculnya permasalahan yang timbul di dalam desa dan dimasyarakat desa, maka diterbitkan Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Pemerintah desa yaitu menyelenggarakan urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setemat dalam sistem pemerintahan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Kepala desa atau yang disebut dengan nama lain dibantu perangkat desa sebagai unsur penyelanggara pemerintahan desa. Dalam mengelola desa, perangakat desa wajib mengelola keuangan desa secara transparant, akuntabel, dan partipasif. Transparan berarti dikelola secara terbuka, akuntabel berarti dipertanggungjawabkan secara hukum, dan partisipasif bermakna melibatkan masyarakat dan prosesnya. Di samping itu, keuangan desa harus dibukukan dan dilaporkan sesuai kaidah sistem akuntansi pemerintahan. Keuangan desa merupakan semua hak dan kewajiban dalam rangka penyelenggaran pemerintah desa yang dapat dinilai dengan uang termasuk segala bentuk kekayaan dan hak dan kewajiban desa. Tetapi selalu muncul kemungkinan permasalahan di dalam desa yang menjadi masalah hingga saat ini. Pendidikan yang kurang maju, teknologi yang belum berkembang, jarak tempuh pengurus desa sangat jauh, dan sumber daya manusia yang masih sangat kurang. Karena kurangnya sumber daya manusia tersebut, mengakibatkan perangkat desa lengah dalam membuat laporan pengelolaan kuangan desa, dan juga bisa terjadi penyelewengan dana desa yang harus dilaporkan 2 kali. Transparansi dan akuntabilitas

sangat penting dalam pelaporan dana desa karena penyelenggaraan pemerintahan yang baik, dinyatakan juga bahwa akuntabilitas terkandung kewajiban untuk menyajikan dan melaporkan segala kegiatan terutama dalam bidang administrasi keuangan kepada pihak yang lebih tinggi dan transparansi mempunyai arti bahwa hak dan akses yang sama untuk mengetahui proses anggaran. Gambar 1.1 Dana Desa Tahun Anggaran 2015 Sumber : DJPK Kementrian Keuangan RI (diolah) Dari data diatas bisa disimpulan bahwa dana yang dikelola oleh desa memang cukup besar, sehingga penting untuk dilakukan pelaporan yang memadai agar menjadi transparant dan relevan. Jawa Tengah adalah sebuah provinsi di Indonesia yang terletak di bagian tengah Pulau Jawa. Ibu kotanya adalah semarang, dan provinsi ini berbatasan dengan Provinsi Jawa Barat di sebelah barat, Daerah Istimewa Yogyakarta sebelah selatan, dan Jawa Timur di sebelah timur. Luas wilayah Jawa Tengah yaitu 32.548 km 2 atau sekitar 28,94% dari luas pulau jawa. Jawa Tengah mempunyai 573 Kecamatan dan 8.576 kelurahan. Sebagaian penduduk di desa yang berada di Provinsi Jawa Tengah bermata pencahan sebagai PNS, Wiraswasta, Bertani, Berkebun, dan Buruh pabrik dalam penyelenggaran pemerintah desa yang dapat dinilai dengan uang

termasuk di dalamnya segala bentuk yang berhubungan dengan hak dan kewajiban desa. Pelaporan keuangan yang digunakan di desa sangat penting karena berguna untuk mengetahui tingkat efektifitas, efisiensi dan manfaat dari pengelolaan sumber daya ekonomi dan sebagai alat evaluasi kinerja aparatur desa. Penelitian tentang pelaporan keuangan desa masih jarang di mengerti dan di lakukan. Sebenarnya pelaporan itu berguna untuk mengetahui efektifitas dan efisiensi bagi desa yang telah di atur dalam Undang Undang nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa. Atas dasar uraian dari latar belakang tersebut, penyusun tertarik untuk menyusun penulisan Tugas Akhir yang berjudul Praktik Pelaporan Keuangan Dana Desa Di Pemerintahan Desa Provinsi Jawa Tengah. B. RUMUSAN MASALAH Pelaporan pengelolaan keuangan desa sangat penting bagi transaparansi dan akuntabilitas karena pemerintah desa mengelola keuangan secara terbuka (Transparansi), sebab keuangan itu adalah hak milik rakyat atau barang publik yang harus diketahui oleh masyarakat dan akuntabilitas bearti pertanggung jawaban desa dalam mengelola keuangan desa sesuai amanah dan kepercayaan yang diberikan. 1) Bagaimana persepsi antara inspektorat (pemeriksa) dengan Aparatur Desa dengan Aparatur Desa (Pelaksana) dalam penelitian pelaporan dana desa di Pemerintahan Provinsi Jawa Tengah? C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan atas penelitian yang dilakukan adalah :

1) Mendiskripsikan persepsi antara inspektorat (pemeriksa) dengan Aparatur Desa dengan Aparatur Desa (Pelaksana) dalam penelitian pelaporan dana desa di Pemerintahan Provinsi Jawa Tengah D. MANFAAT PENELITIAN Manfaat yang hendak dicapai dari penulis Tugas Akhir ini adalah sebagai berikut : 1) Bagi pemerintah Provinsi Jawa Tengah Hasil penelitian memberikan informasi bagaimana cara penyusunan kebijakan yang benar untuk Pemerintah Provinsi Jawa Tengah. 2) Bagi Pemerintah Desa Hasil penelitian bisa memberikan informasi cara bagaimana dalam penyusunan kebijakan, pengelolaan dan penggunaan dana desa yang benar kepada Desa yang benar. 3) Bagi peneliti berikutnya Hasil penelitian memberikan informasi bagaimana tatacara Pelaporan Keuangan Desa, oleh karena itu peneliti selanjutnya Tugas Akhir ini dapat menjadi referensi dalam penelitian Dana Desa terutama tentang Pelaporan Keuangan Dana Desa.