92 PEMBAHASAN UMUM Berdasarkan bukti empiris menunjukkan bahwa pegagan yang kaya mineral, bahan gizi dan bahan aktif telah lama digunakan untuk tujuan meningkatkan fungsi memori. Hasil analisa kandungan kimia dan fitokimia dari daun pegagan yang digunakan dalam penelitian mengandung mineral baik yang makro maupun mikro cukup beragam, demikian juga kandungan zat gizi seperti karbohidrat dan protein serta bahan aktif lain seperti senyawa asiatikosida ditemukan dalam jumlah yang relative cukup tinggi, sebagaimana dilaporkan oleh hasil peneliti-peneliti sebelumnya. Diantara senyawa tersebut, asiatikosida diduga berperan pada perbaikan fungsi kognitif. Keberadaan mineral makro dan mikro serta zat gizi lainnya yang terdapat di dalam pegagan belum banyak digali perannya dalam perbaikan metabolism sel. Berdasarkan hasil analisis fitokimia atau uji fitokimia yang merupakan uji pendahuluan untuk mengetahui keberadaan senyawa kimia spesifik maka dapat diketahui bahwa di dalam pegagan ditemukan senyawa alkaloid, flavonoid, steroid dan glikosida. Laporan lainnya menyebutkan bahwa, selain senyawa tersebut juga ditemukan senyawa lainnya seperti saponin, tannin, triterpenoid dan fenolik. Tidak terdeteksinya beberapa senyawa tersebut dalam proses pengujian fitokimia dapat disebabkan karena jumlah material yang dianalisis tidak mencapai jumlah minimal yang dibutuhkan di dalam bahan yang dianalisis (Zainol et al. 2008), atau asal tanaman yang berbeda, dan mungkin juga karena waktu pengambilan sampel yang berbeda. Fungsi senyawa-senyawa yang ada dilaporkan selain terkait dengan fungsi kognitif dapat sebagai insektisida, anti parasit, anti mikroba, antioksidan penangkap radikal bebas dan juga berfungsi sebagai donor hidrogen yang efektif. Hasil pengamatan aktivitas proses pengenalan lorong dalam T-maze pada kelompok tikus yang diberi ekstrak etanol sebanyak 300 mg/kg bobot badan memberikan peningkatan aktivitas yang tidak berbeda nyata dengan tikus yang diberi ekstrak etanol sebanyak 600 mg/kg bobot badan. Gambaran peningkatan persentase dari tikus yang mencapai finish juga peningkatan aktivitas dalam lorong T-maze dapat dipahami sebagai keberhasilan individu dalam mengenali lorong buntu dan keberhasilan mengingat jalur menuju titik finish. Hasil demikian
menggambarkan dengan jelas adanya pengaruh pemberian ekstrak pegagan, mengingat pada periode yang sama perubahan tidak ditemukan pada kelompok kontrol. Bila mengenali lorong dan mengingat jalur menuju finish dapat dipahami sebagai proses belajar maka hasil pengamatan aktivitas menegaskan bahwa pemeberian ekstrak pegagan dapat meninngkatkan fungsi kognitif. Hasil analisa darah pada tikus yang diberi ekstrak etanol sebanyak 300 mg/kg bobot badan, cenderung memiliki Hb yang lebih tinggi dan peningkat seiring dengan meningkatnya nilai persen hematokrit/pcv yang disebabkan oleh meningkatanya jumlah sel darah merah yang beredar pada sirkulasi perifer. Gambaran darah demikian sangat mungkin menjelaskan bahwa pemberian ektrak pegagan pengeluaran darah merah ke sirkulasi perifer, sehingga meningkatkan nilai Hb yang secara fisiologis menggambarkan tingkat kecukupan asupan gizi. Peningkatan nilai Hb yang pada akhirnya akan meningkatkan kemampuan mengikat jumlah O 2 untuk didestribusikan ke seluruh sel dalam jaringan tubuh.. Peningkatan jumlah O 2 terangkut akan menjamin pemenuhan kebutuhan metabolisme aerob dalam sel yang terjadi dalam pemenuhan energi untuk Gambar 21 Mekanisme penyerapan Ca dari usus (Sumber: http://quizlet.com/ 4867071/16-calcium-physiology-flash-cards/)
aktivitas. Hal ini selaras dengan hasil pengamatan aktivitas yang meningkat pada kelompok tikus yang diberi ekstrak pagagan. Peningkatan aktivitas otot motorik tentunya ada beberapa faktor yang berperan di dalamnya selain ketersediaan O 2, diantaranya ketersediaan Ca ++, mineral makro secaara umum (Ca, F dan Mg) sangat dominan peranannya pada aktivitas neuromuskular yang mencakup penyediaan energi dan transmisi impuls syaraf. Demikian juga halnya dengan aktivitas fungsi syaraf, mineral makro juga mempunyai peran yang cukup penting. Ketersediaan Ca ++ tentunya dipengaruhi oleh penyerapan Ca ++ di dalam usus, dan penyerapan Ca ++ tersebut dipengaruhi oleh keberadaan calcium binding protein. Gambar 21 menjelaskan mekanisme penyerapan Ca ++ dari usus yang difasilitasi oleh calcium binding protein. Linder (2006) melaporkan bahwa kalsium merupakan mineral makro yang juga berperan pada kontraksi otot. Kontraksi otot terutama diatur oleh konsentrasi Ca ++ bebas di dalam sitosol. Berbagai stimulus yang menginduksi kontraksi otot memicu peningkatan Ca ++ bebas di dalam sitosol. Funsi Ca ++ intraseluler selain berperan pada kontraksi otot, juga terlibat dalam sekresi neurotransmiter, hormon dan enzim, aktivasi limfosit dan proliferasi. Gambar 22 Mekanisme terjadinya kontraksi otot yang diperantarai oleh penggunaan Ca dan ATP (Sumber: http://www.easyvigour.net.nz/ trigger_ points/h_triggerpoint4.htm) Peran Ca ++ dalam mekanisme terjadinya kontraksi otot secara umum terkait dengan ketersediaan energy (ATP) di dalam sel otot. Secara singkat proses
kontraksi terjadi karena pemendekan unit sarkomir otot lurik yang disusun oleh serat aktin dan myosin. Ketersediaan Ca ++ dan energi yang tinggi dalam myosin akan mengikat aktin dan terjadi kontraksi. Secara skematis proses terjadinya kontraksi dijelaskan pada gambar 22. Kontraksi otot juga dirangsang oleh calcium binding protein yang sudah terikat dengan protein allosteric effector. Selanjutnya calcium binding protein bentuk aktif tersebut merangsang pembentukan ATP dari glikogen otot dengan bantuan glycogen posporilasekinase yang pada akhirnya merangsang terjadinya kontraksi otot. Pembentukan ATP pada mekanisme kontraksi otot tidak hanya berasal dari glikogen otot, tapi dapat juga dari sumber lainnya (Gambar 23). Gambar 23 Penggunaan ATP pada kontraksi (Sumber: http://users.rcn.com/ Jkimball.ma.ultranet/BiologyPages/M/Muscle.htm1) Hasil Imunohistokimia pada area hipokampus CA3 kelompok penerima ektraks etanol daun pegagan menunjukan angka rata-rata populasi sel yang positif terhadap Calbindin lebih besar (39,56 %) dibandingkan dengan control (34,75 %) Berdasarkan penjelasan tentang mekanisme terjadinya kontraksi otot maka dapat dipahami bahwa peningkatan populasi sel yang positif terhadap Calbindin yang terjadi sangat mungkin mengindikasikan terjadinya peningkatan pembentukan ATP yang terkait dengan peningkatan aktivitas dan pencapaian titik finish pada T- maze test yang dilakukan. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa calbindin merupakan faktor utama yang menyebabkan terjadinya peningkatan aktivitas.
Pada penelitian ini, pengaruh calbindin tidak hanya pada pemanfaatan ATP sebagai sumber energi untuk kontraksi otot tapi juga efektif sebagai buffer ion Ca2+ dalam lingkungan seluler sehingga dapat mengatur Ca2+-dependent dari fungsi neuron, dengan demikian kerja neuron di bagian CA3 hipokampus lebih optimal. Keberadaan asiatikosida yang terkandung di dalam ekstrak pegagan dan gambaran hematologi yang didapat setidaknya dapat diajukan dua pendekatan mekanisme yang mungkin dapat menjelaskan kerja ekstrak pegagan dalam meningkatkan fungsi kognitif. Kemungkinan mekanisme pertama terkait dengan fungsi pegegan sebagai tonikum seperti yang dipahami berkemampuan dalam memperbaiki metabolism sel secara umum. Peningkatan metabolisme pada sel otot kerangka berdampak pada kesiapan tikus dalam beraktivitas di dalam T- maze sebagaimana terlihat pada kelompok yang diberi ekstrak pegagan. Pada kemungkinan mekanisme ke dua sangat mungkin terkait dengan fungsi senyawa asiatikosida yang dapat berperan sebagai anti-oksidan yang mampu mengamankan sel saraf dari kerusakan oksidatif. Gambar 24 Skema peningkatan fungsi kognitif setelah pemberian ekstrak daun pegagan selama 8 minggu
Berdasarkan data yang diperoleh pada penelitian dengan menggunakan tikus usia produktif dapat dijelaskan bahwa peningkatan fungsi kognitif yang diperoleh karena pemberian ekstrak etanol daun pegagan dicapai melalui peningkatan kinerja neuron hipokampus di region CA3 yang ditandai dengan meningkatnya populasi sel yang positif terhadap calbindin dan kinerja otot melalui peningkatan aktivitas (neuro muskular). Peningkatan tersebut diperoleh melalui perbaikan metabolisme secara umum yang ditandai dengan adanya unsur mineral makro dan mikro serta pengaruh dari asiatikosida dan senyawa flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan penangkap radikal bebas. Secara skematis peningkatan fungsi kognitif dijelaskan pada Gambar 24. Data ini mengindikasikan bahwa penggunaan sebanyak 300 mg/kg bobot badan untuk jangka waktu pemakaian 8 minggu adalah lebih tepat. Berdasarkan data tersebut dapat dipahami bahwa efek klinis yang ditimbulkan pada penggunaan ekstrak etanol daun pegagan tidak menggambarkan hubungan linier dengan jumlah pemberian. Laporan sebelumnya menyebutkan bahwa ekstrak air pegagan bermanfaat untuk fungsi kognitif sedangkan ekstrak etanol tidak memberi pengaruh yang positif, namun sebaliknya pada penelitian ini. Jika dilihat dari keberadaan jenis mineral yang dianalisis, di dalam ekstrak air semua mineral yang dianalisis kandungannya lebih banyak dibandingkan dengan ekstrak etanol. Berdasarkan kandungan mineral, seharusnya ekstrak air pegagan memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan ekstrak etanol, namun pada penelitian ini hasil yang diperoleh sebaliknya. Berdasarkan data tersebut dapat dipahami bahwa efek dari suatu sediaan tidak hanya dipengaruhi oleh kandungan zat gizinya tapi juga dipengaruhi oleh faktor lainnya misalnya kemampuan usus untuk menyerap zat gizi tersebut.