Mekanisme penyerapan Ca dari usus (Sumber: /16-calcium-physiology-flash-cards/)

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Ekstraksi dan Penapisan Fitokimia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Paru-paru, jantung, pusat syaraf dan otot skelet bekerja berat dalam melakukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, berbagai macam penyakit degeneratif semakin berkembang pesat dikalangan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB VI PEMBAHASAN Pengaruh pemberian ekstrak etanol daun salam terhadap kadar GDS. absolut (DM tipe 1) atau secara relatif (DM tipe 2).

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Kanker payudara disebut juga dengan carsinoma mammae merupakan

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kandungan Kolesterol Daging, Hati dan Telur Puyuh

BAB VI PEMBAHASAN. salam dapat menurunkan ekspresi kolagen mesangial tikus Sprague dawley DM.

BAB VI PEMBAHASAN Pengaruh Ekstrak Daun Salam Terhadap Kadar Glukosa Darah

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. kesehatan, bahkan pada bungkus rokok-pun sudah diberikan peringatan mengenai

I. PENDAHULUAN. progresif. Proses ini dikenal dengan nama menua atau penuaan (aging). Ada

BAB I PENDAHULUAN. mengidap penyakit ini, baik kaya, miskin, muda, ataupun tua (Hembing, 2004).

I. PENDAHULAN. memetabolisme dan mengekskresi zat kimia. Hati juga mendetoksifikasi zat

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

FUNGSI PHOSPOR DALAM METABOLISME ATP

SISTEM MUSKULOSKELETAL PADA MANUS. Regita Tanara / B1

I PENDAHULUAN. banyak peternakan yang mengembangkan budidaya puyuh dalam pemenuhan produksi

HASIL DAN PEMBAHASAN. ternak. Darah terdiri dari dua komponen berupa plasma darah dan bagian padat yang

I. PENDAHULUAN. Salah satu sumber energi utama yang diperlukan oleh tubuh manusia adalah

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pemanfaatan bahan alam yang ada di bumi juga telah di jelaskan dalam. firman Allah SWT yang berbunyi sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN A.LATAR BELAKANG PENELITIAN. dengan defisiensi sekresi dan atau sekresi insulin (Nugroho, 2012). Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. vitamin dan mineral, sayuran juga menambah ragam, rasa, warna dan tekstur

BAB I PENDAHULUAN. menular melalui makanan atau air yang terkontaminasi. 2 Indonesia merupakan

Bab IV Hasil dan Pembahasan

PEMANFAATAN JENIS POHON. (Avicennia spp.) SEBAGAI BAHAN

BAB V HASIL PENELITIAN. Study preliminary dalam penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium

BAB V HASIL PENELITIAN. Study preliminary / uji pendahuluan dan proses penelitian ini telah

BAB VI PEMBAHASAN. Kadar trigliserida dan kolesterol VLDL pada kelompok kontrol

I. PENDAHULUAN. Di zaman yang modern sekarang ini radikal bebas tersebar di mana mana,

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang

BAB I PENDAHULUAN. Teh sarang semut merupakan salah satu jenis teh herbal alami yang terbuat

BAB I PENDAHULUAN. mengonsumsi minuman beralkohol. Mengonsumsi etanol berlebihan akan

I. PENDAHULUAN. obat, sehingga keberadaan tanaman ini menjadi lebih diminati. Tanaman sirih

BAB V HASIL PENELITIAN. penelitian ini dilakukan studi preelimenery dengan mengunakan hewan coba yang

BAB I PENDAHULUAN. seperti kurang berolahraga dan pola makan yang tidak sehat dan berlebihan serta

HASIL DAN PEMBAHASAN

Mekanisme Kerja Otot

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rataan volume urin (ml) kumulatif tikus percobaan pada setiap jam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipid merupakan golongan senyawa

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME

BAB 3 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Seiring dengan kebutuhan untuk menyerap dan. kehidupan, khususnya sebagai seorang pembelajar

I. PENDAHULUAN. semakin meningkat. Prevalensi DM global pada tahun 2012 adalah 371 juta dan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jati Belanda

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HASIL PENELITIAN Penentuan waktu hewan coba mencapai DM setelah induksi STZ. Kriteria hewan coba mencapai DM adalah apabila kadar GDS 200

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Kadar Glukosa. mempengaruhi kinerja sistem tubuh. Hasil pengamatan rataan kadar glukosa dari

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Teh adalah jenis minuman non alkohol yang terbuat dari daun teh

I. PENDAHULUAN. Tanaman obat telah lama digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi minuman ini. Secara nasional, prevalensi penduduk laki-laki yang

BAB I PENDAHULUAN. beriklim tropis dengan jumlah penduduk yang tidak sedikit. Rekapitulasi data kasus hingga 22 Agustus 2011 menunjukkan Case

BAB V PEMBAHASAN. androgunus (L.) Merr.) terhadap mortalitas Ascaris suum Goeze secara in vitro,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Daun Afrika (Vernonia amygdalina Delile), umumnya dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. sekaligus dapat memberdayakan ekonomi rakyat terutama di pedesaan.

HASIL DAN PEMBAHASAN. Nilai Karbohidrat dan Kalori Ransum, Madu dan Kayu Manis

BAB I PENDAHULUAN. (Uta, 2003). Jerawat terjadi ketika pori-pori kulit dipenuhi oleh minyak, sel kulit

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. zaman dahulu jus buah dijadikan minuman raja-raja untuk menjaga kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. isolasi dari Streptomycespeucetius var. caesius. Doksorubisin telah digunakan

I. PENDAHULUAN. sangat cepat dibandingkan dengan pertumbuhan unggas lainnnya. Ayam broiler

I. PENDAHULUAN. Identifikasi Masalah, (1.3) Tujuan Penelitian, (1.4) Manfaat Penelitian, (1.5)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Jumlah dan Bobot Folikel Puyuh Rataan jumlah dan bobot folikel kuning telur puyuh umur 15 minggu disajikan pada Tabel 5.

MORTALITAS LARVA 58 JAM

BAB I PENDAHULUAN. Secara global, prevalensi penderita diabetes melitus di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Bertambahnya populasi penduduk usia lanjut, perubahan gaya hidup terutama

I. PENDAHULUAN. Non-nutritive feed additive merupakan suatu zat yang dicampurkan ke. dalam ransum ternak dengan bermacam-macam tujuan misalnya, memacu

BAB I PENDAHULUAN. pada tahun 2007 menjadi 2,1 pada tahun 2013 (Riskesdas, 2013). Hasil riset tersebut

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yaitu terjadinya kerusakan jaringan tubuh sendiri (Subowo, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. protozoa, dan alergi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007

Tinjauan Umum Jaringan Otot. Tipe Otot

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan Terhadap Jumlah Sel Darah Merah. dapat digunakan untuk menilai kondisi kesehatan ternak.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nitrit (NO 2 atau nitrogen dioksida) adalah gabungan senyawa nitrogen dan oksigen yang terbentuk dari reaksi

BAB I PENDAHULUAN. maupun sosial dalam berinteraksi dengan orang lain. Proses penuaan bukan suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Isa Brown, Hysex Brown dan Hyline Lohmann (Rahayu dkk., 2011). Ayam

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit yang masih menjadi fokus utama masyarakat Internasional serta

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, terdapat beberapa jenis beras yang dikembangkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. asli Indonesia. Daerah asalnya adalah India dan Afrika Tengah. Tanaman ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

92 PEMBAHASAN UMUM Berdasarkan bukti empiris menunjukkan bahwa pegagan yang kaya mineral, bahan gizi dan bahan aktif telah lama digunakan untuk tujuan meningkatkan fungsi memori. Hasil analisa kandungan kimia dan fitokimia dari daun pegagan yang digunakan dalam penelitian mengandung mineral baik yang makro maupun mikro cukup beragam, demikian juga kandungan zat gizi seperti karbohidrat dan protein serta bahan aktif lain seperti senyawa asiatikosida ditemukan dalam jumlah yang relative cukup tinggi, sebagaimana dilaporkan oleh hasil peneliti-peneliti sebelumnya. Diantara senyawa tersebut, asiatikosida diduga berperan pada perbaikan fungsi kognitif. Keberadaan mineral makro dan mikro serta zat gizi lainnya yang terdapat di dalam pegagan belum banyak digali perannya dalam perbaikan metabolism sel. Berdasarkan hasil analisis fitokimia atau uji fitokimia yang merupakan uji pendahuluan untuk mengetahui keberadaan senyawa kimia spesifik maka dapat diketahui bahwa di dalam pegagan ditemukan senyawa alkaloid, flavonoid, steroid dan glikosida. Laporan lainnya menyebutkan bahwa, selain senyawa tersebut juga ditemukan senyawa lainnya seperti saponin, tannin, triterpenoid dan fenolik. Tidak terdeteksinya beberapa senyawa tersebut dalam proses pengujian fitokimia dapat disebabkan karena jumlah material yang dianalisis tidak mencapai jumlah minimal yang dibutuhkan di dalam bahan yang dianalisis (Zainol et al. 2008), atau asal tanaman yang berbeda, dan mungkin juga karena waktu pengambilan sampel yang berbeda. Fungsi senyawa-senyawa yang ada dilaporkan selain terkait dengan fungsi kognitif dapat sebagai insektisida, anti parasit, anti mikroba, antioksidan penangkap radikal bebas dan juga berfungsi sebagai donor hidrogen yang efektif. Hasil pengamatan aktivitas proses pengenalan lorong dalam T-maze pada kelompok tikus yang diberi ekstrak etanol sebanyak 300 mg/kg bobot badan memberikan peningkatan aktivitas yang tidak berbeda nyata dengan tikus yang diberi ekstrak etanol sebanyak 600 mg/kg bobot badan. Gambaran peningkatan persentase dari tikus yang mencapai finish juga peningkatan aktivitas dalam lorong T-maze dapat dipahami sebagai keberhasilan individu dalam mengenali lorong buntu dan keberhasilan mengingat jalur menuju titik finish. Hasil demikian

menggambarkan dengan jelas adanya pengaruh pemberian ekstrak pegagan, mengingat pada periode yang sama perubahan tidak ditemukan pada kelompok kontrol. Bila mengenali lorong dan mengingat jalur menuju finish dapat dipahami sebagai proses belajar maka hasil pengamatan aktivitas menegaskan bahwa pemeberian ekstrak pegagan dapat meninngkatkan fungsi kognitif. Hasil analisa darah pada tikus yang diberi ekstrak etanol sebanyak 300 mg/kg bobot badan, cenderung memiliki Hb yang lebih tinggi dan peningkat seiring dengan meningkatnya nilai persen hematokrit/pcv yang disebabkan oleh meningkatanya jumlah sel darah merah yang beredar pada sirkulasi perifer. Gambaran darah demikian sangat mungkin menjelaskan bahwa pemberian ektrak pegagan pengeluaran darah merah ke sirkulasi perifer, sehingga meningkatkan nilai Hb yang secara fisiologis menggambarkan tingkat kecukupan asupan gizi. Peningkatan nilai Hb yang pada akhirnya akan meningkatkan kemampuan mengikat jumlah O 2 untuk didestribusikan ke seluruh sel dalam jaringan tubuh.. Peningkatan jumlah O 2 terangkut akan menjamin pemenuhan kebutuhan metabolisme aerob dalam sel yang terjadi dalam pemenuhan energi untuk Gambar 21 Mekanisme penyerapan Ca dari usus (Sumber: http://quizlet.com/ 4867071/16-calcium-physiology-flash-cards/)

aktivitas. Hal ini selaras dengan hasil pengamatan aktivitas yang meningkat pada kelompok tikus yang diberi ekstrak pagagan. Peningkatan aktivitas otot motorik tentunya ada beberapa faktor yang berperan di dalamnya selain ketersediaan O 2, diantaranya ketersediaan Ca ++, mineral makro secaara umum (Ca, F dan Mg) sangat dominan peranannya pada aktivitas neuromuskular yang mencakup penyediaan energi dan transmisi impuls syaraf. Demikian juga halnya dengan aktivitas fungsi syaraf, mineral makro juga mempunyai peran yang cukup penting. Ketersediaan Ca ++ tentunya dipengaruhi oleh penyerapan Ca ++ di dalam usus, dan penyerapan Ca ++ tersebut dipengaruhi oleh keberadaan calcium binding protein. Gambar 21 menjelaskan mekanisme penyerapan Ca ++ dari usus yang difasilitasi oleh calcium binding protein. Linder (2006) melaporkan bahwa kalsium merupakan mineral makro yang juga berperan pada kontraksi otot. Kontraksi otot terutama diatur oleh konsentrasi Ca ++ bebas di dalam sitosol. Berbagai stimulus yang menginduksi kontraksi otot memicu peningkatan Ca ++ bebas di dalam sitosol. Funsi Ca ++ intraseluler selain berperan pada kontraksi otot, juga terlibat dalam sekresi neurotransmiter, hormon dan enzim, aktivasi limfosit dan proliferasi. Gambar 22 Mekanisme terjadinya kontraksi otot yang diperantarai oleh penggunaan Ca dan ATP (Sumber: http://www.easyvigour.net.nz/ trigger_ points/h_triggerpoint4.htm) Peran Ca ++ dalam mekanisme terjadinya kontraksi otot secara umum terkait dengan ketersediaan energy (ATP) di dalam sel otot. Secara singkat proses

kontraksi terjadi karena pemendekan unit sarkomir otot lurik yang disusun oleh serat aktin dan myosin. Ketersediaan Ca ++ dan energi yang tinggi dalam myosin akan mengikat aktin dan terjadi kontraksi. Secara skematis proses terjadinya kontraksi dijelaskan pada gambar 22. Kontraksi otot juga dirangsang oleh calcium binding protein yang sudah terikat dengan protein allosteric effector. Selanjutnya calcium binding protein bentuk aktif tersebut merangsang pembentukan ATP dari glikogen otot dengan bantuan glycogen posporilasekinase yang pada akhirnya merangsang terjadinya kontraksi otot. Pembentukan ATP pada mekanisme kontraksi otot tidak hanya berasal dari glikogen otot, tapi dapat juga dari sumber lainnya (Gambar 23). Gambar 23 Penggunaan ATP pada kontraksi (Sumber: http://users.rcn.com/ Jkimball.ma.ultranet/BiologyPages/M/Muscle.htm1) Hasil Imunohistokimia pada area hipokampus CA3 kelompok penerima ektraks etanol daun pegagan menunjukan angka rata-rata populasi sel yang positif terhadap Calbindin lebih besar (39,56 %) dibandingkan dengan control (34,75 %) Berdasarkan penjelasan tentang mekanisme terjadinya kontraksi otot maka dapat dipahami bahwa peningkatan populasi sel yang positif terhadap Calbindin yang terjadi sangat mungkin mengindikasikan terjadinya peningkatan pembentukan ATP yang terkait dengan peningkatan aktivitas dan pencapaian titik finish pada T- maze test yang dilakukan. Hasil penelitian ini mengindikasikan bahwa calbindin merupakan faktor utama yang menyebabkan terjadinya peningkatan aktivitas.

Pada penelitian ini, pengaruh calbindin tidak hanya pada pemanfaatan ATP sebagai sumber energi untuk kontraksi otot tapi juga efektif sebagai buffer ion Ca2+ dalam lingkungan seluler sehingga dapat mengatur Ca2+-dependent dari fungsi neuron, dengan demikian kerja neuron di bagian CA3 hipokampus lebih optimal. Keberadaan asiatikosida yang terkandung di dalam ekstrak pegagan dan gambaran hematologi yang didapat setidaknya dapat diajukan dua pendekatan mekanisme yang mungkin dapat menjelaskan kerja ekstrak pegagan dalam meningkatkan fungsi kognitif. Kemungkinan mekanisme pertama terkait dengan fungsi pegegan sebagai tonikum seperti yang dipahami berkemampuan dalam memperbaiki metabolism sel secara umum. Peningkatan metabolisme pada sel otot kerangka berdampak pada kesiapan tikus dalam beraktivitas di dalam T- maze sebagaimana terlihat pada kelompok yang diberi ekstrak pegagan. Pada kemungkinan mekanisme ke dua sangat mungkin terkait dengan fungsi senyawa asiatikosida yang dapat berperan sebagai anti-oksidan yang mampu mengamankan sel saraf dari kerusakan oksidatif. Gambar 24 Skema peningkatan fungsi kognitif setelah pemberian ekstrak daun pegagan selama 8 minggu

Berdasarkan data yang diperoleh pada penelitian dengan menggunakan tikus usia produktif dapat dijelaskan bahwa peningkatan fungsi kognitif yang diperoleh karena pemberian ekstrak etanol daun pegagan dicapai melalui peningkatan kinerja neuron hipokampus di region CA3 yang ditandai dengan meningkatnya populasi sel yang positif terhadap calbindin dan kinerja otot melalui peningkatan aktivitas (neuro muskular). Peningkatan tersebut diperoleh melalui perbaikan metabolisme secara umum yang ditandai dengan adanya unsur mineral makro dan mikro serta pengaruh dari asiatikosida dan senyawa flavonoid yang berfungsi sebagai antioksidan penangkap radikal bebas. Secara skematis peningkatan fungsi kognitif dijelaskan pada Gambar 24. Data ini mengindikasikan bahwa penggunaan sebanyak 300 mg/kg bobot badan untuk jangka waktu pemakaian 8 minggu adalah lebih tepat. Berdasarkan data tersebut dapat dipahami bahwa efek klinis yang ditimbulkan pada penggunaan ekstrak etanol daun pegagan tidak menggambarkan hubungan linier dengan jumlah pemberian. Laporan sebelumnya menyebutkan bahwa ekstrak air pegagan bermanfaat untuk fungsi kognitif sedangkan ekstrak etanol tidak memberi pengaruh yang positif, namun sebaliknya pada penelitian ini. Jika dilihat dari keberadaan jenis mineral yang dianalisis, di dalam ekstrak air semua mineral yang dianalisis kandungannya lebih banyak dibandingkan dengan ekstrak etanol. Berdasarkan kandungan mineral, seharusnya ekstrak air pegagan memberikan pengaruh yang lebih baik dibandingkan dengan ekstrak etanol, namun pada penelitian ini hasil yang diperoleh sebaliknya. Berdasarkan data tersebut dapat dipahami bahwa efek dari suatu sediaan tidak hanya dipengaruhi oleh kandungan zat gizinya tapi juga dipengaruhi oleh faktor lainnya misalnya kemampuan usus untuk menyerap zat gizi tersebut.