BAB IV. Hasil Penelitian dan Pembahasan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V PEMBAHASAN. balita yang menderita ISPA adalah kelompok umur bulan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

KUESIONER PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini akan di laksnakan di Kelurahan Paguyaman

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: Penta Hidayatussidiqah Ardin

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TERJADINYA ISPA PADA BAYI (1-12 BULAN) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAJABASA INDAH BANDAR LAMPUNG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. selama ini masih banyak permasalahan kesehatan, salah satunya seperti kematian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Global Mongolato merupakan salah satu Puskesmas yang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PNEMONIA PADA ANAK BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUDIANG KOTA MAKASSAR

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. mengodentifikasi diri mereka sebagai bagian dari keluarga (Friedman, 1998).

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan pendekatan case control yaitu membandingkan antara

OLEH: IMA PUSPITA NIM:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

KARAKTERISTIK FAKTOR RESIKO ISPA PADA ANAK USIA BALITA DI PUSKESMAS PEMBANTU KRAKITAN, BAYAT, KLATEN. Suyami, Sunyoto 1

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan lima tahun. Pada usia ini otak mengalami pertumbuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. gejala atau infeksi ringan sampai penyakit yang parah dan. parenkim paru. Pengertian akut adalah infeksi yang berlangsung

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PNEUMONIA ANAK UMUR 6-59 BULAN DI RSUD SALEWANGAN MAROS TAHUN 2012

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1. Pada Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan. Oleh :

Lampiran 1. Formulir Persetujuan Partisipasi Dalam Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. disebut infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). ISPA merupakan

BAB I PENDAHULUAN. disekelilingnya khususnya bagi mereka yang termasuk ke dalam kelompok rentan

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PNEUMONIA PADA BAYI. Nurlia Savitri

7-13% kasus berat dan memerlukan perawatan rumah sakit. (2)

BAB IV HASIL PENELITIAN. Kluet Selatan Kabupaten Aceh Selatan dengan jumlah responden 40 0rang dimana

BAB III METODE PENELITIAN. sectional. Pada penelitian cross sectional, pengumpulan data dilakukan pada

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODA PENELITIAN. A. Jenis/ Rancangan Penelitian dan Metode Pendekatan. wawancara menggunakan kuesioner dengan pendekatan cross sectional.

METODE PENELITIAN. d 2. dimana n : Jumlah sampel Z 2 1-α/2 : derajat kepercayaan (1.96) D : presisi (0.10) P : proporsi ibu balita pada populasi (0.

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak yang diderita oleh anak-anak, baik di negara berkembang maupun di

Tingginya Paparan Asap Rokok di Dalam Rumah pada Balita Oleh : Septian Emma Dwi Jatmika, M.Kes Muchsin Maulana, S.KM., M.PH

BAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu

Kuesioner Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. terutama pada bagian perawatan anak (WHO, 2008). kematian balita di atas 40 per 1000 kelahiran hidup adalah 15%-20%

BAB III METODE PENELITIAN. rancangan penelitian cross sectional yaitu mempelajari hubungan penyakit dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

FAKTOR RISIKO KEJADIAN HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BARA-BARAYA MAKASSAR HERIANI

PUBLIKASI ILMIAH. Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Kata kunci : Peran Keluarga Prasejahtera, Upaya Pencegahan ISPA pada Balita

BAB I PENDAHULUAN. kematian yang terjadi pada tahun 2012 (WHO, 2014). Salah satu PTM

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Morbiditas dan mortalitas merupakan suatu indikator yang

KUESIONER PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Bab IV ini membahas hasil penelitian yaitu analisa univariat. dan bivariat serta diakhiri dengan pembahasan.

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Millenium Development Goal Indicators merupakan upaya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terpadu kepada masyarakat dalam upaya untuk mengatasi masalah kesehatan serta

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Gorontalo. Kelurahan Tomulabutao memiliki Luas 6,41 km 2 yang berbatasan

BAB V PEMBAHASAN. infark miokard dilaksanakan dari 29 Januari - 4 Februari Penelitian ini

KUESIONER HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA BULAN DI PUSKESMAS TERJUN KECAMATAN MEDAN MARELAN TAHUN 2014

Eko Heryanto Dosen Program Studi S.1 Kesehatan Masyarakat STIKES Al-Ma arif Baturaja ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Jurnal Ilmiah STIKES U Budiyah Vol.1, No.2, Maret 2012

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Oleh : Yophi Nugraha, Inmy Rodiyatam ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT PADA ANAK BALITA Asriati*, M. Zamrud **, Dewi Febrianty Kalenggo***

Lampiran 1: Daftar Riwayat Hidup DAFTAR RIWAYAT HIDUP. : Mutia Fri Fahrunnisa NIM : Tempat, Tanggal Lahir : Solok, 13 Mei 1993

BAB IV HASIL PENELITIAN. Yogyakarta yang berlokasi di Jl. Jayeng Prawiran No. 13 RT 019/04

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme termasuk common cold, faringitis (radang

BAB III METODE PENELITIAN. analitik cross-sectional dan menggunakan pendekatan observasional.

FAKTOR RISIKO KEJADIAN PNEUMONIA PADA BAYI (0-12 BULAN) (STUDI KASUS DI RSUD TUGUREJO SEMARANG TAHUN 2015)

Jurnal Harapan Bangsa, Vol.1 No.1 Desember 2013 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. paparan asap rokok dengan frekuensi kejadian ISPA pada balita. Lama

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

ANALISIS FAKTOR RESIKO KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK SITI FATIMAH KOTA MAKASSAR

PERBEDAAN FAKTOR PERILAKU PADA KELUARGA BALITA PNEUMONIA DAN NON PNEUMONIA DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS MUNJUL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2014

HUBUNGAN ANTARA LAMA PAPARAN ASAP ROKOK DENGAN FREKUENSI KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS GAMBIRSARI SURAKARTA

BAB III METODE PENELITIAN. kesehatan) diidentifikasi pada saat ini, kemudian faktor risiko

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN (INFORMED CONSENT)

Nama pewawancara :. Tanggal wawancara :./../

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit ISPA khususnya pneumonia masih merupakan penyakit utama penyebab

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kata Kunci: Merokok, Kepadatan Hunian, Ventilai, TB Paru

BAB I PENDAHULUAN. sehingga menimbulkan gejala penyakit (Gunawan, 2010). ISPA merupakan

Jumlah dan Teknik Pemilihan Sampel

BAB V PEMBAHASAN. kepadatan hunian tidak menunjukkan ada hubungan yang nyata.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Vol. 10 Nomor 1 Januari 2015 Jurnal Medika Respati ISSN :

SUMMARY GAMBARAN KARAKTERISTIK PENDERITA TBC PARU DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAGIMANA KECAMATAN PAGIMANA KABUPATEN BANGGAI TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN. Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan fisik manusia

FAKTOR RISIKO KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKOHARJO

PROGRAM STUDI ILMU GIZI UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. Pneumonia sering ditemukan pada anak balita,tetapi juga pada orang dewasa

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kriteria inklusi penelitian. Subyek penelitian ini adalah kasus dan kontrol, 13

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG STATUS GIZI BALITA DENGAN FREKUENSI TERJADINYA ISPA DI DESA KEBONDALEM

BAB I PENDAHULUAN. yang paling banyak diderita oleh masyarakat. Sebagian besar dari infeksi

BAB I PENDAHULUAN. mencakup 74% (115,3 juta) dari 156 juta kasus di seluruh dunia. Lebih dari. dan Indonesia (Rudan, 2008). World Health Organization

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK ORANG TUA DENGAN KEJADIAN ISPA PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG KABUPATEN PURBALINGGA 2012

III. METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan A. Hasil Penelitian Hasil analisa univariat menggambarkan karakteristik responden yang terdiri dari jenis pekerjaan orang tua, jenis kelamin serta usia balita. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4 Distribusi frekuensi karakteristik responden Karakteristik Kasus Kontrol Jumlah f % f % F % Orang tua (Ibu) Jenis pekerjaan IRT 40 48,8 42 52,5 82 51,2 PNS 17 21,2 19 23,8 36 22,5 Wiraswasta 23 30 19 23,8 42 26,2 Balita Usia < 1 tahun 27 33,7 27 33,7 54 33,7 1-2 tahun 53 66,3 53 66,3 106 66,3 Jenis Kelamin Laki-laki 41 51,2 41 51,2 82 51,2 Perempuan 39 48,8 39 48,8 78 48,8 Pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa karakteristik responden berdasarkan jenis pekerjaan orang tua memiliki jumlah terbanyak sebagai IRT (Ibu rumah tangga) sebanyak 82 orang (51,2%). Selain itu diketahui bahwa karakteristik balita terbanyak pada rentang usia 1 2 tahun yaitu sebanyak 106 balita (66,2 %) dan jenis kelamin terbanyak adalah laki-laki sebanyak 82 balita (51,2%). Tabel 5. Hasil Uji Univariat beberapa faktor risiko pneumonia pada balita 24

25 Faktor risiko Orang tua (Ibu) Usia <21 tahun 2 1 21-30 tahun 35 47 31-40 tahun 42 30 >40 tahun 1 2 Jenis Pekerjaan Kasus Kontrol nilai p IRT 40 42 PNS 17 19 Wiraswasta 23 19 Balita Usia <1 tahun 27 27 1-2 tahun 53 53 Jenis Kelamin Laki-laki 41 41 Perempuan 39 39 ASI Eksklusif Tidak 56 24 Ya 24 56 Paparan asap rokok Ya 46 41 Tidak 34 39 Jumlah batang rokok 1-10 batang 35 31 f f 0,725 0,284 0,714 0,433 <0,001 0,423 0,003 11-20 batang 11 9 Hasil uji univariat di atas menunjukkan bahwa pemberian ASI eksklusif dan jumlah batang rokok bermakna secara statistik karena memiliki nilai p <0,05. Penyajian data hasil penelitian untuk menggambarkan hubungan pemberian ASI eksklusif dan paparan asap rokok dengan kejadian pneumonia pada anak usia 6 bulan sampai dengan 2 tahun ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Hasil yang diperoleh dari analisa bivariat wilcoxon adalah sebagai berikut :

26 Tabel 6. Hubungan ASI tidak Eksklusif dengan kejadian pneumonia pada anak usia 6 bulan - 2 tahun Pemberian ASI eksklusif Kasus Kontrol f % F % Tidak 56 70 24 30 Ya 24 30 56 70 Nilai p OR 95 % CI <0,001 5,43 0,093-0,361 Pada tabel 6 didapatkan bahwa pemberian ASI eksklusif mayoritas pada kelompok kontrol yaitu sebanyak 56 anak (70%), sedangkan pada kelompok kasus hanya 24 anak (30%) yang mendapatkan ASI eksklusif. Tabel 7. Hubungan paparan asap rokok dengan kejadian pneumonia pada anak usia 6 bulan - 2 tahun Paparan asap rokok Kasus Kontrol f % f % Ya 46 57,5 41 51,2 Tidak 34 42,5 39 48,8 Nilai p OR 95 % CI 0,423 1,28 0,690-2,401 Dari tabel 7 didapatkan distribusi yang merata pada anak dengan paparan asap rokok dalam lingkungan keluarga yaitu pada kelompok kasus sebesar 57,5 % dan kelompok kontrol sebesar 51,2 %. Tabel 8.Hubungan jumlah batang rokok yang dihisap dengan kejadian pneumonia pada anak usia 6 bulan - 2 tahun Jumlah batang rokok Kasus Kontrol f % F % 1 10 batang 35 43,75 31 38,7 11 20 batang 11 13,75 10 12,5 Nilai p OR 95 % CI 0,003 2,81 0,256 0,708

27 Dari tabel 8 didapatkan distribusi yang merata pada kelompok kasus dan kontrol dalam banyaknya rokok yang dihisap perhari. Tabel 9. Perbedaan pengaruh ASI eksklusif dan jumlah batang rokok yang dihisap per hari dengan kejadian pneumonia pada anak usia 6 24 bulan. faktor risiko Ya Tidak ASI Eksklusif Ya 24 56 Tidak 56 24 Jumlah Batang rokok 1-10 batang 35 31 11-20 batang 11 10 nilai p CI 95% 0,034 1,038-5,605 0,562 0,897-1,378 Pemberian ASI eksklusif secara statistic lebih berpengaruh terhadap kejadian pneumonia pada anak usia 6 24 bulan ( nilai p = < 0,05) dibandingkan dengan factor risiko jumlah batang yang dihisap perhari (nilai p > 0,05). B. PEMBAHASAN 1. Hubungan pemberian ASI eksklusif dengan kejadian pneumonia pada anak usia 6 bulan 2 tahun. Berdasarkan hasil penelitian di atas didapatkan bahwa anak pada kelompok kontrol lebih banyak yang mendapatkan ASI eksklusif dibandingkan pada kelompok kasus. Pada saat melakukan penelitian ini peneliti mendapatkan banyaknya orang tua ataupun Ibu yang belum mengerti tentang ASI eksklusif dan pentingnya ASI eksklusif itu sendiri. Menurut pedoman manajemen laktasi (2010) ASI eksklusif merupakan pemberian ASI saja tanpa diberi makanan ataupun minuman yang lain termasuk air putih kecuali obat, vitamin, mineral dan ASI yang diperas pada bayi selama 6 bulan awal kelahiran. Hal inilah yang masih belum diketahui oleh banyak Ibu yang menjadi responden penelitian ini. Banyak

28 ibu yang menganggap bahwa ASI eksklusif adalah memberikan ASI selama 6 bulan, sedangkan mereka masih tetap memberikan makanan ataupun minuman selain ASI pada 6 bulan awal kelahiran anak. Hasil penelitian ini dengan derajat kemaknaan 95 % didapatkan lower limit (LL) 0,093 dan upper limit (UL) 0,361 serta nilai p < 0,001 maka nilai p < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa H1 diterima. Artinya ada hubungan yang signifikan antara pemberian ASI eksklusif dengan kejadian pneumonia pada anak usia 6 bulan sampai dengan 2 tahun. Selain itu didapatkan nilai odds ratio (OR) 5,43 yang berarti anak yang tidak diberikan ASI eksklusif memiliki risiko 5,43 kali lebih besar untuk terjadi pneumonia dibandingkan anak yang diberikan ASI eksklusif. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Via Al Ghafini Choyron (2015) yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pemberian ASI eksklusif dengan pneumonia pada anak usia 6 24 bulan di wilayah kerja puskesmas Pedan Klaten. Demikian juga systematic review yang dilakukan di USA menyatakan bahwa balita yang diberikan ASI kurang dari lima bulan pertama memiliki faktor risiko lebih tinggi terjadi pneumonia (Lamberti, dkk., 2013). 2. Hubungan paparan asap rokok dengan kejadian pneumonia pada anak usia 6 bulan 2 tahun. Pada penelitian ini dilakukan wawancara kepada responden untuk mengetahui ada tidaknya paparan asap rokok dalam keluarga dengan item pertanyaan adakah yang merokok di rumah, jika iya maka berapa orang yang

29 merokok di dalam rumah, sejak kapan merokok, juga ditanyakan berapa batang rokok yang dihabiskan perhari. Pada saat penelitian di lapangan, peneliti mendapatkan beberapa orang tua yang sudah memiliki kesadaran bahwa asap rokok memiliki efek yang buruk untuk kesehatan anak, namun mereka merasa sulit untuk menghentikan kebiasaan merokok tersebut. Akhirnya banyak dari mereka yang menyiasati untuk merokok di luar rumah ataupun menjauhi anak saat merokok. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Kologinta dkk (2014) di wilayah kerja Puskesmas Sudiang. Dari penelitian ini didapatkan hasil OR = 1,287 (95% CI = 0,690 2,401) yang berarti anak usia 6 24 bulan yang tekena paparan asap rokok dalam keluarga memiliki risiko terkena pneumonia 1,287 kali lebih besar dibandingkan anak yang tidak terpapar asap rokok dalam keluarga, akan tetapi tidak ada hubungan yang signifikan antara paparan asap rokok dengan kejadian penumonia pada anak usia 6 24 bulan dengan nilai p = 0, 423. Namun dari hasil uji Mc Nemar menunjukkan ada hubungan yang bermakna secara statistik antara jumlah batang rokok yang dihisap dengan kejadian pneumonia pada anak usia 6 24 bulan dengan nilai p = 0,003. Penelitian di lapangan didapatkan hampir 90% anggota keluarga yang merupakan perokok akan keluar rumah ataupun menjauhi anak saat merokok. Sehingga hal ini mempengaruhi lama dan konsentrasi pemaparan asap rokok terhadap anak. Menurut penelitian Triana dkk pada tahun 2013 efek yang ditimbulkan oleh asap rokok tergantung lamanya pemaparan dan konsentrasi pemaparannya. Menurut Dye (1994) perubahan histologis pada saluran pernapasan seperti hyperplasia sel

30 basal dan rusaknya silia mulai terjadi pada pemaparan asap rokok dari konsumsi minimum 25 batang per hari. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan pertahanan mucociliary system dipengaruhi oleh banyaknya rokok yang dihisap per hari. Selain itu efek asap rokok pada kejadian ISPA termasuk pneumonia di dalamnya dapat dipengaruhi oleh luas ventilasi rumah (Trisnawati, Y., & Juwarni, 2012).