Mangrove dan Pesisir Vol. III No. 3/2003 7

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

5 PERUMUSAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERIKANAN PANCING DENGAN RUMPON DI PERAIRAN PUGER, JAWA TIMUR

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai Negara Kepulauan (Archipilagic State) terbesar di

III. METODE PENELITIAN. yang harus di kembangkan dalam Pariwisata di Pulau Pasaran.

RANCANGAN: PENDEKATAN SINERGI PERENCANAAN BERBASIS PRIORITAS PEMBANGUNAN PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

Judul Studi : Kajian Kebijakan Kelautan Dalam Pemberdayaan Masyarakat Pesisir

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Banyuasin

PROFIL UNIT PEMUKIMAN TRANSMIGRASI NELAYAN GASAN GADANG. Abstrak

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 14/MEN/2009 TENTANG MITRA BAHARI

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG

Bab V POTENSI, MASALAH, DAN PROSPEK PENGEMBANGAN WILAYAH. 5.1 Potensi dan Kendala Wilayah Perencanaan

Definisi dan Batasan Wilayah Pesisir

PERSEN TASE (%) Dinas Kelautan dan Perikanan ,81 JUMLAH ,81

I. PENDAHULUAN. Telah menjadi kesepakatan nasional dalam pembangunan ekonomi di daerah baik tingkat

BAB II VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

Riyatus Shalihah (1), Zainol Arifin (2), Mohammad Shoimus Sholeh (3) Fakultas Pertanian Universitas Islam Madura (3)

BAB VI ARAHAN DAN STRATEGI

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia merupakan negara kepulauan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN. Wilayah pesisir Indonesia memiliki luas dan potensi ekosistem mangrove

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BUPATI PACITAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PACITAN NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG

2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Pelaksanaan Strategi

BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN. roses pembangunan pada dasarnya merupakan proses yang berkesinambungan,

ARAH KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KONSEP MINAPOLITAN DI INDONESIA. Oleh: Dr. Sunoto, MES

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

V. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Morowali merupakan salah satu daerah otonom yang baru

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Tahunan

4.2.5 URUSAN PILIHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

BAB III ISU-ISU STRATEGIS

Kayu bawang, faktor-faktor yang mempengaruhi, strategi pengembangan.

BAB I PENDAHULUAN. Pukat merupakan semacam jaring yang besar dan panjang untuk. menangkap ikan yang dioperasikan secara vertikal dengan menggunakan

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

MATRIKS RANCANGAN PRIORITAS RKPD PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

D. Bambang Setiono Adi, Alfan Jauhari. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya

docking kapal perikanan; (2) mengkaji kelayakan finansial di bidang usaha pelayanan jasa docking kapal perikanan sebagai bagian upaya dalam

BAB V RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PRIORITAS DAERAH

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Kimparswil Propinsi Bengkulu,1998). Penyebab terjadinya abrasi pantai selain disebabkan faktor alamiah, dikarenakan adanya kegiatan penambangan pasir

RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016

KAJIAN DAMPAK PENGEMBANGAN WILAYAH PESISIR KOTA TEGAL TERHADAP ADANYA KERUSAKAN LINGKUNGAN (Studi Kasus Kecamatan Tegal Barat) T U G A S A K H I R

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO

3.1 Penilaian Terhadap Sistem Perekonomian / Agribisnis

Studi Kelayakan Pengembangan Wisata Kolong Eks Tambang Kabupaten Belitung TA LATAR BELAKANG

STRATEGI PENGEMBANGAN RUMPUT LAUT DI KECAMATAN TALANGO KABUPATEN SUMENEP

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 11 TAHUN 2002 KAWASAN INDUSTRI PERIKANAN TERPADU DI TELUK KELABAT B U P A T I B A N G K A,

BAB I PENDAHULUAN. membentang dari Sabang sampai Merauke yang kesemuanya itu memiliki potensi

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2005

BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR : 29 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DINAS-DINAS DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR

PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15/PERMEN/M/2006 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 97 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA STRATEGIS WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL TAHUN

BAB III ISU ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI Identifikasi Permasalahan berdasarkan tugas dan Fungsi

PELUANG PENGEMBANGAN AGRIBISNIS SAYUR-SAYURAN DI KABUPATEN KARIMUN RIAU

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian merupakan segala sesuatu yang mencakup

DEPARTEMEN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL DIREKTORAT KONSERVASI DAN TAMAN NASIONAL LAUT

VISI MISI PASANGAN KEPALA DAERAH WAKIL KEPALA DAERAH H. ROMI HARIYANTO, SE - H.ROBY NAHLIYANSAH

BAB II KEBIJAKAN PEMERINTAHAN DAERAH

III. METODOLOGI PENELITIAN. Kabupaten Pesawaran. Penelitian ini dilakukan Bulan Januari-April 2015.

PENDAHULUAN. maka perlu dilengkapi dengan berbagai sarana penunjang sebagai sarana pokok, melalui suatu perencanaan pengembangan

Seminar Nasional & Call For Paper, FEB Unikama Peningkatan Ketahanan Ekonomi Nasional Dalam Rangka Menghadapi Persaingan Global Malang, 17 Mei

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Pelayanan Terbaik Menuju Hutan Lestari untuk Kemakmuran Rakyat.

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

VIII. KEBIJAKAN PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE BERKELANJUTAN Analisis Kebijakan Pengelolaan Hutan Mangrove

PERUMUSAN STRATEGI. 6.1 Analisis Lingkungan Strategis

1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Jawa Barat (Berita Negara tanggal 4 Juli Tahun 1950);

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KEPALA DINAS. Subbagian Perencanaan Program. Bidang Pendidikan Khusus dan Pendidikan Layanan Khusus. Seksi. Kurikulum dan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. juta km2 terdiri dari luas daratan 1,9 juta km2, laut teritorial 0,3 juta km2, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang tabel 1.1

Potensi Kota Cirebon Tahun 2010 Bidang Pertanian SKPD : DINAS KELAUTAN PERIKANAN PETERNAKAN DAN PERTANIAN KOTA CIREBON

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kawasan pesisir sangat luas,

RANCANGAN STRATEGI DAN PROGRAM

BAB I PENDAHULUAN. BT dan 6 15'-6 40' LS. Berdasarkan pada ketinggiannya Kabupaten Indramayu

BAB II TUJUAN, KEBIJAKAN, DAN STRATEGI PENATAAN RUANG WILAYAH PROVINSI BANTEN

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

S A L I N A N LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN UTARA NOMOR 21 TAHUN 2016

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG

BAB V INDIKASI KEKUATAN, KELEMAHAN, ANCAMAN DAN PELUANG

X. ANALISIS KEBIJAKAN

3 METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Februari s/d Juli 2007 di Kabupaten Jayapura dan Merauke Provinsi Papua.

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 52 TAHUN 2001 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Sumberdaya perikanan laut di berbagai bagian dunia sudah menunjukan

KAJIAN SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGELOLAAN EKOWISATA DI ESTUARI PERANCAK, JEMBRANA, BALI MURI MUHAERIN

DAFTAR ISI. Halaman KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI...

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI PENGANTAR

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan adalah sumberdaya perikanan, khususnya perikanan laut.

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN

Transkripsi:

POLA PEMBERDAYAAN TRANSMIGRASI NELAYAN GASAN GADANG KABUPATEN PADANG PARIAMAN Oleh : Eni Kamal 1), Suardi ML 1), Hasan Basri Nst 1), Irman 2) dan Sriwidiyas Tuti 1) 1) Pusat Kajian Mangrove dan Kawasan Pesisir Universitas Bung Hatta Padang Jl. Sumatera Ulak Karang Padang 2) Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Propinsi Sumatera Barat Abstrak Wilayah pesisir memiliki arti strategis dengan potensi sumberdaya alam dan jasa lingkungan yang terdapat di dalamnya. Oleh karena itu pengelolaan wilayah pesisir saat ini mendapat perhatian dengan skala prioritas tinggi, salah satunya kawasan Gasan Gadang yang terdapat di Kabupaten Padang Pariaman, dimana wilayah ini merupakan salah satu unit permukiman transmigrasi nelayan (UPTN). Seharusnya, secara normatif masyarakat pesisir merupakan masyarakat yang sejahtera karena potensi sumberdaya alamnya yang cukup besar. Namun pada kenyataannya hingga saat ini sebagian masyarakat pesisir masih merupakan bagian dari masyarakat tertinggal, dibandingkan dengan kelompok masyarakat lainnya, yang memberikan dampak eksploitasi yang kurang terkendali. Untuk dapat memanfaatkan sumberdaya alam di kawasan pesisir semaksimal mungkin, sekaligus melindunginya dari eksploitasi yang berlebihan diperlukan suatu program yang terencana dan terarah dengan tujuan akhir adalah untuk kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Salah satu program yang dilakukan pemerintah adalah program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat pesisir. Dalam pelaksanaan program pengembangan dan pemberdayaan transmigrasi nelayan Gasan Gadang yang meliputi pengembangan sumberdaya manusia, kelembagaan, sumberdaya alam dan pemanfaatan ruang perlu dilakukan pendampingan dan pengawasan guna mencapai tujuan yang optimal. PENDAHULUAN Sumatera Barat dengan garis pantai sepanjang 375 Km dan Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) sampai batas 200 mil laut, memiliki potensi yang cukup besar akan sumberdaya kelautannya (BKPPMD, 2002). Salah satu potensi kelautan ini terdapat di Kabupaten Padang Pariaman, tepatnya di daerah Gasan Gadang yang merupakan salah satu daerah unit pemukiman transmigrasi nelayan (UPTN). Secara administratif Unit Pemukiman Transmigrasi Nelayan (UPTN) Gasan Gadang termasuk dalam wilayah Jorong Mandailing, Kenagarian Gasan Gadang, Kecamatan Batang Gasan, Kabupaten Padang Pariaman. Status lahan UPTN Gasan Gadang telah ditetapkan sebagai lokasi pemukiman dengan Surat Keputusan Gubernur Sumatera Barat No. 75/095/Tapem 2001 Tanggal 2 Januari 2001. Lokasi ini merupakan tanah ulayat Kenagarian Gasan Gadang. Jorong Mandailing Kenagarian Gasan Gadang merupakan kawasan pantai di Kecamatan Batang Gasan, Kabupaten Padang Pariaman, daerah ini sebelumnya termasuk dalam Kecamatan Sungai Limau. Secara geografis daerah ini terletak pada koordinat 00 25 53,7-00 26 1,6 LS dan 99 57 3,6-99 58 31,5 BT. Kenagarian Gasan Gadang sebelah Utara berbatasan dengan Jorong Gasan Kecil (Kabupaten Agam), sebelah Selatan dengan Jorong Tanjung dan Sungai Mangrove dan Pesisir Vol. III No. 3/2003 7

Gasan Gadang sementara di bagian Timur dan Barat masing-masing Jorong Piliang dan Samudera Hindia. Memperhatikan lokasi Unit Pemukiman Transmigrasi Nelayan Gasan Gadang yang berhubungan langsung dengan laut akan memberikan dampak positif bagi kesejahteraan nelayan bila dilakukan pembangunan dan pengembangan yang terintegrasi. Sejalan dengan otonomi daerah yang diiringi dengan menguatnya tuntutan demokratisasi, peningkatan partisipasi masyarakat, pemerataan dan keadilan, serta perhatian pada potensi dan keanekaragaman daerah, maka pembangunan kelautan harus memperhatikan upaya peningkatan kemampuan pemerintah daerah, dan percepatan pembangunan ekonomi daerah yang ditopang oleh upaya-upaya pengembangan dan pemberdayaan masyarakat seperti yang telah diamanatkan GBHN 1999. Pemberdayaan diharapkan akan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan dan pengawasan pengelolaan sumberdaya laut dan pesisir. Dengan demikian akan lebih menjamin kesinambungan peningkatan pendapatan masyarakat dan pelestarian sumberdaya pesisir dan laut. MATERI DAN METODE TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilaksanakan di Unit Pemukiman Transmigrasi/UPT Nelayan Gasan Gadang, Kabupaten Padang Pariaman. Dimulai pada awal Oktober sampai dengan akhir Desember 2002. METODA PENELITIAN Penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data primer dan sekunder. Data pimer didapat dengan melakukan survey, observasi dan wawancara langsung dengan penduduk. Sedangkan data sekunder diperoleh dari berbagai pihak yang terkait dan dilanjutkan dengan analisis SWOT. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Analisis SWOT Untuk dapat mewujudkan perumusan pola pemberdayaan transmigrasi nelayan Gasan Gadang, terlebih dahulu dilakukan tinjauan dan analisis lingkungan strategis baik unsur internal maupun unsur eksternal dari berbagai aspek yang relevan. Analisis yang biasa digunakan adalah analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunities, Threats). Pada analisis ini diperlukan tiga tahap yaitu : pengumpulan data, analisis, dan pengambilan keputusan Rangkuti (2000). Analisis ini didasarkan pada pertimbangan logika untuk dapat memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunities), dan pada waktu yang sama secara bersamaan meminimalkan ataupun mengeliminir kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Pemberdayaan transmigrasi nelayan Gasan Gadang merupakan kombinasi faktor internal dan eksternal. Hasil analisis data UPTN Gasan Gadang dicantumkan pada Tabel. 1 dan 2. Tahap terakhir dari analisis SWOT adalah pengambilan keputusan. Keputusan yang diambil merupakan bagian dari upaya pemberdayaan nelayan transmigrasi. Keputusan yang diambil setelah memperhatikan dan mempertimbangkan beberapa strategi hasil SWOT seperti terlihat pada Tabel 3. yakni strategi SO, strategi WO, Strategi ST dan strategi WT. 2. Sumberdaya Manusia Jumlah keseluruhan pemukim UPT nelayan Gasan Gadang adalah 277 orang. Rata rata tanggungan tiap keluarga

adalah 5 orang (1 istri dengan anak). Keadaan ini menunjukkan keluarga nelayan peserta transmigrasi belum mengikuti keluarga berencana. Bila distribusi penduduk kenagarian Gasan Gadang rata rata 77,98/km 2 maka kerapatan penduduk UPT nelayan Gasan Gadang adalah 277 orang/10 Ha atau 2.770 orang/km 2. Suatu pemukiman yang cukup ramai. Tabel 1. Faktor Strategi Internal UPTN Gasan Gadang Faktor Strategi Internal Bobot Rating Skor Kekuatan Potensi sumberdaya perikanan/kelautan besar Transportasi darat lancar Tradisi dan kebiasaan turun temurun sebagai nelayan Memiliki ketrampilan untuk penangkapan Terbuka untuk inovasi, perubahan dan pembangunan Kelemahan Kualitas dan kuantitas sarana penangkapan terbatas Kualitas sumberdaya manusia terbatas Visi bisnis hanya untuk kehidupan sehari hari Koperasi belum berfungsi, HNSI/Organisasi nelayan belum terbentuk Tanggungan kepala keluarga rata rata 5 orang 0,19 0,16 0.09 0,09 0,12 0,08 0,07 0,05 0,07 0,08 1 2 2 2 1 1 1 1,76 0,6 0,36 0,09 0,2 0,16 0,1 0,05 0,07 0,08 Total 1 3,59 Tabel 2. Faktor Strategi Eksternal UPTN Gasan Gadang Faktor Strategi Eksternal Bobot Rating Skor Peluang Pasar lokal/regional/international untuk produk perikanan relatif meningkat Potensi perikanan cukup besar Harga produk perikanan cukup tinggi Tersedia teknologi penangkapan, budidaya dan pengolahan Dukungan pemerintah/otonomi Daerah kemitraan dan pariwisata 0,19 0,15 0,17 0,12 0,10 3 3 0,76 0,60 0,68 0,36 0,30 Ancaman Penangkapan illegal yang beroperasi diperairan Sumatera 0,07 1 0,07 barat Teknologi penangkapan pencuri ikan lebih maju 0,0 1 0,0 Dilokasi transmigrasi tidak mungkin dibangun pelabuhan 0,05 2 0,10 Nelayan belum mempunyai akses kelembagaan keuangan 0,03 1 0,03 Belum disentuh jaringan informasi 0,08 2 0,16 Total 1 3,10

Tabel 3. Matrik SWOT UPTN Gasan Gadang EFAS Opportunities (O) IFAS Pasar lokal/regional/internasional untuk produk perikanan relatif meningkat Potensi perikanan cukup besar Harga produk perikanan cukup tinggi Tersedia teknologi penangkapan, budidaya dan pengolahan Dukungan pemerintah/otonomi Daerah kemitraan dan pariwisata Threats (T) Penangkapan illegal yang beroperasi diperairan Sumatera barat Teknologi penangkapan pencuri ikan lebih maju Di lokasi transmigrasi tidak mungkin dibangun pelabuhan Nelayan belum mempunyai akses kelembaga keuangan Belum disentuh jaringan informasi Strength (S) Potensi sumberdaya perikanan/kelautan besar Transportasi darat lancar Tradisi dan Kebiasaan turun temurun sebagai nelayan Memiliki ketrampilan untuk penangkapan Terbuka untuk inovasi, perubahan dan pembangunan Strategi SO Memaksimalkan pemanfaatan potensi sumberdaya perikanan/kelautan yang ada Meningkat pemasaran produk perikanan/kelautan antara lain dengan memanfaatkan jalur transportasi Pariaman Agam Pasaman Memanfaatkan kemajuan teknologi penangkapan, budidaya dan pengolahan untuk meningkatkan produksi Strategi ST Meningkatkan teknologi, ketrampilan, sarana dan prasarana penangkapanyang dimiliki nelayan sehingga dapat menjelajahi Fishing ground yang lebih luas. Dengan demikian berfungsi sebagai security belt dari pencuri ikan. Menggunakan teknologi pendaratan yang sesuai, dan perahu penangkap yang lebih ringan. Melengkapi sarana pemukiman nelayan dengan jalan aspal dan memasukkan jaringan listrik Weakness (W) Kualitas dan kuantitas sarana penangkapan terbatas Kualitas sumberdaya manusia terbatas Visi bisnis hanya untuk kehidupan sehari hari Koperasi belum berfungsi, HNSI/Organisasi nelayan belum terbentuk Tanggungan kepala keluarga rata rata 5 orang Strategi WO Pengadaan sarana dan prasarana penangkapan yang jumlahnya memadai Mengadakan pelatihan/pendidikan ketrampilan maupun teknologi Membuka akses nelayan kelembagaan keuangan Meintensifkan penyuluhan keluarga berencana Strategi WT Membentuk tim pendamping, meningkatkan peranan kelembagaan dan kemitraan. Meningkatkan motivasi dan etos kerja nelayan

Kalau dilihat dari pendidikan penduduk, terlihat bahwa jumlah kepala keluarga peserta transmigrasi yang tidak tamat SD 2%, tamat SD 62%, tamat SLTP 28%, tamat SLTA % dan Eks mahasiswa 2%. Istri peserta transmigrasi yang tamat SD 72%, tamat SLTP 18% dan tamat SLTA 10%. Seluruh kepala keluarga dan istrinya tidak pernah mengikuti pendidikan ketrampilan, disamping sebagai nelayan usaha yang pernah mereka lakukan adalah bertani dan berkebun serta kedai minum kecil kecilan. Dari data tersebut dapat kita simpulkan bahwa kualitas pendidikan penduduk, masih tergolong rendah. Sebagian besar penduduk hanya menamatkan pendidikannya sampai SD. Pemberdayaan Transmigrasi Nelayan Gasan Gadang Jorong Mandailing hakekatnya adalah upaya untuk memerangi kemiskinan dan keterbelakangan nelayan. Pemberdayaan harus ditinjau dari sudut pandang yang lebih luas. Tidak terbatas pada masalah teknik, sosial ataupun kultural saja. Tetapi lebih luas dari itu pada aspek politik dan berbagai kebijakan publik lainnya. Pengaruh dan interelasi kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan yang memerlukan pendekatan sistem, metoda dan gerakan pembangunan masyarakat desa, hubungan dan faktornya seperti tertera pada Gambar 1. Sumberdaya Alam Sumberdaya Manusia Kemiskinan Fungsional/Struktural Teknologi Pendidikan Kebijakan Lapangan Pekerjaan/Skill Permodalan/Pasar Kelembagaan/Budaya Gambar 1. Hierarki SDA, Kemiskinan dengan Kelembagaan

Untuk meningkatkan kualitas SDM, upaya pemberdayaan yang perlu dilakukan adalah : - Upaya peningkatan kemandirian, dengan jalan penajaman nalar, peningkatan pendidikan melalui pendidikan formal maupun informal, peningkatan ketrampilan dan kualitas teknologi / IPTEK yang didukung oleh semangat dan etos kerja yang tinggi, disiplin dan tanggung jawab serta peningkatan kemampuan kewirausahaan. - Peningkatan pendapatan. Peningkatan keterampilan akan mendorong ke arah peningkatan pendapatan. Tetapi ini saja belum cukup, masih diperlukan upaya membuka akses nelayan ke lembaga keuangan. Nelayan membutuhkan dana untuk pengadaan sarana produksi yang diperlukan. Tahap pertama bantuan pemerintah masih diperlukan. - Pembentukan Kelompok Swadaya/Kelompok Mandiri - Peningkatan Kesehatan - Kemitraan. Terutama antara sesama nelayan. - Pembentukan Tim Pendamping. Tim asistensi/tim pendamping perlu dibentuk untuk membimbing, membina dan mengawasi kegiatan transmigrasi nelayan dalam mengelola usahanya. 2. Kelembagaan Masalah kemiskinan di Indonesia menjadi tanggung jawab bersama, sehingga memerlukan keterlibatan tidak saja pemerintah sampai jajarannya ke desa/kelurahan, tetapi lembaga swadaya masyarakat maupun perguruan tinggi setempat dan kelompok sosial kemasyarakatan lainnya juga terlibat (Supriyatna, 2000). Dengan demikian dalam pemberdayaan masyarakat miskin di pedesaan, lembaga yang dapat berperan untuk melakukannya adalah : lembaga pemerintah, lembaga swadaya masyarakat maupun lembaga swasta lainnya, perguruan tinggi, dan masyarakat itu sendiri. Untuk lebih efisiennya upaya yang dilakukan diperlukan koordinasi dan kerjasama antar lembaga tersebut. Sehingga dana dan tenaga maupun energi yang digunakan dapat lebih berhasil guna. Koordinasi dan kerjasama antar lembaga untuk memberdayakan masyarakat akan lebih efektif bila dilakukan dalam bentuk pola kemitraan. Di pemukiman transmigrasi nelayan Gasan Gadang selain lembaga pemerintahan yang berperan antara lain lembaga kemasyarakatan seperti LKMD, KAN, ninik mamak dan pemuka agama. Koperasi memang sudah terbentuk, tapi belum berfungsi. HNSI (Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia) belum membentuk unit organisasi di lokasi ini. Kelembagaan yang sudah berperan baru lembaga sosial, sedangkan kelembagaan ekonomi yang diharapkan dapat mendorong peningkatan pendapatan nelayan belum menunjukkan aktivitas. Jika kelembagaan yang diharapkan bekerja sama dalam rangka produksi belum melakukan sesuatu, apalagi kelembagaan yang akan bergerak dalam kegiatan pasca produksi tentu belum bisa dimulai. Kelembagaan lain yang juga diharapkan dapat dibentuk/muncul dari swadaya nelayan sendiri adalah kelompok yang bergerak dalam bidang pemasaran. Untuk menganalisa kegiatan-kegiatan diatas tahapan pertama yang diperlukan adalah terbentuknya kelompok-kelompok mandiri di lingkungan nelayan peserta transmigrasi Gasan Gadang. Sebagai motivator untuk segala kegiatan yang diharapkan muncul, maka aktivitas tim

pendamping yang sudah dibentuk sebelumnya sangat menentukan. 3. Sumberdaya Alam Pemaanfaatan sumberdaya alam pesisir dan laut yang baik harus berorientasi pada pemanfaatan yang optimal dan lestari. Sumberdaya alam yang berada di daerah pesisir meliputi mangrove, estuaria, pantai dan sumberdaya perikanan (ikan, kerangkerangan, udang dan kepiting bakau) dapat dimanfaatkan secara optimal melalui kegiatan penangkapan dan budidaya sumberdaya perikanan, pariwisata serta konservasi. Konservasi dapat dilakukan terhadap mangrove, estuaria dan pantai. Sumberdaya laut pemanfaatannya dititik beratkan pada pengembangan penangkapan ikan di perairan pantai dan lepas pantai melalui pengadaan sarana penangkapan ikan yang memadai bagi peserta transmigrasi nelayan. Dan bila memungkinkan dalam jangka panjang dapat dilakukan pengembangan penangkapan ikan di perairan laut dalam.. Pemanfaatan Ruang a. Pesisir Pemanfaatan ruang pesisir di kawasan transmigrasi Gasan Gadang harus dapat dilakukan seoptimal mungkin mengingat di daerah ini selain terdapat fasilitas pemukiman transmigrasi nelayan terdapat juga beberapa ekosistem pesisir seperti mangrove, estuaria, dan pantai. Ketiga ekosistem ini akan memberikan kontribusi yang relatif besar terhadap pengembangan pengelolaaan pemanfaatan sumberdaya pesisir dan laut baik langsung maupun tidak langsung. Kegiatan yang dapat dilakukan di kawasan pesisir transmigrasi nelayan Gasan Gadang dalam rangka optimalisasi pemanfaatan pesisir, adalah penangkapan dan budidaya sumberdaya perikanan, konservasi, pariwisata dan basis kegiatan perikanan secara umum. b. Laut Laut kawasan transmigrasi nelayan Gasan Gadang yang mempunyai potensi sumberdaya perikanan yang relatif besar akan dimanfaatkan sebagai daerah penangkapan dalam pemanfaatan sumberdaya perikanan ikan pelagis besar, ikan pelagis kecil, ikan demersal, ikan karang, udang dan sebagainya. Agar tercapai tujuan dan sasaran yang optimal dalam program kegiatan perikanan dalam rangka pemberdayaan transmigrasi nelayan, maka bimbingan dan pembinaan terhadap nelayan peserta transmigrasi perlu dilakukan dengan terencana dan berkesinambungan. Laut di sekitar kawasan Gasan Gadang selain sebagai daerah penangkapan ikan dalam jangka panjang, pengembangan kawasan ini dapat juga dimanfaatkan sebagai kawasan wisata bahari seperti diving dan sebagainya mengingat laut di kawasan ini mengandung beberapa hamparan Gosong Karang. 5. Pendampingan dan Pengawasan Dalam pelaksanaan program pengembangan transmigrasi nelayan Gasan Gadang yang meliputi pengembangan kelembagaan sumberdaya alam dan ruang perlu dilakukan pendampingan dan pengawasan guna mencapai tujuan yang optimal. Pendampingan dan pengawasan untuk mengoptimalkan dan mengeliminasi penyimpangan yang terjadi dalam pelaksanaan program pengembangan transmigrasi nelayan Gasan Gadang. Pola pengembangan transmigrasi nelayan Gasan Gadang selengkapnya disajikan pada Gambar 2.

SDM (nelayan) Kelembagaan Pendampingan/ Pengawasan SDA Pesisir - Mangrove, coral - estuaria - pantai - perikanan Laut - perikanan Pemanfaatan Ruang Pesisir - pemukiman - basis perikanan - konservasi - wisata - dll Laut - daerah penangkapan - wisata bahari - konservasi - Pasar - Optimal - Lestari - Kebijakan Gambar 2. Basis dan Pola Pengembangan SDA dan SDM Pada Transmigrasi Nelayan di Gasan Gadang Kabupaten Padang Pariaman KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Dalam rangka terlaksananya dan terarahnya program kegiatan pemberdayaan transmigrasi nelayan Gasan Gadang, maka setiap langkah pelaksanaan kegiatan perlu dilakukan bimbingan, pembinaan, pengawasan, dan evaluasi secara terus menerus. Sehingga dengan adanya bimbingan, pembinaan, pengawasan dan evaluasi dari instansi terkait, pelaksanaan kegiatan pemberdayaan nelayan transmigrasi dapat berjalan secara optimal dan terpadu. direkomendasikan program pemberdayaan transmigrasi nelayan dengan rekomendasi sebagai berikut : - Peningkatan kualitas SDM dengan jalan meningkatkan pendidikan formal dan keterampilan, pembentukan kelompok swadaya/kelompok mandiri, bantuan bahan pokok, peningkatan kesehatan, dan kemitraan. - Peningkatan kualitas pemukiman, dengan melengkapi sarana dan prasarana seperti jalan masuk, listrik, sarana ibadah, dan sarana olahraga. - Program di bidang perikanan seperti pembinaan nelayan, pengembangan sarana perikanan, pengembangan perikanan budidaya, pengembangan pengolahan hasil perikanan, Dengan memperhatikan potensi, kelemahan, peluang dan kendala yang dimiliki pemukim kawasan transmigrasi nelayan Gasan Gadang yang telah dikaji dengan menggunakan analisis SWOT, pengembangan pemasaran hasil.

- Program dibidang konservasi seperti pembinaan masyarakat pesisir, konservasi pesisir dan laut, dan pemantauan lingkungan. - Program penunjang seperti di bidang pariwisata, peternakan dan holtikultura yang tidak terlepas dari pembinaan. Ucapan terima kasih disampaikan kepada Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi Sumatera Barat, atas pembiayaan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA Badan Koordinasi Promosi dan Penanaman Modal Daerah (BKPPMD). 2002. Peluang Investasi Dalam Pemberdayaan Otonomi Daerah Propinsi Sumatera Barat. BKPPMD, Pemerintah Propinsi Sumatera Barat. Departemen Kelautan dan Perikanan. 2001. Pedoman Umum Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat Pesisir. Departemen Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. PKMKP. 2002. Studi Pola Transmigrasi Nelayan di Kawasan Gasan Gadang Kabupaten Padang Pariaman Provinsi Sumatera Barat Tahun Anggaran 2002. Kerjasama Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sumatera Barat dengan Pusat Kajian Mangrove dan Kawasan Pesisir Universitas Bung Hatta. Padang. Rangkuti, F., 2001. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Supriatna, Tjahya, S.U. 2000. Strategi Pembangunan dan Kemiskinan. Jakarta : Penerbit Rineka Cipta.