Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : e-issn : Vol. 2, No 5 Mei 2017

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. senang menggunakan pakaian yang bermotif batik baik digunakan saat santai, kuliah

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA

Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : e-issn : Vol. 2, No 6Juni 2017

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perekonomian di Indonesia sejak terjadinya krisis moneter mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dapat dijadikan sebagai prioritas utama dalam menunjang pembangunan

PENERAPAN METODE DEMONSTRATIF EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA DALAM PROSES PEMBELAJARAN SENI RUPA TERAPAN

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu benda pakai yang memiliki nilai seni tinggi dalam seni rupa ialah

BAB I PENDAHULUAN. Propinsi Kalimantan Timur khususnya Kota Balikpapan yang dikenal

SENTRA BATIK TULIS LASEM Nanda Nurani Putri BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari beribu ribu pulau dan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. harus dihadapi dengan kesiapan yang matang dari berbagai faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN. 1 Berdasarkan UNFPA (2003) dalam Population and Development Strategies Series

Melestarikan Budaya Dengan Membuka Usaha Galeri Batik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pariwisata di Indonesia merupakan sektor ekonomi yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan jumlah wisatawan internasional (inbound tourism) berdasarkan perkiraan

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. agar mampu berkompetisi dalam lingkaran pasar persaingan global. Tidak hanya dengan

PENGARUH PROBLEM BASED INSTRUCTION TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI MODERNISASI DAN GLOBALISASI

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dapat dikatakan sebagai tulang punggung perekonomian negara. Keberadaan

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat. Kondisi tersebut berhadapan pula dengan sistem pasar global dengan

I PENDAHULUAN. Gambar 1. Perkembangan Wisatawan Mancanegara Tahun Sumber: Badan Pusat Statistik (2011)

I. PENDAHULUAN. rangka teoritis untuk menjelaskan kepuasan pelanggan. pelanggan memang berkaitan dengan penilaian kualitas jasa yang dirasakan oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : e-issn : Vol. 2, No 5 Mei 2017

2015 STRATEGI PENGEMBANGAN BISNIS RUMAH MAKAN PADA SAUNG KATINEUNG RASA PUNCLUT MELALUI ANALISIS SWOT

BAB I PENDAHULUAN. untuk melakukan pembelian atas produk ataupun jasa tertentu. Minat konsumen

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Pembahasan Kesiapan Kondisi Jayengan Kampoeng Permata Sebagai Destinasi Wisata

BAB 1 PENDAHULUAN. maupun internasional mengawali terbukanya era baru di bidang ekonomi yaitu

Sumber: Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia (2012)

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi yang melanda Indonesia menyebabkan munculnya. menurunnya konsumsi masyarakat. Untuk tetap dapat memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. dan budaya. Salah satu yang populer diantaranya, berasal dari bidang fashion

BAB I PENDAHULUAN. hidup, serta baiknya pengelolaan sumber daya alam yang ada. diri menjadi penting agar masyarakat dapat berperan dalam model

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan baru bermunculan sehingga mengakibatkan persaingan

Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : e-issn : Vol. 2, No 2 Februari 2017 SURVEY

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. lapangan pekerjaan sehingga mengakibatkan sebagian orang tidak memiliki

KEMANDIRIAN PANGAN DI DAERAH 1.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

LAMPIRAN. Pertanyaan wawancara untuk Dinas Pariwisata Kabupaten Gunungkidul. kelebihannya bila dibandingkan dengan pariwisata di daerah lain?

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hanisa Aprilia, 2014 Analisis Preferensi Wisatawan Terhadap Pengembangan Atraksi Wisata Di Cipanas Cileungsing

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peluang besar dalam rangka perluasan lapangan pekerjaan.

KEKUATAN BRANDING KEMASAN PRODUK DALAM MERAIH PASAR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Perusahaan Profil Perusahaan Gambar 1.1 Ruang Produksi Pioncini

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. taktik dan strategi. Membuat usaha yang besar tidak selalu. sebuah usaha bisa tumbuh menjadi besar.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Jakarta merupakan kota metropolitan di Indonesia yang sedang maju pesat

BAB I PENDAHULUAN. Batik merupakan karya seni budaya bangsa Indonesia yang dikagumi dunia.

BAB I PENDAHULUAN. Sakur, Kajian Faktor-Faktor yang Mendukung Pengembangan Usaha Mikro Kecil dan Menengah, Spirit Publik, Solo, 2011, hal. 85.

II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Usaha Kecil, mikro dan Menengah. perkembangan lingkungan perekonomian yang semakin dinamis dan global

1. PENDAHULUAN. antara seseorang dengan sumber belajarnya. Dalam kegiatan pembelajaran,

[DOCUMENT TITLE] [Document subtitle] [DATE] [COMPANY NAME] [Company address]

BAB I PENDAHULUAN I 1

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan usaha yang pada umumnya sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi pada dasarnya dicerminkan oleh terjadinya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini, persaingan bisnis yang dihadapi perusahaanperusahaan

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan di daerah tersebut. Tinggi-rendahnya aktivitas perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pula pada kemampuan pengusaha untuk mengkombinasikan fungsi-fungsi. tersebut agar usaha perusahaan dapat berjalan lancar.

BAB I PENDAHULUAN. Memasuki era globalisasi saat ini, kehidupan perekonomian perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata adalah suatu kegiatan yang unik, karena sifatnya yang sangat

BAB I PENDAHULUAN an merupakan pukulan yang sangat berat bagi pembangunan Indonesia. ekonomi yang lebih besar justru tumbang oleh krisis.

USAHA KECIL MENENGAH KERIPIK UBI HUMOR DI KABUPATEN SUMEDANG. Diajukan untuk Memenuhi Matakuliah Marketing Prodi Desain Komunikasi Visual

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia pada saat ini sedang menggencarkan industri pariwisata sebagai

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi yang memberikan peluang bagi perusahaan-perusahaan untuk

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. ini dalam konteks perusahaan dan konsumen/pelanggan diterjemahkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh tersebut diantaranya mempermudah mendapatkan pekerjaan,

PASAR FESTIVAL INDUSTRI KERAJINAN DAN KULINER JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan usaha yang pada umumnya menjanjikan

BAB I PENDAHULUAN. kepada norma dan adat kebiasaan yang berlaku didalam suatu masyarakat. Jadi

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. konsumen, kepuasan konsumen, dan persaingan yang terjadi antar perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. dunia yang berpengaruh terhadap perekonomian global. Ini ditandai dengan

Bab i PENDAHULUAN. Tingkat II yaitu Kabupaten dan Kota dimulai dengan adanya penyerahan

melalui Tridharma, dan; 3) mengembangkan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi dengan memperhatikan nilai Humaniora.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kata kunci: Model Pembelajaran Diskusi, Metode Diskusi, Kemampuan Berbicara.

TUGAS MATA KULIAH LINGKUNGAN BISNIS POTENSI PARIWISATA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA SEBAGAI PELUANG BISNIS

BAB I PENDAHULUAN. Daerah penghasil batik banyak terdapat di pulau Jawa dan tersebar. di daerah Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah sektor perdagangan, hotel dan restoran. Sektor ini memegang peranan yang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. Pendahuluan Bahasa adalah salah satu alat perhubungan paling utama untuk berkomunikasi karena dengan adanya bahasa seseorang akan mampu

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. 1 Ratih Purbasari_

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Koentjaraningrat (2015: 116), sebanyak 250 juta masyarakat

BAB IV ANALISIS PEMBERDAYAAN KOMUNITAS USAHA MIKRO MUAMALAT BERBASIS MASJID di KJKS KUM3 "Rahmat" Surabaya

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PUSAT INFORMASI BATIK di BANDUNG BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia ISSN : 2541 0849 e-issn : 2548-1398 Vol. 2, No 5 Mei 2017 ANALISIS PENGEMBANGAN HOME INDUSTRI UNGGULAN KAOS ETNIK KHAS CIREBON DI KECAMATAN PLERED KABUPATEN CIREBON Bhakti Nur Avianto Universitas Nasional Jakarta bh4kti.nur@gmail.com Abstrak Industri kreatif adalah salah satu sektor ekonomi yang belakangan sedang dikembangkan. Industri kreatif merupakan industri yang mengutakan produk kreatif yang memiliki nilai jual tinggi. Pada umumnya industri kreatif dipengaruhi oleh daerah dimana industri tersebut berada. Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon adalah daerah yang terkenal dengan industri batik. Berakar dari sana home industry Kaos Etnik Khas Cirebon dikembangkan. Kaos ini merupakan produk yang menonjolkan kultur Cirebon yang kental dengan nuansa batik dan segala hal yang berkaitan dengannya. Namun pada penerapannya home industry tersebut tidak berjalan sebagaimana mestinya. Peneliti dalam hal menyusun karya tulis ini berkepentingan untuk mengungkap rangkaian hal yang ada pada produksi, distribusi dan pemasaran kaos tersebut. Metode penelitian yang peneliti gunakan adalah metode deskriptif yang berorientasi pada penggambaran proses atas ketiga hal yang tadi disebutkan. Menurut hasil pengamatan yang peneliti lakukan didapat beberapa hambatan yang menghambat home industry tersebut. Diantara hambatan-hambatan tersebut adalah adanya kemonotonan dalam hal pemasaran, kesulitam modal, kesulitan pemasaran, serta saingan usaha yang dinilai menyulitkan ruang gerak produk. Kata Kunci: Pengembangan Home Industri, Kaos Etnik Khas Cirebon Pendahuluan Salah satu program pemerintah yang sedang di galangkan sejak kabinet pembangunan jilid I dan II yang memiliki kesamaan dengan visi serta misi pembangunan MGMD (Milleneium Development Goals) adalah pengentasan kemiskinan di NKRI. Seperti di ketahui kendati terkenal dengan kekayaan alam yang melimpah Indonesia masih memiliki masalah dengan pengentasan kemiskinan yang hingga kini belum rampung. Secara umum kemiskinan merupakan kondisi dimana seseorang hidup di bawah garis dan/atau standar kebutuhan hidup. Hadi dan Lincoln (1987) menerangkan bahwa kemiskinan adalah kondisi dimana seseorang hidup di bawah garis kebutuhan yang ditetapkan berdasarkan kebutuhan-kebutuhan pokok yang diperlukan agar seseorang 48

Analisis Pengembangan Home Industri Unggulan Kaos Etnik Khas Cirebon Di Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon dapat bekerja dan menjalani kehidupan dengan sehat dan normal. Saat seorang individu hidup dalam kondisi miskin individu tersebut akan mengalami kekurangan barang maupun pelayanan yang diperlukan guna menuju kehidupan yang lebih layak. Kemiskinan bukan merupakan permasalahan yang pelik apabila tersedia pihak yang menjamin kehidupan kalangan yang dianggap miskin. Penyebaran kemiskinan di Indonesia terbilang mereka. Tidak hanya berpatok pada daerah pedesaan semata. Banyak penduduk kota yang juga hidup dalam kondisi miskin. Tabel 1 Penduduk Miskin Jawa Barat Periode 2015 2016 2015 2016 Kota Desa Kota Desa Semester 1 2.636,38 1.797,32 2.497,59 1.726,73 Semester 2 2.706,52 1.779,13 2.543,3 1.624,81 Sumber: BPS 2016 Tabel di atas jelas menggambarkan bahwa angka kemiskinan rata di segala daerah, tidak memandang kota maupun desa. Rataan kondisi kimiskinan ini membuat pemerintah harus bekerja ekstra keras untuk mengentaskan masalah kemiskinan di NKRI. Jika dirunut dari penyebabnya kemiskinan diakibatkan oleh beberapa hal yang cukup fundamental, diantaranya adalah kualitas pendidikan yang buruk, minimnya lapangan kerja, serta masalah kemampuan lemah yang menjadi pengganjang kalangan ini sulit untuk naik. Ada beberapa faktor yang menyebabkan kemiskinan di 17 provinsi. Faktor-faktor tersebut ialah: 1. Rendahnya sumber daya manusia yang mumpuni 2. Lambannya penerapan teknologi di segala bidang 3. Rendahnya sumber daya fisik yang dimiliki 4. Kurangnya perhatian dari kelembagaan terkait 5. Buruknya potensi wilayah yang menjadi tempat tinggal individu yang hidup di bawah garis kemiskinan 6. Kurang tepatnya kebijakan pemerintah pusat maupun daerah pada agenda pengentasan kemiskinan Jika studi empiris pusat penelitian sosial ekonomi Departemen Pertanian yang dilakukan di 17 provinsi Indonesia menghasilkan 6 faktor, Asnawi (1994) Syntax Literate, Vol. 2, No. 5 Mei 2017 49

Bhakti Nur Avianto mengungkapkan bahwa kemiskinan merupakan suatu permasalahan yang diakibatkan oleh 3 faktor berbeda, yakni ketiadaan sumber daya manusia yang mumpuni, faktor sumber daya alam yang terbatas, serta lemahnya pemanfaatan teknologi guna mendompleng kualitas hidup. Namun, jika ditilik dari sudut pandang lain, kemiskinan akan erat kaitannya dengan keberadaan lapangan kerja dan kualitas pendidikan. Di era global saat ini permasalahan yang muncul bukan lagi ada pada ketiadaan sumber daya alam yang terbatas, namun ide dan kreativitas individu yang terbatas. Era globalisasi merupakan era dimana ide dan kerja keras bermain. Sehingga setiap orang tidak hanya bekerja sebagai pegawai yang hanya mengikuti apa yang diperintahkan atasan. Era global adalah era kreatif dimana masyarakat dituntut aktif untuk dapat menciptakan produk kreatif guna meraih omset dari penjualan produk tersebut. Bisnis merupakan salah satu jalan yang dapat diambil guna menaikkan derajat hidup seseorang. Maraknya media sosial dan market place juga memudahkan pemilik produk untuk menjual produk dagangannya. Cukup bermain taktik dan ide, setiap barang akan laku dengan kerja keras dan ide kreatif pemilik usaha. Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon merupakan daerah yang terkenal dengan kualitas batiknya yang mendunia. Di kecamatan tersebut memiliki banyak desa yang menjadi industri kreatif dan menghasilkan produk yang khas dan memiliki nilai jual tinggi. Jika berorientasi pada UU Nomor 6 Tahun 2014 yang dimana desa dijadikan sebagai instrumen untuk mewujudkan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat, dengan cepat, masyarakat desa yang masuk dalam lingkup Kecamatan Plered akan memiliki kemandirian dan kesejahteraan yang baik. Guna memaksimalkan kondisi tersebut maka dimanfaatkanlah pengembangan kawasan. Kecamatan Plered sebagai sentra batik di Cirebon dipastikan memiliki potensi tinggi dan dapat dimanfaatkan untuk menuju ke arah sana. Secara konvensional pengembangan kawasan diartikan sebagai pengembangan ekonomi dengan perkembangan ekonomi yang berorientasi pada proses pembangunan yang berlangsung pada ekuilibrium matrix lokasi yang tersusun atas pusat pertumbuhan dan daerah penyangga (Moeljarto, 2007: 119). Pada proses pelaksanaannya pengembangan kawasan erat kaitannya dengan pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat sendiri memiliki tujuan guna menciptakan masyarakat yang lebih mandiri, sejahtera, dan partisipatif dalam agenda pembangunan. Pemberdayaan masyarakat pada umumnya dilakukan instansi dengan 50 Syntax Literate, Vol. 2, No. 5 Mei 2017

Analisis Pengembangan Home Industri Unggulan Kaos Etnik Khas Cirebon Di Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon memberi pelatihan atau seminar. Di samping cara tersebut program pelatihan dan pemberian modal juga jadi salah satu opsi yang dapat dilakukan. Namun jika dikaji lebih dalam pemberdayaan yang paling maksimal adalah pengembangan potensi, baik potensi individu, kelompok, maupun daerah. Kecamatan Plered sendiri memiliki potensi kuat untuk keberadaan produk seni, salah satunya adalah kaos budaya dan etnik. Di samping batik, produk ini merupakan produk kerajinan yang dapat dipasarkan pada tempat-tempat yang banyak dikunjungi wisatawan. Mengandalkan tenaga dan ide-ide kreatif masyarakat sekitar, produk ini memiliki tempat tersendiri di hati wisatawan. Hal tersebut terlihat dari antusias wisatawan dalam memilih dan memilah kaos etnik yang akan dibeli untuk buah tangan. Kondisi ini tentu sangat menggembirakan mengingat peran masyarakat dalam pengembangan produk dinilai baik dan sesuai dengan apa yang diharapkan. Merujuk pada paparan dan kondisi di atas, penulis kemudian berinisiatif untuk menyusun karya ilmiah dengan pembahasan analisis pengembangan home industry unggulan kaos etnik khas Cirebon di Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon. Metodology Penelitian Metode penelitian yang diterapkan disini adalah model penelitian kualitatif deskriptif yang berorientasi pada penggambaran prosedur, tahapan, waktu kondisi, sumber dan data tersebut diolah. Metode penelitian deskriptif sendiri adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan dan/atau menganalisis hasil penelitian dengan tidak membuat kesimpulan secara lebih luas (Sugiyono: 2005). Teknik pengambilan data yang digunakan adalah teknik observasi dengan menilik dan/atau mengamati proses berjalannya kegiatan produksi, pemasaran, dan distribusi yang dilakukan oleh home industry kaos etnik khas Cirebon. Tempat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Desa Trusmi Kulon Kecamatan Plered yang merupakan desa penghasil batik terbesar di Cirebon bersama Desa Trusmi Wetan. Observasi dan kegiatan penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2014. Waktu tersebut merupakan waktu ideal untuk mengambil data. Sebab waktu tersebut adalah waktu liburan. Dimana waktu liburan sendiri merupakan waktu dimana produksi mencapai titik tertinggi, sehingga tepat untuk dijadikan sebagai waktu penelitian. Syntax Literate, Vol. 2, No. 5 Mei 2017 51

Bhakti Nur Avianto Hasil dan Pembahasan A. Hasil Penelitian Berdasarkan pengamatan dan observasi yang dilakukan peneliti pada bulan Juli 2014 didapat beberapa hasil sebagaimana berikut: 1. Ragam metode pemasaran pengusaha yangh cenderung monoton Kaos Etnik Khas Cirebon adalah produk dengan nilai jual yang cukup baik. Terlebih tempat penjualan kaos tersebut yang berada di kawasan wisata budaya dan belanja Cirebon. Dengan pemasaran yang variatif dan berani produk tersebut seharusnya dapat terjual dengan hasil yang cukup baik. Namun demikian, untuk penjualan Kaos Etnik Cirebon sendiri masih relatif monoton dan kurang berani. Menurut pengamatan peneliti penjualan yang dilakukan penguasa hanya berpatok pada penjualan fisik dan konvensional. Hal ini tentu mengharuskan produk diproduksi terlebih dahulu dan dijual kemudian. Sehingga, saat produk tersebut tidak terjual, kerugian adalah hal yang akan menghampiri penguasa. Sehingga diperlukan model pemasaran alternatif yang memberikan kemudian serta menguntungkan produsen selaku pembuat produk. 2. Kurangnya modal produsen Permasalahan modal adalah permasalahan yang hampir dialami oleh semua pengusaha. Modal adalah alat utama dalam membuat program usaha. Tanpa adanya modal seorang pengusaha akan sulit membuat dan/atau mengembangkan usahanya. Hal serupa juga dialami oleh home industry yang menaungi pembuatan Kaos Etnik Khas Cirebon. Pada proses awal berdirinya home industry ini mengalami kesulitan modal sehingga penguasa melakukan sedikit siasat untuk dapat membuat dan/atau mengambangkan rumah produksi kaos kreatif ini. 3. Kesulitan produsen dalam hal pemasaran Secara umum kaos kreatif adalah produk yang memiliki nilai ekonomi cukup tinggi. Namun pada penerapannya nilai ekonomi tersebut sangat dipengaruhi oleh bagaimana teknik produksi, pemasaran, dan distribusi 52 Syntax Literate, Vol. 2, No. 5 Mei 2017

Analisis Pengembangan Home Industri Unggulan Kaos Etnik Khas Cirebon Di Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon dilakukan. Dalam kasus Kaos Etnik Khas Cirebon. Model pemasaran yang dilakukan masih terkesan monoton dan kurang berani. Pada kondisi tertentu kaos ini bahkan hanya dipajang dalam bentuk fisik pada tempat wisata, car free day, dan tempat-tempat lain yang menjadi tempat berkumpulnya khalayak ramai. Kendati berpotensi cara tersebut masih terbilang konvensional dan kurang efektif. Oleh karenanya untuk menunjang peningkatan produksi dan omset usaha, pengusaha kaos kreatif seperti Kaos Etnik Khas Cirebon harus memiliki modal pemasaran baru yang berani, nuansa warna tidak monoton serta model lebih kreatif. 4. Persaingan Usaha Persaingan usaha adalah kondisi normal dalam hal kegiatan usaha. Setiap pengusaha akan menemui persaingan usaha. Pada kasus home industry Kaos Etnik Khas Cirebon persaingan usaha yang dihadapi adalah showroomshowroom batik yang menawarkan produk batik dengan ragam model yang variatif. Walau menjual produk yang relatif berbeda, namun produk kaos etnik dengan batik memiliki banyak permasaan, yakni sama-sama bergelut dalam produk industri kreatif. B. Pembahasan 1. Ragam Metode pemasaran yang monoton Rumah produksi Kaos Etnik Cirebon adalah rumah produksi yang bergerak di industri kreatif dengan memanfaatkan tenaga kerja dari pemuda dan masyarakat lokal. Dengan kata lain tenaga kerja yang ada tempat tersebut merupakan tenaga kerja hasil pemberdayaan masyarakat. Untuk pemasaran rumah produksi tersebut hanya mengandalkan model konvensional, yakni dengan mengandalkan tempat ramai seperti tempat wisata, care free day, dan tempat ramai lainnya. Jika memang memungkinkan, rumah produksi tersebut harus menyiapkan tenaga ahli yang bergerak di bidang pemasaran. Atau jika mungkin diharuskan pemilik rumah produksi seyogyanya memberikan pelatihan khusus pada karyawan untuk menguasai teknik pemasaran dan sebagainya. Dengan cara tersebut home industry tersebut akan dengan Syntax Literate, Vol. 2, No. 5 Mei 2017 53

Bhakti Nur Avianto mudah memasarkan produk-produknya. Sebab jika ditilik lebih jauh, banyaknya karyawan yang kompeten dalam pemasaran akan menambah variasi pemasaran yang dapat dilakukan. Dengan demikian, produk-produk Kaos Etnik Khas Cirebon pun akan sangat mudah terjual. 2. Kurangnya modal Home Industry Kaos Etnik Cirebon adalah industri kecil menangah yang relatif kesulitan dalam hal pengadaan modal. Hal tersebut membuat banyak sektor seperti pemasaran, produksi, dan distribusi terhambat. Pada tahap lanjut kondisi ini menimbulkan kerugian pada rumah produksi. Pada dasarnya modal adalah permasalahan kompleks yang hampir dialami oleh industri kecil dan menangah. Walau demikian sekarang telah ada banyak perusahaan perbankan yang menyediakan kredit usaha rakyat. Cara tersebut akan sangat memudahkan pengusaha Kaos Etnik Khas Cirebon untuk memiliki modal usaha. Namun demikian alokasi modal juga harus dipikirkan matang-matang. Sebab status modal adalah pinjaman yang diiringi dengan bunga. Jika alokasi modal tidak dilakukan dengan baik, bukan tidak mungkin pinjaman tersebut akan menyulitkan pengusaha, bahkan tahap yang lebih serius dapat merugikan pengusaha Kaos Etnik Khas Cirebon. 3. Kesulitan dalam hal pemasaran Pemasaran adalah hal penting dalam suatu perusahaan yang menghasilkan produk. Dalam kasus home industry Kaos Etnik Cirebon banyak karyawan yang tidak memiliki background marketer sehingga menyulitkan Kaos Etnik Cirebon untuk berkembang. Jalan keluar dalam hal ini adalah dengan menyiapkan marketer melalui pelatihan dan workshop yang disediakan oleh perusahaan atau lembaga terkait. Dengan cara ini home industry Kaos Etnik Cirebon akan memiliki marketer yang membantu menyebarkan produk dan meningkatkan penjualan produk itu sendiri. 4. Persaingan usaha Persaingan usaha adalah hal wajar dalam kegiatan usaha. Hal tersebut merupakan hal normal dan resiko untuk setiap pengusaha. Namun demikian, untuk maju dan berkembang perusahaan harus menyiasati hal tersebut 54 Syntax Literate, Vol. 2, No. 5 Mei 2017

Analisis Pengembangan Home Industri Unggulan Kaos Etnik Khas Cirebon Di Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon dengan cara pemasaran yang unik, berani, dan variatif. Dengan cara tersebut persaingan usaha bukan lagi menjadi momok menakutkan, melainkan hanya menjadi tantangan yang harus dilewati. Pada dasarnya banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi persaingan usaha. Salah satu cara terbaik yang dapat dilakukan adalah dengan menerapkan startegi pemasaran. Strategi pemasaran adalah rumusan metode pemasaran yang dilakukan untuk meningkatkan penjualan melalui teknik pemasaran yang tepat dan tepat sasaran. Ada beberapa cara dan/atau tahapan yang dapat dilakukan untuk startegi pemasaran. Adapun cara yang dimaksud adalah sebagai berikut: a. Menciptakan produk yang sesuai dengan kebutuhan konsumen b. Merumuskan penyaluran produk dengan lebih efektif dan efisien c. Merumuskan model komunikasi yang dilakukan untuk menawarkan produk, apakah dengan konvesional atau mengandalkan media sosial d. Memperhitungkan kebutuhan produk yang akan diproduksi dengan kekuatan pemasaran yang dimiliki e. Memperhitungkan berapa banyak produk yang dijual dengan model promosi yang dilakukan f. Menciptakan merk yang unik dan mudah diingat sehingga menarik antusias konsumen g. Merumuskan dan/atau menyiapkan pengemasan terbaik untuk menarik minat konsumen h. Meningkatkan mutu produk. Dengan cara tersebut produk yang diproduksi akan memiliki kualitas terbaik dan dapat menarik minat konsumen i. Merumuskan startegi pengembangan pasar guna meningkatkan wilayah pemasaran produk Syntax Literate, Vol. 2, No. 5 Mei 2017 55

Bhakti Nur Avianto Kesimpulan Merujuk pada hasil pengamatan dan pembahasan di atas didapat beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Home industry Kaos Etnik Cirebon merupakan perusahaan yang bergerak di industri kecil menengah yang memiliki masa depan cerah apabila dikembangkan dengan baik 2. Home industry Kaos Etnik Cirebon merupakan produksi dengan orientasi pemanfaatan masyarakat Plered dan sekitarnya untuk mengembangkan industri kreatif 3. Ada beberapa hambatan yang ditemui home industry Kaos Etnik Cirebon pada proses pelaksanaannya. Adapun hambatan yang ditemui adalah kesulitan pemasaran, persaingan usaha, kesulitan modal, dan ketidakmampuan perusahaan dalam menyebarkan produk 4. Metode pemasaran yang monoton diakibatkan oleh minimnya karyawan yang kompeten dalam hal marketing. Hambatan tersebut dapat ditangani dengan cara memberikan pemahaman dan pelatihan marketing yang dilakukan perusahaan dengan berkolaborasi dengan lembaga terkait 5. Kurangnya modal mengakibatkan home industry Kaos Etnik Cirebon bergelut dalam pengadaan modal sehingga menghambat proses produksi, distribusi, serta pemasaran produk 6. Persaingan usaha merupakan momok menakutkan bagi hampir semua home industry. Namun jika ditangani dengan baik seperti memperhatikan kualitas, mutu, pemasaran, pengemasan, serta beberapa hal yang berkaitan dengan hal di atas, persaingan usaha bukan lagi menjadi hal demikian. Bahkan jika dipandang dengan pandangan yang cukup serius, peningkatan kualitas, mutu, pemasaran, pengemasan, serta hal-hal yang terkait di dalamnya membuat persaingan usaha menjadi sebuah tantangan tersendiri. 56 Syntax Literate, Vol. 2, No. 5 Mei 2017

Analisis Pengembangan Home Industri Unggulan Kaos Etnik Khas Cirebon Di Kecamatan Plered Kabupaten Cirebon BIBLIOGRAFI Asnawi, S. 1994. Masalah Kemiskinan di Pedesaan dan Strategi Penanggulangannya, Seminar Sosial Budaya Mengentaskan Kemiskinan. Kelompok Kerja Panitia Dasawarsa Pengembangan Kebudayaan Provinsi TK.I. Sumatera Barat. Badan Pusat Statistik Jawa barat. 2016. Jumlah Penduduk Miskin Menurut Provinsi (Jawa Barat) 2013 2016. Jawa Barat: BPS Indonesia. 2014. Undang-Undang Mengenai Desa. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Prayitno, Hadi dan Arsyad, Lincoln. 1987. Petani dan Kemiskinan. Yogyakarta: BPEF Sugiyono. 2005. Metode Penepitian Administrasi. Bandung: Alfabeta Tjokrominoto, Moeljarto. 2007. Pembangunan: Dilema dan Tantangan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Syntax Literate, Vol. 2, No. 5 Mei 2017 57