ORIENTASI DAN MOBILITAS (O&M)

dokumen-dokumen yang mirip
Kemampuan mobilitas yang tinggi dalam segala aspek kehidupan. merupakan dambaan setiap individu tidak terkecuali mereka yang menyandang

Orientasi dan Mobilitas

MAKALAH KONSEP DASAR ORIENTASI DAN MOBILITAS. Oleh: DJADJA RAHARDJA AHMAD NAWAWI

PRINSIP DAN PENGEMBANGAN KETERAMPILAN ORIENTASI BAGI TUNANETRA Irham Hosni

MODEL SILABUS. Standar Kompetensi : 1. Memahami gambaran konsep tubuh dengan benar berikut lokasi, dan fungsi serta gerakannya.

PRAKTEK BERGERAK DILINGKUNGAN SEKTAR SEKOLAH DAN UMUM

PENGEMBANGAN INSTRUMEN PENILAIAN ORIENTASI DAN MOBILITAS BAGI SISWA TUNANETRA. Yuni Astuti ABSTRAK

TEKNIK PENDAMPING AWAS

IRHAM HOSNI PLB FIP UPI

Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Khusus Tunanetra melalui Pendekatan Orientasi dan Mobilitas di Malang

Penerapan Aliran Filsafat Pragmatisme dalam Orientasi dan Mobilitas Anak Tunanetra

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN PENDIDIKAN LUAR BIASA BAB I ORIENTASI DAN MOBILITAS BAGI PESERTA DIDIK TUNANETRA

TEHNIK MOBILITAS DAN STRATEGI LAYANAN IRHAM HOSBI PLB FIP UPI

ARTIKEL ILMIAH Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik

ORIENTASI DAN MOBILITAS TUNANETRA INSTRUMEN PRAKTIK PENGALAMAN LAPANGAN (PPL) Oleh Ahmad Nawawi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

1. Konsep Dasar Orientasi Mobilitas a. Pengertian Orientasi Mobilitas b. Keterbatasan Penyandang Tunanetra

BAB II PENGAJARAN KETERAMPILAN PENGGUNAAN TONGKAT OLEH GURU ORIENTASI DAN MOBILITAS (O&M) PADA SISWA TUNANETRA

PENTINGNYA ORIENTASI DAN MOBILITAS BAGI TUNANETRA

Analisis Fungsi Organ-organ Penginderaan dan Pengembangannya bagi Individu Tunanetra

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Putri Shalsa Novita, 2013

Oleh Zikril Hakim Jurusan Pendidikan Luar Biasa,Universitas Negeri Yogyakarta

KONSEP DAN STRATEGI IMPLEMENTASI KTSP SLB TUNANETRA

PERAN PERCEPTUAL MOTORIC TERHADAP PERKEMBANGAN GERAK ANAK

PANDUAN PELAKSANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS

BAB I PENDAHULUAN. Ita Witasari, 2013

PANDUAN PELASANAAN KURIKULUM PENDIDIKAN KHUSUS

2016 PENGEMBANGAN PROGRAM LATIHAN ORIENTASI DAN MOBILITAS TEKNIK PENDAMPING AWAS BAGI KELUARGA SISWA TUNANETRA

PENGEMBANGAN ALAT DAN MEDIA PENGAJARAN PENDIDIKAN JASMANI ADAPTIF IRHAM HOSNI PLB FIP UPI

Perseptual motorik pada dasarnya merujuk pada aktivitas yang dilakukan. dengan maksud meningkatkan kognitif dan kemampuan akademik.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi merupakan kebutuhan dasar bagi manusia dalam memperoleh pengetahuan untuk digunakan dalam

Pedoman Identifikasi Anak Autis. Sukinah jurusan PLB FIP UNY

BAB III ANALISA MASALAH

BAB III ELABORASI TEMA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ASPEK MANUSIA DALAM IMK. Muhamad Alif, S.Kom UTM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN ORIENTASI DAN MOBILITAS MELALUI METODE DEMONSTRASI PADA SISWA TUNANETRA KELAS 2 SLB A YAKETUNIS YOGYAKARTA SKRIPSI

PENGEMBANGAN KONSEP PADA TUNANETRA. Juang Sunanto

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PERMAINAN MENUJU CABANG OLAHRAGA SOFTBALL

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia. Melalui penglihatan seseorang dapat menerima informasi

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 1, Juni 2017

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

WALIKOTA PROBOLINGGO

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha

Kelompok 3. Edwin septian yusuf ( ) Iva marviana s ( ) Sindy ( ) Roxanne ( ) Reza

KONSEP DASAR BIMBINGAN JASMANI ADAPTIF BAGI TUNANETRA. Irham Hosni PLB FIP UPI

SEKOLAH MENENGAH TUNANETRA BANDUNG

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. keberadaan objek, hubungan, dan kejadian yang diperoleh atas kepemilikkanindera,

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada saat perjalanan. Rasa aman, nyaman dan terhindar dari bahaya

INTERAKSI MANUSIA & KOMPUTER

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kata media pengajaran digantikan oleh istilah seperti alat pandang-dengar, bahan

MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN KEHIDUPAN SEHARI-HARI BAGI TUNANETRA

BAB III TINJAUAN KHUSUS

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. yang terjadi antara kondisi ideal dengan kenyataan yang ada di lapangan. Kondisi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan proses penting dalam kehidupan, manfaat dari

BAB III METODE PENELITIAN. mengarah pada tujuan penelitian serta dapat dipertanggungjawabkan secara. pada ketepatan dalam penggunaan metode.

Manfaat Deteksi Dini. Tumbuh Kembang Anak SERI BACAAN ORANG TUA

INSTRUMEN OBSERVASI PENILAIAN FUNGSI KESEIMBANGAN (SKALA KESEIMBANGAN BERG) Deskripsi Tes Skor (0-4) 1. Berdiri dari posisi duduk

BAB V ANALISIS SINTESIS

JURNAL PENDIDIKAN KHUSUS TEKNIK UPPER HAND, LOWER HAND, DAN TRAILLING TERHADAP KEMAMPUAN MOBILITAS ANAK TUNANETRA DI SLBA

A E T R E A R A PE P N E G N EM

SPORTS CENTER DI KOTA TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu memikul beban tugas dan tanggung jawab serta berpartisipasi

BAB III: TAHAP FINALISASI METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

PERKEMBANGAN MASA BAYI

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan ilmu dan teknologi yang makin. berkembang pesat dan arus globalisasi yang hebat maka muncullah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

PENINGKATAN KEMAMPUAN ORIENTASI DAN MOBILITAS ANAK TUNANETRA KELAS V DI SLB A YAKETUNIS YOGYAKARTA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA


BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V PEMBAHASAN. A. Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa Berdasarkan Gaya Belajar Visual

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Inj

MEDIA DAN ALAT PERAGA DALAM PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

AKSISIBILITAS LINGKUNGAN FISIK BAGI PENYANDANG CACAT

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan yang terus berkembang membawa konsekuensikonsekuensi

BAB I PENDAHULUAN. pengembangan sumber daya manusia, termasuk tunanetra. Pendidikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (CPOB). Hal ini didasarkan oleh Keputusan Menteri Kesehatan RI.

BAB IV ANALISIS PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SDN KARANGMLATI 1 DEMAK

TIGA MATERA PENGEMBANGAN KURIKULUM PATG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2008 TENTANG

E. Teknik Penggunaan Alat-alat Mobilitas Elektronik DAFTAR PUSTAKA... 55

IV. PENDEKATAN DESAIN

Langkah-langkah yang harus diperhatikan dalam mengaplikasikan metode ceramah adalah sebagai berikut:

Otak melakukan Integrasi (penggabungan), rekognisi, reorganisasi & interpretasi informasi sensoris yg lebih kompleks Makna

Partisipasi Penyandang Cacat dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)

TATA CARA PENYUSUNAN URAIAN JABATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTAHANANAN BAB I PENDAHULUAN

LEMBAR KUESIONER PENILAIAN SENSORIS PRODUK SUSU UHT FULL CREAM PADA RESPONDEN DEWASA

HOME OF MOVIE. Ekspresi Bentuk BAB III TINJAUAN KHUSUS. Ekspresi Bentuk. III.1 Pengertian Tema. Pengertian Ekspresi, adalah :

Transkripsi:

ORIENTASI DAN MOBILITAS (O&M) SEBAGAI SALAH SATU KETERAMPILAN KOMPENSATORIS BAGI TUNANETRA OLEH: DJADJA RAHARDJA JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Memperolah informasi dan pengalaman baru Dalam interaksi dengan lingkungan Dalam bergerak serta berpindah tempat

Proses penggunaan indera-indera yang masih berfungsi untuk menentukan posisi diri dan hubungannya dengan objek-objek yang ada dalam lingkungannya

suatu kesadaran dan pengetahuan tentang bagian tubuh, fungsi bagianbagian tubuh, nama bagian tubuh, dan hubungan antara bagian tubuh yang satu dengan lainnya

1. Where am I? 2. Where is my objective? 3. How do I get there?

1. Persepsi. Proses asimilasi data dari lingkungan yang diperoleh melalui indera-indera yang masih berfungsi seperti penciuman, pendengaran, perabaan, persepsi kinestetis, atau sisa penglihatan. 2. Analisis. Proses pengorganisasian data yang diterima kedalam bebetapa kategori berdasarkan ketetapannya, keterkaitannya, keterkenalannya, sumber, jenis dan intensitas sensorisnya. 3. Seleksi. Proses pemilihan data yang telah dianalisis yang dibutuhkan dalam melakukan orientasi yang dapat menggambarkan situasi lingkungan sekitar. 4. Perencanaan. Proses merencanakan tindakan yang akan dilakukan berdasarkan data hasil seleksi sensoris yang sangat relevan untuk menggambarkan situasi lingkungan. 5. Pelaksanaan. Proses melaksanakan hasil perencanaan dalam suatu tindakan.

PERSEPSI PELAKSANAAN PERENCANAAN SELEKSI ANALISIS

1. Landmark (ciri medan). 2. Clue (petunjuk). 3. Numbering System (sistem penomoran). 4. Measurement (pengukuran). 5. Compass Direction (mata angin). 6. Self Familiarization (pengakraban diri)

Setiap benda, suara, bau, suhu, atau petunjuk taktual yang sudah dikenal, mudah ditemukan, menetap, dan telah diketahui sebelumnya, serta memiliki lokasi yang permanen di suatu lingkungan 10/06/2010 9

Setiap rangsangan suara, bau, perabaan, kinestetis, atau visual yang mempengaruhi keinderaan yang dapat segera memberikan informasi kepada siswa tentang informasi penting untuk menentukan posisi dirinya atau sebagai ngaris pengarah 10/06/2010 10

Indoor Numbering System (sistem penomoran di dalam ruangan). Pola dan susunan nomor- nomor ruangan di dalam suatu bangunan. Outdoor Numbering System (sistem penomoran di luar ruangan). Pola dan susunan nomor-nomor rumah/bangunan di suatu lingkungan 10/06/2010 11

Tindakan atau proses mengukur. Mengukur merupakan suatu keterampilan untuk menentukan suatu dimensi secara pasti atau kirakira dari suatu benda atau ruang, dengan mempergunakan alat. 10/06/2010 12

Arah-arah mata angin adah arah-arah tertentu yang ditentukan oleh medan magnetik dari bumi. Empat arah pokok ditentukan oleh titik-titik yang pasti, dengan interval 90 derajat setiap sudutnya, keempat arah tersebut adalah utara, timur, selatan, dan barat. 10/06/2010 13

Proses pengakraban diri merupakan pelajaran khusus sebagai upaya menggabungkan lima komponen orientasi dan menunjukkan saling keterkaitannya. 10/06/2010 14

Kemampuan, kesiapan, dan mudahnya bergerak dan berpindah dari satu posisi/tempat ke posisi/tempat lainnya

Agar tunanetra dapat memasuki setiap lingkungan, baik yang sudah dikenal maupun belum dikenal, dengan aman, efisien, luwes, dan mandiri dengan menggabungkan kedua keterampilan tersebut.

Teknik dasar, terdiri dari: membuat kontak, pegangan dan posisi. Berbalik arah Pindah pegangan Jalan sempit Menerima atau menolak ajakan Naik/turun tangga Melewati pintu Duduk di kursi

Upper Hand and Forearm (lengan menyilang di bagian atas badan dengan telapak tangan menghadap kedepan) Lower Hand and Forearm (lengan menyilang di bagian bawah badan dengan telapak tangan menghadap ke arah badan) Trailling (menelusuri) Direction taking (menentukan arah) Search patterns (pola mencari) Dropped Objects (benda jatuh) pelajaran khusus.

Berjalan dengan pendamping Pindah pegangan dengan pendamping Melewati pintu dengan pendamping Berbalik arah dengan pendamping Teknik diagonal (menyilang tubuh) Menemukan objek Melewati pintu Trailling dengan teknik diagonal Naik/turun tangga Teknik sentuhan Trailling dengan teknik sentuhan Merubah dari teknik diagonal ke teknik sentuhan.

Mengajarkan sesuatu harus dimulai dari apa yang dia ketahui menuju ke apa yang belum diketahui, dari yang kongkrit ke yang abstrak, dari yang mudah ke yang sukar, dan dari lingkungan yang sepi ke lingkungan yang ramai dan padat secara individual. Di samping itu, pengajaran O&M harus dimulai dari diri anak ke lingkungan yang terdekat dari anak, dan melebar ke lingkungan yang lebih luas.

1. Pendekatan terpadu Semua guru yang mengajar anak harus mengarahkan kegiatan pengajarannya pada pengembangan mobilitas, yang berarti pengajaran bidang studi lain hendaknya juga dititik beratkan pada aktifitas dan pemahaman serta pengembangan konsep-konsep dasar. 2. Pendekatan bidang studi O&M Sebagai bidang studi tersendiri, O&M sudah jelas tujuannya, waktunya, dan kelasnya. Bidang studi keterampilan O&M hendaknya dipegang oleh instruktur O&M yang berwenang. 3. Pendekatan intensif Pendekatan pengajaran O&M secara intensif harus diberikan oleh instruktur kepada tunanetra secara berkesinambungan, dan berhenti apabila tujuan yang telah ditetapkan selesai dicapai.

1. Peran guru/instruktur O&M: a. Sebagai konsultan dalam bidang O&M b. Perencana dan pelaksana kegiatan belajar mengajar O&M. c. Konsultan bagi orang tua 2. Peranan guru kelas dan guru bidang studi lainnya: a. Pelaksana pelayanan O&M secara terpadu b. Memberikan informasi tentang kesulitan anak didiknya dalam O&M di kelasnya 3. Peran pimpinan lembaga: a. Sebagai pengawas dan penanggung jawab keberhasilan program O&M di sekolahnya. b. Mengusahakan penambahan waktu dan kelengkapan sarana dan prasarana 4. Peran orang tua: a. Sebagai pengawas, pembimbing, dan pengarah mobilitas anak selama ada di rumah. b. Ikut memberikan tugas yang berifat mengembangkan kemandirian 5. Peran masyarakat: a. Turut menciptakan lingkungan mobilitas yang baik, teratur, dan aman. b. Memberikan kesempatan yang sama seperti orang awas