ASOSISASI ILMU FORENSIK INDONESIA (AIFI) / INDONESIAN FORENSIC SCIENCES ASSOCIATION (IFSA).

dokumen-dokumen yang mirip
STUDI SISTEM PELAYANAN PENGOBATAN PT. ASKES (PERSERO) CABANG DENPASAR BERDASARKAN ATURAN PERUNDANGAN ABSTRAK

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT 2.1 Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Praktek Kerja Profesi di Rumah Sakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. oleh rumah sakit adalah kepuasan pelanggan agar dapat bertahan, bersaing,

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam hal ini memerlukan suatu variabel yang dapat digunakan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KOMITE FARMASI DAN TERAPI. DRA. NURMINDA S MSi, APT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan dan peningkatan jasa pelayanan kesehatan dalam sebuah

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

TINGKAT KEPUASAN PASIEN TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN PADA PROGRAM RUJUK BALIK JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI APOTEK-APOTEK PROGRAM

Jadwal Kuliah dan Praktikum Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana Semester I Tahun Ajaran 2012/2013 Angkatan 2012 (Jumlah mahasiswa 90 orang)

satu sarana kesehatan yang memiliki peran penting di masyarakat adalah apotek. Menurut Peraturan Pemerintah No. 35 tahun 2014, tenaga kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

2017, No Indonesia Nomor 5062); 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT. Rumah sakit merupakan suatu unit yang mempunyai organisasi teratur,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 51 TAHUN 2009 TENTANG PEKERJAAN KEFARMASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ASOSISASI ILMU FORENSIK INDONESIA (AIFI) / INDONESIAN FORENSIC SCIENCES ASSOCIATION (IFSA).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Profesi adalah kelompok disiplin individu yang mematuhi standar etika dan mampu

HARAPAN DAN PERSEPSI TENAGA KESEHATAN DI PUSKESMAS DAERAH DENPASAR, BADUNG, GIANYAR, DAN TABANAN TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN OLEH APOTEKER

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Periode Zaman Penjajahan sampai Perang Kemerdekaaan Tonggak sejarah. asisten apoteker semasa pemerintahan Hindia Belanda.

HARI SENIN (PRAKTIKUM)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Periode zaman penjajahan sampai perang kemerdekaaan tonggak sejarah. apoteker semasa pemerintahan Hindia Belanda.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

NO Mata Kuliah Kode K Nama Dosen Koordinator Senin R Selasa R Rabu R Kamis R Jumat R Jur. Kimia FMIPA Udayana (2SKS)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Pelayanan Farmasi. Oleh : Supariyati. Jakarta April 2011

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. atau penyaluran obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter,

INTISARI GAMBARAN SISTEM DISTRIBUSI OBAT UNIT DOSE DISPENSING DI DEPO TULIP RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan kualitas (quality improvement) pelayanan di fasilitas pelayanan kesehatan mutlak diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Apoteker merupakan profesi kesehatan terbesar ketiga di dunia, farmasi

OPTIMASI WAKTU PENGEMBANGAN GELLING AGENT HPMC DAN STABILITAS FISIKA GEL EKSTRAK MANGGIS (Garcinia mangostana L.)

BAB 1 PENDAHULUAN. Pharmaceutical care atau asuhan kefarmasian merupakan bentuk optimalisasi peran yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. juga mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Perwujudan komitmen tentang

BAB IV PEMBAHASAN. sakit yang berbeda. Hasil karakteristik dapat dilihat pada tabel. Tabel 2. Nama Rumah Sakit dan Tingkatan Rumah Sakit

ASOSISASI ILMU FORENSIK INDONESIA (AIFI) / INDONESIAN FORENSIC SCIENCES ASSOCIATION (IFSA).

A. Latar Belakang Masalah

2 Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 3. Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkot

EVALUASI PELAYANAN KEFARMASIAN DALAM PENDISTRIBUSIAN SEDIAAN FARMASI DI INSTALASI FARMASI RSUP PROF. Dr. R. D. KANDOU MANADO

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang PKPA di Apotek

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang


BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah Sakit dr. Raden Soedjati Soemodiardjo merupakan rumah sakit umum milik pemerintah daerah Kabupaten

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB II LANDASAN TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA. dibantu oleh beberapa orang apoteker yang memenuhi persyaratan peraturan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sarana pelayanan kefarmasian oleh apoteker (Menkes, RI., 2014). tenaga teknis kefarmasian (Presiden, RI., 2009).

TINGKAT KEPUASAN PASIEN RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH TERHADAP PELAYANAN KEFARMASIAN MENURUT JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

KAJIAN PERESEPAN BERDASARKAN KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NO

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. rumah sakit. Rumah sakit adalah suatu organisasi yang kompleks, menggunakan

PERJANJIAN KERJASAMA ANTARA APOTEKER DENGAN PEMILIK APOTEK

AKSEPTABILITAS PELAYANAN RESIDENSIAL KEFARMASIAN PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II TANPA KOMPLIKASI

Bayu Teja Muliawan Direktur Bina Pelayanan Kefarmasin. Direktorat Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAPORAN KEMAJUAN. Ketua : Dr. rer.nat. I.M.A.G Wirasuta,M.Si.,Apt.

PEMERINTAH KABUPATEN BANYUWANGI PUSKESMAS TEGALSARI UPTD PUSKESMAS TEGALSARI Jl. KH syafa at No. 09 Telp (0333) Tegalsari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

LAPORAN PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER DI RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA BAB I PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Rumah sakit adalah salah satu sarana kesehatan tempat menyelenggarakan upaya

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (UU No.40 Tahun 2004 tentang SJSN) yang menjamin

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan, pemerintah telah menetapkan pola dasar pembangunan yaitu. pembangunan mutu sumberdayamanusia(sdm) di berbagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SOAL PILIHAN GANDA PENGANTAR ILMU FARMASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

by Made Susilawati FILE 2._ART IKEL_ST AD_MADE_SUSILAWAT I_KNPM6_UNG.PDF (310.82K) SUBMISSION ID CHARACT ER COUNT 15390

BAB 1 PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan kepada masyarakat dan memiliki peran sangat strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Jadwal Kuliah dan Praktikum Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana Semester I Tahun Ajaran 2011/2012 Angkatan 2011 (Jumlah mahasiswa 63 orang)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENGARUH KONSELING OBAT DALAM HOME CARE TERHADAP KEPATUHAN PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN KOMPLIKASI HIPERTENSI

BAB I PENDAHULUAN. melaksanakan tugasnya pada pedoman organisasi rumah sakit umum menjelaskan

I. PENDAHULUAN. aksesibilitas obat yang aman, berkhasiat, bermutu, dan terjangkau dalam jenis dan

Kata kunci : Kualitas pelayanan, Instalasi Farmasi, GAP, RSUD Ratu Zalecha Martapura

BAB I PENDAHULUAN. dengan kriteria yang mendasarinya. Audit terdiri dari beberapa macam seperti

Jadwal Kuliah dan Praktikum Jurusan Farmasi FMIPA Universitas Udayana Semester II (Genap) Tahun Ajaran 2012/2013

BAB 3 ANALISIS SISTEM BERJALAN

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT DAN INSTALASI FARMASI RUMAH SAKIT. pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan

WAKTU TUNGGU PELAYANAN RESEP RAWAT JALAN DI DEPO FARMASI RSUD GUNUNG JATI KOTA CIREBON TAHUN 2016

DINAS KESEHATAN PUSKESMAS WONOMERTO Jalan Bantaran 853 Patalan Kecamatan Wonomerto, Telp. (0335) PROBOLINGGO 67253

Transkripsi:

ASOSISASI ILMU FORENSIK INDONESIA (AIFI) / INDONESIAN FORENSIC SCIENCES ASSOCIATION (IFSA). AIFI berdiri sejak Februari 2010 di Jakarta didirikan oleh tokoh-tokoh Ilmuan Forensik Indonesia yang berkumpul di Jakarta dalam dua periode pertemuan. Semua ilmuan forensik yang hadir pada saat itu dinyatakan sebagai pendiri asosiasi ini. Pendiri sepakat dengan mufakat memilih Prof. Dr. Oetarjo Diran sebagai Ketua Asosiasi dengan SekJen. Ferryal Basbeth, dr., SpF., DFM. Alamat Sekretariat AIFI di Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal FK Universitas YARSI. Menara YARSI Jl Letjen Suprapto Cempaka Putih Jakarta Putih 10510, Telp: 0214213065 Fax: 0214213065. Alamat situs AIFI dapat diakses di: http://www.aifi.or.id Ilmu-ilmu forensik didefinisikan sebagai ilmu-ilmu terapan yang fungsi utamanya adalah melakukan penyelidikan, termasuk pemeriksaan bukti, dan/atau memberikan pendapat ahli, untuk mencari kebenaran, keadilan atau peningkatan keselamatan, yang dapat dipakai di peradilan atau forum lain. AIFI adalah organisasi nirlaba dengan asas organisasi meliputi: kebenaran, keadilan, keselamatan, profesionalitas, dan akuntabilitas. Tujuan dibentuknya AIFI adalah: a) membentuk dan menyelenggarakan forum komunikasi antar ilmuwan forensic, b) meningkatkan komunikasi, menyelenggarakan pelatihan, dan tukar menukar informasi, metodologi, memberdayakan keahlian di antara ilmuwan dan praktisi forensik di Indonesia dengan standard profesi dan etika, c) meningkatkan mutu pelayanan dan keahlian, metode manajemen, dan pemanfaatan efektif dalam ilmu forensic, dan d) menilai dan mengusulkan segala bentuk kebijakan peraturan yang terkait penerapan ilmu forensik. JURUSAN FARMASI UDAYANA berdiri sejak 25 Mei 2005. Jurusan Farmasi Udayana beralamatkan di Kampus Bukit Jimbaran, telp/fax 0361-703837. Jurusan Farmasi dalam menjalankan visi-misinya mengembangkan kurikulum dengan kompetensi: Farmasi Klinik / Farmasi Rumah Sakit, Kimia Farmasi/Farmasi Forensik, dan Farmasi Bahan Alam yang mengedepankan kearifan lokal USADA BALI sebagai kajian utama. Secara umum ilmu forensik dapat diartikan sebagai aplikasi atau pemanfaatan ilmu pengetahuan tertentu untuk kepentingan penegakan hukum dan peradilan. Farmasi adalah ilmu tentang obat. Pekerjaan kefarmasian adalah pembuatan termasuk pengendalian mutu sediaan farmasi, pengamanan, pengadaan, penyimpanan dan pendistribusi atau penyaluranan obat, pengelolaan obat, pelayanan obat atas resep dokter, pelayanan informasi obat, serta pengembangan obat, bahan obat dan obat tradisional. Farmasi Forensik dapat dipahami sebagai penerapan ilmu farmasi untuk kepentingan penegakan hukum atau peradilan. Farmasi forensik sangat erat hubungannya dengan dengan proses peradilan, proses regulasi, atau pada lembaga penegakan hukum (criminal justice system). Dalam pengembangan bidang farmasi forensik, Jurusan Farmasi Udayana berusaha untuk meningkatkan kerjasama dengan semua stakeholders terkait, seperti AIFI, BPOM- RI, BNN, POLRI, dan DirJen Bina Pelayanan Penunjang Medik-KemenKes RI. i

INDONESIAN JOURNAL OF LEGAL AND FORENSIC SCIENCES Penanggung Jawab : Ketua Asosiasi Ilmu Forensik Indonesia Wakil Penganggung Jawab : Ketua Jurusan Farmasi - FMIPA - Universitas Udayana Pimpinan Redaksi : Dr.rer.nat. I Made Agus Gelgel Wirasuta, M.Si. Apt. Wakil Pimpinan Redaksi : Prof. Dr. Elza Ibrahim Auerkari drg., M.Biomed. Staf Redaksi : Dr.rer.nat. Budiawan Juneman S.Psi. Ni Made Widi Astuti, S.Farm., M.Si., Apt. Dr. I Nengah Wirajana, S.Si., M.Si. Reviewer : Prof. Budi Sampurna, dr. SpF., SH., DFM. (FK-UI-Jakarta) Prof. Dr. Ir. Mardjono Siswosuwarno (Teknik Mesin - ITB-Bandung) Prof. Dr. Elza Ibrahim Auerkari drg., M.Biomed. (FKG-UI-Jakarta) Prof. Dr. Drs. I Ketut Junitha, M.S. (Biologi-FMIPA-Unud-Denpasar) Prof. Dr. Syukri, SpF (FK-UNAIR-Surabaya) Dr.rer.nat. I M. A. Gelgel Wirasuta, M.Si. (Farmasi-FMIPA-Unud-Denpasar) Dr. I Nengah Wirajana, S.Si., M.Si. Henky, dr. SpF. (FK - Unud-Denpasar) Dr-Ing. Henki Wibowo Ashadi (Teknik - UI-Jakarta) Dr.rer.nat. Budiawan (Kimia-UI-Jakarta) Dr. dr. Ahmad Yudianto, S.H., M.Kes., Sp.F. (KF-UNAIR-Surabaya) Yudha Nurhantari, dr. Sp.F., Ph.D. (FK-UGM-Jogjakarta) Dr. Yoni F Syukriani, dr., Sp.F., DFM. (FK-UNPAD-Bandung) Ferryal Basbeth, dr., SpF., DFM. (FK-YARSI-Jakarta) Reviewer International : Prof. Dr. Baharudin Omar (Kebangsaan - Univ. -Malaysia) T.Nataraja Moorthy, PhD ( Faculty of Health and Life Sciences, Management and Science University, Malaysia) Pimpinan Usaha : Feryyal Basbeth, dr., SpF., DFM. Disain Sampul : Ivan Riyanto Widjaja Alamat Redaksi : Jurusan Farmasi-FMIPA-Universitas Udayana, Kampus Bukit, Jimbaran-Bali, Indonesia, Telp/Fax: +62-361-703837, email: ijlfs@unud.ac.id Penerbit, sejak 2012 : Asosiasi Ilmu Forensik Indonesia dan UPT Lab. Forensik Sain dan Kriminilogi - Universitas Udayana. ii

INDONESIAN JOURNAL OF LEGAL AND FORENSIC SCIENCES Volume 3 / No. 1 / 2013 Daftar Isi 1. PENGARUH PERBEDAAN METODE EKSTRAKSI TERHADAP FINGERPRINT HPTLC GANJA (Ni Luh Putu Vidya Paramita, I Made Agus Gelgel Wirasuta). 2. STATURE ESTIMATION FROM FOOT OUTLINE MEASUREMENTS IN ADULT BIDAYUHS OF EAST MALAYSIA BY REGRESSION ANALYSIS (Hairunnisa Bt Mohd Anas Khan, T.Nataraja Moorthy) 3. PRAKTEK PELAYANAN KEFARMASIAN PADA RAWAT INAP-PT ASKES DI UNIT LOKET ASKES -IFRS -RS WANGAYA (I Made Agus Gelgel Wirasuta, Made Gede Praditya Putra, Ni Made Pitri Susanti)... 4. LUKA TUSUK TEMBUS HATI DAN PANKREAS BERAKIBAT DIC YANG MEMATIKAN (SEBUAH LAPORAN KASUS) (Nila Nirmalasari, Ida Bagus Gede Putra Pidada, RAY. Kusparwati Ika Pristianti)... 5. UJI DIAGNOSTIK PENENTUAN JENIS KELAMIN METODE PEMERIKSAAN DRUMSTICK NEUTROFIL DIBANDINGKAN DENGAN METODE PEMERIKSAAN AMELOGENIN DNA (DEOXYRIBONUCLEIC ACID) (Nila Nirmalasari, Yudha Nurhantari, Bambang Udji Djoko Riyanto).. 6 UJI SKRINING DAN DETERMINASI KODEIN DENGAN TLC SPEKTROFOTODENSITOMETRI (Pande Made Nova Armita Sari, Ni Putu Eka Leliqia) 1-5 6-10 11-13 14-20 21-25 26-31 iii

Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences 2013; 3(1): 11-13 http://ojs.unud.ac.id/index.php/ijlfs Asosiasi Ilmu Forensik Indonesia 11 PRAKTEK PELAYANAN KEFARMASIAN PADA RAWAT INAP-PT ASKES DI UNIT LOKET ASKES - IFRS -RS WANGAYA I Made Agus Gelgel Wirasuta 1*, Made Gede Praditya Putra 1, Ni Made Pitri Susanti 1, 1) Jurusan Farmasi, FMIPA, Universitas Udayana, Bukit Jimbaran * email author: mgelgel1@yahoo.de ABSTRACT Pharmaceutical care takes an essential role in order to realize the patient safety caring with effective medication cost. It was studied the pharmaceutical caring in pharmacy-clinic-unit of Wangaye Hospital-Denpasar, which provided to the hospitalization patients of PT. Askes (Persero)-Cabang Denpasar and the role of the health insurance verification. Aim of the study was to observe the role of pharmacist and health insurance verification in order to realize the patient safety caring with effective medication cost. The pharmacist in this unit has strived for a pharmaceutical praxis according to the pharmaceutical regulation but not yet optimal utilized his praxis to obtain a rational use of drugs and effective medical cost. There was not a pharmacist, which was employed by PT ASKES to verify the pharmaceutical praxis, which provided pharmaceutical care to the ASKES patients. Keyword: pharmacist, pharmaceutical care, health insurance PENDAHULUAN Tahun 2014 akan diberlakukan sistem pelayanan kesehatan berbasis asuransi. Pelayanan kesehatan dilaksanakan menggunakan sistem pelayanan berjenjang meliputi pelayanan tingkat I (PPK-I) dan tingkat lanjut (PPK-TL). PPK-I adalah pelayanan kesehatan tingkat dasar dilayani oleh dokter keluarga, apoteker/apotek, puskesmas, dan klinik 24 jam sedangkan pada PPK-TL umumnya dilakukan pada Rumah Sakit Umum Daerah atau Rumah Sakit Umum Pusat [1]. Penggantian biaya pelayanan oleh PPK-TL akan sistem reimbusment [2]. Untuk meningkatkan pembiayaan obat yang efektif apoteker dituntut untuk mengedepatkan praktek pengobatan yang rasional (POR). Peran apoteker di penyelenggara asuransi sebagai verifikator diharapkan mampu melakukan auditing praktek asuhan kefarmasian yang diselenggarakan oleh apoteker pemberi pelayanan, khususnya dalam upaya meningkatkan POR. Praktek asuhan kefarmasian di rumah sakit ditetapkan berdasarkan Kepmenkes RI No. 1197/MENKES/SK/X/2004 [3]. Peraturan ini bertujuan meningkatkan mutu layanan kefarmasian melalui penerapan praktek asuhan kefarmasian, sehingga dapat memperluas jangkauan fungsi peran apoteker di rumah sakit dan memberi perlindungan masyarakat dari pelayanan yang tidak profesional. Peraturan ini juga menuntut apoteker mengutamakan praktek asuhan kefarmasian yang mengedepankan POR. PT. Askes (Persero) adalah badan usaha milik negara yang bergerak pada penyedia layanan asuransi kesehatan. Mengacu pada UU No. 24 tahun 2011 tentang badan penyelenggara janiman sosial (BPJS) menunjuk PT. Askes persero sebagai pelaksana BPJS-Kesehatan [4]. Sistem jaminan kesehatan nasional ini (SJKN) harus sudah berjalan mulai awal Januari 2014 [1]. Peserta yang harus dilayani oleh BPJS-Kesehatan mulai 1-Januari 2014 ini adalah: a) Penerima Bantuan Iuran (PBI) jaminan kesehatan meliputi fakir muskin dan orang tidak mampu sebagai peserta program jaminan kesehatan, b) anggota TNI/PNS dilingkungan Kementrian Pertahanan dan anggota keluarganya, c) Anggota Polri/PNS di lingkungan Polri dan anggota keluarganya, d) peserta PT. ASKES dan anggota keluarganya, e) peserta jaminan pemeliharaan kesehatan perusahan persero jaminan sosial tenaga kerja (JAMSOSTEK) dan keluarganya [1]. Meluasnya jangkauan pelayanan BPJS-Kesehatan akan meningkatkan jumlah nilai pembiayaan pengobatan. Pembiayaan pelayanan kesehatan di Indonesia diperkirakan 60%-nya adalah biaya komponen obat [5]. Komponen obat adalah pembiayaan terbesar dari total biaya kesehatan. Praktek asuhan kefarmasian khusunya dalam POR telah terbukti mampu mewujudkan pembiayaan obat yang efisien dan efektif [6]. Untuk meningkatkan praktek apoteker berbasis POR pihak BPJS-Kesehatan dituntut untuk menciptakan sistem evalusi (verifikator) yang melibatkan peran apoteker. Verifikator apotker bertugas melakukan eveluasi praktek POR di pelayanan. Sistem ini diharapkan mampu menciptakan efisiensi dan efektifitas pembiayaan. Dalam penelitian ini telah dilakukan studi peran apoteker dalam praktek POR di unit pelayanan peserta pasien rawat inap PT. ASKES (Persero) di rumah sakit Wangaya-Denpasar dan peran apoteker di PT. ASKES (Persero) Cabang Denpasar dalam melakukan verifikasi tagihan pembiayaan obat. Adapun tujuan penelitian ini untuk I. M. A. G. Wirasuta 1 M. G. P. Putra 1, N. M. P. Susanti 1, 1 Jurusan Farmasi, FMIPA, Universitas Udayana, Bukit Jimbaran

Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences 2013; 3(1): 11-13 http://ojs.unud.ac.id/index.php/ijlfs Asosiasi Ilmu Forensik Indonesia mempelajari kesiapan pelayanan kefarmasian RS Wangaya sebagai PPK-TL PT.Askes (Persero) pada sistem asuransi untuk mewujudkan pembiyaaan obat yang efektif. ALAT BAHAN DAN METODE Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah data rekapitulasi resep pasien peserta PT.Askes (Persero). Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar panduan observasi dan lembar rekapitulasi peresepan obat RITL PT.Askes (Persero). Metode penelitian ini adalah penelitian observasional dengan rancangan cross sectional prospektif dengan analisis deskriptif. Pengamatan dilakukan secara prospektif HASIL DAN PEMBAHASAN Pelayanan asuhan kefarmasia pasien rawat inap ASKES di RS Wangaya Instalasi Farmasi Rumah Sakit (IFRS) RS Wangaye menempatkan loket khusus untuk pelayanan obat bagi pasien rawat inap ASKES. IFRS menempatkan sebanyak 2 tenaga kefarmasia yaitu 1 orang apoteker dan 1 orang tenaga teknis kefarmasian (TTKF) untuk melakukan pelayanan kepada pasien rawat inap ASKES. Durasi pelayanan kefarmasian loket ini ditetapkan selama 24 jam (3 shif). Jika masing-masing tenaga bekerja normal 8 jam per-hari maka terdapat 16 jam kerja. Oleh sebab itu Loket Askes ini masih kekurangan tenaga 8 jam pekerja. Menimbang rasio jumlah tenaga dan rentang waktu pelayanan dapat dikatakan Loket Askes di RS ini masih kekurangan tenaga agar dapat memberikan pelayanan yang optimum. Tahapan pelayanan resep pasien rawat inap ASKES di RS Wangaye (Tabel 1). Tahapan tersebut ditetapkan berdasarkan Kepmenkes RI No. 1197/MENKES/SK/X/2004 dikombinasikan dengan alur pelayanan yang dikeluarkan oleh PT. ASKES. Pelayanan pendistribusian perbekalan farmasi untuk pasien rawat inap ASKES di RS Wangaye menggunakan sistem resep perorangan dengan sistem distribusi satelit. Pelayanan dilakukan dengan mekanisme yang diawali dengan dokter menulis resep kepada pasien pada lembar khusus resep PT. Askes (Persero) lalu pasien akan membawa lembar resep tersebut ke Loket Askes RS Wangaye. Jumlah kunjungan pasien askes selama tiga bulan pengamatan dilihat pada tabel 2. Mengacu pada standar pelayanan kefarmasian di RS, apoteker harus dapat melakukan: pengkaji instruksi pengobatan/resep pasien, b) identifikasi masalah yang berkaitan dengan penggunaan obat dan alat kesehatan, c) mencegah dan mengatasi masalah yang berkaitan dengan obat dan alat kesehatan, d) memantau efektifitas dan keamanan penggunaan obat dan alat kesehatan, e) memberikan informasi kepada petugas kesehatan, pasien/keluarga, f) memberi konseling kepada pasien/keluarga, g) melakukan pencampuran obat suntik, h) melakukan penyiapan nutrisi parenteral, i) melakukan penanganan obat kanker, j) melakukan penentuan kadar obat dalam darah, k) melakukan pencatatan setiap kegiatan, dan l) melaporkan setiap kegiatan. Pelayanan kefarmasian tersebut dikelola oleh apoteker dan dibantu oleh TTKF. Seorang apoteker diharuskan ada di tempat pelayanan untuk melangsungkan dan mengawasi pelayanan farmasi dan harus ada pendelegasian wewenang yang bertanggung jawab bila kepala farmasi berhalangan. Mengacu pada kentuan di atas, pasien rawat peserta ASKES belum mendapatkan hak pelayanannya sesuai dengan yang ditetapkan berdasarkan peraturan [3]. Pelayanan kefarmasian secara keseluruhan telah diacukan berdasarkan Permenkes RI No. 1197/MENKES/SK/X/2004. Ketentuan penyerahan obat atas resep dokter harus diserahkan oleh apoteker juga diatur dalam PP No. 51 Tahun 2009 pasal 20 dan 21 [6]. Kurangnya tenaga apoteker yang ditugaskan di loket ASKES untuk memberikan pelayanan kefarmasian dibandingkan dengan jam layanan loket menyebabkan adanya layanan yang tidak dilakukan dibawah pengawasan apoteker. Mencermati semua jenis layanan kefarmasian yang harus diberikan pada pasien rawat inap ASKES (Tabel 1) sebagian besar adalah kompetensi seorang apoteker. Pelayanan resep ASKES dibantu oleh software ASKES sehingga tenaga kefarmasian dengan mudah melakukan pengecekan obat dalam daftar DPHO, obat dengan retriksi pekaian, obat dengan protokol terapi khusus. Pelayanan ini tentunya dapat dibantu oleh seorang TTKF. Analisa kesesuaian obat dengan diagnosis adalah pelayanan farmasi klinik khususnya dalam analisa drugs relating problems (DRP). Pelayanan ini tidak dapat dilimpahkan kepada seorang TTKF berkualitas SMK. Pendelegasian pekerjaan pelayanan kefarmasian ini adalah kurang tepat, sehingga pelayanan kefarmasian yang ditetapkan oleh peraturan dan perundang-undangan belum berjalan secara optimal. Rendahnya peresepan obat non-dpho yaitu berkisar 0,0038-0,0043% dari total resep mencerminkan tingginya kesadaran pemberi layanan kesehatan untuk mengusahakan pengobatan yang efektit. Namun dengan berbagai alasan pasien masih harus mengeluarkan sejumlah rupiah untuk pembiayaan obat, hal ini sebaiknya dapat dihindari dengan membuat DPHO yang lebih plesibel, yaitu mencatumkan daftar harga obat generik dalam rentang harga. Peresepan obat dengan non-generik non-dpho dapat dilakukan pembayaran apabila berada pada kisaran harga generik tersebut. 12 I. M. A. G. Wirasuta 1 M. G. P. Putra 1, N. M. P. Susanti 1, 1 Jurusan Farmasi, FMIPA, Universitas Udayana, Bukit Jimbaran

Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences 2013; 3(1): 11-13 http://ojs.unud.ac.id/index.php/ijlfs Asosiasi Ilmu Forensik Indonesia Tabel 1. Tahapan pelayanan kefarmasian pasien rawat inap PT ASKES di RS Wangaye [8] Tahapan Jenis Pelayanan Yang melakukan Apoteker TTKF 1 Penerima R/ peserta PT. Askes (Persero) 2 Pencocokan Resep dengan diagnose 3 Pencocokan obat yang diberikan dengan DPHO 4 Pengecekan apakah obat yang diresepkan memiliki retriksi dan peresepan maksimal 5 Pengecekan adanya peresepan 2 jenis obat dalam satu golongan yang sama pada 1 lembar resep 6 Pengecek adanya aturan pakai yang jelas dan adanya protokol terapi pada obat khusus? Tabel 2 Peresepan obat yang diberikan pada pasien rawat inap peserta PT. Askes (Persero) 13 Bulan R/ Pasien Rawat Inap ASKES Total R/ Non-DPHO (%) 1 3.117 12 (0,0038) 2 3.008 13 (0,0043) 3 3.411 14 (0,0041) Untuk meningkatkan pembiayaan obat yang efektif apoteker dituntut mengedepankan penggunaan obat yang rasional dan menerapkan analisa farmako-ekonomi. Atas praktek kefarmasian ini PT ASKES atau BPJS-Kesehatan harus mempertimbangkan jasa praktek kefarmasian bagi seorang apoteker di farmasi klinik dan komunitas. Sementara ini PT ASKES dan Perusahan asuransi kesehatan lainnya belum membayar jasa praktek kefarmasian. Pembiayaan apoteker dimasukkan ke dalam biaya keuntungan obat. Kondisi ini akan merangsang pemberi layanan kefarmasian untuk meningkatkan omset guna mengejar keuntungan. Verifikasi pelayanan kefarmasian di RS Wangaya PT ASKES (persero) menepatkan 2 tenaga verifikator di IFRS-RS Wangaye. Kedua verifikator ini berpendidikan D3-Kesling dan S1-Ekonomi. Tugas utama verifikator adalah seleksi kelengkapan administrasi pesien ASKES dalam penerimaan layanan jasa asuransi (tabel 1). Verifikasi pada akhirnya hanya mengecek daftar tagihan dan tidak melakukan audit praktek pelayanan kefarmasian di IFRS dalam usaha mencapai pengobatan yang rasional. Tidak adanya tenaga kefarmasian sebagai verifikator dapat meningkatkan peluang terjadinya peresepan obat yang tidak rasional. Verifikator memiliki tanggung jawab melakukan control semua layanan pada tabel 1 telah dikerjakan oleh tenaga kefarmasian di Loket Askes [8]. Peran verifikator adalah sebagai auditor pelaksanaan layanan kefarmasian yang telah diberikan oleh pemberi layanan. Verifikator mengevaluasi setiap tahapan layanan kefarmasian bertujuan untuk mengupayakan terwujudnya praktek kefarmasian yang berorientasi pada keamanan pasien. Oleh sebab itu akan tercapainya pembiayaan pengobatan yang efektif. Dalam hal ini timbul pertanyaan bagaimana seorang non-tenaga kefarmasian dapat mengevaluasi pelaksanaan praktek pekerjaan kefarmasian. KESIMPULAN Praktek pelayanan kefarmasian pada pelayanan rawat inap dan kefarmasian telah mengacu pada ketentuan Kemenkes 1197/MENKES/SK/X/2004 tentang standar pelayanan kefarmasian di rumah sakit dan PP No. 51 tahun 2009 tentang pekerjaan kefarmasian. Pelaksanaan praktek layanan kefarmasian belum dikerjakan secara optimal. Verifikator PT. ASKES belum melakukan audit praktek layanan kefarmasian, sehingga belum dapat sepenuhnya menwujudkan pengobatan yang rasional dengan biaya yang efektif. UCAPAN TERIMA KASIH Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada pihak PT. Askes (Persero) Cabang Denpasar atas kesempatan yang diberikan hingga terselesaikannya penulisan ini. DAFTAR PUSTAKA [1] Menhukam, 2013, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2013 Tentang Jaminan Kesehatan. Diundangkan di Jakarta 23 Januari 2013. Jakarta. [2] PT. Askes, 2011, Pedoman Administrasi Pelayanan Kesehatan Askes Sosial PT. Askes (Persero). Jakarta:PT.Askes(Persero) [3] KeMenKes RI, 2004. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1197/MENKES/SK/X/2004, tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia [4] UU No. 24 tahun 2011 tentang badan penyelenggara janiman sosial (BPJS) menunjuk PT. Askes persero sebagai pelaksana BPJS-Kesehatan [5] Spillane, S.J, James J. 2010. Ekonomi Farmasi. Yogyakarta. PT. Gramedia Pustaka Utama. [6] Siregar, Carles J.P. 2004. Farmasi Rumah Sakit: Teori dan penerapan. Jakarta:EGC. I. M. A. G. Wirasuta 1 M. G. P. Putra 1, N. M. P. Susanti 1, 1 Jurusan Farmasi, FMIPA, Universitas Udayana, Bukit Jimbaran

Indonesian Journal of Legal and Forensic Sciences 2013; 3(1): 11-13 http://ojs.unud.ac.id/index.php/ijlfs Asosiasi Ilmu Forensik Indonesia [7] Menhukam. 2009. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009, tentang Pekerjaan Kefarmasian. Jakarta: Pemerintah Republik Indonesia. [8] PT. Askes a. 2012. Modul Diklat Verifikator PT. Askes (Persero) Divisi Regional XI. Jakarta: PT. Askes (Persero). 14 I. M. A. G. Wirasuta 1 M. G. P. Putra 1, N. M. P. Susanti 1, 1 Jurusan Farmasi, FMIPA, Universitas Udayana, Bukit Jimbaran

PRAKTEK PELAYANAN KEFARMASIAN PADA RAWAT INAP-PT ASKES DI UNIT by Gelgel Wirasuta FILE IJLFS_VOL_3_NO_1_HAL_11-13.PDF (58.33K) T IME SUBMIT T ED 18-JAN-2017 09:09PM WORD COUNT 2025 SUBMISSION ID 760084115 CHARACT ER COUNT 12810

PRAKTEK PELAYANAN KEFARMASIAN PADA RAWAT INAP-PT ASKES DI UNIT ORIGINALITY REPORT %15 SIMILARIT Y INDEX %14 INT ERNET SOURCES %1 PUBLICAT IONS %8 ST UDENT PAPERS PRIMARY SOURCES apotekarofat.blogspot.com 1 %4 www.scribd.com 2 %2 setkab.go.id 3 %1 Submitted to Universitas Muhammadiyah 4 %1 Surakarta St udent Paper Submitted to igroup 5 %1 St udent Paper www.andiniyulina.com 6 %1 Submitted to Universitas Brawijaya 7 %1 St udent Paper docplayer.info 8 %1 e-journal.biologi.lipi.go.id 9 %1

nadzibillah.blogspot.com 10 <%1 pt.scribd.com 11 <%1 id.scribd.com 12 <%1 dokumen.tips 13 <%1 repository.usu.ac.id 14 <%1 socialsciences.eurasianacademy.org 15 <%1 EXCLUDE QUOT ES OFF EXCLUDE MAT CHES OFF EXCLUDE BIBLIOGRAPHY ON