BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penurunan angka kematian bayi dan balita (bayi dibawah lima tahun) adalah

BAB I PENDAHULUAN. Imunisasi merupakan hal yang wajib diberikan pada bayi usia 0-9

HUBUNGAN PERSEPSI IBU TENTANG IMUNISASI POLIO DENGAN STATUS IMUNISASI POLIO BAYI DI BIDAN PRAKTEK SWASTA INDARWATI MRANGGEN JATINOM KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencegah terhadap penyakit tertentu (Hidayat, 2005). Imunisasi adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai ciri khas yang berbeda-berbeda. Pertumbuhan balita akan

BAB I PENDAHULUAN. terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit. Imunisasi yang

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK IMUNISASI CAMPAK PADA BAYI USIA 9-12 BULAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BOJONG II KABUPATEN PEKALONGAN

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN

UPAYA PROMOSI DAN PREVENTIVE KESEHATAN BAYI DAN ANAK

Lalu, kekebalan seperti apa yang dimiliki bayi di bulan-bulan pertamanya?

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL. independen (pengertian imuninisasi, tujuan imunisasi, manfaat imunisasi, jenis

BAB I PENDAHULUAN. tombak pelayanan kesehatan masyarakat di pedesaan/kecamatan. pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama (Kemenkes, 2010).

Kata Kunci: Pengetahuan, KIPI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Imunitas merupakan daya tahan tubuh. Sistem imun adalah jaringan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN : SURVEI KELENGKAPAN IMUNISASI PADA BAYI UMUR 1-12 BULAN DI DESA PANCUR MAYONG JEPARA INTISARI

BAB 1 PENDAHULUAN. Batita, anak usia sekolah, dan wanita usia subur (WUS). Imunisasi lanjutan

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP KEPATUHAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI DESA MOROREJO KALIWUNGU KABUPATEN KENDAL

PERAN AYAH DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR DI PUSKESMAS KOTAGEDE I YOGYAKARTA

suatu penyakit, jika suatu saat dia terkena penyakit yang sama maka tubuhnya sudah kebal terhadap penyakit tersebut (Matondang & Siregar,

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kesehatan nasional (Budioro. B, 2010). Dalam lingkup pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. mencegah terhadap penyakit tertentu. Sedangkan vaksin adalah bahan yang

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap status gizi anak. upaya kesehatan masyarakat lainnya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN AKSES SARANA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7 HARI) DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin kedalam tubuh

BAB II. PEMBAHASAN MASALAH & SOLUSI MASALAH PERANCANGAN KAMPANYE PENGGUNAAN VAKSIN

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten

BAB I PENDAHULUAN. melawan serangan penyakit berbahaya (Anonim, 2010). Imunisasi adalah alat yang terbukti untuk mengendalikan dan

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 2 juta disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu

BAB I PENDAHULUAN. Demikian pula dari segi ekonomi dikatakan bahwa pencegahan adalah suatu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. angka kematian bayi, angka kelahiran, dan angka kematian ibu.( A.Gde Munin

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai penyakit seperti TBC, difteri, pertusis, hepatitis B, poliomyelitis, dan

BAB I. Pendahuluan. keharmonisan hubungan suami isteri. Tanpa anak, hidup terasa kurang lengkap

1 BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu penyakit sehingga seseorang tidak akan sakit bila nantinya terpapar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan anak masih menjadi fokus perhatian masyarakat dunia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. meninggal karena penyakit yang sebenarnya masih dapat dicegah. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat berbahaya, demikian juga dengan Tetanus walau bukan penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN. ditimbulkannya akan berkurang (Cahyono, 2010). Vaksin yang pertama kali dibuat adalah vaksin cacar (smallpox).

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA ANAK BALITA DI KELURAHAN PESURUNGAN KIDUL KOTA TEGAL

BAB I PENDAHULUAN. Bayi adalah anak usia 0-2 bulan (Nursalam, 2013). Masa bayi ditandai dengan

2. Apa saja program imunisasi dasar lengkap yang ibu ketahui? a. BCG b. DPT c. Polio d. Campak e. Hepatitis B

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga sebagai unit terkecil dari kehidupan bangsa. Kemandirian keluarga dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 ini masih jauh lebih baik dibandingkan dengan 20 tahun

BAB I PENDAHULUAN. setidaknya 50% angk kematian di Indonesia bisa dicegah dengan imunisasi dan

KUESIONER PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh masyarakat dan bekerja bersama untuk masyarakat secara sukarela (Mantra,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

INSTRUMEN PENELITIAN PERILAKU BIDAN TENTANG PENYIMPANAN DAN TRANSPORTASI VAKSIN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HELVETIA MEDAN 2014

SOP ( Standar Operasional Prosedur ) Imunisasi

BAB I PENDAHULUAN. dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Imunisasi merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memasukan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah

BAB I PENDAHULUAN. tujuan utama dari pemberian vaksinasi. Pada hakekatnya kekebalan tubuh

HOSPITAL MAJAPAHIT Vol. 3 No. 1, Februari 2011

BAB I PENDAHULUAN. Program kesehatan di Indonesia periode adalah Program

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya, selain indikator Angka Kematian Ibu (AKI), Angka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG EFEK SAMPING DPT DENGAN KETEPATAN IMUNISASI ULANG DPT DI DESA KRAJANKULON WILAYAH PUSKESMAS KALIWUNGU

Pertanyaan dan Jawaban tentang imunisasi. Petunjuk untuk pemuka masyarakat, kader PSF, kelompok masyarakat, tentang imunisasi di Timor Leste

DINAS KESEHATAN KOTA TANGERANG

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU DENGAN KETEPATAN WAKTU MELAKUKAN IMUNISASI PADA BAYI DI BPS SRI MARTUTI, PIYUNGAN, BANTUL, YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN TEORI. meningkatkan kekebalan tubuh seseorang terhadap suatu. terbentuk antibodi untuk melawan vaksin tersebut dan sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PELAYANAN IMUNISASI PANDUAN BAB I DEFINISI BAB II

DAN INFORMASI KESEHATAN SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI MALANG 2011/2012

BAB I PENDAHULUAN. mencegah tubuh dari penularan penyakit infeksi. Penyakit infeksi. adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme

Lampiran 1 LEMBAR PERSETUJUAN. Saya yang bertanda tangan dan bertanggung jawab dengan pernyataan di bawah ini: Nama : Umur :

5 Imunisasi Dasar Lengkap Terbaru Untuk Bayi Beserta Jadwal Pemberiannya

Saya sebagai mahasiswa Prodi D-III Keperawatan Fakultas Ilmu. Kesehatan Universitas Muhammadiyah Ponorogo, bermaksud melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. bayi dan kematian ibu melahirkan. Menitik beratkan pada pembangunan bidang

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (SKN), salah satu indikator kerjanya ditinjau dari angka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. intrauterin ke kehidupan ekstrauterin (Dewi, 2013 : 1). neonatus sebagai individu yang harus menyesuaikan diri dari kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban

KERANGKA ACUAN PELAYANAN IMUNISASI PROGRAM IMUNISASI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DIFTERI, PERTUSIS DAN TETANUS (DPT) DI PUSKESMAS COT BA U KOTA SABANG

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

PENGARUH DUKUNGAN MASYARAKAT BAGI KELUARGA TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELUARGA DALAM PROGRAM IMUNISASI DASAR DI KELURAHAN DAYEUH LUHUR

LAMPIRAN 1. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam Sustainable Development Goals (SDG S). Tujuan ke ketiga SDGs adalah

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PENDIDIKAN DAN INFORMASI IBU DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA ANAK 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS TITUE KABUPATEN PIDIE

FORMULIR PERSETUJUAN PENELITIAN. D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Penelitian ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IMUNISASI SWIM 2017 FK UII Sabtu, 14 Oktober 2017

BAB 1 PENDAHULUAN. Program imunisasi merupakan sub sistem dari sistem pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tujuh macam penyakit (PD3I) yaitu penyakit TBC, Difteri, Tetanus,

Halijah Lidia Widia RINGKASAN. Kata Kunci : Persepsi ibu, Posyandu, dan Imunisasi Lengkap Pada Bayi ABSTRACT

PERSEPSI ORANG TUA TENTANG IMUNISASI TAMBAHAN PADA BAYI DI BPS NY. M Amd. Keb DESA KALIREJO KEC. SUMBER MALANG KAB. SITUBONDO KARROMNA

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Hasil Penelitian Terdahulu Penelitian yang dilakukan oleh Karromna (2014) yang berjudul Persepsi Orang Tua Tentang Imunisasi Tambahan pada Bayi di BPS Ny. M Amd.Keb Desa Kalirejo Kec. Sumber Malang Kab. Situbondo dengan penelitian Meilani Yudi Arini (2009) yang berjudul Hubungan Persepsi Ibu Tentang Imunisasi Polio dengan Status Imunisasi Polio Bayi di Bidan Praktek Swasta Indarwati Mranggen Jatinom Klaten memiliki persamaan sama-sama meneliti persepsi terhadap imunisasi, dengan instrument yang digunakan sama-sama menggunakan kuesioner. Namun pada penelitian Meilani menggunakan instrument tambahan berupa KMS. Jenis penelitian yang digunakan oleh Karomna menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan survei, sedangkan penelitian Meilani menggunakan jenis penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Perbedaan terletak pada teknik sampling yang digunakan dalam penelitian Karromna dan Meilani, dimana penelitian Karromna menggunakan probability sampling tipe simple random sedangkan pada penelitian Meilani menggunakan total sampling. Hasil yang diperoleh dari penelitian Karromna adalah responden mempunyai persepsi negatif tentang imunisasi tambahan pada bayi sebanyak 21 responden (61.8%) dan sebagian kecil responden mempunyai persepsi positif tentang imunisasi tambahan pada bayi sebanyak 13 responden (38.2%). Sedangkan hasil yang diperoleh dari penelitian Meilani adalah sebanyak 17 orang (63,6%) mempunyai persepsi baik dan persepsi cukup baik sebanyak 11 orang (36,7%) dan yang mempunyai persepsi kurang baik sebanyak 2 orang (6,7%). Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan adalah mengetahui persepsi imunisasi serta menghitung partisipasi imunisasi sebelum dan sesudah adanya kasus vaksin palsu bulan Juni tahun 2016. Persepsi diperoleh dengan menggunakan kuesioner, sedangkan partisipasi diperoleh dari! 4!

partisipasi imunisasi dengan angka kelahairan di tahun 2016. Dengan menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional dengan proportional sample. B. Landasan Teori 1. Imunisasi a. Pengertian Imunisasi dasar adalah pemberian imunisasi awal pada bayi yang baru lahir sampai usia satu tahun untuk mencapai kadar kekebalan diatas ambang perlindungan. (Depkes RI, 2009). Imunisasi berasal dari kata imun, kebal atau resisten. Anak diimunisasi berarti diberikan kekebalan terhadap suatu penyakit tertentu. Anak kebal atau resisten terhadap suatu penyakit, tetapi belum tentu kebal terhadap penyakit lain (Notoatmodjo, 2007). Dengan kata lain, imunisasi merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu. Vaksin adalah bahan yang dipakai untuk merangsang pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin BCG, DPT, Campak dan melalui mulut seperti vaksin polio (Hidayat, 2008). b. Tujuan imunisasi Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan menghilangkan penyakit tertentu dari dunia seperti pada imunisasi cacar (Ranuh dkk, 2008). Memberikan kekebalan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi yaitu Polio, Campak, Difteri, Pertusis, Tetanus, TBC dan Hepatitis B (Depkes, 2009). c. Syarat-syarat pemberian imunisasi Terdapat beberapa jenis penyakit yang di anggap berbahaya bagi anak, yang pencegahannya dapat dilakukan dengan pemberian! 5!

imunisasi dalam bentuk vaksin. Dapat dipahami bahwa imunisasi hanya dilakukan pada tubuh yang sehat. Berikut ini keadaan yang tidak boleh memperoleh imunisasi yaitu : sakit keras, keadaan fisik lemah, dalam masa tunas suatu penyakit, sedang mendapat pengobatan (Huliana, 2007) Menurut Depkes RI (2009), dalam penelitian imunisasi ada syarat yang harus diperhatikan yaitu : diberikan pada bayi atau anak yang sehat, vaksin yang diberikan harus baik, disimpan dilemari es, dan belum lewat masa berlakunya, pemberian imunisasi dengan tekhnik yang tepat, mengetahui jadwal imunisasi dengan melihat umur dan jenis imunisasi yang diterima, meneliti jenis vaksin yang diberikan, memberikan dosis yang akan diberikan serta memberikan informed consent kepada orang tua atau keluarga sebelum melakukan tindakan imunisasi yang sebelumnya telah dijelaskan kepada orang tuanya tentang manfaat dan efek samping dalam pemberian imunisasi. d. Jenis Imunisasi Imunisai di klasifikasikan menjadi dua jenis yaitu imunisasi pasif dan imunisasi aktif (Riyadi dan Sukarmin, 2009) Imunisasi pasif Disini tubuh tidak membuat sendiri zat anti akan tetapi tubuh mendapatkannya dari luar dengan cara menyuntikkan bahan atau serum yang telah mengandung zat anti. Atau anak tersebut mendapatkannya dari ibu saat dalam kandungan. Imunisasi aktif Merupakan imunisasi yang dilakukan dengan cara menyuntikkan antigen ke dalam tubuh sehingga tubuh anak sendiri yang akan membuat zat antibodi yang akan bertahan bertahun-tahun lamanya. Imunisasi aktif ini akan lebih bertahan lama daripada imunisasi pasif. Berikut ini akan dijelaskan mengenai pemberian vaksin dalam kaitannya dengan imunisasi aktif (Riyadi dan Sukarmin, 2009):! 6!

a. Vaksin Polio Bibit penyakit yang menyebabkan polio adalah virus. Vaksin yang digunakan oleh banyak negara adalah vaksin hidup (yang telah dilemahkan), vaksin ini berbentuk cair, kemasannya sebanyak 1 cc atu 2 cc dalam flakon yang dilengkapi dengan pipet untuk meneteskan vaksin. Pemberian secara oral sebanyak 2 tetes langsung dari botol ke mulut bayi dengan tanpa menyentuh mulut bayi. Vaksin polio oral ini mudah dan cepat rusak jika terkena panas apabila dibandingkan dengan vaksin lainnya. b. Vaksin Campak Bibit penyakit yang menyebabkan campak (meales) adalah virus. Vaksin yang digunakan adalah vaksin hidup yang sudah dilemahkan. Kemasan dalam flakon dalah berbentuk gumpalangumpalan yang beku dan kering untuk kemudian dilarutkan dalam 5 cc cairan. Potensi vaksin yang sudah dilarutkan akan cepat menurun, vaksin ini mudah rusak oleh panas. c. Vaksin BCG (Bacillus Calmet Guirnet) Vaksin BCG melindungi anak terhadap tuberkulosis (TBC), dibuat dari bibit penyakit hidup yang telah dilemahkan. Vaksin ini berasal dari bakteri, bentuknya beku, kering seperti campak, jika telah dilarutkan harus segera digunakan maksimal 3 jam, mudah rusak jika terkena sinar matahari langsung, sehingga kemasannya terbuat dari botol yang berwarna gelap. d. Vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus) Terdiri dari toxoid difteri, bakteri pertusis dan tetanus toxoid, dapat disimpan dalam suhu 2-8 derajat celcius. Kemasan yang digunakan adalah 5 cc untuk DPT, 5 cc untuk TT dan 25 cc untuk DT. e. Vaksin Toxoid Difteri Merupakan bagian dari vaksin DPT atau DT, vaksin dibuat dari toxoid yang merupakan racun yang telah dilemahkan, ini akan rusak jikadibekukan dan juga bisa rusak oleh panas.! 7!

f. Jadwal Imunisasi Jadwal imunisasi dasar lengkap sesuai Buku Kesehatan Ibu dan Anak dari Dinas Kesehatan Kabupaten Pati adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap Umur 0-7 hari 1 bulan 2 bulan 3 bulan 4 bulan 9 bulan Sumber : Depkes, 2009 Jenis Imunisasi Hepatitis B 1 BCG Hepatitis B 2, DPT 1, Polio 1 Hepatitis B 3, DPT 2, Polio 2 DPT 3, Polio 3 Campak, Polio 4 2. Persepsi Persepsi adalah suatu proses otomatis yang terjadi dengan sangat cepat dan kadang tidak disadari, di mana seseorang dapat mengenali stimulus yang diterimanya. Persepsi yang dimiliki dapat mempengaruhi tindakan seseorang. Jika dikaitkan dengan risiko, maka persepsi terhadap risiko merupakan proses dimana individu menginterpretasikan informasi mengenai risiko yang mereka peroleh (Notoatmodjo, 2007). Menurut Robbins, persepsi dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang ditempuh individu-individu untuk mengorganisasikan dan menafsirkan kesan indera mereka agar memberi makna kepada lingkungan mereka. Apa yang dipersepsikan seseorang dapat berbeda dari kenyataan yang objektif. Misalnya, dimungkinkan bahwa semua karyawan dalam sebuah perusahaan memandang perusahaan itu sebagai tempat yang hebat untuk bekerja -kondisi kerja yang menguntungkan, tugas pekerjaan yang menarik, upah yang baik, manajemen yang bijaksana dan bertanggung jawab. Tetapi seperti kebanyakan kita tahu, sangatlah tidak biasa untuk mendapatkan kesepakatan seperti itu (Robbins, 2008). Dalam proses persepsi, terdapat tiga komponen utama berikut (Sobur, 2011): 1. Seleksi adalah proses penyaringan oleh indera terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.! 8!

2. Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyaiarti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi kepribadian, dan kecerdasan. Interpretasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengategorian informasi yang diterimanya, yaitu proses mereduksi informasi yang kompleks menjadi sederhana. 3. Interpretasi dan persepsi kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi. Jadi proses persepsi adalah melakukan seleksi, interpretasi, dan pembulatan terhadap informasi yang sampai. Menurut Notoatmodjo (2007), ada banyak faktor yang akan menyebabkan stimulus dapat masuk dalam rentang perhatian seseorang. Faktor penyebab ini dibagi menjadi dua bagian besar, yaitu faktor eksternal dan faktor internal. 1. Faktor eksternal adalah faktor yang melekat pada objeknya. a. Kontras : cara termudah untuk menarik perhatian adalah dengan membuat kontras baik pada warna, ukuran, bentuk, atau gerakan. b. Perubahan intensitas : suara yang berubah dari pelan menjadi keras, atau cahaya yang berubah dengan intensitas tinggi. Faktor pada target: hal baru, gerakan, bunyi, ukuran, latar belakang, kedekatan.faktor dalam situasi: waktu, keadaan/tempat kerja, keadaan sosial. Faktor pada pemersepsi: sikap, motif, kepentingan, pengalaman, pengharapan Persepsi. c. Pengulangan (repetition) : dengan pengulangan, walaupun pada mulanya stimulus tersebut tidak masuk dalam rentang perhatian seseorang, maka akhirnya akan mendapat perhatian. d. Sesuatu yang baru (novelty) : suatu stimulus yang baru akan lebih menarik perhatian seseorang daripada sesuatu yang telah diketahui. e. Sesuatu yang menjadi perhatian orang banyak.! 9!

2. Faktor internal adalah faktor yang terdapat pada orang yang mempersepsikan stimulus tersebut. Faktor internal yang ada pada seseorang akan mempengaruhi bagaimana seseorang menginterpretasikan stimulus yang dilihatnya. Itu sebabnya stimulus yang sama dapat dipersepsikan secara berbeda. a. Pengalaman/ pengetahuan : pengalaman atau pengetahuan yang dimiliki seseorang merupakan faktor yang sangat berperan dalam menginterpretasikan stimulus yang diperoleh. Pengalaman masa lalu atau apa yang telah dipelajari seseorang akan menyebabkan terjadinya perbedaan interpretasi. b. Harapan atau expectation c. Kebutuhan : kebutuhan akan menyababkan stimulus tersebut dapat masuk dalam rentang perhatian seseorang dan kebutuhan ini akan menyebabkan seseorang menginterpretasikan stimulus secara berbeda. d. Motivasi e. Emosi f. Budaya : seseorang dengan latar belakang budaya yang sama akan menginterpretasikan orang-orang dalam kelompoknya secara berbeda, namun akan mempersepsikan orang-orang di luar kelompoknya sebagai sama saja. 3. Partisipasi Partisipasi masyarakat dalam pembangunan kesehatan masyarakat merupakan hak dan kewajiban anggota masyarakat baik sebagai individu maupun dalam kelompok (WHO, 1979). Sedangkan Davis dan Newstrom (1993), memberikan pengertian partisipasi adalah keterlibatan mental dan emosional orang-orang dalam suatu kelompok yang mendorong mereka untuk memberikan kontribusi kepada tujuan kelompok dan berbagai tanggung jawab pencapaian tujuan itu. Partisipasi masyarakat dapat dilakukan dengan menunjukkan perhatian dan kepedulian kepada masyarakat, memprakarsai dialog lintas! 10

sektoral secara berkelanjutan, menciptakan rasa memiliki terhadap program yang sedang berjalan, penyuluhan kesehatan dan mobilisasi serta membuat suatu mekanisme yang mendukung kegiatan masyarakat (Depkes, 2009). Menurut Notoatmodjo (2007) partisipasi masyarakat di bidang kesehatan berarti keikutsertaan seluruh anggota masyarakat dalam memecahkan masalah kesehatan mereka sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat terdiri dari faktor dari dalam masyarakat (internal), yaitu kemampuan dan kesediaan masyarakat untuk berpartisipasi, maupun faktor dari luar masyarakat (eksternal) yaitu peran aparat dan lembaga formal yang ada. Menurut Plumer (dalam Suryawan, 2004:27), beberapa faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk mengikuti proses partisipasi adalah: a. Pengetahuan dan keahlian. Dasar pengetahuan yang dimiliki akan mempengaruhi seluruh lingkungan dari masyarakat tersebut. Hal ini membuat masyarakat memahami ataupun tidak terhadap tahap-tahap dan bentuk dari partisipasi yang ada. b. Pekerjaan masyarakat. Biasanya orang dengan tingkat pekerjaan tertentu akan dapat lebih meluangkan ataupun bahkan tidak meluangkan sedikitpun waktunya. Untuk berpartisipasi pada suatu proyek tertentu. Seringkali alasan yang mendasar pada masyarakat adalah adanya pertentangan antara komitmen terhadap pekerjaan dengan keinginan untuk berpartisipasi. c. Tingkat pendidikan dan buta huruf. Faktor ini sangat berpengaruh bagi keinginan dan kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi serta untuk memahami dan melaksanakan tingkatan dan bentuk partisipasi yang ada. d. Jenis kelamin. Sudah sangat diketahui bahwa sebagian masyarakat masih menganggap faktor inilah yang dapat mempengaruhi keinginan dan kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi beranggapan bahwa laki-laki dan perempuan akan mempunyai persepsi dan pandangan berbeda terhadap suatu pokok permasalahan.! 11

e. Kepercayaan terhadap budaya tertentu. Masyarakat dengan tingkat heterogenitasyang tinggi, terutama dari segi agama dan budaya akan menentukan strategi partisipasi yang digunakan serta metodologi yang digunakan. Seringkali kepercayaan yang dianut dapat bertentangan dengan konsep-konsep yang ada. C. Kerangka Konsep Persepsi terhadap imunisasi sebelum dan sesudah adanya kasus vaksin palsu Baik Kasus vaksin palsu bulan Juni 2016 Kurang baik Partisipasi terhadap imunisasi sebelum dan sesudah adanya kasus vaksin palsu! Baik Kurang baik! 12