UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENTS TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION

dokumen-dokumen yang mirip
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENTS TEAM ACHIEVEMENT DIVISION

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE

ARTIKEL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Sarjana (S1) Pendidikan Matematika

Akhmad Suyono *) Dosen FKIP Universitas Islam Riau

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS V.A PADA PEMBELAJARAN IPS MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS III SEKOLAH DASAR NEGERI 003 KOTO PERAMBAHAN

Jurnal Geografi Media Infromasi Pengembangan Ilmu dan Profesi Kegeografian

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

Program Studi Pendidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Riau ABSTRACT

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran IPA Melalui Model Kooperatif Learning Tipe STAD di Kelas 3 SD Inpres 1 Siney

MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V DALAM PEMBELAJARAN PKn DENGAN MODEL GROUP INVESTIGATION DI SDN 05 PADANG PASIR KOTA PADANG

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK TALK WRITE (TTW) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR EKONOMI DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STAD

PENINGKATAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS V SDN 15 LUBUK ALUNG MELALUI PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION (RME)

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PELAJARAN IPA DENGAN METODE DEMONSTRASI BERBANTU MEDIA GAMBAR PADA KELAS IV SDN LOMPIO. Oleh.

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER PADA SISWA KELAS V SDN 26 PASAMAN

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN PENDEKATAN BRAIN BASED LEARNING DI SDN 20 KURAO PAGANG

Lia Agustin. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako ABSTRAK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS DAN MIND MAPPING

Pendahuluan. Meris et al., Meningkatkan Kemampuan Menulis...

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

Universitas Negeri Makassar, Jl. Dg Tata Raya Makassar, Makassar

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SEARCH SOLVE CREATE SHARE (SSCS) UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII-2 SMP NEGERI 13 PEKANBARU

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DITINJAU DARI AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

Jurnal Pendidikan dan Teknologi Informasi Vo. 3, No. 1, September 2016, Hal ISSN : Copyright 2016 by LPPM UPI YPTK Padang

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION

ARTIKEL SKRIPSI OLEH NAHWAN SHOLIHAN ZIKKRI E1R PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI KEPADATAN POPULASI MANUSIA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI SMP ARTIKEL PENELITIAN OLEH

HALAMAN PERSETUJUAN ARTIKEL PENELITIAN

Jurusan Pedidikan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Siliwangi Tasikmalaya Jl. Siliwangi No. 24 Kota Tasikmalaya )

ARTIKEL PENELITIAN PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMBELAJARAN IPS DENGAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING DI SD NEGERI 03 SUAYAN TINGGI

Indah Purnama *) Kartini dan Susda Heleni **) Progam Studi Pendidikan Matematika FKIP UR HP :

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ORGANISASI KEHIDUPAN DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN THINK, TALK, WRITE

Lilia Mutiara *) Susda Heleni dan Kartini **) Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Riau

Departement of Mathematic Education Mathematic and Sains Education Major Faculty of Teacher Training and Education Riau University

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SEMESTER 2 SD

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

PENERAPAN MODEL KOOPERATIF TIPE STAD DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 KARANGTANJUNG TAHUN AJARAN 2012/2013

PENERAPAN SUPERVISI AKADEMIK PENGAWAS DALAM UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU MENERAPKAN MODEL STAD

PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD

KALAM CENDEKIA, Volume 5, Nomor 1.1, hlm

Anna Hartati MTs Negeri Barabai Abstract

INCREASED INTEREST IN STUDYING GRADE IIIA IN LEARNING SOCIAL STUDIES THROUGH THE TECHNIQUES OF ICE BREAKER IN SD KARTIKA 1-10 PADANG

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN APTITUDE TREATMENT INTERACTION

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta

MENINGKATKAN PARTISIPASI DAN HASIL BELAJAR IPA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COURSE REVIEW HOREY PADA SISWA KELAS IV DI SDN 17 SUNGAI GERINGGING PARIAMAN

PENINGKATAN KETERLIBATAN DAN MINAT BELAJAR MELALUI PEMBELAJARAN STAD TERMODIFIKASI PERMAINAN ULAR TANGGA

Fatma Kumala 1, Sehatta Saragih 2, Nahor Murani Hutapea 3 No. Hp.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

ARTIKEL KOOPERATIF STAD UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR BERGULING SENAM LANTAI

MENINGKATKAN KEAKTIFAN BELAJAR BILANGAN BULAT SISWA KELAS V MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BAMBOO DANCING. Dyah Tri Wahyuningtyas

PENINGKATAN HASIL BELAJAR KIMIA MELALUI PERAN TUTOR SEBAYA SISWA KELAS X.A SMA

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SQUARE

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS I SDN 77 PEKANBARU

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR ILMU PENGETAHUAN SOSIAL SISWA KELAS IIC SDN 91 PEKANBARU

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA SISWA KELAS IV SD INPRES BTN IKIP II MAKASSAR

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN MELALUI STAD

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA PEMBELAJARAN IPA DI SD

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOPERATIF TIPE JIGSAW UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MATERI POKOK HIMPUNAN SEMESTER 1 KELAS VII MTsN

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SDN 10 Biau

BAB IV DESKRIPSI DATA DAN ANALISIS DATA

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA TENTANG SOAL CERITA PECAHAN PADA SISWA KELAS V SEKOLAH DASAR

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE

PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PENJASKES SISWA SMP

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS V.E DENGAN MENGGUNAKAN MODEL WORD SQUARE DI SD KARTIKA I-10 PADANG

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENGHITUNG ARITMATIKA SOSIAL MELALUI PENERAPAN MODEL STAD. Kasurip

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEAM GAME TOURNAMENT

MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP N 4 WONOSARI MELALUI STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISONS

BAMBOO DANCING. Dyah Tri Wahyuningtyas Pendidikan Guru Sekalah Dasar Universitas Kanjuruhan Malang

Jurnal Kreatif Tadulako Online Vol. 4 No. 9 ISSN X

UPAYA PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA TENTANG STRUKTUR BATANG DAN FUNGSINYA MELALUI METODE DEMONSTRASI

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTEKTUAL MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI METODE INKUIRI PADA SISWA KELAS IV SDN 27 SAGO PESISIR SELATAN

PENGGUNAAN TIPE STAD DENGAN MEDIA GAMBAR DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPS DI KELAS IV SEKOLAH DASAR

PENGGUNAAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG BANGUN DATAR PADA SISWA KELAS III SDN KRADENAN

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia

Noviana Kusumawati Pendidikan Matematika FKIP Universitas Pekalongan Jl. Sriwijaya No 3 Pekalongan, ABSTRAK

PENINGKATAAN KEAKTIFAN BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN STRATEGI STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS

PENINGKATAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV DALAM PEMBELAJARAN PKN DENGAN STRATEGI TRUE OR FALSE DI SD NEGERI 13 SURAU GADANG PADANG

Kata Kunci: metode inkuiri, kemampuan berpikir kritis, hasil belajar, kegiatan ekonomi

Ratna Situmeang SDN 004 Bagan Besar Kecamatan Bukit Kapur

Tersedia online di EDUSAINS Website: EDUSAINS, 7 (2), 2015,

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA MATERI ASAM DAN BASA DENGAN MENGGUNAKAN INQUIRY BASED LEARNING (IBL) PADA KELAS XI IPA 2 SMA NEGERI 5 MAKASSAR

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN MATEMATIKA TENTANG PECAHAN SISWA KELAS IV SD

Hannaning dkk : Penerapan pembelajaran Berbasis Inkuiri untuk Meningkatkan Kemampuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISIONS

Raihan SD Negeri 007 Bagan Besar

Nora Efmawati Syahrilfuddin, Hendri Marhadi,

ARTIKEL PENELITIAN. Oleh RANTI EFRIZAL NPM

Noorhafizah dan Rahmiliya Apriyani

Program Studi Pendidikan Matematika

PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA

PENERAPAN MODEL LEARNING CYCLE 5E (LC 5E) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS X 8 SMA NEGERI 2 SIAK HULU

PENGGUNAAN ALAT PERAGA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS V SD NEGERI 29 PAGARALAM TENTANG SIFAT-SIFAT BANGUN RUANG

Transkripsi:

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN STUDENTS TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION Adek Hanna Tri Hartati SD Negeri 200515 Padangsidimpuan, kota Padangsidimpuan Abstract: This study aims to improve learning outcomes mathematics Elementary School fourth grade students on material 200 515 Padangsidimpuan geometry through peenerapan learning model Students Teams Achievement Divission. Subjects of this study amounted to 30 people. Based on the results of research and discussion, it can be concluded that the application of learning models Students Teams Achievement Divission can improve students' mathematics learning outcomes in the material geometry. It can be seen from the results obtained by the students in each siklusnyanya. In the first cycle of learning gained 25 students (83.33%) of the 30 students who received a score of 70 and the second cycle learning outcomes of students has increased, it can be seen from 27 students (90%) who scored 70. Keywords: Students Teams Achievement Division, geometry Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV SD Negeri 200515 Padangsidimpuan pada materi bangun ruang melalui peenerapan model pembelajaran Students Teams Achievement Divission. Subjek penelitian ini berjumlah 30 orang. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Students Teams Achievement Divission dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa pada materi bangun ruang. Hal ini dapat dilihat dari hasil yang diperoleh siswa pada tiap siklusnyanya. Pada pembelajaran siklus I diperoleh 25 siswa (83,33%) dari 30 siswa yang memperoleh nilai 70 dan pada siklus II hasil belajar siswa mengalami peningkatan, hal ini dapat dilihat dari 27 siswa (90%) yang memperoleh nilai 70. Kata kunci: Students Teams Achievement Division, bangun ruang Perkembangan pesat di bidang teknologi dan informasi dewasa ini tidak lepas kaitannya dengan pendidikan. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat diperlukan oleh individu, kapan dan di manapun dia berada, terutama matematika di mana matematika merupakan suatu ilmu yang sangat mendasar dan selalu diperlukan di setiap cabang ilmu lain. Banyak hal yang menjadi penyebab kesulitan siswa dalam mempelajari matematika. Salah satunya adalah kemampuan memecahkan

masalah matematika masih rendah. Hal ini dikarenakan siswa tidak terbiasa menyelesaikan soal yang merupakan soal-soal yang berupa masalah yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. Didalam proses pembelajaran masih sering ditemukan adanya kecenderungan meminimalkan keterlibatan siswa lebih bersifat pasif sehingga siswa lebih banyak menunggu sajian materi dari guru tanpa berusaha untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam pembelajaran matematika. Pembelajaran seperti ini mengakibatkan pembelajaran hanya menghafal ilmu yang diberikan oleh guru secara utuh. Dengan diberikannya seluruh konsep-konsep kepada siswa, akibatnya siswa kurang memahami konsep-konsep dan tidak mampu menggunakan konsep-konsep yang ada untuk memecahkan masalah. Di samping itu, para tenaga pendidik belum menyadari pentingnya kemampuan pemecahan masalah dalam matematika. Guru lebih sering memberikan soal-soal yang hanya berpanduan dengan satu buku saja, sehingga siswa tidak menerima soalsoal dalam bentuk pemecahan masalah. Di sekolah yang peneliti teliti belum diterapkan model Students Teams Achievement Division dalam pembelajaran matematika khususnya pada materi Bangun Ruang. Model pembelajaran yang digunakan oleh guru bidang studi yang belum sesuai, dalam mengajar guru cenderung test book oriented, hanya memberikan informasi rumus yang diikuti dengan pemberian contoh soal, sehingga siswa merasa jenuh, dan menyebabkan pencapaian hasil belajar rendah. Pembelajaran harus lebih bermakna dan membawa siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan. Pengalaman yang diperoleh siswa akan semakin berkesan apabila proses pembelajaran yang diperolehnya merupakan hasil dari pemahaman dan penemuannya sendiri. Dalam konteks ini siwa mengalami dan melakukannya sendiri. Proses pembelajaran yang berlangsung melibatkan siswa sepenuhnya untuk menemukan rumus, konsep atau prinsip dalam matematika. Keterlibatan guru hanya sebagai fasilitator dan moderator dalam proses pembelajaran tersebut. Secara khusus, pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika. Dengan sendirinya akan terjadi perubahan sudut pandang kegiatan pembelajaran dari guru mengajar menjadi siswa belajar yang merupakan pokok utama dalam Kurikulum K-13. Oleh karena itu guru dituntut untuk mendorong siswa belajar secara aktif dan dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah dalam matematika yang merupakan faktor penting dalam matematika. Untuk meningkatkan kualitas siswa, dibutuhkan perubahan paradigma pembelajaran yang mengkondisikan siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran untuk mengkonstruksi sendiri pengetahuannya. Dengan kata lain, ketika mengajar dikelas, guru berupaya menciptakan kondisi lingkungan belajar yang dapat membelajarkan siswa, dapat mendorong siswa belajar, atau memberi kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif mengkonstruksi konsep-konsep yang dipelajarinya.

Untuk mencapai hal tersebut pengajar harus menggunakan pendekatan, strategi, model atau metode yang inovatif. Salah satu model pembelajran kooperatif adalah tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions). Pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif untuk mendorong siswa saling membantu dan memotivasi serta menguasai keterampilan yang dibentuk oleh guru. Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa dalam kelas tertentu dibagi menjadi kelompok dengan anggota sekitar 4 sampai 5 orang. Setiap kelompok haruslah heterogen, memiliki kemampuan yang tinggi, sedang dan rendah. Anggota tim meggunakan lembar kegiatan atau perangkat pembelajaran yang lain untuk menuntaskan materi pelajarannya dan kemudian saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran memalui tutorial, kuis atau melakukan diskusi. METODE Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 200515 Padangsidimpuan yang semester genap 2016, yaitu pada bulan April sd. Mei 2016. Sebagai subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri 200515 Padangsidimpuan dengan jumlah siswa sebanyak 30 siswa. Dengan perempuan 18 dan laki-laki sebanyak 12 siswa. Objek penelitian ini adalah hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajran kooperatif adalah tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions). HASIL DAN PEMBAHASAN Pra Siklus Kemampuan siswa sebelum dilakukan pembelajaran dengan model pembelajaran STAD dapat dilihat dari hasil pra siklus yang diberikan kepada siswa kelas SD Negeri 200515 Padangsidimpuan yang berjumlah 30 orang. Dari 30 orang siswa hanya 5 orang (13,88%) yang mempunyai skor diatas atau sama dengan 70 (mencapai syarat ketuntasaan belajar) sedangkan 25 orang (86,11%) yang mendapat skor dibawah 70. Rata-rata kelas hanya mencapai 48,681 dengan tingkat ketuntasan belajar klasikal adalah 13,88%. Dengan melihat banyak siswa yang tidak mampu mencapai tingkat ketuntasan maka pelaksanaan tindakan dilakukan secara klasikal. Hasil pra siklus digunakan sebagai acuan di dalam pemberian tindakan ini dan dalam menyusun program pengajaran untuk dilaksanakan siklus I dalam membantu meningkatkan hasil belajar siswa pada materi bangun ruang. Siklus I Perencanaan Pada tahap ini hal-hal yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut: (1) Peneliti membuat scenario pembelajaran yang berisikan langkahlangkah kegiatan dalam pembelajaran dengan menggunakan model STAD, (2) Peneliti menyiapkan sumber/ materi yang akan diajarkan kepada siswa, (3) Peneliti menyusun format observasi pembelajaran, (4) Peneliti

menyusun instrument tes hasil belajar siswa. Tindakan Pada tahap pemberian tindakan dilakukan kegiatan belajar mengajar. Kegiatan pengajaran yang dilakukan peneliti adalah sebagai berikut: 1. Peneliti melaksanakan kegiatan pembelajaran yang diawali dengan meminta siswa membentuk kelompok seperti yang telah disepakati sebelumnya, meminta beberapa siswa menyebutkan bentuk umum persamaan kuadrat. 2. Kemudian peneliti bersama siswa menarik kesimpulan bentuk umum bangun ruang. 3. Peneliti menjelaskan sifat-sifat kubus. 4. Memberikan suatu permasalahan terkait kehidupan sehari-hari yang menyangkut sifat-sifat kubus. 5. Peneliti membimbing siswa mendefenisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah yang sedang di bahas. 6. Peneliti memantau aktifitas siswa dan mengarahkan apabila siswa mengalami kesulitan. 7. Setelah beberapa saat, peneliti meminta salah satu kelompok untuk mengemukakan hasil diskusinya dan kelompok lain menanggapi. 8. Peneliti bersama siswa menarik kesimpulan bagaimana menyelesaikan sifat-sifat kubus. 9. Peneliti membagikan LKS kepada siswa agar lebih berperan dalam proses pembelajaran dengan batas waktu yang telah ditetapkan. Membantu siswa apabila siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan LKS yang telah dibagikan. 10. Setelah waktu untuk mengerjakan LKS selesai, meminta beberapa siswa untuk mengemukakan hasil pekerjaannya dan siswa yang lain menanggapinya. 11. Memberikan kesempatan bagi siswa untuk bertanya mengenai hal-hal yang kurang dipahami. Analisis Data Untuk mengetahui apakah kondisi belajar sudah terlaksana sesuai dengan skenario pembelajaran dengan model STAD, maka pada saat pembelajaran berlangsung supervisor II bertindak sebagai observer yang mengamati setiap kegiatan pembelajaran. Persentase hasil belajar siswa adalah 83,33%. Dari data didapat tingkat kemampuan pemecahan masalah siswa sedang. Tingkat kemampuan pemecahan masalah (KPM) sedang dapat dilihat dari 25 orang siswa tuntas sesuai KKM dan 5 orang tidak tuntas. Rata-rata hasil belajar siswa yaitu 72,31. Berdasarkan hasil siklus I bahwa kemampuan dan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah masih rendah, hal ini dapat dilihat dari banyaknya kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal dan rendahnya nilai rata-rata kelas yang diperoleh pada tes hasil belajar siswa yaitu, 72,31 dan dari 30 siswa hanya 25 siswa (83,33%) yang memperoleh nilai 70 ke atas sedangkan 5 siswa (16,67%) memperoleh nilai 70 ke bawah. Refleksi

Dari hasil observasi pengelolaan pembelajaran pada siklus ini ditemukan beberapa tindakan peneliti yang masih kurang memaksimalkan kegiatan pembelajaran, yaitu: 1. Peneliti belum mampu secara maksimal dalam mengelola dan melaksanakan kegiatan belajar sesuai dengan model Students Teams Achievement Division 2. Peneliti masih kurang efektif dalam pengawasan dan pemberian bantuan secara individual, kelompok maupun klasikal kepada siswa pada saat diskusi sedang berjalan. 3. Diskusi kelompok masih belum optimal karena masih ada siswa yang membicarakan hal-hal di luar materi belajar. 4. Sebagian siswa sudah mulai aktif namun masih lebih banyak siswa yang pasif dalam proses pembelajaran, siswa kurang berani mengemukakan ide/ gagasannya di depan kelas. 5. Siswa masih kurang teliti dalam perhitungan, sehingga salah dalam penyelesaian tahap akhir. Untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan dan mempertahankan serta meningkatkan keberhasilan yang telah dicapai pada siklus I, maka pada pelaksanaan siklus II direncanakan: 1. Peneliti akan meningkatkan kemampuan untuk mengelola pembelajaran yang lebih menarik dan sesuai dengan kelima langkah pembelajaran dengan model STAD. 2. Peneliti akan lebih aktif dalam pengawasan dan pemberian bantuan kepada siswa baik secara individual, kelompok dan klasikal. 3. Peneliti akan melakukan pendekatan secara individual kepada siswa yang kurang disiplin dalam pada saat proses belajar dan memberikan motivasi untuk meningkatkan kemauannya untuk belajar. 4. Menyampaikan kepada siswa untuk lebih berani dalam bertanya maupun mengemukakan pendapatnya, tidak perlu malu kepada teman-teman yang lain jika pendapatnya salah karena itu merupakan bukti keingin tahuan dan keseriusan mereka dalam belajar. 5. Untuk mengatasi kesalahan dan kesilapan siswa dalam perhitungan peneliti menyampaikan langkah keempat pemecahan masalah yaitu mengoreksi kembali hasil atau jawabannya benar-benar dilakukan dalam proses penyelesaian soal pemecahan masalah. Siklus II Permasalahan Yang menjadi permasalahan pada siklus II ini adalah kesalahankesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan tes hasil belajar pasa siklus I. Dengan demikian masalah yang akan diatasi pada siklus II ini adalah kesalahan-kesalahan yang masih ditemukan. Permasalahanpermasalahan yang ditemukan adalah: (1) Kurangnya penalaran siswa terhadap soal, (2) Kesalahan dan kekurang telitian siswa dalam menyelesaikan soal, (3) Respon siswa terhadap pembelajaran masih kurang baik. Perencanaan Pada tahap ini peneliti membuat alternatif pemecahan (peren-

canaan tindakan) untuk mengatasi masalah yang ditemukan pada siklus I adalah: (1) Sebelum masuk pada materi berikutnya, peneliti mengulang kembali materi yang dianggap sulit oleh siswa dalam menyelesaikan soal hasil belajar pada siklus I, (2) Peneliti diharapkan dapat memberikan saran kepada siswa untuk lebih meningkatkan ketelitiannya dalam melakukan perhitungan dan memeriksa kembali hasil perhitungan yang telah dilakukan. Tindakan Peneliti melaksanakan kegiatan belajar mengajar berdasarkan skenario pembelajaran yang telah disusun. Adapun kegiatan pengajaran tersebut adalah sebagai berikut: 1. Sebelum masuk pada materi yang baru terlebih dahulu membahas hasil belajar siklus I dan mengingatkan kembali tentang sifat-sifat kubus. 2. Peneliti memberikan contoh jarring-jaring kubus yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari. 3. Peneliti membimbing siswa untuk memahami masalah jarring-jaring kubus, dan komponen-komponen penting dalam jarring-jaring kubus 4. Peneliti kembali memberikan masalah jarring-jaring kubus dan meminta siswa mendiskusikannya sesuai dengan kelompok yang telah disepakati sebelumnya. 5. Pada saat diskusi kelompok dilaksanakan, peneliti mengamati kegiatan yang dilakukan setiap kelompok. Bagi siswa yang tidak aktif dalam kelompoknya, peneliti memberikan nasehat dan meyakinkan siswa tersebut bahwa ia mampu mengerjakan tugasnya tersebut. 6. Pada saat peneliti menghampiri setiap kelompok, peneliti menanyakan kepada masingmasing kelompok apakah ada yang tidak dipahami dalam menyelesaikan tugas. Jika ada, peneliti memberikan arahan secara garis besar terhadap hal yang tidak dimengerti. 7. Kemudian peneliti meminta beberapa siswa untuk mendemonstrasikan hasil kerja kelompoknya dan siswa yang lain diminta memberikan tanggapan. 8. Peneliti bersama siswa menyimpulkan bagaimana memahami dan menyelesaikan masalah matematika terkait dengan jarringjaring kubus. 9. Peneliti membagikan LKS kepada siswa untuk dikerjakan agar siswa lebih berperan dalam proses pembelajaran dengan batas waktu yang telah ditetapkan. 10. Peneliti memantau aktivitas siswa dan membantu atau mengarahkan apabila siswa mengalami kesulitan dalam mengerjakan LKS. 11. Setelah waktu untuk mengerjakan LKS selesai, meminta beberapa siswa untuk mengemukakan hasil pekerjaanya dan siswa yang lain menanggapinya. 12. Peneliti memberikan pujian kepada siswa dan memberikan motivasi kepada siswa agar lebih berani mengemukakan gagasannya tanpa harus takut salah atau ditertawakan dan mengajarkan kepada siswa untuk menghargai pendapat teman. 13. Peneliti memberikan kesempatan kepada siswa untuk menanyakan hal-hal yang kurang dipahami.

Analisis Data Dari data hasil belajar siklus II secara individual didapat 27 siswa memiliki persentase daya serap perseorangan diatas 70%. Hal ini menunjukkan bahwasanya sebanyak 27 siswa telah tuntas sesuai KKM yaitu 70, maka nilai siswa pada siklus II ini meningkat. Dan persentase kemampuan siswa memecahkan masalah secara klasikal (PS) adalah 90%. Dari hasil siklus II dilihat bahwa adanya peningkatan hasil belajar siswa dibandingkan dengan tes sebelumnya. Hal ini dapat dilihat dari: 1. Adanya peningkatan nilai ratarata yang diperoleh siswa. Nilai rata-rata pada tes hasil siklus I adalah 72,31 dan pada tes hasil siklus II nilai rata-rata yang diperoleh adalah 78,47 jadi diperoleh peningkatan nilai ratarata siswa sebesar 6,16. 2. Adanya peningkatan jumlah siswa yang memperoleh nilai 70 ke atas. Pada tes hasil siklus I jumlah siswa yang memperoleh nilai 70 ke atas sebanyak 25 siswa (83,33%) sedangkan pada tes hasil siklus II ada sebanyak 27 siswa (90%) yang memperoleh nilai 70 ke atas. Jadi siswa yang memperoleh nilai 70 ke atas bertambah sebanyak 2 orang (6,67%) Dari data yang diperoleh di atas dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa telah meningkat dan telah mencapai apa yang diharapkan dengan ketuntasan belajar sebesar sehingga siklus dihentikan. Refleksi Berdasarkan hasil observasi dan data dari hasil tes yang dilakukan siswa dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Peneliti telah mampu mempertahankan dan meningkatkan kualitas pembelajaran dengan menggunakan model Students Teams Achievement Division. 2. Kemampuan hasil belajar siswa khususnya materi bangun ruang mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata tes hasil belajar siklus I yaitu 72,31 meningkat menjadi 78,47 pada tes hasil belajar siklus II, dan jumlah siswa yang memperoleh nilai 70 ke atas juga meningkat dari 25 siswa pada tes hasil belajar siklus I menjadi 27 siswa pada tes hasil belajar siklus II. 3. Tingkat ketuntasan belajar secara klasikal maupun individual juga mengalami peningkatan. Pada siklus I tingkat ketuntasan belajar secara klasikal sebanyak 83,33% dan meningkat menjadi 90% pada siklus II. Dengan demikian berdasarkan hasil tes pada siklus II nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 78,47 dengan jumlah siswa yang memperoleh nilai 70 ke atas sebanyak 27 orang siswa dengan tingkat ketuntasan belajar 90%. Hasil tersebut telah sesuai dengan yang diharapkan dan telah mencapai target yang ditetapkan sehingga siklus III tidak dilaksanakan atau siklus dihentikan. Pembahasan Berdasarkan hasil pembahasan penelitian ini, maka dalam penelitian ini ditemukan hal-hal sebagai berikut: 1. Setelah pemberian tindakan dengan model Students Teams Achievement

Division yang dilakukan sebanyak 2 siklus, diperoleh bahwa pada siklus I nilai rata-rata yang diperoleh siswa sebesar 67,31 dengan jumlah siswa yang memperoleh nilai 65 ke atas ada sebanyak 24 orang siswa (66,67%), sedangkan 12 orang siswa (33,33%) yang lain masih memperoleh nilai di bawah 65. Pada siklus II nilai rata-rata yang diperoleh siswa meningkat menjadi 72,47 dengan jumlah siswa yang memperoleh nilai 65 ke atas ada sebanyak 32 orang siswa (88,89%) dan jumlah siswa yang belum mencapai nilai 65 hanya 9 orang siswa (24,10%). 2. Berdasarkan tes hasil belajar siklus I dan tes hasil belajar siklus II diperoleh bahwa pembelajaran dengan menggunakan model Students Teams Achievement Division dapat meningkatkan kemampuan hasil belajar siswa. Melalui pembelajaran dengan menggunakan model Students Teams Achievement Division, kemampuan dan hasil belajar matematika siswa dapat ditingkatkan, khususnya pada materi bangun ruang. Berdasarkan hasil penelitian, setelah diberikan tindakan pada siklus I melalui pembelajaran dengan model Students Teams Achievement Division diperoleh nilai rata-rata siswa 72,31 dengan jumlah siswa yang memperoleh nilai 70 ke atas sebanyak 25 siswa atau sebesar 83,33%. Karena ketuntasan belajar secara klasikal belum tercapai maka dibuat alternatif perbaikan pada skenario pembelajaran yaitu sebelum masuk ke materi berikutnya, terlebih dahulu peneliti dan siswa membahas kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal. Kemudian setelah pemberian tindakan pada siklus II, melalui pengajaran dengan model Students Teams Achievement Division diperoleh nilai rata-rata siswa meningkat menjadi 78,47 dengan jumlah siswa yang memperoleh nilai 70 ke atas sebanyak 27 orang siswa atau sebesar 90%. Karena ketuntasan belajar secara klasikal telah tercapai maka siklus dihentikan. Dari siklus I ke siklus II, nilai rata-rata siswa meningkat sebesar 6,16 dan jumlah siswa yang memperoleh nilai 70 ke atas meningkat 2 orang siswa atau sebesar 6,67%. Hasil ini menunjukkan bahwa kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Students Teams Achievement Division dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Berdasarkan data hasil penelitian dan hasil analisis diperoleh kesimpulan bahwa upaya pembelajaran dengan menggunakan Students Teams Achievement Division dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang diberikan. Dengan demikian pembelajaran dengan model Students Teams Achievement Division mempunyai peranan penting sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kemampuan siswa. SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan, maka dapat disimpulkan: 1. Tingkat kemampuan siswa memecahkan masalah dengan

penerapan Model STAD pada materi bangun ruang meningkat. Hal ini dapat dilihat pada siklus I terdapat 25 orang siswa tuntas dan 5 orang siswa tidak tuntas, sedangkan pada siklus II terdapat 27 orang siswa tuntas sesuai KKM dan 3 orang siswa tidak tuntas. 2. Kemampuan siswa dalam memahami materi bangun ruang yang diupayakan dengan menggunakan model pembelajaran Students Teams Achievement Division pada siklus I dan II meningkat dan sudah mencapai target ketuntasan sehingga siklus penelitian dapat dihentikan. Dengan menggunakan model pembelajaran Students Teams Achievement Division pada materi bangun ruang diperoleh hasil tes kemampuan pemecahan masalah I yang dilakukan setelah pembelajaran pada siklus I, nilai ratarata 72,31 dengan 25 siswa (83,33%) yang mencapai nilai 70 ke atas. Pada siklus II nilai ratarata kelas yang diperoleh 78,47 dengan jumlah siswa yang memperoleh nilai 70 ke atas sebanyak 27 orang siswa (90%). DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman & Mulyono. 2009. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar, Jakarta: Rineka Cipta. Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Pedoman Pengembangan Model-Model Pembelajaran. Jakarta : Depdiknas Hamalik, O. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Syahrul. 2006. Pakem Suatu Solusi Dalam Pembelajaran Matematika di SMA. Medan Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran. Jakarta :Kencana Uno, H. 2008. Teori Belajar Pendukung Pendekatan Pengajuan Masalah Matematika, http//injured.education.com/

10