BAB I PENDAHULUAN. pemerintah dalam membenahi semua sektor, terutama sektor perekonomian. Dalam

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian An Inquiry Into The Nature and Causes of the Wealth of Nation

I. PENDAHULUAN. menerus dalam rangka menjamin pembangunan nasional yang berkesinambungan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang An Inquiry Into The Nature and Causes of the Wealth of Nation

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian An Inguiry Into The Nature and Causes of the Wealth of Nation

BAB I PENDAHULUAN. Sejak penerimaan dari sumber daya alam minyak dan gas tidak. bisa lagi diharapkan menjadi penerimaan negara yang utama, pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perekonomian global terutama di Indonesia, ikut memacu

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Susanti, Liberti Pandiangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan tahun 2012 terlihat pada tabel berikut ini: Tabel 1.1 Perkembangan Penerimaan Pajak (triliun rupiah)

BAB I PENDAHULUAN. Sumber pendanaan dan pemasukan bagi Negara berasal dari pajak yang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU KUP Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 1 ayat 1, Pajak adalah

ANALISIS KEGIATAN INTENSIFIKASI DAN HUBUNGANNYA DENGAN PENINGKATAN PENERIMAAN WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI DI KPP PRATAMA PASAR REBO JAKARTA

: Pelaksana Seksi Ekstensifikasi Perpajakan KPP Pratama Serpong. 1. Apa tujuan yang melatarbelakangi kegiatan ekstensifikasi Wajib Pajak di

BAB I PENDAHULUAN. potensi sumber daya yang dimiliki suatu negara, baik berupa kekayaan alam

BAB I PENDAHULUAN. memaksimalkan target pemasukan sumber dana negara. Pemasukan sumber

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang sangat dominan. Pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. mungkin hidup tanpa adanya masyarakat. Negara adalah masyarakat yang

LAMPIRAN-LAMPIRAN. : Bapak Hamdi Aniza Pertama, SE., Ak., M.Si. Kepala seksi pengawasan dan konsultasi III

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. pengaruh ektensifikasi Wajib Pajak dan Intensifikasi Pajak dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. negara yang dapat dilihat dari APBN tahun 2014 yakni pajak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu sumber penerimaan negara terbesar adalah berasal dari sektor

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. pendaftaran NPWP bagi Wajib Pajak potensial di wilayah kerja KPP Pratama Jakarta

BAB I PENDAHULUAN. negeri berupa ekspor dan juga dari penerimaan dalam negeri terutama dari sektor

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan salah satu sektor penerimaan negara yang sangat utama. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Tabel 1.1

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini beberapa pengertian pajak menurut beberapa ahli, salah. satunya menurut R. Santoso Brotodiharjo sebagai berikut:

Pengertian pajak menurut Pasal 1 UU No.28 Tahun 2007 tentang Ketentuan. Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah Kontribusi wajib pajak kepada kas negara

BAB I PENDAHULUAN. tersebut sesuai dengan Pasal 2 Ayat (1) Undang-Undang nomor 16 tahun 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi

BAB 4 EVALUASI DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor internal

BAB V PENUTUP. sudah selayaknya ditarik kesimpulan berdasarkan penelitian yang dilakukan di

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Bab 3. Penjelasan Mengenai Ketentuan Sunset Policy Berdasarkan Pasal 37A Undang-Undang Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

BAB I PENDAHULUAN. pajak dan juga petugas pajak agar pembangunan dapat terwujud.

BAB I PENDAHULUAN. kepada keadilan sosial. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, negara harus

BAB I PENDAHULUAN. Untuk memenuhi dana pembangunan Negara, Pemerintah. masyarakat Indonesia, karena berdasarkan tax ratio Indonesia dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa sekarang ini, pemerintah sangat mengandalkan penerimaan dari

BAB I PENDAHULUAN. Dalam melaksanakan pemerintahan suatu negara, terutama di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. disebabkan masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui dengan baik

BAB I PENDAHULUAN. faktor yang ikut mendorong pemerintah dalam meningkatkan kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. kontraprestasi yang langsung dapat digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang terus-menerus berlangsung secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. . Di indonesia salah satu satu penerimaan negara yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat

BAB II LANDASAN TEORI. bukunya Mardiasmo (2011 : 1) :

BAB I PENDAHULUAN. sektor pajak perlu diimplementasikan secara maksimal untuk menjalankan roda

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pemerintahan berupaya untuk menciptakan negara Indonesia yang

BAB 1 PENDAHULUAN. negara Indonesia saat ini bersumber dari dalam negeri yaitu pajak. yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Sumber penerimaan negara berasal dari berbagai sektor, baik sektor

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

BAB I PENDAHULUAN. tujuan nasional, sebagaimana tertuang dalam alinea II Pembukaan Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. adalah Self Assessment System yang berarti wajib pajak diberi kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tax reform 1983, melalui self assessment system Wajib Pajak (WP)

BAB I PENDAHULUAN. keberhasilan ekonomi negara tersebut. Indonesia adalah salah satu negara

BAB I PENDAHULUAN. negara mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui

BAB I PENDAHULUAN. Pribadi atau Badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kemakmuran rakyatnya secara adil dan merata di seluruh wilayah Indonesia. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sumber penerimaan negara di peroleh dari berbagai sektor, baik sektor

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan yang sama untuk mengetahui masalah perpajakan di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang potensial bagi negara

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Asia Tenggara dengan jumlah penduduk mencapai lebih dari 250 juta

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan negara dari pajak juga perlu ditingkatkan karena pajak merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah pemungutan pajak mengalami perubahan dari masa ke masa sesuai

BAB I PENDAHULUAN. langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang ingin dicapai oleh Indonesia sebagai salah satu negara

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang berpotensi besar yaitu pajak yang menyumbang rata-rata lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu peran penting Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara (APBN)

BAB I PENDAHULUAN. uang sebanyak-banyaknya untuk kas negara. Semakin tinggi pemasukan pajak

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah untuk menggali sumber-sumber pendapatannya secara lebih

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Gambaran Umum Objek Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. barang-barang yang dikuasai pemerintah, denda-denda atau warisan yang di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan

mendasar yaitu dari sistem official assessment menjadi sistem self assessment.

BAB I PENDAHULUAN. untuk meningkatkan penerimaan dari sektor pajak sangatlah penting, karena dana

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut, maka pemerintah perlu banyak memperhatikan masalah

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut perlu memperhatikan masalah pembiayaan pembangunan.

BAB I PENDAHULUAN. umum (Mohammad Zain, 2007). Pajak diartikan sebagai pungutan yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. Pajak saja, tetapi sudah menjadi masalah penting dalam hidup bernegara.

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Kepatuhan Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Tanah Abang Satu

Prof. Dr. Rochmat Soemitro, SH.

ANALISIS PROSES PEMOTONGAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 23 (Studi Kasus: PT. (Persero) Pelabuhan Indonesia II. Cabang Tanjung Priok)

Hukum Pajak. Kewajiban Perpajakan (Pertemuan #9) Semester Genap

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian bangsa. Suparmono dan Damayanti (2010) mengatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Sumber penerimaan Negara Indonesia berasal dari bermacam-macam sektor,

BAB I PENDAHULUAN. maupun pembangunan. Self assessment system merupakan suatu sistem pemungutan

BAB 1 PENDAHULUAN. negeri sebagai sumber utama pembiayaan untuk pembangunan nasional. Sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Berbagai kasus yang menyeret aparatur pajak dalam beberapa

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai

BAB I. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus dan

Perpajakan 1. Pengantar, Pungutan Lain, Fungsi Pajak, Dasar Teori Pemungutan Pajak, Kedudukan Hukum Pajak, Hk. Pajak Materil dan Formil

BAB I PENDAHULUAN. badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan perekonomian global terutama di Indonesia ikut memacu pemerintah dalam membenahi semua sektor, terutama sektor perekonomian. Dalam membenahi berbagai sektor tersebut diperlukan dana yang tidak sedikit jumlahnya. Pelaksanaan penerimaan dana dari dalam negeri ini diantaranya melalui sistem perpajakan dengan asas-asas keadilan, jelas, sederhana didalam pemungutannya dan mengandung unsur-unsur pendorong bagi kegiatan usaha produktif. Dalam pengenaan pajak tersebut Adam Smith (1776) dalam bukunya An Inguiry Into The Nature and Causes of the Wealth of Nation (Rochmat Soemitro, 1990) menyatakan bahwa agar Undang-undang Pajak itu adil, maka sebaiknya memenuhi persyaratan di bawah ini: a. Equality Pembebanan pajak diantara subjek pajak hendaknya seimbang dengan kemampuannya, yaitu seimbang dengan penghasilan yang dinikmatinya di bawah perlindungan pemerintah. b. Certainty Pajak yang dibayar oleh Wajib Pajak harus jelas dan tidak mengenal kompromi (not arbitrary). Dalam asas ini kepastian hukum yang diutamakan adalah mengenai subjek pajak, objek pajak, tarif pajak, dan ketentuan mengenai pembayarannya. 1

Bab I Pendahuluan 2 c. Convenience of payment Pajak hendaknya dipungut pada saat yang paling baik bagi Wajib Pajak, yaitu saat sedekat-dekatnya dengan saat diterimanya penghasilan/keuntungan yang dikenakan pajak. d. Economic of collections Pemungutan pajak hendaknya dilakukan secara hemat dan efisien, jangan sampai biaya pemungutan pajak lebih besar dari penerimaan pajak itu sendiri. Kegiatan Ekstensifikasi Pajak dilaksanakan dalam kaitannya dengan tugas-tugas dinas perpajakan (di Indonesia pada saat ini disebut Direktorat Jenderal Pajak (DJP), dibawah Departemen Keuangan) dengan para Wajib Pajak (WP). Pada tahun 2001, telah dicanangkan kampanye sadar dan peduli pajak, yang dilakukan melalui sosialisasi secara intensif ke berbagai pihak (seperti: Pemda, lembaga pendidikan termasuk SMA, asosiasi profesi, asosiasi usaha, seminar pajak dan lainnya), diikuti dengan penandatanganan Memorandum Of Understanding (MOU) dengan berbagai pihak, pembangunan billboard, penggunaan media cetak dan elektronik termasuk menjalankan berbagai siaran rutin perpajakan di berbagai stasiun televisi (SE-06/PJ.9/2001). Namun berdasarkan pusat data pajak yang telah dibentuk sejak tahun 2001/2002, yang berisikan data dari berbagai instansi, data dari Direktorat Informasi Perpajakan serta data dari Direktorat PBB dan BPHTB (tanah dan bangunan) dan lain-lain, diketahui bahwa masih banyak masyarakat yang seharusnya telah ber-nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), namun mereka belum mendaftarkan diri untuk memperoleh

Bab I Pendahuluan 3 NPWP. Berdasarkan hal tersebut, Kepala Kanwil Direktorat Jenderal Pajak menghimbau kepada masyarakat yang mempunyai penghasilan diatas Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) tetapi belum mempunyai NPWP, agar segera mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP. Yang telah mempunyai NPWP tetapi belum menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT), agar segera menyampaikan SPT, dan yang telah menyampaikan SPT tetapi isinya belum benar, lengkap dan jelas agar segera melakukan Pembetulan SPT. Selama ini pelaksanaan kewajiban Wajib Pajak dilakukan dengan prinsip menghitung, melaporkan dan membayar sendiri kewajiban pajaknya self assessment yang berlaku mulai 1 Januari 1984, yang memberikan kepercayaan dan tanggung jawab yang lebih besar kepada Wajib Pajak untuk menghitung, menyetor dan melaporkan kewajiban pajaknya, sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesadaran Wajib Pajak dan diharapkan administrasi perpajakan dapat dilaksanakan dengan rapi, terkendali, sederhana dan mudah dipahami oleh anggota masyarakat Wajib Pajak (A.Tjahjono dan MF. Husain, 1997). Kewajiban pemerintah, dalam hal ini aparat pajak (fiskus) adalah melakukan pembinaan, pelayanan dan pengawasan (melalui serangkaian kegiatan pemeriksaan pajak) terhadap pemenuhan kewajiban perpajakan berdasarkan ketentuan perpajakan yang berlaku (Waluyo dan Wirawan, 2002). Penerimaan dalam negeri berupa pajak telah menjadi sektor yang sangat penting untuk sumber penerimaan Negara. Karena pajak itu merupakan kunci dari pembiayaan Negara, masa depan kehidupan seluruh elemen bangsa, dan napas dari suatu Negara. Dengan membayar pajak secara teratur dan benar, dalam diri warga akan tumbuh

Bab I Pendahuluan 4 perasaan memiliki terhadap negaranya, dan akhirnya akan mempererat persatuan dan kesatuan bangsa (A. Tjahjono dan MF. Husain, 1997). Upaya kearah kemandirian pembiayaan tersebut telah dilakukan pemerintah melalui pembaharuan peraturan perpajakan yang diharapkan dapat memperluas objek dan subjek pajak, tetapi harus tetap dalam kerangka asas keadilan (melalui ekstensifikasi, intensifikasi pemungutan pajak dan meningkatkan persentase tax ratio) (SE-06/PJ.9/2001). Menurut Kepala Seksi Ekstensifikasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung- Tegallega bila bercermin dari kondisi masyarakat, ada yang sudah mempunyai NPWP tetapi ada juga yang belum mempunyai NPWP maka akan timbul diskriminasi karena mendapat perlakuan yang berbeda dalam kewajiban terhadap Negara dalam hal perpajakan. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti: calon Wajib Pajak (WP) merasa sulit mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak (WP), sistem dan prosedur yang membutuhkan waktu yang lama. Terkadang masyarakat yang tidak mempunyai NPWP beralasan bahwa pajak mereka telah dipotong oleh pemberi kerja sehingga mereka tidak perlu mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak (WP). Padahal ketentuan yang berlaku tidak seperti itu, sepanjang orang pribadi memperoleh penghasilan diatas penghasilan tidak kena pajak (PTKP), maka sesuai dengan Pasal 2 Undang-Undang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan (KUP) wajib mendaftarkan diri sebagai WP dan memiliki NPWP. Bisa jadi selain statusnya sebagai karyawan, mereka masih memperoleh penghasilan lain seperti menerima bonus, membuka usaha (misalnya toko), menyewakan kendaraan dan lainnya, semua itu harus dimasukkan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan (SPT), kemudian dihitung Pajak Penghasilan (PPh) tahunannya.

Bab I Pendahuluan 5 Bila ini tidak dilaksanakan oleh masyarakat, yakni mendaftarkan diri sebagai WP dapat dikenakan denda paling sedikit 1 (satu) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar, atau pidana kurungan paling singkat 3 (tiga) bulan atau paling lama 1 (satu) tahun. Bila tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong, dikenakan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar (pasal 38 dan 39 Undang-Undang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan) sebagai suatu tindakan pidana perpajakan. Direktorat Jenderal Pajak yang dibebani tugas pencapaian penerimaan Negara tersebut harus bekerja ekstra agar target penerimaan tercapai, salah satu jalan yang ditempuh adalah dengan perluasan basis pajak (membentuk pusat data pajak) dalam hal ini adalah jumlah Wajib Pajak terdaftar. Selama ini, perluasan Wajib Pajak dilakukan melalui kegiatan ekstensifikasi dimana calon wajib pajak dijaring melalui kegiatankegiatan tertentu seperti melalui pemberi kerja dan bendaharawan pemerintah dan non karyawan berdasarkan property base sasaran pertokoan, mall, pusat perdagangan, perumahan, apartemen dan lainnya serta professional based sasarannya seperti dokter, notaris/ppat, pengacara, artis, dan sebagainya dengan tujuan lebih tepat sasaran. KPP Pratama Bandung-Tegallega merupakan salah satu KPP terbaik, terbukti bahwa KPP Pratama Bandung-Tegallega ini menjadi juara pertama se-kanwil Jawa Barat I sebagai Kantor Pelayanan Percontohan untuk tahun 2008 dan juara ketiga tingkat

Bab I Pendahuluan 6 Direktorat Jenderal Pajak (Nasional) tahun 2008. Berdasarkan informasi yang diperoleh penerimaan pajak penghasilan KPP Pratama Bandung-Tegallega tahun 2008 mengalami penurunan sebesar 45% dari target yang telah ditetapkan, hal ini dikarenakan pada Oktober 2007 penerimaan pajak yang berasal dari Wajib Pajak besar mulai diambil alih oleh Madya. Dari masalah tersebut maka penulis mencoba untuk memaparkannya melalui penulisan skripsi ini yang berjudul: Pengaruh Kegiatan Ekstensifikasi Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, penulis mengidentifikasi masalah tentang Pengaruh Kegiatan Ekstensifikasi Terhadap Penerimaan Pajak Penghasilan Orang Pribadi, dalam skripsi ini akan dibahas mengenai: 1. Bagaimana pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tegallega? 2. Bagaimana tingkat penerimaan pajak penghasilan orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tegallega? 3. Seberapa besar pengaruh kegiatan ekstensifikasi terhadap penerimaan pajak penghasilan orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tegallega?

Bab I Pendahuluan 7 1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian Maksud dilakukan penelitian ini adalah untuk mendapatkan bahan dan data yang diperlukan dalam rangka penyusunan skripsi. Tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan kegiatan ekstensifikasi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tegallega. 2. Untuk mengetahui kondisi penerimaan pajak penghasilan orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tegallega. 3. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh kegiatan ekstensifikasi terhadap penerimaan pajak penghasilan orang pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Tegallega. 1.4 Kegunaan Penelitian Dengan dilaksanakan penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Bagi penulis, hasil penelitian ini merupakan pengalaman berharga dimana penulis dapat menambah pengetahuan dan mendapat gambaran yang nyata mengenai bagaimana penerapan teori-teori yang telah dipelajari terutama dalam meningkatkan pemahaman dan wawasan tentang perpajakan khususnya bidang ekstensifikasi dalam menilai penerimaan pajak orang pribadi. 2. Bagi, hasil penelitian ini dijadikan sebagai bahan dokumentasi dalam melengkapi bahan yang dibutuhkan.

Bab I Pendahuluan 8 3. Bagi Kantor Pelayanan Pajak, hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dan berguna sebagai bahan pertimbangan dalam memberikan pembinaan, pelayanan, dan pengawasan sehingga dapat meningkatkan penerimaan Negara. 4. Bagi pihak lain, hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan dan perbandingan yang dapat menambah pengetahuan.