BAB II TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pelanggaran dalam sistem akuntansi kliennya. Watkins dkk. (2004) telah mengidentifikasi empat buah definisi

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan operasional perusahaan dan posisi keuangan perusahaan kepada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

eksekutif perusahaan tersebut dengan melakukan window dressing / mempercantik laporan keuangan. Atas skandal Satyam, maka akuntan publik yang

BAB I PENDAHULUAN. pihak eksternal sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan yang telah diaudit oleh akuntan publik kewajarannya lebih

BAB I PENDAHULUAN. Profesi akuntan publik dikenal oleh masyarakat dari jasa audit yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. oleh Jensen dan Meckling (1976), yang menjelaskan hubungan keagenan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laporan auditor mengandung kepentingan tiga kelompok, yaitu :

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan peningkatan jumlah perusahaan go public. Oleh karena itu,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. digambarkan sebagai suatu kontrak di bawah satu atau lebih Shareholders

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang dihadapi dalam teori keagenan (Agency Theory). Teori keagenan

akuntansi tersebut dalam periode sebelumnya. memadai, kecuali dinyatakan lain dalam laporan auditor. diberikan, maka alasannya harus dinyatakan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Teori Keagenan (Agency Theory) bekerja demi kepentingan pemegang saham. Karena mereka dipilih, maka

BAB I PENDAHULUAN. Laporan keuangan yang baik akan menjadi informasi dalam pengambilan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam perkembangan era globalisasi di Indonesia saat ini, banyak perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membutuhkan kajian teori sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. yang paling bertanggung jawab terhadap masalah ini. Independensi auditor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kualitas audit, studi pada perusahaan pertambangan yang terdaftar di Bursa

ABSTRAK. Kata Kunci : kualitas audit, auditor switching, ukuran perusahaan, spesialisasi industri KAP, client importance.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. sebagian besar pemakai dalam pembuatan keputusan akuntansi.

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kondisi finansial perusahaan yang dapat menggambarkan prospek

2016 PENGARUH TENUR AUDIT, ROTASI AUDIT DAN REPUTASI KAP TERHADAP KUALITAS AUDIT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profesi akuntan publik merupakan profesi kepercayaan masyarakat.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengenai kondisi keuangan perusahaan atau organisasi kepada pihak-pihak yang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Laporan Keuangan merupakan sarana bagi investor untuk menilai kinerja

BAB I PENDAHULUAN. pertanggungjawaban manajemen kepada stakeholder, terutama kepada pemilik

BAB I PENDAHULUAN. penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (principal) meminta pihak lainnya (agent) untuk melaksanakan sejumlah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kualitas Audit Kualitas audit dapat diartikan sebagai bagus atau tidaknya suatu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Audit merupakan salah satu solusi masalah informasi asimetri antara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. hubungan atau kontrak antara principal dan agent. Teori agensi memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya kebutuhan akan jasa akuntan publik disebabkan oleh keinginan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menentukan atau menilai posisi dan kegiatan keuangan dari suatu perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. dari pengaruh. Mulyadi (2002) dalam Febriyanti dan Mertha (2014) pendapatnya dengan pertimbangan yang objektif.

BAB I PENDAHULUAN. pengambilan keputusan tentunya dapat mengurangi kualitas keputusan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. agency relationship as a contract under which one or more person (the

BAB I PENDAHULUAN. dikelompokkan di setiap akhir periode akuntansi perusahaan dan akhirnya menjadi sebuah

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan dari keberadaan suatu entitas bisnis ketika didirikan adalah untuk

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. hubungan antara agent dengan principal. Hubungan teori keagenan mucul

BAB I PENDAHULUAN. itu sendiri sehingga diperlukan pihak yang independen, dalam hal ini akuntan

BAB I PENDAHULUAN. akuntansi dan aktivitas perusahaan yang dilakukan serta kebijakan-kebijakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tentang keadaan perusahaan. Hassan & Ahmed (2012) menyatakan bahwa laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. (Ujiyantho dan Pramuka, 2007) dalam Putri dan Yuyetta (2013). Dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH AUDITOR TENURE, UKURAN KANTOR AKUNTAN PUBLIK, DAN UKURAN PERUSAHAAN KLIEN TERHADAP KUALITAS AUDIT SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum, ada dua bentuk independensi auditor: Independence in fact yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perusahaan merupakan mesin perekonomian yang sangat berperan

BAB I PENDAHULUAN. atas kinerja perusahaan melalui pemeriksaan laporan keuangan. Laporan

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas audit yang baik ditandai dengan adanya pelatihan serta keahlian industri

BAB I PENDAHULUAN. dengan melihat dan menganalisis laporan keuangan perusahaan. Manajemen sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Krisis ekonomi global yang terjadi pada tahun 2008, membuat pemimpin

Judul : Pengaruh Audit Tenure

BAB I PENDAHULUAN. maupun didalam negeri, kualitas audit menjadi perhatian publik. Skandal-skandal

BAB I PENDAHULUAN. laporan keuangan. Jasa audit atas laporan keuangan atau lebih tepat disebut

BAB II TINJAUAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. wewenang untuk mengambil keputusan, sedangkan principal adalah pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. yang akan berguna tidak saja bagi dunia bisnis, tetapi juga masyarakat luas

BAB I PENDAHULUAN. Earning Response Coefficient merupakan ukuran atas tingkat abnormal

BAB I PENDAHULUAN. dengan pihak agen, yaitu manajemen sebagai pengelola perusahaan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan suatu entitas bisnis merupakan ciri dari sebuah lingkungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terhadap Kualitas Laba membutuhkan kajian teori sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Peraturan Pemerintah No. 64 Tahun 1999 menyatakan bahwa untuk meningkatkan

BAB II LANDASAN TEORI. principal (pemilik usaha). Di dalam hubungan keagenan terdapat suatu kontrak

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. (Agency Theory). Dalam teori ini, pemilik diperlakukan sebagai principal dan

BAB I PENDAHULUAN. pertama atau tepatnya pada tahun 1920-an akibat kondisi pasca perang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan penelitian yang dilakukan peneliti saat ini. 1. Ni Wayan Rustiarini dan Ni Wayan Sugiarti (2013)

BAB II LANDASAN TEORI. mengoptimalkan keuntungan para pemilik (principal), namun di sisi lain

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor: KEP- 36/PM/2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. auditor yang mengharuskan auditor untuk memiliki keahlian dan pelatihan

Abstrak. Kata Kunci: audit tenure, audit fee, rotasi auditor, spesialisasi auditor, umur publikasi perusahaan, kualitas audit.

BAB I PENDAHULUAN. Akuntan Publik (SPAP), SA Seksi 431 (2001: 431.1), disebutkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. Semakin pesatnya perkembangan bisnis di Indonesia mengharuskan

BAB I PENDAHULUAN. operasional perusahaan.untuk mempertanggung jawabkan kepercayaan itu,

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. pemilik (principals) dengan pihak lain, yaitu manajer (agent). Dalam kontrak,

Judul : Pengaruh Ukuran Kantor Akuntan Publik, Auditor Switching dan Audit Tenure

BAB I PENDAHULUAN. 2011). Upaya manajer perusahaan untuk mempengaruhi informasi-informasi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menjelang berlangsungnya AEC (Asean Economic Community), terdapat

BAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi, sehingga auditor akan melaporkan apa yang ditemukannya

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan bertambahnya jumlah perusahaan yang telah listing di Bursa

BAB I PENDAHULUAN. auditan yang diaudit oleh auditor independen disebut dengan audit report lag

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan organisasi formal yang beroperasi dengan menjual atau

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari laporan keuangan telah dijelaskan dalam Statement of

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, pertumbuhan perusahaan sangat meningkat di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan manipulasi akuntansi. Kasus bangkrutnya perusahaan pertelevisian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. teori harapan, auditing dan auditor switching. Selain itu, disajikan juga konsepkonsep

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan salah satu media terpenting dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Teori agensi adalah teori yang menjelaskan hubungan antara principal dan

BAB I PENDAHULUAN. suatu pencerminan dari suatu kondisi perusahaan, karena di dalam laporan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Agensi (Agency Theory) Teori Agensi pertama kali dicetuskan oleh Jensen dan Mecking pada tahun 1976.Teori itu menjelaskan tentang hubungan kontraktual antara pemilik/ pemegang saham dengan agen/manajer.agen harus bekerja sesuai delegasi wewenang dari pemilik/pemegang saham sesuai dengan kontrak.namun, karena ada motivasi kepentingan pribadi (selfinterest) yang dalam kenyataannya manajer tidak selalu bertindak sesuai keinginan pemilik.salah satu penyebabnya adalah moral hazard (keinginan manajer bertindak untuk kepentingan pribadi).hal ini dapat terjadi karena adanya asimetri informasi antara manajer dan pemilik. Oleh karena itu, dibutuhkan pihak ketiga yang independen sebagai mediator yaitu eksternal auditor yang akan memberikan opini atas kewajaran laporan keuangan yang dibuat manajer. Penggunaan auditor eksternal yang independen diharapkandapat mengurangi agency cost (Fitriany, 2015). Secara garis besar teori agensi dikelompokkan menjadi dua (Eisenhardt,1989), yaitu positive agency research dan principal agent research.positve agent research memfokuskan pada identifikasi situasi dimana agen dan prinsipal mempunyai tujuan yang bertentangan dan mekanisme pengendalian yang terbatas hanya menjaga perilaku self serving

agen.secara ekslusif, kelompok ini hanya memperhatikan konflik tujuan antara pemilik (stockholder) dengan manajer.sementara itu principal agent research memfokuskan pada kontrak optimal antara perilaku dan hasilnya, secara garis besar penekanan pada hubungan principal dan agent.principalagent research mengungkapkan bahwa hubungan agent-principal dapat diaplikasikan secara lebih luas, misalnya untuk menggambarkan hubungan pekerja dan pemberi kerja, lawyer dengan kliennya, auditor dengan auditee. 2.1.2 Kualitas Audit Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) menyatakan bahwa audit yang dilakukan auditor dikatakan berkualitas, jika memenuhi standar auditingdan standar pengendalian mutu. Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan Kualitas Audit adalah: 1. Meningkatkan pendidikan profesionalnya, 2. Mempertahankan Independensi dalam sikap mental, 3. Dalam melaksanakan pekerjaan audit, menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan seksama, 4. Melakukan perencanaan pekerjaan audit dengan baik, 5. Memahami struktur pengendalian intern klien dengan baik, 6. Memperoleh bukti audit yang cukup dan kompeten, 7. Membuat laporan audit yang sesuai dengan kondisi klien atau sesuai dengan hasil temuan.

Kualitas audit merupakan adanya kecenderungan auditor akan mendeteksi adanya fraud yang terdapat dalam laporan keuangan klien. (Ni Made & I Made, 2014). Kualitas audit tidak dapat terlepas dari standar umum audit yang tercantum dalam Pernyataan Standar Auditing (Mulyadi, 2002:39), yaitu keahlian dan pelatihan teknis yang memadai, independensi dalam sikap mental, dan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama. Menurut Taylor, 2005 dalam Jackson et.al., 2008, kualitas audit terdiri atas Actual Quality (kualitas sebenarnya) dan Perceived Quality (kualitas yang dirasakan). Actual Quality merupakan tingkat dimana risiko dari pelaporan salah saji material dalam rekening keuangan berkurang.perceived Quality adalah seberapa efektif pengguna laporan keuangan percaya bahwa auditor telah mengurangi salah saji material. Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) SA Seksi 316 menyatakan bahwa tanggung jawab auditor adalah untuk mendeteksi kekeliruan dan ketidakberesan dalam audit atas laporan keuangan.dimana auditor dituntut dapat menemukan salah saji dalam laporan keuangan yang bisa saja merupakan salah satu kecurangan yang dilakukan oleh perusahaan klien. Oleh karena itu, auditor memiliki peran yang penting dalam mengungkap kecurangan tersebut sehingga dapat meningkatkan kualitas audit. 2.1.3 Audit Tenure Audit tenure adalah lamanya masa perikatan Kantor Akuntan Publik (KAP) dalam memberikan jasa audit terhadap kliennya. Di Indonesia, ketentuan

mengenai audit tenure telah diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 359/KMK.06/2003 pasal 2 yaitu masa jabatan untuk KAP paling lama 5 tahun berturut turut. Keputusan Menteri tersebut juga membatasi masa kerja auditor paling lama 3 tahun berturut turut untuk klien yang sama. Pada tahun 2008, dikeluarkan peraturan terbaru yaitu Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 17/PMK.01/2008 pasal 3 yaitu tentang pemberian jasa audit umum atas laporan keuangan dari suatu entitas yang dilakukan oleh KAP paling lama 6 tahun berturut - turut dan untuk auditor paling lama 3 tahun berturut turut. Keputusan ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kecurangan karena kedekatan antara auditor dengan klien.hal ini juga memungkinkan auditor kehilangan independensinya. Masa penugasan/tenur auditor didefiniskan sebagai jumlah tahun auditor dipertahankan oleh perusahaan (Myers et.al., 2003). Carey dan Simnett (2006) berpendapat ada dua faktor utama yang menimbulkan timbulnya hubungan yang negatif antara hubungan auditorklien dan kualitas audit yaitu pengikisan independensi yang mungkin muncul seiring dengan berkembangnya hubungan pribadi antara auditor dan klien mereka dan berkurangnya kapasitas auditor untuk memberikan penilaian kritikal. Hubungan yang lama antara perusahaan dengan kantor akuntan dapat mengarahkan pada kedekatan antara kantor akuntan dengan manajemen perusahaan sehingga membuat sikap independen menjadi sulit untuk diterapkan oleh kantor akuntan (Dao et al.,2008).

Giri (2010) mengungkapkan masalah tentang kecurangan Enron di US yang melibatkan Kantor Akuntan Publik (KAP) International Arthur Anderson (AA), dimana auditor sebagai pihak yang paling bertanggung jawab dan independensi auditor sebagai faktor yang memicu timbulnya masalah ini.aa yang telah melakukan tugas pengauditan keuangan Enron hampir selama 20 tahun, tetapi AA tidak dapat mengungkapkan permasalahan yang dihadapi oleh Enron. Kondisi ini memunculkan dugaan bahwa tugas audit yang terlalu lama dilakukan oleh auditor dapat menurunkan independensi auditor. 2.1.4 Reputasi Auditor Auditor harus memiliki kualifikasi untuk memahami kriteria yang digunakan dan harus kompeten untuk mengetahui jenis serta jumlah bukti yang akan dikumpulkan guna mencapai kesimpulan yang tepat setelah memeriksa bukti itu. Elfarini (2007:24) mendefinisikan kompetensi sebagai keahlian yang cukup yang secara eksplisit dapat digunakan untuk melakukan audit secara objektif. Menurut Afify (2009) dalam Shukeri dan Islam (2012) KAP besar memiliki motivasi yang lebih besar untuk menyelesaikan pekerjaan audit mereka tepat waktu untuk mempertahankan reputasi dan nama KAP. KAP besar biasanya memiliki tim audit yang lebih efisien karena mereka memiliki sumber daya yang lebih banyak untuk melakukan pelatihan bagi staf mereka, dan menggunakan teknologi audit yang lebih baik sehingga semakin sedikit

waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan audit (Owunsu Ansah and Leventis, 2006). 2.1.5 Spesialisasi Audit Auditor spesialis artinya auditor tersebut memiliki pengalaman yang banyak dalam mengaudit klien dalam industri yang sama. Pengalaman ini berdampak pada meningkatnya pemahaman auditior tentang risiko audit spesifik pada industri tersebut. Spesialisasi ini dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam penentuan kehandalan laporan keuangan klien dan estimasiestimasinya sehingga auditor akan mempunyai kemampuan mendeteksi kesalahan atau ketidaknormalan pada industri yang diauditnya, sehingga biasanya lebih sedikit melakukan kesalahan dibandingkan dengan auditor yang bukan spesialis (Solomon et al. 1999). Krishnan (2003) menyatakan bahwa perusahaan yang diaudit oleh auditor spesialis akan menghasilkan nilai akrual diskresioner yang lebih rendah dibandingkan dengan auditor yang non spesialis. Hal ini konsisten dengan penelitian Mehdi Safari (dalam Yuyetta dan Kono, 2013) yang menyatakan bahwa akrual diskresioner klien auditor spesialisasi industri lebih rendah dari akrual diskresioner klien non spesialisasi industri klien. Auditor yang spesialis dalam industri tertentu akan lebih percaya diri dalam menentukan inherent risk, memiliki kemampuan yang lebih tinggi dalam mendeteksi error dan financial fraud. Oleh karena itu perusahaan yang diaudit oleh auditor yang spesialis akan menghasilkan kualitas laba yang

lebih baik karena nilai akrual diskrisioner yang lebih rendah dan earnings response coefficients yang lebih besar (Balsam 2003). 2.1.6 Ukuran Perusahaan Keputusan Ketua BAPEPAM Nomor: Kep-11/PM/1997 tanggal 30 April 1997 ukuran perusahaan kecil dapat diukur dengan cara melihat total aset yang kurang dari Rp. 100.000.000.000,00. Syarat perusahaan dianggap besar adalah memiliki total aset lebih dari Rp. 100.000.000.000,00.Ukuran perusahaan dinyatakan dengan total aset, jika semakin besar total aset perusahaan maka akan semakin besar pula ukuran perusahaan tersebut. Perusahaan yang memiliki total aset besar menunjukkan bahwa perusahaan tersebut relatif lebih stabil dan mampu menghasilkan laba yang lebih besar dibandingkan perusahaan yang memiliki total aset sedikit atau rendah. Perusahaan yang relatif besar kinerjanya akan dilihat oleh publik sehingga perusahaan tersebut akan melaporkan kondisi keuangannya dengan lebih berhati-hati, lebih menunjukkan keinformatifan informasi yang terkandung di dalamnya dan lebih transparan sehingga perusahaan akan lebih sedikit dalam melakukan manajemen laba (Suryani, 2010 dalam Warianto, 2013). Auditor lebih sering memberikan opini audit non going concern terhadap perusahaan yang memiliki ukuran yang besar. Hal inidikarenakan bahwa perusahaan dengan ukuran besar akan lebih mampu untuk mengatasi kondisi keuangan yang tidak stabil. Perusahaan yang skalanya lebih kecil akan lebih

sering diberikan opini audit going concern karena kesangsian atas kelangsungan usaha perusahaan (Fijrianto, 2010 dalam Siregar, 2016). 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu Berikut adalah penelitian terdahulu yang berkaitan dengan kualitas audit yang ditunjukkan dalam tabel dibawah ini: Tabel 2.1 Ringkasan Hasil Penelitian Sebelumnya No. Peneliti Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1. Andrew B. Jackson, Michael Moldrich, dan Peter Roebuck (2008) Variabel Independen: Audit Tenure Variabel dependen: Kualitas audit dengan proksi opini audit going concern dan tingkat discretionary accrual Audit tenure berpengaruh positif terhadap kualitas audit dengan proksi pemberian opini going concern dan tidak berpengaruh terhadap kualitas audit dengan proksi tingkat discretionary accrual 2. Bambang Hartadi (2009) Variabel Independen: Fee Audit, Rotasi Kap dan Reputasi Auditor Variabel Dependen: Kualitas Audit Dari hasil uji statistik terbukti bahwa: Fee audit berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit, sementara rotasi dan reputasi audit tidak

3. Daud M.T. Sinaga (2012) 4. Desak Nyoman Sri Werastuti (2013) Variabel Independen: Audit Tenure, Ukuran KAP, Ukuran Perusahaan Klien Variabel Dependen: Kualitas Audit Variabel Independen: Auditor Client Tenure, Debt Default, Reputasi Auditor, Ukuran Klien, dan Kondisi Keuangan Variabel Dependen : Kualitas Audit melalui Opini Audit Going Concern berpengaruh signifikan terhadap kualitas audit. Audit tenure tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap kualitas audit, Ukuran KAP dan Ukuran perusahaan klien memiliki pengaruh signifikan terhadap kualitas audit, dimana semakin besar ukuran KAP dan banyaknya asset perusahaan sulit untuk mendapatkan opini going concern. auditorclient tenure, ukuran klien, reputasi auditor dan kondisi keuangan tidak berhubungan dengan opini audit going concern, sedangkan debt default berhubungan dengan opini audit going concern.

5. Efraim Ferdinan Giri (2010) 6. Fitriany, Sidharta Utama, Dwi Martani, Hilda Rosietta (2015) Variabel Independen: Tenure KAP dan Reputasi KAP Variabel Dependen: Kualitas Audit Variabel Independen: Pengaruh Tenure, Rotasi dan Spesialisasi Kantor Akuntan Publik (KAP) Variabel Dependen: Kualitas Audit dengan Perbandingan Sebelum dan Sesudah Regulasi Rotasi KAP Tenure KAP secara statistik berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kualitas audit yang diukur dengan akrual lancar. Reputasi KAP berpengaruh signifikan ketika diuji sebagai variabel tunggal dan sebagai pemoderasi hubungan tenur dengan kualitas audit. Perbandingan sebelum dan sesudah regulasi tidak signifikan terhadap audit tenure dan rotasi KAP mempengaruhi kualitas audit. Sedangkan pada spesialisasi KAP terdapat peningkatan independensi dan kompetensi auditor spesialis sehingga kualitas audit menjadi lebih berkualitas.

2.3 Perumusan Hipotesis dan Kerangka Pemikiran 2.3.1 Hubungan Audit Tenure dengan Kualitas Audit Lama masa perikatan audit umumnya akan mempengaruhi tingkat independensi auditor yang berakibat pada kualitas audit. Hal ini telah diatur oleh pemerintah Indonesia bahwa jasa auditor paling lama hanya 3 tahun berturut-turut pada klien yang sama, sedangkan Kantor Akuntan Publik(KAP) memiliki waktu paling lama 6 tahun berturut-turut pada klien yang sama. Peraturan ini diharapkan dapat mencegah skandal akuntansi. Hubungan antara auditor dan klien memiliki hasil yang berbeda dipenelitian yang dilakukan. Sejalan dengan teori Al-Thuneibat et al. (2011) dalam penelitiannya menyimpulkan bahwa hubungan yang lama antara auditor dan kliennya berpotensi untuk menciptakan kedekatan antara mereka, cukup untuk menghalangi independensi auditor dan mengurangi kualitas audit, penelitian yang dilakukan Astuti (2015), menyimpulkan bahwa Audit Tenure berpengaruh secara signifikan terhadap kualitas audit. Hubungan antara auditor klien yang panjang akan memungkinkan auditor dan manajemen mencapai kenyamanan dalam pekerjaan yang dapat mengancam independensi auditor. Disisi lain hubungan auditor-klien yang panjang juga bisa saja mempunyai dampak posistif terhadap kualitas audit, dengan argumen bahwa auditor akan mengenali dan sangat memahamiproses bisnis perusahaan dan perilaku manajemen. Berdasarkan uraian diatas maka, diajukan hipotesis: H1 :Audit tenure berpengaruh terhadap kualitas audit

2.3.2 Hubungan Reputasi Auditor dengan Kualitas Audit Ukuran KAP menunjukkan kemampuan auditor untuk bersikap independen dan melaksanakan audit secara profesional, sebab KAP menjadi kurang tergantung secara ekonomi kepada klien. Klien juga kurang dapatmempengaruhi opini auditor.kap besar cenderung memberikan opini kebangkrutan perusahaan klien(lenox, 1999 dalam Efraim, 2010).KAP berafiliasi dengan KAP Internasional dipakai sebagai proksi reputasi KAP. KAPbereputasi menjelaskan adanya sikap independensi auditor dalam melaksanakan tugas audit. Auditor yangberafiliasi dengan KAP Internasional akan berpengaruh negatif terhadap kualitas audit yang diukur denganakrual (Becker et al. 1998 dalam Efraim, 2010). Auditor di KAP besar membangun pengalaman belajar lebih cepat dibanding non-kap besar.lebih lanjut, auditor KAP besar lebih cakap pada awal perikatan audit karena kecepatan dan keahlian mereka yang lebih besar dalam memperoleh pengetahuan yang diwajibkan serta mendapatkan kenalan yang diperlukan (Chi dan Huang, 2004; Al-Thuneibat et al. 2011; Siregar, 2016). Dibandingkan dengan KAP kecil, KAP besar mempunyai kemampuan yang lebih baik dalam melakukan audit, sehingga mampu menghasilkan kualitas audit yang lebih tinggi.hal tersebut karena KAP besar mempunyai kelebihan yaitu (i) besarnya jumlah dan ragam klien yang ditangani KAP; (ii) banyaknya ragam jasa yang ditawarkan; (iii) luasnya cakupan geografis,

termasuk adanya afiliasi international; dan (iv) banyaknya jumlah staf audit dalam suatu KAP (Arie, 2009; Nuratama, 2011). Uraian diatas menunjukkan bahwa KAP besar memiliki reputasi yang baik dan kualitas audit yang tinggi. Namun apakah KAP besar benar-benar menghasilkan kualitas audit yang tinggi. Untuk menjawabnya, disusunlah hipotesis kedua sebagai berikut : H2 : Reputasi Auditor berpengaruh terhadap kualitas audit 2.3.3 Hubungan Spesialisasi Audit dengan Kualitas Audit Spesialisasi industri dilakukan oleh auditor dalam melauli peningkatan keahlian pada bidang industri tertentu, atau memilih pangsa pasar yang terfokus pada jenis industri tertentu. Keahlian spesifik industri dan pangsa pasar yang terkonsentrasi pada suatu bidang industri menyebabkan auditor spesialis industri memiliki kualitas audit yang lebih baik dibandingkan dengan auditor nonspesialis (Carcello et.al, 2004; Siregar, 2016). Seperti penelitian dilakukan Dalimunthe (2015) dan Siahaan (2016) yang menyimpulkan bahwa auditor industry spesializatio/spesialisasi auditor berpengaruh terhadap kualitas audit. Auditor dikatakan spesialis apabila telah menguasai pangsa pasar sebesar 10%. Berbeda dengan Siregar (2016) menyimpulkan bahwa tidak terdapat pengaruh spesialisasi audit terhadap kualitas audit. Berdasarkan uraian diatas, maka diajukan hipotesis:

H3 : Spesialisasi audit berpengaruh terhadap kualitas audit 2.3.4. Hubungan Ukuran Perusahaan dengan Kualitas Audit Analisis data Al-Thuneibat et al. (2011) dalam Athoi (2015) mengungkapkan bahwa auditor di KAP besar membangun pengalaman belajar lebih cepat dibanding non-kap besar. Dengan demikian, auditor KAP besar, akan lebih cakap pada awal perikatan audit karena kecepatan dan keahlian mereka yang lebih besar dalam memperoleh pengetahuan yang diwajibkan serta mendapatkan kenalan yang diperlukan. Selain oleh efek ukuran KAP, kualitas audit juga dapat dipengaruhi olehukuran perusahaan Klien. Auditee yang lebih besar, karena kompleksitas operasimereka dan peningkatan pemisahan antara manajemen dan kepemilikan, sangat memerlukan KAP yang dapat mengurangi agency cost (Watts dan Zimmerman,1986 dalam Nasser et al., 2006) dan ancaman kepentingan pribadi auditor (Hudaibdan Cooke, 2005 dalam Nasser et al., 2006). Dalam penelitian yang dilakukan Evita Sari (2014) pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia(BEI) menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh secara parsial terhadap kualitas audit. karena semakin besar total asset yang dimiliki oleh perusahaan, maka perusahaan dianggap memiliki ukuran yang besar sehingga mampu mempertahankan kelangsungan usahanya. Perusahaan besar memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mengelola perusahaan dan menghasilkan laporan keuangan yang lebih berkualitas. Kemudian perusahaan besar pastinya akan lebih memilih

menggunakan jasa auditor besar yang independen dan profesional untuk menciptakan audit yang berkualitas sehingga timbul hubungan yang positif. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Athoi (2015) yang menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi Ukuran Perusahaan Klien bernilai negatif sebesar 0.000 dengan nilai probabilitas (p) sebesar 0.763 > 0,05 yang berarti bahwa variabel Ukuran Perusahaan Klien tidak berpengaruh signifikan terhadap Kualitas Audit. Hal ini mengandung arti bahwa Ukuran Perusahaan Klien tidak berpengaruh secara parsial terhadap kualitas audit, atau dengan kata lain ditolak. Hal ini memberikan arti ketika baik perusahaan besar maupun perusahaan kecil memperoleh tingkat kepercayaan yang sama dari pengguna laporan keuangan bahwa laporan keuangan mereka telah bebas dari salah saji material, bagi perusahaan kecil tingkat kepercayaan ini menjadi lebih efektif dibandingkan perusahaan besar. Bagi perusahaan kecil, kepercayaan pengguna laporan keuangan bukan hanya mampu mempromosikan investasi perusahaan, namun tentu saja membuat perusahaan lebih diperhatikan publik dan investor.sedangkan, bagi perusahaan besar yang sudah menjadi perhatian dan sorotan publik, tingkat kepercayaan ini hanya membantu dalam mempromosikan investasi. Berdasarkan uraian diatas maka diajukan hipotesis : H4 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap kualitas audit

H5 :Audit Tenure, Reputasi Auditor, Spesialisasi Auditor, dan Ukuran Perusahaan berpengaruh secara simultan terhadap Kualitas Audit Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian Audit Tenure (X1) H1 Reputasi Auditor (X2) Spesialisasi Auditor (X3) H2 H3 H4 Kualitas Audit (Y) Ukuran Perusahaan (X4) H5