ANALISIS PARTISIPASI PRIA DALAM PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI KELURAHAN INDRALAYA MULYA KECAMATAN INDRALAYA KABUPATEN OGAN ILIR TAHUN 2011

dokumen-dokumen yang mirip
Volume 3 / Nomor 1 / April 2016 ISSN :

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEIKUTSERTAAN SUAMI PADA PROGRAM KB VASEKTOMI DI WILAYAH KECAMATAN BANJARMASIN TIMUR

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PARTISIPASI PRIA DALAM KELUARGA BERENCANA DI LINGKUNGAN IV KELURAHAN TELING ATAS KOTA MANADO

*Fakultas Kesehatan Masyarakat

PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI PASANGAN USIA SUBUR DENGAN KEIKUTSERTAAN MENJADI AKSEPTOR KB PRIA. Darwel, Popi Triningsih (Poltekkes Kemenkes Padang )

Associated Factors With Contraceptive Type Selection In Bidan Praktek Swasta Midwife Norma Gunung Sugih Village

Nuke Devi Indrawati. Tlp : ABSTRAK

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI PRIA DALAM PROGRAM KB DAN KESEHATAN REPRODUKSI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI DESA KARANGJATI KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap

ANALISIS FAKTOR PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DI PUSKESMAS CIMANDALA KABUPATEN BOGOR

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SUAMI DALAM BER-KB DI DESA WONOREJO WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDAWUNG I SRAGEN SKRIPSI

PARTISIPASI PRIA DALAM PROGRAM KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA KEDEN KECAMATAN PEDAN KABUPATEN KLATEN

HUBUNGAN PENDIDIKAN, PENGETAHUAN, USIA DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD DI DESA TANGGAN GESI SRAGEN NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi

BAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan hasil kesepakan International Conference On Population and

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. telah disepakati dalam Dokument Millennium Declaration yang dituangkan sebagai

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, PERILAKU YANG MEMPENGARUHI PEMILIHAN KONTRASEPSI METODE OPERATIF PRIA ( MOP ) DI KLINIK PKBI KOTA SEMARANG TAHUN 2010

BAB I PENDAHULUAN. berencana secara komprehensif (Saifuddin, 2006). mencapai kesejahteraan keluarga. Program KB merupakan bagian terpadu

HUBUNGAN INFORMASI DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI METODE OPERASI PRIA (MOP) PADA PRIA PASANGAN USIA SUBUR DI KECAMATAN PAKUALAMAN YOGYAKARTA ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN SUAMI TENTANG KB DENGAN PARTISIPASI SUAMI DALAM BER-KB DI KELURAHAN KEMANG KABUPATEN BOGOR

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI MKJP PADA PUS DI PUSKESMAS TEMBILAHAN HULU

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial, budaya, agama serta lingkungan penduduk. Masalah

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

BAB 1 PENDAHULUAN. pertahun (Badan Pusat Statistik, 2010).

Correlation Between Mother s Knowledge and Education On Use Of Contraceptive In Yukum Jaya Village Central Lampung In 2013

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah penduduk yang terus meningkat dan sumber daya alam yang tidak

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG KB PRIA DI KABUPATEN DEMAK (Studi Pada Masyarakat Pesisir Dan Masyarakat Kota di Kabupaten Demak)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang memiliki banyak masalah kependudukan yang

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI SUAMI MENJADI AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA KEBET KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERILAKU PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA WANITA USIA SUBUR DI PUSKESMAS JOMBANG-KOTA TANGERANG SELATAN

NASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: ASFARIZA YUDHI PRABOWO

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE

ABSTRACT HUBUNGAN PERSEPSI MAHASISWA TENTANG NILAI ANAK PROGRAM KELUARGA BERENCANA DENGAN JUMLAH ANAK

HUBUNGAN FAKTOR AGAMA DAN KEPERCAYAAN DENGAN KEIKUTSERTAAN KB IUD DI PUSKESMAS MERGANGSAN KOTA YOGYAKARTA. Sri Wulandari

GAMBARAN MOTIVASI SUAMI TERHADAP KONTRASEPSI MANTAP DI DUKUH SIDOKERTO PURWOMARTANI KALASAN SLEMAN YOGYAKARTA TAHUN 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB I PENDAHULUAN. India, Pakistan, Brazil, dan Nigeria yang memberikan kontribusi besar pada

HUBUNGAN PERAN SUAMI DENGAN KETEPATAN WAKTU PENGGUNAAN KONTRASEPSI PASCASALIN PADA IBU MENYUSUI

Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan Masyarakat. Disusun Oleh : ANANG RIASMOKO J

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh : AHMAD NASRULLOH J

HUBUNGAN USIA PARITAS DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD DI DUSUN GETASAN KAB. SEMARANG TAHUN 2013 NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana (KB). Progam KB yang baru didalam paradigma ini

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT EKONOMI DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI WILAYAH PUSKESMAS SEKAMPUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

PATH ANALYSIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEDIAAN SUAMI SEBAGAI AKSEPTOR VASEKTOMI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANDEN BANTUL YOGYAKARTA TESIS

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mencapai 229 juta jiwa. Dimana terjadi peningkatan jumlah

ARTIKEL HUBUNGAN KARAKTERISTIK AKSEPTOR DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI MOP DI DUSUN TEKHELAN DESA BATUR KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG

PENGARUH FAKTOR SOSIAL EKONOMI DAN DEMOGRAFI TERHADAP KEIKUTSERTAAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI KECAMATAN GENENG KABUPATEN NGAWI

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012). mengatur jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan

Rendahnya Keikutsertaan Pengguna Metode Kontrasepsi Jangka Panjang Pada Pasangan Usia Subur

Universitas Muhammadiyah Semarang.

FAKTOR DETERMINAN PERILAKU KELUARGA BERNCANA (KB) DENGAN METODE OPERASI PRIA (MOP) DI KECAMATAN JENAWI KABUPATEN KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

: LULUK ERDIKA GRESTASARI J

BAB I PENDAHULUAN. pula bersifat permanen (Prawirohardjo, 2007).

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PRIA PRODUKTIF TERHADAP METODE KONTRASEPSI VASEKTOMI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI

BAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam

PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Starta I pada Jurusan Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Kesehatan

Faktor yang Memengaruhi Unmet Need Keluarga Berencana

BAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia yaitu sekitar 258 juta jiwa (United Nations, 2015). Dalam kurun

1 BAB I PENDAHULUAN. pernyataan direktur eksekutif UNFPA Dr. Babatunde Osotimehin (Syarief, 2011).

HUBUNGAN PEMBERIAN KONSELING OLEH BIDAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD TERHADAP AKSEPTOR KB

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI PASANGAN USIA SUBUR (PUS) TERHADAP PEMAKAIAN KONTRASEPSI KB

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk serta meningkatkan kesehatan ibu dan anak.

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) menurut Undang-Undang Nomor 10

FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETIDAKIKUTSERTAAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR

PARTISIPASI PRIA DALAM DALAM KELUARGA BERENCANA DI KELURAHAN SUKAMANAH KECAMATAN CIPEDES KOTA TASIKMALAYA. Andrianty Istiqomah 1)

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang dihadapi beberapa negara berkembang dewasa ini adalah

Jurnal KES MAS UAD Vol. 4, No. 1, September 2010

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI TENTANG KONTRASEPSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KECAMATAN MAKARTI JAYA TAHUN 2014

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DALAM PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA JEPANG PAKIS

UNIVERSITAS SILIWANGI FAKULTAS ILMU KESEHATAN PEMINATAN KESEHATAN REPRODUKSI SKRIPSI, NOVEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pasangan Usia Subur diharapkan menggunakan metode kontrasepsi untuk

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PARTISIPASI SUAMI DALAM BER KB. Ditta Tourisia 1), Sumarah 2), Hartini 3)

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DI PUSKESMAS PAAL X KOTA

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

LEMBAR PENGESAHAN ARTIKEL ILMIAH

NASKAH PUBLIKASI AGUSTIAN SASMITA NIM I

BAB I PENDAHULUAN. besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN FREKUENSI KUNJUNGAN ULANG NIFAS DI WILAYAH PUSKESMAS PURWOYOSO KOTA SEMARANG

Ika Setyaningrum *), Suharyo**), Kriswiharsi Kun Saptorini**) **) Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DALAM PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI DESA PASIRANGIN KECAMATAN CILEUNGSI KABUPATEN BOGOR

BAB 1 PENDAHULUAN. suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan

HUBUNGAN DUKUNGAN PASANGAN USIA SUBUR DENGAN PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI SENGGAMA TERPUTUS DI KELURAHAN METESEH KECAMATAN TEMBALANG KOTA SEMARANG

HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN KINERJA PETUGAS LAPANGAN KELUARGA BERENCANA DI KABUPATEN GIANYAR TAHUN 2015

MA RIFATUL AULIYAH Subject : Dukungan Suami, MKJP, Akseptor KB DESCRIPTION ABSTRACT

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DI SMP MUHAMMADIYAH 1 YOGYAKARTA TAHUN 2011 NASKAH PUBLIKASI

RELATIONSHIP BETWEEN EDUCATION AND KNOWLEDGE WITH KADARZI BEHAVIOR IN RURAL AREAS REPRESENTED BY KEMBARAN I DISTRICT

Hubungan Antara Paritas Ibu Dan Status Ekonomi Keluarga Dengan Pemakaian Kontrasepsi Suntik Di Rumah Bersalin Citra Palembang Tahun 2013

Kesesuaian Sikap Pasangan Usia 1

Ulfa Miftachur Rochmah. Mahasiswa S1 Pendidikan Geografi, Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum, Universitas Negeri Surabaya

PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR USE OF CONTRACEPTION BY COUPLES OF CHILDBEARING AGE

Transkripsi:

VOLUME 4 Nomor 03 November 2013 Artikel Penelitian ANALISIS PARTISIPASI PRIA DALAM PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI KELURAHAN INDRALAYA MULYA KECAMATAN INDRALAYA KABUPATEN OGAN ILIR TAHUN 2011 ANALYSIS OF MALE PARTICIPATION IN CONTRACEPTIVE USAGE IN INDRALAYA MULYA DISTRICT KECAMATAN INDRALAYA OGAN ILIR REGENCY IN YEAR 2011 Des Mery 1, Fatmalina Febry 2, Asmaripa Ainy 2 1 Alumni Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya 2 Staf Pengajar Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sriwijaya ABSTRACT Background : Indonesia has 216,9 million number of people with 1,36% population growth rate. In order to restrict this rapid population increasing, Governmalet had done the construction oriented to the justice and gender equality in Family planning and Reproductive Health. One of the gender equality in family planning was male participation in contraceptive usage. But, nowadays the gender equality in Indonesia is still dominated by women. Based on the data of UPTB KB Monthly Report Kecamatan Indralaya, male participation in contraceptive usage in Kelurahan Indralaya Mulya was still bad. Because of that, this research aimed to know the male participation in contraceptive usage. Method : Used analytic survey method with cross sectional study design. Sample in this research was male who have wife aged 15-49 years old which amounts to 82 people. The sampling technique used simple random sampling. Data analysis technique used univariate and bivariate with statistic test used Chi Square test. Result : Showed that from 7 independent variables, 5 variables were connected to male participation in family planning, education (p value = 0,001), knowledge (p value = 0,014), family planning services access (p value = 0,010), male family planning quality service (p value = 0,030) and male family planning image (acceptance) (p value = 0,008). Conclusion : Variables related to male participation in family planning are education, knowledge, family planning services access, male family planning quality service and male family planning image (acceptance) whereas variables which are not related are age and number of children. Keywords : Male participation in contraceptive usage, Male family planning ABSTRAK Latar Belakang : Indonesia mempunyai jumlah penduduk 216,9 juta jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 1,36%. Untuk membatasi ledakan penduduk tersebut, Pemerintah melaksanakan pembangunan yang berorientasi pada keadilan dan kesataraan gender dalam Keluarga Berencana (KB) d an Kesehatan Reproduksi. Salah satu kesetaraan gender dalam KB adalah partisipasi pria dalam penggunaan alat kontrasepsi. Namun, sampai saat ini kesertaan KB di Indonesia masih didominasi oleh wanita. Berdasarkan data Laporan Bulanan UPTB KB Kecamatan Indralaya partisipasi pria dalam penggunaan alat kontrasepsi di Kelurahan Indralaya Mulya masih rendah. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui partisipasi pria dalam penggunaan kontrasepsi. Metode : Menggunakan metode survey analitik dengan design studi cross sectional. Sampel dalam penelitian ini adalah pria yang memiliki isteri yang berusia 15-49 tahun yang berjumlah 82 orang. Teknik pengambilan sampel menggunakan Simple Random Sampling. Teknik analisis data secara univariat dan bivariat dengan uji statistik menggunakan uji Chi Square. Hasil Penelitian : Menunjukkan bahwa dari 7 variabel independen terdapat 5 variabel yang dinyatakan berhubungan dengan partisipasi pria dalam KB yaitu pendidikan (p value = 0,001), pengetahuan (p value = 0,014), akses pelayanan KB (p value = 0,010), kualitas pelayanan KB pria (p value = 0,030) dan image (penerimaan) KB pria (p value = 0,008). 220

Kesimpulan : Variabel yang berhubungan dengan partisipasi pria dalam penggunaan alat kontrasepsi adalah pendidikan, pengetahuan, akses pelayanan KB, kualitas pelayanan KB pria dan image (penerimaan) KB pria sedangkan variabel yang tidak berhubungan adalah umur dan jumlah anak. Kata Kunci: Partisipasi pria dalam penggunaan alat kontrasepsi, KB pria PENDAHULUAN Jumlah penduduk Indonesia sekitar 216,9 juta jiwa, dengan laju pertumbuhan penduduk 1,36% Proyeksi yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) dan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BPPN) diperkirakan jumlah penduduk akan mencapai 261,5 juta jiwa, untuk membatasi ledakan penduduk Pemerintah telah mulai melaksanakan pembangunan yang berorientasi pada keadilan dan kesetaraan gender dalam KB dan Kesehatan Reproduksi. 1 Prinsip pokok dalam mewujudkan keberhasilan program KB tersebut adalah peningkatan kualitas di segala bentuk serta kesetaraan dan keadilan gender melalui pemberdayaan perempuan serta peningkatan partisipasi pria. Partisipasi pria dalam pelaksanaan Program KB dan Kesehatan Reproduksi adalah masalah yang strategis dalam meningkatkan cakupan program KB dan kesehatan reproduksi, terutama dalam praktek KB serta pemeliharaan kesehatan ibu dan anak, termasuk pencegahan kematian maternal, hingga saat ini belum memuaskan. Hal ini tercermin dari rendahnya partisipasi pria dalam pelaksanaan program KB baik dalam praktik KB, mendukung isteri dalam penggunaan kontrasepsi, sebagai motivator atau promotor dan merencanakan jumlah anak. 2 Berdasarkan data SKDI 2002-2003 keikutsertaan pria baru mencapai 1,3%, meliputi kondom 0,9% dan vasektomi 0,4%. Pada tahun 2007, pria yang menjadi peserta KB baru mencapai 1,5% dari seluruh peserta KB. Terdiri dari 0,2% peserta Kontrasepsi Mantap Pria (vasektomi) dan 1,3% peserta KB kondom. Rendahnya partisipasi pria dalam ber-kb dapat memberikan dampak negatif bagi kaum wanita karena dalam kesehatan reproduksi tidak hanya kaum wanita saja yang selalu berperan aktif. Kesertaan suami dalam penggunaan alat kontrasepsi di Indonesia masih belum mencapai target yang di inginkan, sesuai dengan Propenas 2000 yaitu sebesar 8%. Pemakai kontrasepsi wanita pada tahun 2002 yaitu 55,8% kontrasepsi pria 4,4% (Kondom 0,9%, Vasektomi 0,4%, Pantang berkala 1,5%, dan Senggama terputus 1,6%). 3 Penelitian Suprihastuti, 5 menyatakan bahwa adanya kemudahan dan ketersediaan sarana pelayanan ternyata berdampak positif terhadap penggunaan alat kontrasepsi. Aksesabilitas pria terhadap informasi mengenai KB rendah karena masih terbatasnya informasi tentang peranan pria dalam KB dan aksesabilitas pria terhadap sarana pelayanan kontrasepsi rendah, dimana puskesmas terdapat pelayanan KIA yang umumnya melayani ibu dan anak saja sehingga pria merasa enggan untuk konsultasi dan mendapat pelayanan serta terbatasnya sarana pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan pria dalam KB. Kesertaan suami dalam ber-kb di Kabupaten Ogan Ilir masih belum mencapai target yang diinginkan, dilihat dari PPM PB yaitu sebesar 11,85%. Peserta akseptor KB aktif di kecamatan Indralaya sebesar 3.732 PUS (Pasangan Usia Subur) dari 4.929 PUS, dan pria yang menggunakan kondom sebesar 8,1%, dan MOP sebesar 2,4%. 3 Kelurahan Indralaya Mulya Kecamatan Indralaya Kabupaten Ogan Ilir partisipasi pria dalam KB juga masih rendah, terlihat dari 4.119 jumlah peserta KB aktif hanya 742 sebagai akseptor KB aktif atau 18%, yang terdiri dari pengguna alat kontrasepsi pria seperti kondom sebesar 0,1% dan vasektomi (MOP) sebesar 0,04% (Laporan Bula nan UPTB KB Kecamatan Indralaya sampai bulan Maret 2011). 221 Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Volume 4, Nomor 03 November 2013

Dari data di atas diketahui bahwa partisipasi pria dalam penggunaan alat kontrsepsi di Kelurahan Indralaya Mulya Kecamatan Indralaya masih rendah. Hal inilah yang melatarbelakangi perlunya penelitian mengenai analisis partisipasi pria dalam penggunaan alat kontrsepsi di Kelurahan Indralaya Mulya Kecamatan Indralaya Kabupaten Ogan Ilir tahun 2011. BAHAN DAN CARA PENELITIAN Penelitian ini merupakan survei analitik dengan studi desain cross sectional, Populasi pada penelitian ini adalah semua pria yang sudah menikah dan masih memiliki isteri di Kelurahan Indralaya Mulya Kecamatan Indralaya yang berjumlah 812 orang. Sampel pada penelitian ini adalah sebagian dari pria yang sudah menikah dan masih memiliki isteri di Kelurahan Indralaya Mulya Kecamatan Indralaya, dimana jumlah sampel yang didapat sebesar 82 orang. Variabel independent yang diteliti berupa umur, jumlah anak, pendidikan, pengetahuan, akses pelayanan KB, kualitas pelayanan KB pria dan image (penerimaan) KB pria sedangkan variabel dependent adalah partisipasi pria dalam KB. HASIL PENELITIAN Analisi Univariat Berdasarkan pada tabel 1. dapat diketahui bahwa sebagian besar responden tidak berpartisipasi dalam penggunaan alat kontrasepsi sebanyak 68 responden (82,9%), memiliki umur > 41 tahun sebanyak44 responden (53,7%), memiliki jumlah anak banyak sebanyak 43 responden (52,4%), memiliki pendidikan tinggi sebanyak 50 responden (61%), memiliki pengetahuan tinggi sebanyak 46 responden (56,1%), memiliki akses pelayanan baik sebanayak 59 responden (72%), menyatakan kualitas pelayanan KB pria baik sebanyak 49 responden (59,8%), Image (penerimaan) yang mendukung KB pria sebanyak 58 responden (70,7%). Tabel 1. Analisis Univariat antara Variabel Independent dengan Variabel Dependent dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi di Kelurahan Indralaya Mulya Variabel Frekuensi (n) Persentase (%) Partisipasi pria dalam KB Tidak berpastisipasi 68 82 Berpartisipasi 14 17,1 Umur Muda 38 46,3 Tua 44 53,7 Jumlah Anak Sedikit 39 47,6 Banyak 43 52,4 Pendidikan Rendah 32 39 Tinggi 50 61 Pengetahuan Rendah 36 43,9 Tinggi 46 56,1 Akses Pelayanan KB Tidak Baik 23 28 Baik 59 72 Kualitas Pelayanan KB pria Tidak Baik 33 40,2 Baik 49 59,8 Image (penerimaan) KB pria Tidak Mendukung 24 29,3 Mendukung 58 70,7 Analisi Bivariat Berdasarkan analisa bivariat yang dilakukan dengan tabulasi silang ( crosstabs) dari masing-masing variabel independent dengan partisipasi pria dalam penggunaan alat kontrasepsi dengan menggunakan perhitungan statistik uji chi square. Tujuan dilakukan analisis bivariat yaitu untuk mengetahui hubungan antara masingmasing variabel independent penelitian dengan variabel dependent (partisipasi pria dalam penggunaan alat kontrasepsi) di kelurahan Indralaya Mulya. Hasil analisis bivariat dapat dilihat pada Tabel 2. di bawah ini: Mery, Febry, Ainy, Analisis Partisipasi Pria dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi 222

Tabel 2. Analisis Bivariat antara Variabel Variabel Independent dengan Variabel Dependent dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi di Kelurahan Indralaya Mulya Variabel p value Umur Responden 0,373 Jumlah anak responden 0,430 Pendidikan 0,001* Pengetahuan 0,014* Akses Pelayanan KB 0,008* Kualitas pelayanan KB pria 0,030* Image (penerimaan) KB pria 0,008* Keterangan : *Bermakna/Berhubungan Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa terdapat 5 variabel yang berhubungan dengan partisipasi pria dalam KB yaitu pendidikan (pvalue = 0,001), pengetahuan (pvalue = 0,014), akses pelayanan KB (pvalue = 0,008), kualitas pelayanan KB pria (pvalue = 0,030), dan image (penerimaan) KB pria (pvalue = 0,008). Sedangkan ada 2 variabel yang tidak berhubungan dengan partisipasi pria dalam KB yaitu umur (pvalue = 0,373) dan jumlah anak (pvalue = 0,430). PEMBAHASAN Umur Responden Berdasarkan penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan partisipasi pria dalam KB di Kelurahan Indralaya Mulya. Salah satu faktor yang mempengaruhi partisipasi pria dalam KB adalah umur. Calon akseptor yang berumur lebih dari 30 tahun kemungkinan sudah memiliki jumlah anak yang cukup dan tidak menginginkan anak lagi. Apabila umur calon akseptor kurang dari 30 tahun, ditakutkan nantinya akan mengalami penyesalan seandainya masih menginginkan anak lagi. Suami yang memiliki istri yang berumur lebih dari 20 tahun dan kurang dari 45 tahun atau umur istri antara 20-45 tahun bisa dikatakan istri dalam usia reproduktif sehingga masih bisa hamil sehingga suami bisa mengikuti kontrasepsi mantap. 4 Apabila dilihat dari segi umur, pria yang menggunakan alat kontrasepsi cenderung pria yang umurnya lebih tua dibanding yang lain. Indikasi ini memberi petunjuk bahwa kematangan pria juga ikut mempengaruhi untuk saling mengerti dalam kehidupan keluarga. 5 Ketidakbermaknaan hubungan antara umur dengan patisipasi pria dalam KB diakibatkan responden yang berusia tua frekuensinya lebih banyak yang tidak berpartisipasi dalam KB dibandingkan dengan responden yang berusia muda. Padahal seharusnya responden yang berusia tua yang lebih banyak berpastisipasi dalam KB, hasil penelitian menunjukkan sebaliknya responden yang berusia muda yang lebih banyak berpartisipasi dalam KB. Jumlah Anak Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara jumlah anak dengan patisipas pda KB di Kelurahan Indralaya Mulya Kecamatan Indralaya Kabupaten Ogan Ilir. Hasil analisis bivariat antara jumlah anak dengan partisipasi pria dalam KB yang dilakukan dengan uji Chi Square diperoleh nilai p value = 0,430 > α = 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jumlah anak dengan partisipasi pria dalam KB. Hasil penelitian di atas berbeda dengan penelitian Rustam, 6 yang menyatakan bahwa berdasarkan hasil uji Chi square diperoleh bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara jumlah anak dengan partisipasi pria dalam KB dengan uji Chi square (α = 0,05) didapatkan p value = 0,000. Ketidakbermaknaan hubungan antara jumlah anak dengan patisipasi pria dalam KB diakibatkan responden yang memiliki anak banyak frekuensinya lebih banyak yang tidak berpartisipasi dalam KB dibandingkan dengan responden yang mempunyai anak sedikit. Padahal seharusnya responden yang memiliki banyak anak yang lebih banyak berpastisipasi 223 Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Volume 4, Nomor 03 November 2013

dalam KB, hasil penelitian menunjukkan sebaliknya responden yang memiliki sedikit anak yang lebih banyak berpartisipasi dalam KB. Pendidikan antara pendidikan responden dengan partisipasi pria dalam KB yang dilakukan dengan uji Chi Square diperoleh nilai p value = 0,01 < α = 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pendidikan dengan partisipasi pria dalam KB. Penelitian ini serupa dengan penelitian Samosir dalam Rustam, menyatakan bahwa responden yang memiliki pendidikan tinggi maka partisipasi pria dalam penggunaan kontrasepsi semakin besar dibandingkan dengan pendidikan rendah. 6 Penelitian ini juga didukung penelitian Maryam dalam Demalita, 1 yang menyatakan tingkat pendidikan berpengaruh secara bermakna terhadap pemakaian kontrasepsi pria (p < 0,05). Kebermaknaan hubungan antara pendidikan dengan partisipasi pria dalam KB, menunjukkan bahwa mayoritas responden yang memiliki pendidikan tinggi yang lebih banyak berpartisipasi dalam KB. Hal ini dikarenakan jika dikaitkan dengan pendidikan, mayoritas responden yang memiliki pendidikan tinggi juga memiliki pengetahuan yang tinggi pula. Dari segi pendidikan, maka dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi pendidikan yang dimiliki pria maka semakin tinggi partisipasi pria dalam KB (menggunakan alat kontrasepsi) dan sebaliknya dengan pria yang memiliki pendidikan lebih rendah maka semakin rendah pula partisipasinya dalam KB. Pengetahuan antara pengetahuan responden dengan partisipasi pria dalam KB yang dilakukan dengan uji Chi Square diperoleh nilai p value = 0,014 < α = 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pengetahuan dengan partisipasi pria dalam KB. Penelitian ini serupa dengan penelitian Desmalita, 1 tentang beberapa faktor yang berhubungan dengan partisipasi pria sebagai peserta KB yang menyatakan bahwa hasil analisis bivariat menunjukkan hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan partisipasi pria dalam KB dilihat dari nilai (p = 0,007). Artinya pengetahuan memiliki hubungan yang signifikan terhadap partisipasi pria dalam KB. Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang ( overt behavior), salah satunya tindakan untuk menjadi peserta KB atau tidak menjadi peserta KB. Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku di dasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila perilaku tidak didasari oleh kesadaran maka perilaku tersebut tidak berlangsung lama. 7 Kebermaknaan hubungan antara pengetahuan dengan partisipasi pria dalam KB, menunjukkan bahwa mayoritas responden yang memiliki pengetahuan tinggi yang lebih banyak berpartisipasi dalam KB. Hal ini dikarenakan responden yang memiliki pengetahuan tinggi jika dikaitkan dengan pendidikan, mayoritas responden memiliki pendidikan yang tinggi pula. Sehingga responden yang memiliki pengetahuan yang tinggi banyak menggunakan alat kontrasepsi dibandingkan dengan pria yang memiliki pengetahuan rendah. Akses Pelayanan KB antara akses pelayanan KB dengan partisipasi pria dalam KB yang dilakukan dengan uji Chi Square diperoleh nilai p value = 0,008 < α = 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara akses pelayanan KB dengan partisipasi pria dalam KB. Mery, Febry, Ainy, Analisis Partisipasi Pria dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi 224

Penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian Desmalita, 1 yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara akses pelayanan KB dengan partisipasi pria dalam KB, dilihat dari nilai (p = 0,446).Penelitian lain menyatakan bahwa partisipasi pria dalam keluarga berencana (KB) dan kesehatan reproduksi salah satunya dipengaruhi oleh tempat pelayanan. Perhatian pria terhadap keluarga berencana (KB) sudah cukup tinggi, terlihat dari banyaknya usulan agar pelayanan KB diperluas. Akses terhadap pelayanan keluarga berencana yang bermutu merupakan suatu upaya mencapai pelayanan kesehatan reproduksi. Secara khusus dalam hal ini termasuk hak setiap orang untuk memperoleh informasi dan akses terhadap berbagai metode kontrasepsi yang aman, efektif dan terjangkau. 8 Aksesabiltas (keterjangkauan) informasi KB dan KR baik media KIE, konseling yang tersedia, informasi yang diberikan oleh petugas, maupun tempat pelayanan yang ada masih bias gender artinya masih lebih didominasi untuk wanita. Adanya kemudahan dan ketersediaan sarana pelayanan ternyata berdampak positif terhadap penggunaan suatu alat kontrasepsi. Peningkatan peluang terjadi karena faktor wilayah. Tiga perempat peserta MOP berada di wilayah Jawa Bali, hal ini berkaitan erat dengan jaringan informasi dan pelayanan KB yang lebih banyak terfokus di wilayah Jawa- Bali. 5 Kebermaknaan hubungan antara akses pelayanan KB dengan partisipasi pria dalam KB, menunjukkan bahwa mayoritas responden yang mempunyai akses pelayanan KB baik yang lebih banyak berpartisipasi dalam KB. Hal ini dikarenakan responden yang mempunyai akses pelayanan KB baik dilihat dari jarak tempat pelayanan KB dekat dengan tempat tinggal responden sehingga responden yang mempunyai akses pelayanan KB baik maka mudah untuk memperoleh informasi mengenai metode kontrasepsi pria baik keterbatasan maupun kelebihan metode kontrasepsi pria dan partisipasi pria dalam KB lebih besar dibandingkan dengan pria yang mempunyai akses pelayanan KB tidak baik. Kualitas Pelayanan KB Pria antara kualitas pelayanan KB pria dengan partisipasi pria dalam KB yang dilakukan dengan uji Chi Square diperoleh nilai p value = 0,03 < α = 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kualitas pelayanan KB pria dengan partisipasi pria dalam KB. Penelitian ini didukung oleh penelitian Sri, yang menyatakan bahwa maka dapat dianalisis dengan menggunakan uji Chi- Square test diperoleh nilai p value sebesar 0.0001 (p < 0.05) yang berarti ada hubungan yang bermakna antara kualitas pelayanan KB dengan partisipasi pria dalam Keluarga Berencana (KB). 9 Penelitian di Nanggroe Aceh Darussalam diketahui beberapa responden mengeluhkan kualitas pelayanan KB pria masih belum memadai seperti pemakaian kondom kurang nyaman, tebal dan khawatir. Menurut Bruce dalam Sri, 9 menjelaskan bahwa terdapat enam komponen dalam kualitas pelayanan, yaitu pilihan kontrasepsi, informasi yang diberikan, kemampuan tehnikal, hubungan interpersonal, tidak lanjut atau kesinambungan, kemudahan pelayanan. Informasi merupakan suatu bagian dari pelayanan yang sangat berpengaruh bagi calon akseptor maupun akseptor pengguna, mengetahui apakah kontrasepsi yang dipilih telah sesuai dengan kondisi kesehatan dan sesuai dengan tujuan akseptor dalam memakai. Kebermaknaan hubungan antara kualitas pelayanan KB pria dengan partisipasi pria dalam KB, menunjukkan bahwa mayoritas responden yang menyatakan kualitas pelayanan KB pria baik yang lebih banyak berpartisipasi dalam KB. Hal ini jika dikaitkan dengan akses pelayanan KB baik, 225 Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Volume 4, Nomor 03 November 2013

mayoritas responden mempunyai akses pelayanan KB yang baik pula. Sehingga responden yang menyatakan kualitas pelayanan KB pria baik yang tinggi banyak menggunakan alat kontrasepsi dibandingkan dengan pria yang menyatakan kualitas pelayanan KB pria tidak baik. Image (Penerimaan) KB Pria antara image (penerimaan) KB pria dengan partisipasi pria dalam KB yang dilakukan dengan uji Chi Square diperoleh nilai p value = 0,008 < α = 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara image (penerimaan) KB pria dengan partisipasi pria dalam KB. Penelitian ini didukung oleh penelitian Sri (2008) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara image (penerimaan) KB pria dengan partisipasi pria dalam KB, didapat dari analisis dengan menggunakan uji Chi-Square test diperoleh nilai p value sebesar 0.005 (p < 0.05) yang berarti ada hubungan yang bermakna antara image (penerimaan)/sikap terhadap KB dengan Partisipasi Pria dalam Keluarga Berencana. Kebermaknaan hubungan antara image (penerimaan) KB pria dengan partisipasi pria dalam KB, menunjukkan bahwa mayoritas responden yang memiliki image (penerimaan) yang mendukung KB pria yang lebih banyak berpartisipasi dalam KB. Jika dikaitkan dengan kualitas pelayanan KB yang baik, mayoritas responden yang menyatakan kualitas pelayanan KB pria baik sehingga DAFTAR PUSTAKA 1. Desmalita, Beberapa Faktor Yang Berhubungan Partisipasi Pria Sebagai Peserta KB di Kelurahan Tembilahan Kota, [on line], dari: http://www.jurnals.com. 2008. [4 Maret 2011]. 2. Budisantoso, Saptono, Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Partisipasi Pria mempengaruhi image (penerimaan) yang mendukung KB pria baik pula. Sehingga responden yang memiliki image (penerimaan) yang mendukung KB pria baik yang paling banyak berpartisipasi dalam KB. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Terdapat 5 variabel yang berhubungan dengan partisipasi pria dalam KB, yaitu pendidikan, pengetahuan, akses pelayanan KB, kualitas pelayanan KB, dan image (penerimaan) KB pria. 2. Terdapat 2 variabel yang tidak berhubungan yaitu umur dan jumlah anak. Adapun saran yang bisa saya berikan adalah sebagai berikut: 1. Diharapkan bagi Petugas Lapangan KB (PLKB) agar dapat lebih intensif melakukan penyebaran informasi mengenai alat kontrasepsi khususnya (vasektomi dan kondom) secara lengkap, sosialisasi dan pemberian motivasi kepada Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu tentang manfaat KB pria. 2. Diharapkan adanya penambahan petugas KB yang memberikan sosialisasi adalah pria agar dalam memberikan sosialisasi kepada bapak-bapak lebih mudah diterima. 3. Diharapkan bagi petugas kesehatan perlu menambah tempat pelayanan KB khusus pria agar pelayanan KB di klinik KB tidak hanya terkesan untuk tempat pelayanan KB wanita saja. dalam Keluarga Berencana di Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul Tahun 2008, [Tesis]. Program Pascasarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Diponegoro, Semarang. 2008. 3. BKKBN, Cukilan Data Program Keluarga Berencana Nasional, [on line]. Dari: http://www.bkkbn.go.id. 2003. [1 Mei 2011]. Mery, Febry, Ainy, Analisis Partisipasi Pria dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi 226

4. BKKBN, Materi KIE Peningkatan Partisipasi Pria Dalam KB dan KR. BKKBN, Jakarta. 2008. 5. Suprihastuti. et.al, Pengambilan Keputusan Penggunaan Alat Kontrasepsi Pria di Indonesia, [on line]. Berita Kedokteran Masyarakat, dari: http://www.detik.com. 2002. [2 Mar 2011]. 6. Rustam, Partisipasi Pria Dalam Praktek Metode KB Moderen di Indonesia, [Tesis]. Program Pascasarjana Program Studi Kajian Kependudukan dan Sumber Daya Manusia Universitas Indonesia, Depok. 2006. 7. Notoadmojo, Soekidjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. 2003. 8. Saifuddin, Abdul Bari. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiharjo, Jakarta. 2003. 9. Sri, M. B, Analisis Faktor-Faktor yang Berpengaruh Terhadap partisipasi pria dalam keluarga Berencana Tahun 2008, [Tesis]. Program Pascasarjana Universitas Diponegoro, Semarang. 2008. 227 Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, Volume 4, Nomor 03 November 2013