BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika dipandang sebagai mata pelajaran yang sulit dan menakutkan bagi sebagian siswa. Apalagi matematika sebagai salah satu pelajaran yang diujikan dalam Ujian Nasional(UN), hal ini dikhawatirkan oleh sebagian guru dan orang tua siswa, karena hasil belajar siswa yang masih rendah. Hasil belajar matematika pada ulangan umum semester satu tahun 2011/2012 kemarin rata-ratanya 54,95. KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) mata pelajaran matematika Kurikulum KTSP Kelas VI SD Negeri Simpar adalah 65. Pembelajaran dianggap tuntas apabila persentase ketuntasan belajar klasikal 75% siswanya mendapatkan nilai 65. Dari 20 siswa kelas VI yang tuntas hanya 6 siswa (30%) tidak tuntas 14 siswa (70%), padahal seharusnya siswa yang tuntas minimal 15 siswa (75% dari 20 siswa kelas VI). Hasil belajar siswa masih jauh dari tujuan yang ditetapkan dalam Kurikulum KTSP SD Negeri Simpar kelas VI. Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar Negeri Simpar pada umumnya bersifat guru sentris. Guru merupakan satu-satunya sumber informasi, sumber belajar dan sumber pengetahuan disamping buku pelajaran. Karena itu proses pembelajaran hanya terpusat pada guru dan siswa hanya bersifat pasif. Siswa belum secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran. Pelajaran matematika kurang disukai oleh sebagian siswa karena ada anggapan matematika adalah pelajaran yang sulit, disamping itu motivasi belajar siswa, minat belajar dan keaktifan siswa masih rendah. Tidak adannya sarana belajar seperti perpustakaan, alat peraga, teknologi informasi juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi minat belajar siswa dan hasil belajar siswa. Faktor peserta didik (Wijaya, dkk.1992:23) dianggap sesuatu yang menentukan pelaksanaan dan keberhasilan proses pembelajaran. Menurut Philip R.E Verson, pada hakekatnya perbedaan-perbedaan individu adalah perbedaan-perbedaan dalam kesiapan belajar. Mereka berbeda dalam potensi bahkan karakternya. 1
2 Pendidikan bukan hanya bermaksud mengembangkan individu sebagai individu, melainkan juga dalam pola kehidupan masyarakat. Untuk meningkatkan pemahaman akademik siswa dibutuhkan suatu strategi pembelajaran dengan mempertimbangkan antara lain adalah keadaan siswa, keadaan sekolah, lingkungan belajar yang dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VI SD Negeri Simpar. Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa keadaan siswa di sekolah-sekolah pada umumnya adalah heterogen. Maksud heterogen di sini adalah heterogen dalam jenis kelamin, agama, tingkat kehidupan sosial, kemampuan akademik dan suku/ras. Dengan demikian, peneliti memilih alternatif yang dapat digunakan yakni dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Menurut Slavin (Ibrahim, 2005:27) dalam pembelajaran kooperatif siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan masalah-masalah tersebut dengan teman-temannya. Dengan pembelajaran kooperatif, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengeluarkan pendapatnya sendiri, tampil lebih berani untuk berbicara, mendengar dan menghargai pendapat temannya, dan bersama-sama membahas permasalahan atau tugas yang diberikan guru. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pembelajaran yang menempatkan siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil (beranggotakan 4-5 orang) dengan tingkat kemampuan yang berbeda serta menekankan kerjasama dan tanggung jawab kelompok dalam mencapai tujuan bersama. Dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD, materi pembelajaran dirancang sedemikian rupa untuk pembelajaran secara berkelompok. Dengan menggunakan lembaran kegiatan atau perangkat pembelajaran lain, siswa bekerja sama (berdiskusi) untuk menuntaskan materi. Mereka saling membantu satu sama lain untuk memahami bahan pelajaran, sehingga dipastikan semua anggota telah mempelajari materi tersebut secara tuntas. Jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional (pembelajaran yang biasa diterapkan di sekolah) jelas tidak jauh berbeda, sehingga siswa dan guru-guru yang baru mulai menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat secepatnya menyesuaikan diri. Hanya dalam hal ini, pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam kegiatan kelompoknya
3 menggunakan aturan-aturan tertentu. Misalnya siswa dalam satu kelompok harus heterogen, baik dalam kemampuan maupun jenis kelamin atau etnis, siswa yang menguasai bahan pelajaran lebih dulu harus membantu teman kelompoknya yang belum menguasai pelajaran. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika, siswa dapat bekerja sama dengan berbeda kemampuannya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Melalui model pembelajaran. Kooperatif guru juga dapat memotivasi belajar siswa dengan bekerjasama kelompok agar dapat memecahkan masalah secara bersamasama melalui kelompoknya sehingga akhirnya dapat membantu para siswa meningkatkan sikap positif serta membangun kepercayaan diri dalam menyelesaikan masalah matematika. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka peneliti melakukan penelitian dengan judul Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Siswa Kelas VI SD Negeri Simpar Kecamatan Bandar Kabupaten Batang Semester 2/2011-2012. 1.2 Permasalahan Penelitian Masalah-masalah yang dihadapi siswa kelas VI dalam pembelajaran matematika adalah : 1.2.1 Hasil belajar siswa masih rendah, siswa umumnya masih mengalami kesulitan memahami materi pembelajaran matematika, hal ini terjadi pada hasil ulangan umum semester satu, nilai rata-rata kelas masih berada dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum), nilai rata-rata kelas 54,95 sedangkan ketentuan minimum 65 (rentang 0 100). Persentase ketuntasan belajar hanya 30% (6 dari 20anak) padahal seharusnya minimal 75% tuntas. 1.2.2 Pembelajaran hanya terpusat pada guru (guru sentris), siswa belum terlibat secara aktif, kreatif dalam proses pembelajaran. 1.2.3 Penggunaan strategi pembelajaran yang kurang tepat, belum dapat merangsang siswa untuk belajar aktif, kreatif dan menyenangkan. 1.2.4 Minat belajar dan motivasi siswa terhadap pelajaran matematika masih rendah. 1.2.5 Penggunaan sumber belajar yang terbatas, guru satu-satunya sumber belajar.
4 1.2.6 Kurangnya penggunaan media pembelajaran dan alat peraga yang tepat dengan karakteristik materi pembelajaran. 1.3 Cara Pemecahan Masalah Mengingat keterbatasan waktu, dana dan teori maka perlu adanya pembatasan masalah dalam penelitian. Hasil belajar siswa yang rendah dapat diatasi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Ada pun cara pemecahan masalah yaitu perlu adanya penggunaan model pembelajaran kooperatif yang tepat pada Penelitian Tindakan Kelas ini, yaitu: 1.3.1 Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas VI SD Negeri Simpar Kecamatan Bandar Kabupaten Batang semester 2/2011-2012. Penggunaan model pembelajaran kooperatiftipe STAD diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas VI SD Negeri Simpar Kecamatan Bandar Kabupaten Batang semester 2/2011-2012. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang, identifikasi dan batasan masalah, maka rumusan masalah yang diajukan dalam penelitian ini adalah : Apakah melalui penerapan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas VI SD Negeri Simpar Kecamatan Bandar Kabupaten Batang Semester 2 /2011-012?" 1.5 Tujuan Penelitian 1) Untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas VI SD Negeri Simpar Kecamatan Bandar Kabupaten Batang semester 2/2011-2012 dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.
5 1.6 Manfaat Penelitian 1.6.1 Teoritis 1) Mendapatkan pengetahuan atau teori baru tentang peningkatan hasil belajar matematika bagi siswa SD Negeri Simpar melalui model pembelajaran kooperatif tipe STAD. 2) Sebagai acuan dasar implementasi kurikulum mata pelajaran matematka SD Negeri Simpar. 3) Sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya. 1.6.2 Praktis 1) Bagi siswa Dapat meningkatkan kerjasama kelompok dalam memecahkan masalah dan membangun kepercayaan diri untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik. 2) Bagi guru Dapat melatih dan mendesain proses pembelajaran secara terencana dan optimal sesuai tujuan pembelajaran yang diinginkan. 3) Bagi Sekolah Sebagai sumbangan yang penting bagi sekolah dalam rangka perbaikan proses pembelajaran guru di kelas, sehingga hasil belajar matematika dapat meningkat. 4) Bagi perpustakaan Menambah referensi dan koleksi buku di perpustakaan, sehingga akan menambah wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca.