Abstrak. Analisis Kejadian Dismenore Primer Pada Remaja Putri Kelas XI SMK YAPSIPA Kota Tasikmalaya

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN STATUS GIZI DAN USIA MENARCHE DENGAN DISMENORHEA PRIMER PADA REMAJA PUTRI KELAS XI SMA NEGERI 15 PALEMBANG

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. terutama pada remaja putri yang nantinya akan menjadi seorang wanita yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMP Negeri 6 Gorontalo didirikan pada tahun 1951 dan mulai beroperasi pada tahun 1979.

ANALISIS HUBUNGAN TINGKAT STRESS DENGAN KEJADIAN PREMENSTRUAL SYNDROME (PMS) PADA KARYAWATI BAGIAN PRODUKSI

NASKAH PUBLIKASI. Disusun Oleh: Yunita Andriani

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan 85% diantaranya hidup di negara berkembang. Di Indonesia,

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN DISMENOREA PADA REMAJA PUTRI DI SMA MTA SURAKARTA

BAB VI PEMBAHASAN. A. Pembahasan Univariat 1) Kejadian Dismenore Responden. yang tidak mengalami dismenore sebanyak 55 orang (55%).

BAB I PENDAHULUAN. Dismenore primer merupakan nyeri haid yang dijumpai tanpa kelainan pada

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG ANEMIA DENGAN PERILAKU PENCEGAHAN ANEMIA PADA SAAT MENSTRUASI DI SMK NUSA BHAKTI KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. waktu menjelang atau selama menstruasi. Sebagian wanita memerlukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menarche adalah haid yang datang pertama kali yang sebenarnya

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEJADIAN DISMINORHEA PRIMER PADA SISWI SMA PGRI 2 PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan suatu periode dalam siklus kehidupan. Pada masa

[Type the document title]

BAB 1 PENDAHULUAN. lantaran tidak mampu menahan rasa nyeri bahkan ada yang sampai

Rahmawati, Murwati, Henik Istikhomah Kementerian Kesehatan Politeknik Kesehatan Surakarta Jurusan Kebidanan

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI (INDEKS MASSA TUBUH) DENGAN KEJADIAN DISMENOREA PRIMER PADA REMAJA DI AKADEMI KEBIDANAN BINA HUSADA TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pubertas meliputi suatu kompleks biologis, morfologis, dan

Daftar Pustaka : 21 ( ) Kata kunci: Dismenore, Intensitas dismenore, Senam dismenore

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA AKTIVITAS OLAHRAGA DENGAN KEJADIAN SINDROM PRAMENSTRUASI PADA SISWI KELAS XI DI SMAN 1 SENTOLO

KARYA TULIS ILMIAH. Hubungan Status Gizi dan Aktivitas Fisik dengan Dismenore Primer pada Siswi SMA Negeri 1 Pahae Julu Tahun 2015.

FAKTOR RISIKO DISMENORE PRIMER PADA SISWI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA (SMP X) KECAMATAN NATAR KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah masa-masa yang akan dilalui dengan berbagai

2016 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA MADYA ( TAHUN ) TENTANG DYSMENORRHEA DI SMPN 29 KOTA BANDUNG

Yuli S. BR Sitorus 1, Sri Rahayu Sanusi 2, Maya Fitria 2 ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. jumlah remaja dan kaum muda berkembang sangat cepat. Menurut World

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN USIA MENARCHE DENGAN DISMENORE PRIMER PADA REMAJA PUTRI

Hubungan Antara Status Gizi Dengan Usia Menarche Dini pada Remaja Putri di SMP Umi Kulsum Banjaran Kab. Bandung Provinsi Jawa Barat Tahun 2016

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN NYERI HAID (DISMENOREA) PADA SANTRIWATI MADRASAH ALIYAH SWASTA ULUMUDDIN UTEUNKOT CUNDA KOTA LHOKSEUMAWE

HUBUNGAN PENGETAHUAN SISWI KELAS VIII TENTANG DISMINORE DENGAN PERILAKU DALAM UPAYA PENANGANAN DISMINORE DI SMPN 12 KOTA BATAM

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja adalah sebuah periode transisi dari dari kanak-kanak menjadi

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Masa remaja sering disebut dengan masa pubertas. Dimana masa

HALAMAN SAMPUL HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DAN ANEMIA DENGAN SIKLUS MENSTRUASI PADA REMAJA PUTRI DI SMA BATIK 1 SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA USIA MENARCHE DAN LAMA MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN DISMENORE PRIMER PADA REMAJA PUTRI DI SMK NEGERI 4 SURAKARTA

HUBUNGAN USIA MENARCHE, LAMA MENSTRUASI, DAN RIWAYAT KELUARGA DENGAN KEJADIAN DISMENORE PADA SISWI SMK NEGERI 8 MEDAN TAHUN 2015.

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN MENSTRUASI TERHADAP UPAYA PENANGANAN DISMENORE PADA SISWI SMA NEGERI 1 BUNGKU TENGAH

PENGARUH PEMBERIAN DARK CHOCOLATE TERHADAP DISMENORHEA PRIMER PADA MAHASISWI KEPERAWATAN.

BAB 1 PENDAHULUAN. hampir 90% wanita mengalami dismenore, dan 10-15% diantaranya

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perempuan memiliki siklus menstruasi yang berbeda-beda, namun hampir 90% wanita memiliki siklus hari dan hanya 10-15%

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa, menunjukkan suatu

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA DALAM MENGHADAPI DYSMENORRHEA PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SLAWI

HUBUNGAN TINGKAT DISMENOREA DENGAN PENGGUNAAN ANALGETIK PADA SISWA SMPN 4 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN. Nurhidayati 1*)

BAB 1 PENDAHULUAN. Haid adalah perdarahan dari kemaluan yang terjadi pada seorang wanita yang

BAB I PENDAHULUAN. kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik. Masa pubertas adalah

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial.

IJMS Indonesian Journal On Medical Science Volume 3 No 1 - Januari 2016

BAB 1 PENDAHULUAN. seperti susah diatur dan lebih sensitif terhadap perasaannya (Sarwono, 2011).

BAB 1 PENDAHULUAN. ibu. Meskipun menstruasi adalah proses fisiologis, namun banyak perempuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau adolescence. Menurut WHO (2007) masa remaja terjadi pada usia antara 10 24

Universitas Lampung. Abstrak CORRELATION BETWEEN NUTRITIONAL STATUS AND MENARCHE AGE IN TEENAGE GIRLS AT SMP NEGERI 22 BANDAR LAMPUNG.

HUBUNGAN STATUS GIZI, STRESS, OLAHRAGA TERATUR DENGAN KETERATURAN SIKLUS MENSTRUASI PADA SISWI SMA ST. THOMAS 2 MEDAN TAHUN 2014

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN SISWI KELAS I TENTANG DISMENOREA (Study kasus di SMP Negeri 2 dan MTs As-safi iyah Kayen) SKRIPSI

HUBUNGAN KADAR HEMOGLOBIN DENGAN KEJADIAN DISMENORE PADA SISWI KELAS XI SMA NEGERI 1 WONOSARI KLATEN

BAB 1 PENDAHULUAN. Health Organization (WHO) menentukan usia remaja antara tahun.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fokus perhatian dan titik intervensi yang strategis bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dewasa, usia di mana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orangorang

HUBUNGAN PENGETAHUAN GIZI, BODY IMAGE, DAN PERILAKU MAKAN DENGAN STATUS GIZI SISWI SMAN 6 KOTA JAMBI TAHUN 2015

[Jurnal Florence] Vol. VII No. 1 Januari 2014

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan secara proses maupun fungsi pada sistem reproduksi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. 50% perempuan disetiap dunia mengalaminya. Dari hasil penelitian, di

2.4.3 Epidemiologi Dysmenorrhea Primer Derajat Nyeri Dysmenorrhea Primer Faktor Risiko Dysmenorrhea Primer

HUBUNGAN ANTARA PENDIDIKAN ORANG TUA (IBU) DENGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DISMENOREA DAN PENANGANANNYA DI MA AN-NUR KOTA CIREBON TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan seseorang. Usia remaja berlangsung antara umur tahun, dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. kanak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologi, perubahan

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA SISWI KELAS VIII SMP II KARANGMOJO GUNUNGKIDUL

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP WANITA USIA SUBUR DENGAN PENCEGAHAN KISTA OVARIUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RAWASARI KOTA JAMBI TAHUN 2014

Hubungan Stress Pada Remaja Usia Tahun dengan Gangguan Menstruasi (Dismenore) di SMK Negeri Tambakboyo Tuban

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi pada waktu menjelang atau selama menstruasi, yang memaksa

BAB I PENDAHULUAN. Data demografi menunjukkan bahwa populasi remaja mendominasi jumlah

FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN NYERI MENSTRUASI (DISMENOREA) PADA REMAJA PUTRI DI BEBERAPA SMA DI KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2013

HUBUNGAN ANTARA USIA MENARCHE DAN LAMA MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN DISMENORE PRIMER PADA REMAJA PUTRI DI SMK NEGERI 4 SURAKARTA

Dea Riskha Fitriliana 1 ABSTRACT

Nurul Fatimah, Isy Royhanaty, Sawitry Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta, STIKES Karya Husada Semarang

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN USIA MENARCHE DI SMPN 7 BANJARMASIN. Erni Yuliastuti

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Tingkat Pengetahuan Mahasiswi Akademi Farmasi Yamasi Makassar Terhadap Penanganan Nyeri Haid (Dysmenorrhea)

ADLN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI YA II SURABAYA PROGRAM FAKULTAS SKRIPSI ANALISIS FAKTOR KEJADIAN DISMINORE...

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN USIA MENARCHE. Nita Monica. Fakultas Ilmu Kesehatan. Universitas Siliwangi ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. filter), rokok arab (rokok shisha), sampai gaya modern (rokok elektrik). Banyak

HUBUNGAN STATUS GIZI DAN LAMA MENSTRUASI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA REMAJA PUTRI NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan menstruasi menjadi masalah umum selama masa remaja, dapat

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG MENSTRUASI DENGAN KECEMASAN TERHADAP KETIDAKTERATURAN SIKLUS MENSTRUASI PADA SISWI KELAS VIII DI SMP NEGERI 1 BERGAS

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa peralihan manusia dari anak-anak menuju

HUBUNGAN STRES BELAJAR DENGAN GANGGUAN MENSTRUASI PADA MAHASISWI PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN

(Nurul Azmi) Nim

HUBUNGAN DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN SIKAP REMAJA PRE MENARCHE DI SMPN 1 BRATI

HUBUNGAN KECEMASAN REMAJA DENGAN KEJADIAN DISMENOREA PADA SISWI SMP X BANDUNG

CHMK NURSING SCIENTIFIC JOURNAL Volume 1. No 2 OKTOBER Joni Periade a,b*, Nurul Khairani b, Santoso Ujang Efendi b

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja (pubertas) merupakan masa transisi antara masa anak dan dewasa

UNIVERSITAS UDAYANA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN EFEK SAMPING PENGGUNAAN KONTRASEPSI IUD DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MENGWI II

HUBUNGAN GANGGUAN HAID DENGAN INDEKS MASA TUBUH (IMT)

Pengetahuan Berhubungan dengan Konsumsi Tablet Fe Saat Menstruasi pada Remaja Putri di SMAN 2 Banguntapan Bantul

2013 GAMBARAN TINGKAT STRES PADA ANAK USIA SEKOLAH MENGHADAPI MENSTRUASI PERTAMA (MENARCHE) DI SEKOLAH DASAR NEGERI GEGERKALONG GIRANG

HUBUNGAN FREKUENSI JAJAN ANAK DENGAN KEJADIAN DIARE AKUT. (Studi pada Siswa SD Cibeureum 1 di Kelurahan Kota Baru) TAHUN 2016

Transkripsi:

Abstrak ADE SRI SARI ASIH FAKULTAS ILMU KESEHATA UNIVERSITAS SILIWANGI TASIKMALAYA PEMINATAN EPIDEMIOLOGI Analisis Kejadian Dismenore Primer Pada Remaja Putri Kelas XI SMK YAPSIPA Kota Tasikmalaya Saat menjalani siklus menstruasi banyak wanita mengalami gangguan dari tingkat ringan hingga berat. Gangguan yang sering dialami wanita tersebut adalah dismenore, 75 % kasus merupakan dismenore primer, yaitu nyeri haid yang dijumpai tanpa adanya kelainan pada alat-alat genital yang nyata. Beberapa faktor yang mempengaruhi kejadian dismenore diantaranya: status gizi, usia menarkhe, lama menstruasi dan riwayat keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kejadian dismenore primer pada remaja putri kelas XI SMK YAPSIPA Kota Tasikmalaya. Metode penelitian dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel diambil dari seluruh populasi yang berjumlah 123 orang siswi kelas XI SMK YAPSIPA Kota Tasikmalaya. Analisis univariat menggunakan distribusi frekuensi dan analisis bivariat menggunakan uji statistic Chi-Square dengan menggunakan SPSS for Windows versi 16.0. Hasil analisis univariat menunjukkan 66,1% remaja putri mengalami dismenore ringan, 87,2% remaja putri berada pada status gizi ideal, 56,0% remaja putri berada pada usia menarkhe ideal, 61,5% remaja putri mengalami lama waktu menstruasi normal dan 73,4% remaja putri mempunyai riwayat keluarga dismenore. Analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara status gizi (p value 0,004), usia menarkhe (p value 0,001), lama menstruasi (p value 0,007) dan riwayat keluarga (p value 0,038) dengan kejadian dismenore primer. Disarankan pada pihak Sekolah memberikan pendidikan mengenai kesehatan reproduksi terutama masalah dismenore. Selain itu, perlu adanya penerangan mengenai risiko dismenore primer seperti mengatur berat badan mereka dengan memberi pengetahuan mengenai pola makan yang bergizi seimbang. Kata Kunci : Analisis, dismenore primer, remaja putri Kepustakaan : 1981 2012

The analysis of primary dysmenorrhea in female teenagers at the class XI of SMK YAPSIPA Tasikmalaya Abstract Nowdays, the women experienced disorders of menstrual cycle from mild to serious condition. One of the problems experienced by the female teenagers was dysmenorrhea, 75% of cases including primary dysmenorrhea, menstrual pain without obvius genital abnormalities. There were several factors affect primary dysmenorrhea, such as: nutritional status, age of menarkhe, duration of menstruation and family history. The aim of this study was to analyse the primary dysmenorrhea of female teenagers at the class XI of SMK YAPSIPA Tasikmalaya. The research method was cross sectional study. The sample of this research was all the students at the class XI consisting of 123 students of SMK YAPSIPA Tasikmalaya. Univariate analysis in this research was frequent distribution and bivariate analysis is Chi-Square by using SPSS for Windows version 16.0. Univariate analysis result showed 66,1% of female teenagers experienced mild dysmenorrheal, 87,2% of female teenagers had an ideal nutritional status, 56,0% were female teenagers have menarkhe ideal age, 61,5% had a normal duration of menstrual and 73,4% of the female teenagers who have a family history of dysmenorrhea. Bivariat analysis showed the relationship between nutritional status (p value=0,004), age menarkhe (p value=0,001), duration of menstruation (p value 0,007) and family history (p value=0,038) with primary dysmenorrhea. In adition,suggested to the school provided education about reproductive health, especially dysmenorrhea. Besides there needs explanation about the risk of primary dysmenorhea such as weight control by providing knowledge about balance and nutritious diet. Key Words : Analisize, primary dysmenorrhea, female teenagers Reference : 1981 2012

LATAR BELAKANG Masalah kesehatan reproduksi yang sering dialami oleh remaja salah satunya tentang menstruasi. Menstruasi adalah perubahan fisiologis dalam tubuh wanita yang dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Menstruasi tersebut ditandai oleh pendarahan dari rahim disertai pelepasan selaput lendir rahim yang terjadi secara periodik dan siklik (bulanan). Namun dalam menjalani siklus menstruasi ini banyak wanita mengalami gangguan dari tingkat ringan hingga berat. Gangguan yang sering dialami wanita tersebut adalah dismenore (Devi, 2012). Dismenore yaitu nyeri yang terasa diperut bagian bawah. Nyeri dapat terasa sebelum, selama dan sesudah haid. Dapat bersifat kolik atau terus menerus (Bagian Obstetri dan Ginekologi Universitas Padjajaran:41). Dari kasus haid yang dialami perempuan, 75% kasus merupakan dismenore primer (Sibagariang, et al., 2010:5). Hasil survei yang dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 2007, prevalensi dismenore diperkirakan 45-90%. Dismenore juga bertanggung jawab atas ketidakhadiran saat bekerja dan sekolah, Dalam studi epidemiologi pada populasi remaja (berusia 12-17 tahun) di Amerika Serikat Klein dan Litt melaporkan prevalensi Dismenore 59,7%. Dari mereka yang mengeluh nyeri, 12% berat, 37% sedang, dan 49% ringan. Study ini juga melaporkan bahwa dismenore menyebabkan 14% remaja putri sering tidak masuk sekolah (Anurogo,2011:36). Survei pendahuluan yang dilakukan penulis di SMK Yapsipa Kota Tasikmalaya pada 20 orang responden remaja putri di temukan 90% responden mengalami dismenore dan 5% diantaranya mengalami dismenore berat. Faktor sosial ekonomi diduga berpengaruh terhadap pola makan yang dikonsumsi yang pada akhirnya akan mempengaruhi status gizi mereka. Dikarenakan begitu banyak remaja yang mengalami dismenore primer, sedangkan pada usia remaja mereka sedang dalam proses pembelajaran di Sekolah, dikhawatirkan dismenore primer akan mengganggu aktifitas mereka. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai Analisis kejadian dismenore primer pada remaja putri kelas XI SMK YAPSIPA Kota Tasikmalaya?. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui insidensi dismenore primer, status gizi, usia menarkhe, lama menstruasi dan riwayat keluarga dismenore.

Selain itu untuk menganalisis hubungan status gizi, usia menarkhe, lama menstruasi dan riwayat keluarga dismenore dengan kejadian dismenore primer. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey dengan menggunakan pendekatan cross sectional, yaitu variabel bebas dan terikat diukur secara bersamaan (Notoatmodjo, 2005:145). POPULASI DAN SAMPEL Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswi kelas XI SMK YAPSIPA Kota Tasikmalaya yang berjumlah 123 orang yang terdiri dari kelas XI PM 1 sebanyak 20 orang siswi, kelas XI PM 2 sebanyak 22 orang siswi, kelas XI AP 1 sebanyak 27 orang siswi, kelas XI AP 2 sebanyak 25 orang siswi dan kelas XI AK sebanyak 29 orang siswi. Sampel dalam penelitian ini menggunakan tekhnik sampel jenuh, dimana semua jumlah populasi, diambil sebagai sampel penelitian. Karena semua populasi dijadikan sampel, maka sampel dalam penelitian, yaitu seluruh siswi Kelas XI SMK YAPSIPA Kota Tasikmalaya yang berjumlah 123 orang siswi. Kriteria esklusi dan inklusi dalam penelitian ini, yaitu: 1. Kriteria Inklusi Responden yaitu remaja usia 16 18 tahun Responden hadir pada saat penelitian 2. Kriteria Eksklusi Responden pernah didiagnosa oleh dokter mengalami gangguan reproduksi seperti kista, mioma atau kanker Responden tidak bersedia di wawancara saat penelitian HASIL PENELITIAN Tabel Distribusi Variabel Univariat Distribusi N % Status Gizi Kurang Ideal Ideal 14 95 12,8 87,2 Usia Menarkhe Cepat Ideal Terlambat Lama Menstruasi 39 61 9 35,8 56,0 8,2

Tidak Normal >7 hari Normal 3-7 hari Riwayat Keluarga Ya Tidak Derajat Nyeri Dismenore Dismenore berat Dismenore ringan 42 67 80 29 37 72 38,5 61,5 73,4 26,6 33,9 66,1 Tabel Gambaran Kejadian Dismenore Primer Distribusi Kejadian Dismenore Primer Dismenore Dismenore Berat Ringan N (%) N (%) Status Gizi Kurang Ideal Ideal Usia Menarkhe Cepat Ideal Terlambat Lama Menstruasi Tidak Normal >7 hari Normal 3-7 hari Riwayat Keluarga Ya Tidak 10 (27) 27 (73) 22 (59,5) 14 (37,8) 1 (2,7) 21 (56,8) 16 (43,2) 32 (86,5) 5 (13,5) 4 (5,6) 68 (94,4) 17 (23,6) 47 (65,3) 8 (11,1) 21 (29,2) 51 (70,8) 48 (66,7) 24 (33,3) Jumlah p value OR 14 (12,8) 95 (87,2) 39 (35,8) 61 (56,0) 9 (8,3) 42 (38,5) 67 (61,5) 80 (73,4) 29 (26,6) 0,004 6,296 0,001 4,34 0,007 3,188 0,038 3,2 DEFINISI OPERASIONAL Variabel terikat yaitu dismenore, diukur dengan wawancara melalui kuisioner. Variabel bebas yaitu status gizi yaitu berat badan diukur dengan menggunakan timbangan injak, tinggi badan dengan menggunakan microtoise dan umur siswi dengan wawancara melalui kuisioner. Sedangkan untuk usia menarkhe, lama menstruasi dan riwayat keluarga diukur dengan wawancara melalui kuisioner. PEMBAHASAN Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Dismenore Primer Hasil penelitian hubungan status gizi dengan kejadian dismenore primer dengan menggunakan uji statistik Chi-Square didapatkan hasil p < 0,05 (p value= 0,004) yang berarti ada hubungan antara status gizi dengan kejadian dismenore primer.selain itu, berdasarkan uji statistik diperoleh bahwa nilai OR=6,296, ini

berarti responden dengan status gizi tidak normal yaitu underweight atau overweight, memiliki risiko 6,296 kali mengalami dismenore primer. Hasil penelitian yang dilakukan Gunawan (2002) di empat SLTP di Jakarta menunjukkan bahwa nyeri haid ditemukan tinggi pada siswi SLTP dengan faktor gizi kurang, kurang melakukan kegiatan fisik, siswi dengan kecemasan sedang sampai berat. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Anastasya Venny Yustiana mengenai hubungan status gizi dengan keluhan nyeri dismenore pada siswi SLTP di Surakarta didapatkan hasil bahwa ada hubungan status gizi dengan keluhan nyeri dismenore (Sartika, 2011). Penelitian yang sama juga pernah dilakukan oleh Tinah & E.Diyah di SMA Negeri 3 Sragen didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara IMT<20 dengan dismenore primer. Hasil penelitian-penelitian tersebut, membuktikan bahwa status gizi mempengaruhi kejadian dismenore primer. Berdasarkan penelitian diperoleh bahwa proporsi responden yang mengalami dismenore berat, lebih tinggi pada responden dengan status gizi kurang ideal, yaitu responden dengan status gizi overweight dan underweight. Penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Winkjanarko (2006), bahwa kelebihan berat badan dapat mengakibatkan terjadinya dismenore primer, karena di dalam tubuh orang yang mengalami kelebihan berat badan terdapat jaringan lemak yang berlebihan yang dapat mengakibatkan hiperplasi pembuluh darah (terdesaknya jaringan pembuluh darah oleh lemak) pada organ reproduksi wanita sehingga darah yang seharusnya mengalir pada proses menstruasi terganggu dan timbul dismenore primer (Puspitasari, et. al, 2006). Selain itu jika status gizi kurang, maka simpanan zat gizi akan berkurang, keadaan seperti ini menyebabkan kondisi fisik yang lemah sehingga ketahanan terhadap nyeri akan berkurang (Supariasa,2002). Status gizi responden diduga berkaitan dengan faktor psikososial yaitu pola makannya. Kebutuhan energi dan nutrisi remaja cukup tinggi karena digunakan untuk pertumbuhannya. Hal ini tentu menyebabkan remaja mengalami defisiensi nutrisi yang tentunya berpengaruh terhadap aktifitas sehari-hari dan sistem reproduksinya. Selain itu, umumnya remaja juga cenderung mengkonsumsi makan-makanan jajanan yang tinggi karbohidrat seperti goreng-gorengan, sehingga menyebabkan kegemukan. Faktor kelebihan berat badan inilah yang diduga menjadi salah satu penyebab timbulnya rasa sakit saat menstruasi. Untuk

itu, pada remaja perlu mempertahankan status gizi baik, dengan cara memperhatikan pola makannya yaitu mengkonsumsi makanan seimbang yang dibutuhkan pada saat haid. Hubungan Usia Menarkhe dengan Kejadian Dismenore Primer Hasil penelitian berdasarkan uji hubungan usia menarkhe dengan kejadian dismenore primer dengan menggunakan uji statistik Chi-Square didapatkan hasil p < 0,05 (p value=0,001) yang berarti ada hubungan antara usia menarkhe dengan kejadian dismenore primer. Selain itu, berdasarkan perhitungan statistik diperoleh bahwa nilai risiko yang paling besar diperoleh pada responden dengan usia menarkhe cepat yaitu sebesar 4,34. Ini berarti, responden dengan usia menarkhe cepat memiliki risiko 4,34 kali mengalami dismenore berat. Hal ini menunjukan bahwa semakin cepat usia menarkhe responden, maka risiko untuk mengalami dismenore berat semakin besar. Penelitian yang dilakukan Agustianingsih (2010) mengenai faktor yang mempengaruhi kejadian dismenore primer di SMP Nurul Ikhlas Bekasi Timur didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara usia menarkhe dengan dismenore primer. Penelitian yang sama juga pernah dilakukan oleh Prastiwi (2007) pada remaja putri di SMP Negeri 30 Semarang didapatkan hasil bahwa usia menarkhe mempengaruhi kejadian dismenore primer. Hasil penelitianpenelitian tersebut, membuktikan bahwa usia menarkhe mempengaruhi kejadian dismenore primer (Sartika, 2011). Berdasarkan penelitian diperoleh bahwa proporsi responden yang mengalami dismenore berat, lebih tinggi pada responden dengan usia menarkhe cepat, selain itu risiko paling besar juga ditemukan pada responden dengan usia menarkhe cepat. Penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan Widjanarko (2006), bahwa menarkhe pada usia lebih awal merupakan faktor risiko yang berpengaruh terhadap kejadian dismenore primer. Menurutnya, alat reproduksi wanita harus berfungsi sebagaimana mestinya. Namun bila menarkhe terjadi pada usia lebih awal dari normal, dimana alat reproduksi belum siap mengalami perubahan dan masih terjadi penyempitan pada leher rahim, maka akan timbul rasa sakit ketika menstruasi. Pada masa pubertas terjadi perubahan psikologi pada remaja, diantaranya perubahan pikiran, perasaan, emosi, dan cenderung mudah terpengaruh dengan dengan mitos dan pikiran-pikiran negatif. Sehingga, menstruasi yang merupakan

tanda masa pubertas, bisa menjadi masalah jika mereka kurang mendapatkan penerangan-penerangan mengenai hal tersebut. Di SMK YAPSIPA sendiri, tidak adanya konseling kepada siswi mengenai kesehatan reproduksi, sehingga mereka tidak mengetahui bagaimana menyelesaikan masalah yang mereka hadapi mengenai hal tersebut. Untuk itu, perlu adanya konseling mengenai menstruasi seperti prosesnya dan gangguan-gangguan yang akan dialami remaja agar mereka lebih siap dalam menghadapi perubahan dalam masa pubertas tersebut. Hubungan Lama Menstruasi dengan Kejadian Dismenore Primer Hasil penelitian berdasarkan uji hubungan lama menstruasi dengan kejadian dismenore primer dengan menggunakan uji statistik Chi-Square didapatkan hasil p < 0,05 (p value=0,007) yang berarti ada hubungan antara lama menstruasi dengan kejadian dismenore primer pada remaja putri kelas XI SMK YAPSIPA Kota Tasikmalaya. Selain itu, berdasarkan uji statistik juga diperoleh nilai OR=3,188, ini berarti responden yang memiliki lama mesntruasi tidak normal, memiliki risiko 3,188 kali untuk mengalami dismenore primer. Penelitian yang dilakukan oleh Agustianingsih (2010) mengenai faktor yang mempengaruhi kejadian dismenore primer di SMP Nurul Ikhlas Bekasi Timur didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan antara lama waktu menstruasi dengan kejadian dismenore primer. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa lama menstruasi mempengaruhi kejadian dismenore primer (Puspitasari, et. al, 2006). Berdasarkan penelitian diperoleh bahwa proporsi responden yang mengalami dismenore berat, lebih tinggi pada responden dengan lama menstruasi tidak normal. Penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Shanon (2006) semakin lama menstruasi terjadi, maka semakin sering uterus berkontraksi, akibatnya semakin banyak pula prostaglandin yang dikeluarkan. Akibat produksi prostaglandin yang berlebihan, maka timbul rasa nyeri. Selain itu, kontraksi uterus yang terus menerus juga menyebabkan suplai darah ke uterus berhenti sementara sehingga terjadilah dismenore primer (Puspitasari, et. al, 2006). Berdasarkan penelitian, diperoleh sebanyak 61,5% responden merasa terganggu akibat dismenore, sehingga aktifitas mereka tidak dapat berjalan seperti biasa. Beberapa diantara mereka, ada yang tidak dapat mengerjakan

tugas atau menyimak pelajaran seperti biasa, tidak dapat melakukan kegiatan olahraga, tidak dapat mengikuti ekstrakulikuler dan harus beristirahat di UKS dikarenakan mengalami gejala dismenore. Untuk itu, sekolah perlu melakukan penerangan mengenai penanganan yang harus dilakukan saat mengalami hal tersebut dan bagaimana pencegahannya, agar siswi lebih siap saat menghadapi menstruasi. Hubungan Riwayat Keluarga dengan Kejadian Dismenore Primer Hasil penelitian berdasarkan uji hubungan riwayat keluarga dengan kejadian dismenore primer dengan menggunakan uji statistik Chi-Square didapatkan hasil p < 0,05 (p value=0,038) yang berarti ada hubungan antara riwayat keluarga dengan kejadian dismenore primer pada remaja putri kelas XI SMK YAPSIPA Kota Tasikmalaya. Selain itu, berdasarkan uji statistik, diperoleh nilai OR= 3,2, ini berarti pada responden dengan riwayat keluarga dismenore memiliki risiko 3,2 kali untuk mengalami dismenore primer. Penelitian yang dilakukan oleh Nunik & Puspitasari (2006) mengenai faktor resiko yang mempengaruhi kejadian dismenore primer di RSUD kabupaten Sidoarjo diketahui bahwa riwayat keluarga mempengaruhi terhadap kejadian dismenore primer. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa ada hubungan antara riwayat keluarga dengan kejadian dismenore primer. Berdasarkan penelitian diperoleh bahwa proporsi responden yang mengalami dismenore berat, lebih tinggi pada responden dengan riwayat keluarga dismenore. Umumnya, keluarga responden yang mengalami dismenore yaitu ibu dan saudara perempuan. Penelitian ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Coleman (1991) bahwa faktor riwayat keluarga di duga berpengaruh terhadap kejadian dismenore primer. Menurutnya riwayat keluarga merupakan faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya dismenore primer. Dua dari tiga wanita yang mengalami dismenore primer mempunyai riwayat dismenore primer pada keluarganya (Puspitasari, et al., 2006). Responden yang memeriksakan diri ke dokter atau bidan saat mengalami dismenore hanya sebanyak 4,6%. Responden menganggap bahwa dismenore merupakan hal yang wajar dan akan sembuh dengan sendirinya. Selain itu diantara mereka juga ada yang merasa masih bisa menahan sakitnya dan ada yang takut untuk memeriksakan diri ke dokter atau bidan. Jika rasa sakit terjadi

begitu hebat dan berlangsung terus menerus setiap menstruasi, perlu dilakukan pemeriksaan untuk mengetahui apakah rasa sakit yang timbul merupakan hal yang wajar atau adanya gangguan reproduksi lain seperti endometriosis atau kista. SIMPULAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada remaja putri kelas XI SMK YAPSIPA Kota Tasikmalaya, maka dapat diambil kesimpulan bahwa 66,1% mengalami dismenore ringan, 87,2% berada pada status gizi ideal, 56,0% berada pada usia menarkhe ideal, 61,5% mengalami lama waktu menstruasi normal dan 73,4% mempunyai riwayat keluarga dismenore. Selain itu, ada hubungan status gizi dengan kejadian dismenore primer dengan nilai p value=0,004, ada hubungan usia menarkhe dengan kejadian dismenore primer dengan nilai p value=0,001, ada hubungan lama menstruasi dengan kejadian dismenore primer dengan nilai p value=0,007, dan ada hubungan riwayat keluarga dengan kejadian dismenore primer dengan nilai p value=0,038. SARAN Sebagian besar siswi mengalami dismenore pada saat menstruasi sehingga Sekolah perlu memberikan pendidikan mengenai kesehatan reproduksi terutama masalah dismenore. Untuk itu perlu adanya kerjasama antara SMK YAPSIPA Kota Tasikmalaya dengan Puskesmas setempat untuk memberikan penyuluhan mengenai dismenore dan cara mengurangi keluhan tersebut, sehingga tidak mengganggu proses pembelajaran. Selain itu, perlu adanya penerangan mengenai risiko dismenore primer seperti mengatur berat badan mereka dengan memberi pengetahuan mengenai pola makan yang bergizi baik dan juga seimbang.

DAFTAR PUSTAKA Anurogo, Dito. Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid. Yogyakarta: Andi. 2011. Devi, Nirmala. Gizi Saat Sindrom Menstruasi. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer. 2012. Notoatmodjo, Soekidjo, Metodologi Penelitian Kesehatan. PT. Rineka Cipta: Jakarta, (2010). Sartika. Hubungan Status Gizi dan Usia Menarkhe dengan Dismenore Primer Pada Siswi Kelas IX SMPN 87 Jakarta. Jurnal Universitas Pembangunan Nasional Veteran Vol 48. 2011. Sibagariang, Eva Ellya. Gizi dalam Kesehatan Reproduksi. Jakarta: Trans Info Media. 2010. Supariasa, I Dewa Nyoman dkk. Penilaian Status Gizi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. 2001.