BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin terintegrasinya ekonomi domestik dengan ekonomi dunia membuat Indonesia semakin rentan terhadap berbagai gejolak pada lingkungan eksternal, baik yang bersifat ekonomi maupun non-ekonomi. Beberapa hal yang menjadi pemicu gejolak pada perekonomian di Indonesia adalah berlebihnya likuiditas dunia yang mendorong peningkatan arus modal berjangka pendek, masih adanya ketidakseimbangan global, dan peningkatan harga minyak dunia. Gejolak juga dapat muncul karena permasalahan yang melanda sektor usaha tertentu pada suatu negara dapat menjalar ke negara-negara lain, sebagaimana terlihat pada kasus subprime mortgage yang melanda beberapa negara akhirakhir ini. Subprime mortgage tumbuh pesat di Amerika Serikat (AS) sejak tahun 2003. Sejalan dengan pesatnya perkembangan sektor perumahan AS waktu itu, permintaan terhadap subprime mortgage meningkat tajam. Lembaga keuangan memanfaatkan peluang bisnis tersebut dan kemudian mengembangkan sekuritisasi terhadap subprime mortgage. Maraknya sekuritisasi telah mendukung perkembangan pasar sekunder subprime mortgage, baik di negara-negara maju maupun di emerging countries seperti Amerika Latin, Eropa Timur, dan Asia (tidak termasuk Indonesia). 1
2 Mulai pertengahan 2006, pasar properti AS mulai jenuh yang diikuti dengan turunnya harga properti. Hal tersebut menjadi kurang menguntungkan karena menyebabkan menurunnya kemampuan membayar debitur subprime mortgage, dan untuk mengantisipasi lesunya pasar, para kreditur melakukan penyesuaian terhadap suku bunga subprime mortgage dan semakin mempersulit debitur subprime mortgage yang menyebabkan kemampuan membayar hutang berkurang yang terlihat dari naiknya delinquency rate menjadi 16% dan foreclosure rate menjadi 8,3% pada Maret 2007. Keadaan diatas sangat mempengaruhi pasar dunia dimana investasi pada sekuritas berbasis subprime mortgage telah banyak digunakan sebagai alternatif investasi oleh para investor karena tingkat return yang lebih tinggi dan sebelumnya lebih aman dibandingkan dengan obligasi atau saham. Menurunnya indeks harga saham gabungan di beberapa negara disinyalir disebabkan oleh mencuatnya kasus subprime mortgage di AS. Indonesia juga merupakan salah satu negara dimana terjadi penurunan index harga saham gabungan pada saat merebaknya kasus subprime mortgage.
3 Grafik 1.1 Posisi Indeks Harga Saham Gabungan Indonesia Tanggal 16 Agustus 2007 Sumber: http://finance.yahoo.com/ Indonesia sebagai suatu negara yang didominasi oleh sektor perbankan, dimana dengan total aset sebesar 80% dari seluruh sistem keuangan mencerminkan tingginya ketergantungan terhadap sektor perbankan sebagai sumber pembiayaan perekonomian dan pembangunan. Terjadinya perubahan perilaku pada sektor perbankan dapat menghasilkan gejolak terhadap stabilitas sistem keuangan di Indonesia karena stabilitas sistem keuangan Indonesia sangat dipengaruhi oleh perilaku sektor perbankan yang memberikan kontribusi persentase terbesar dari total aset yang ada. Mencuatnya kasus subprime mortgage disinyalir menjadi penyebab timbulnya pergerakan pada pasar saham memberikan kemungkinan bahwa peristiwa tersebut adalah merupakan penyebab dari pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia. Dengan latar belakang tersebut maka peristiwa tersebut layak untuk di uji atas pengaruhnya terhadap saham di Indonesia. Pengujian difokuskan terhadap saham perbankan untuk melihat pengaruh dari peristiwa tersebut terhadap pergerakan saham perbankan yang merupakan
4 dominasi terbesar pada sistem keuangan di Indonesia. Pengujian akan dilakukan dengan menggunakan metode event study, yaitu suatu metode untuk mengamati dampak suatu peristiwa terhadap saham tertentu. Untuk itu penulis akan menjabarkan hasil penelitian terhadap reaksi saham perbankan terhadap kasus subprime mortgage dengan menggunakan metode event study melalui judul, Reaksi Saham Perbankan terhadap Pengumuman Kasus Subprime Mortgage. 1.2. Rumusan Permasalahan Perekonomian di Indonesia cenderung rentan terhadap isu-isu eksternal meskipun isu tersebut tidak berhubungan langsung dengan Indonesia, salah satu cara untuk mengawasi pergerakan perekonomian di Indonesia salah satunya adalah melalui monitoring pergerakan pasar saham di Indonesia. Turunnya Index Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 16 Agustus 2007, oleh sebagian pihak dianggap merupakan dampak dari kasus subprime mortgage. Subprime mortgage oleh sebagian kalangan dianggap dapat menyebabkan timbulnya krisis seperti 10 tahun yang lalu. Perumusan permasalahan di batasi dengan penelitian yang dilakukan hanya untuk saham perbankan yang terdaftar di BEI yang masih aktif selama setahun mulai dari 24 Desember 2006 sampai dengan 23 Desember 2007. Penulis akan melakukan event study terhadap kasus subprime mortgage dan reaksi saham perbankan yang merupakan perwakilan dari salah satu sektor terpenting dalam sistem keuangan di Indonesia melalui saham perbankan yang terdaftar di BEI dan melihat
5 apakah terjadi penyimpangan dari abnormal return saham perbankan pada saat peristiwa tersebut mencuat ke permukaan. 1.3. Tujuan dan Manfaat Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui lebih dalam mengenai subprime mortgage, apakah memberikan dampak terhadap sektor keuangan di Indonesia (yang diwakili oleh saham sektor perbankan) melalui ada atau tidaknya penyimpangan antara abnormal return saham antara sebelum dan sesudah event tersebut. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut: Mendapatkan pemahaman yang lebih akurat mengenai isu subprime mortgage. Dapat menguji dampak suatu event terhadap kinerja saham suatu perusahaan. Mendapat pengetahuan mengenai metoda dasar statistik untuk mempelajari sebuah event. Sebagai evaluasi bagi investor untuk melihat kinerja (reaksi) saham perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia terhadap suatu peristiwa tertentu.
6 1.4. Ruang Lingkup Pembatasan ruang lingkup yang digunakan untuk penulisan thesis ini adalah sebagai berikut: Tanggal peristiwa yang ditandai dengan turunnya harga saham IHSG yang disinyalir disebabkan oleh adanya isu subprime mortgage (event) adalah pada tanggal 16 Agustus 2007. Data saham yang digunakan adalah hanya saham perbankan saja yang terdaftar di BEI yang masih aktif selama tahun 2007. Data saham historis yang digunakan adalah data saham harian maksimal selama 5 tahun terakhir (kecuali jika perusahaan tersebut baru melakukan Initial Public Offering). Perhitungan abnormal return akan dilakukan untuk H-3 sampai dengan H+3. 1.5. Sistematika Pembahasan Sistematika pembahasan ini akan dibagi dalam lima bab sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Menguraikan latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, analisis data, serta sistematika pembahasan. BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini akan dibahas mengenai teori-teori yang berhubungan dengan pembahasan yaitu mengenai penjelasan subprime mortgage, komponen-komponen dari subprime mortgage, pasar keuangan, serta apa yang di maksud dengan event study itu sendiri.
7 BAB III METODE PENELITIAN Bab ini memuat tentang populasi dan sampel, data dan sumber data, variabel dan pengukuran variabel. BAB IV ANALISIS DATA Bab ini memuat hasil pengolahan data dan pembahasan. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan dan saran.