HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA HIDUP CLUBBING DENGAN RELIGIUSITAS PADA REMAJA DI SMA NEGERI 5 SURAKARTA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. informasi dan gaya hidup. Globalisasi ditandai dengan pesatnya perkembangan

HARAJUKU STYLE : KREATIVITAS DAN NILAI-NILAI HIDUP PARA PELAKU SENI COSPLAY PADA KOMUNITAS HARJUKJA DI KOTA SOLO

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan kehidupan manusia, begitu pula dengan proses perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sendiri. Namun, sangat disayangkan dari produksi yang ada mayoritas disisipi

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah status yang disandang oleh seseorang karena

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU KONSUMEN PADA USAHA PENJUALAN STEAK HOT PLATE DI WAROENG STEAK SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Karya sastra tidak mungkin tercipta jika para penulis tidak mempunyai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERILAKU SEKSUAL WABAL DI TINJAU DARI KUALITAS KOMUNIKASI ORANG TUA-ANAK TENTANG SEKSUALITAS S K R I P S I

Manusia itu tida.k dilahirkan dengan suatu sikap pandangan ataupun sikap

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. yang membedakan individu satu dengan individu lain dalam persoalan gaya hidup.

I. PENDAHULUAN. generasi muda untuk mempunyai jiwa kemanusiaan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga merupakan unit terkecil dalam suatu masyarakat yang terdiri atas

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seks selalu menarik untuk dibicarakan, tapi selalu menimbulkan kontradiksi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Globalisasi saat ini telah merambah cepat ke seluruh pelosok dunia, tak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pengganti barang tersebut. Akan tetapi, pada saat ini konsep belanja itu sebagai

PERSEPSI MASYARAKAT MENGENAI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH DI KALANGAN REMAJA (Studi Kasus di Desa Kuwu, Kecamatan Kradenan, Kabupaten Grobogan)

BABI PENDAHULUAN. Berbagai ulasan di media massa menceritakan kisah hidup seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dimasyarakat pada saat ini melalui media-media seperti televisi, koran, radio dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I P E N D A H U L U A N. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai tanggungjawab dalam

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karena kehidupan manusia sendiri tidak terlepas dari masalah ini. Remaja bisa dengan

BAB I PENDAHULUAN. bidang yang sama sehingga banyak perusahaan yang tidak dapat. mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. yang secara signifikan berlangsung dengan cepat khususnya teknologi internet.


BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja yang berlangsung antara tahun merupakan suatu

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP OVER PROTECTIVE ORANGTUA DENGAN KECENDERUNGAN TERHADAP PERGAULAN BEBAS. S k r i p s i

BAB I PENDAHULUAN. dasarnya manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain, maka mereka

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. akan memberikan rasa dekat dengan Tuhan, rasa bahwa doa-doa yang dipanjatkan

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sesuai dengan moral dan cara hidup yang diharapkan oleh ajaran

HUBUNGAN ANTARA PENALARAN MORAL DAN GAYA PACARAN DENGAN KECENDERUNGAN MEMBELI KONDOM PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. diakses dalam hitungan detik, tidak terkecuali dengan perkembangan dunia fashion yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempunyai hak yang sama dengan orang dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masa peralihan perkembangan dari masa anak-anak menuju masa dewasa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan industri pariwisata dunia semakin pesat yang mengakibatkan

BAB VIII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. 8.1 Kesimpulan. Surabaya, kegiatan prostitusi di lokalisasi prostitusi Dolly merupakan kegiatan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. informasi mendalam suatu produk. Barang menurut Fandy (dalam Latif,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. topik yang menarik untuk dibicarakan. Topik yang menarik mengenai masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masa remaja ini disebut sebagai masa penghubung atau masa

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh yang besar bagi dunia industri, salah satunya adalah industri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peraturan-peraturan yang menata bagaimana cara berhubungan antara. mengabdi kepada Allah. Dengan mengamalkan ajaran agama, itu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Semenjak media massa dikenal mampu menjangkau khalayak dengan

2016 PENGARUH PELAKSANAAN FULL DAY SCHOOL TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DAN SOSIALISASI ANAK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. Kode etik adalah norma-norma yang mengatur tingkah laku seseorang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Teknologi komunikasi yang semakin maju dan berkembang pesat

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dibidang fashion semakin meningkat. Gaya hidup berbelanja. hanya bagi perempuan saja, laki-laki bahkan tidak

LAYANAN BIMBINGAN KONSELING TERHADAP KENAKALAN SISWA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai media massa baik media cetak maupun media elektronik telah

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap perilaku kita di kehidupan sehari-hari. Seharusnya, televisi bisa menjadi

PENDAHULUAN. dapat membawa kemajuan, namun juga sekaligus melahirkan kegelisahan. pada masyarakat, hal ini juga dialami oleh Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. dalam maupun luar negeri mudah diakses oleh setiap individu, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. latin adolescere yang berarti tumbuh atau tumbuh menjadi dewasa. Latifah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. moral dan sebaliknya mengarah kepada nilai-nilai modernitas yang sarat dengan

I. PENDAHULUAN. Perubahan zaman dan perkembangan teknologi telah membawa dampak yang begitu besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam kehidupan remaja, karena remaja tidak lagi hanya berinteraksi dengan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas tentang : Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,

BAB I PENDAHULUAN. membawa perubahan masyarakat dengan ruang pergaulan yang sempit atau lokal

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia semakin maju terlihat dari gedung-gedung yang menjulang tinggi di

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tolak ukur yang penting dalam perekonomian suatu negara adalah

BAB I PENDAHULUAN. perasaan untuk menanggapi bahwa terdapat kekuatan lain yang maha besar

PENANAMAN NILAI-NILAI KREATIF DAN CINTA TANAH AIR PADA SENI TARI. Polokarto Kabupaten Sukoharjo) NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter siswa. Pendidikan agama merupakan sarana transformasi pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. atau keinginan yang kuat tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada

I. PENDAHULUAN. dapat mengatur kehidupan dunia dengan memanfaatkan teknologi sebagai. sarana meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

BAB I PENDAHULUAN. keren ketimbang belanja di pasar tradisional. memenuhi kebutuhan hidupnya (Halim, 2008, h.129). Masyarakat

BAB 1 PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa peralihan antara anak-anak yang dimulai saat

BAB I PENDAHULUAN. Menyadari fenomena, pemasaran merupakan suatu kegiatan pokok dalam

KONFLIK INTERPERSONAL ANTAR ANGGOTA KELUARGA BESAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa

(e) Uang saku rata-rata perbulan kurang dari Rp ,- (64,8%) dan sisanya (35,3%) lebih dari Rp per bulan.

BAB I PENDAHULUAN. pedoman hidup sehari-hari. Keberagaman tersebut memiliki ciri khas yang

2015 HUBUNGAN RELIGIUSITAS DENGAN PERILAKU KONSUMTIF PADA MAHASISWI TINGKAT AWAL DI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA (UPI) BANDUNG

ANALISIS BAURAN PEMASARAN PENGARUHNYA DALAM UPAYA MENCIPTAKAN LOYALITAS PELANGGAN PADA TOSERBA LARIS KARTASURA

BAB I PENDAHULUAN. sementara pesaing juga melakukan hal yang serupa. Kondisi tersebut

DUGEM SEBAGAI GAYA HIDUP HEDONIS

BAB I PENDAHULUAN. eksitensinya dalam usaha, keunggulan bersaing nantinya menjadi kekuatan. mempunyai brand image yang kuat dibenak konsumen.

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia usaha mengalami kemajuan yang. tersebut. Banyak produk elektronik yang beragam jenis dan variasi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. orang dengan orang lain, yang berfungsi dalam interaksi dengan cara-cara yang

BAB I PENDAHULUAN. pikir, selera, keinginan dan kebutuhan konsumen. konsumennya dimana salah satu wujudnya adalah melalui periklanan.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan

Keberhasilan pembangunan suatu bangsa tidak hanya dilihat dari aspek fisik

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS),

BAB I PENDAHULUAN. cepat serta menghasilkan sumber pendapatan yang cukup besar bagi negara. Hal

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. hidup semaunya sendiri, karena di dalam kehidupan bermasyarakat terdapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Obesitas merupakan pembahasan yang sensitif bagi remaja, semua remaja

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Pelaksanaannya (Bandung: Citra Umbara, 2010), h. 6.

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan

ANALISIS KEPUASAN KONSUMEN(MAHASISWA) TERHADAP KUALITAS PELAYANAN BIRO ADMINISTRASI UMUM UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN INTENSI ALTRUISME PADA SISWA SMA N 1 TAHUNAN JEPARA

BAB I PENDAHULUAN. gemerlap. Dimana dugem yang diadopsi dari dunia barat ini telah menjadi istiah

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP GAYA HIDUP CLUBBING DENGAN RELIGIUSITAS PADA REMAJA DI SMA NEGERI 5 SURAKARTA SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana-S1 Bidang Psikologi dan Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Oleh: CITRI SARI M NIM F 100 040 200 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2010

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat religius yang berpegang pada nilai-nilai yang ada dalam ajaran agamanya dalam sikap atau tingkah laku serta keadaan hidup pada umumnya. Kesempurnaan manusia tidak diukur secara individual, tetapi juga bagaimana keadaannya di tengah makhluk lain serta bagaimana tingkat keharmonisannya dalam hubungannya secara vertikal dengan Sang Pencipta, atau lebih lanjut disebut dengan religiusitas. Individu yang ideal adalah individu yang bisa berhubungan secara harmonis dengan dirinya sendiri, dan secara horizontal harmonis dengan orang lain atau masyarakat, serta secara vertikal berhubungan secara harmonis dengan Tuhannya. Setiap agama mengajarkan kebaikan bagi setiap pemeluknya, maka seseorang yang mempunyai religiusitas yang tinggi akan selalu berusaha berbuat baik dengan menolong sesamanya dan berperilaku altruis. Individu yang religius akan selalu berusaha melakukan perbuatan baik secara sukarela seperti menolong orang lain atau mencintai orang lain. Religi bisa menurunkan kecenderungan seseorang dalam melakukan perbuatan yang merugikan diri sendiri. Hal ini dikarenakan religi bisa membantu seseorang untuk meningkatkan moral sense serta memiliki fungsi sebagai pengarah dalam kehidupan (Akbar dan Hawadi, 2003).

Glock dan Stark (Yatim, 2008) mengatakan bahwa religi memiliki 5 dimensi yang menjadikan religiusitas seseorang dapat diukur, yaitu dimensi kepercayaan, praktek ritual, pengalaman, pengetahuan dan konsekuensi. Apabila seseorang sungguh-sungguh mengamalkan nilai-nilai agama yang dianutnya semestinya akan memiliki motivasi lebih untuk menjauhkan diri dari hal-hal negatif yang dilarang oleh agamanya dibandingkan mereka yang tidak mengamalkan nilai-nilai agamanya. Jadi, seseorang yang memiliki nilai religiusitas yang tinggi, seharusnya memiliki ketahanan yang baik dalam menghadapi perubahan-perubahan negatif yang ada di sekitarnya. Sehubungan dengan pendidikan dan pengalaman berpengaruh terhadap pandangan dalam usaha meningkatkan kemampuan perlu didasari rasa keimanan, yaitu mencari ilmu merupakan salah satu iman dalam ajaran agama. Individu yang mempunyai pendidikan rendah keinginan menuntut ilmunya menurun. Hal ini berakibat pada tingginya tingkat pengetahuan tentang ajaran agama. Individu yang mempunyai pendidikan rendah keinginan menuntut ilmunya menurun. Hal ini berakibat pada tingginya tingkat pengetahuan tentang ajaran agama. Pemahaman individu tentang keagamaan disebut dengan religiusitas Merasa dirinya terasing, tertekan dan kurang memiliki keberanian untuk berbuat sesuatu. Mereka cenderung lebih cemas, mudah depresi, pesimis akan masa depannya dan mudah gagal. Seiring dengan perkembangan teknologi yang begitu pesat, maka dengan sendirinya akan menimbulkan adanya perubahan di segala bidang seperti mode, informasi dan gaya hidup. Globalisasi ditandai dengan pesatnya perkembangan

teknologi informasi, serta semakin menjamurnya perangkat media massa khususnya televisi, yang pada akhirnya akan mengubah gaya hidup serta bergesernya nilai dan norma yang dianut oleh sebagian masyarakat. Gaya hidup tersebut sengaja ditawarkan oleh pihak-pihak produsen, sebagai salah satu strategi pemasaran. Semua produk tersebut sengaja ditawarkan kepada calon konsumen melalui berbagai iklan yang dimuat di berbagai media. Ada semacam tren baru, yaitu semakin banyaknya tayangan, khususnya di media televisi seperti sinetron atau berbagai film yang mempunyai orientasi kepada gaya hidup yang lebih mengutamakan kesenangan pribadi. Kotler (dalam Kusumanugraha, 2003) yang mengemukakan bahwa gaya hidup adalah pola hidup seseorang di masyarakat yang diungkapkan dalam kegiatan, minat, dan pendapat seseorang. Gaya hidup melukiskan keseluruhan orang tersebut yang berinteraksi dengan lingkungannya. Pada umumnya istilah gaya hidup yang melekat pada generasi muda yaitu memiliki kebiasaan hidup yang glamour, padahal gaya hidup itu sendiri terdiri dari banyak aspek yang menghasilkan tipologi yang menyangkut karakternya. Salah satu fenomena paling besar yang merupakan bagian dari gaya hidup hedonis dikalangan anak muda perkotaan adalah gaya hidup clubbing. Clubbing yang diadopsi dari dunia barat ini telah menjadi istilah yang sangat familiar dan populer dikalangan masyarakat perkotaan. Produk kultur ini sudah sangat populer di Jakarta yang merupakan ibukota negara dan menjadi pusat perdagangan, pusat bisnis dan kota terbesar di Indonesia. Tempat dugem mulai dari diskotik, kafe, lounge, sampai ke pub, bar dan sebagainya tersebar di seluruh penjuru kota

(Bagaskoro, 2006). Begitu juga yang terjadi dengan kota Solo yang terkenal dengan predikatnya sebagai kota budaya. Kira-kira lima tahun belakangan ini kota Solo mulai gencar dimasuki produk budaya bernama dugem. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya tempat dugem berdiri di kota Surakarta. Gaya hidup clubbing dipersepsikan secara berbeda oleh masing-masing individu. Ada yang mempersepsikan gaya hidup secara positif dan negatif. Desiderato (2000) mendefinisikan persepsi sebagai pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Informasi yang diterima individu dipersepsikan negatif, maka individu tersebut cenderung tidak menyukai atau menjauhi informasi. Sebaliknya, individu yang mempersepsikan gaya hidup clubbing secara positif, maka individu yang bersangkutan akan cenderung memperhatikan dan bahkan melaksanakan informasi yang diterima. Persepsi terhadap gaya hidup clubbing dari masing-masing individu yang berbeda karena berdampak negatif dan positif, dari sisi mana individu tersebut dapat memanfaatkan atau tidak dapat bermanfaat bagi kehidupan individu. Dijelaskan oleh Djarwanto (2001) bahwa dampak clubbing atau mendatangi diskotik cenderung bersifat negatif. Dampak-dampak tersebut antara lain, individu dapat terjerumus ke dalam obat-obatan terlarang, minum minuman keras, dan seks bebas yang membawa individu dalam pergaulan bebas. Akibatnya, untuk individu memiliki gaya hidup yang kurang sehat sehingga mengganggu aktivitas kegiatan belajar, selain itu juga berorientasi pada individu untuk melakukan seks bebas yang dapat merugikan diri sendiri dan keluarganya. Bagi orang tua,

berdampak terhadap keharmonisan keluarga, yaitu kurangnya tanggung jawab individu terhadap anggota keluarganya. Masyarakat yang biasanya menjadi bagian dari kelompok ini adalah para eksekutif muda dari berbagai perusahaan, hampir seluruhnya adalah bujangan, sehingga dalam membelanjakan uangnya, mereka tidak tanggung-tanggung, bahkan terkadang sampai jutaan rupiah dibelanjakan hanya dalam waktu semalam saja. Di sisi lain menurut Raditya (2008), clubbing bagi sebagian orang cenderung berdampak negatif, akan tetapi juga dapat berdampak positif. Dampak positif clubbing ini bagi orang orang yang dapat memanfaatkan tempat-tempat clubbing untuk menunjang keberhasilan usaha kerja, yaitu melakukan clubbing. Banyak eksekutif muda dan tua untuk keberhasilan kerja melakukan lobi bisnis di tempat-tempat clubbing. Diperjelas oleh Darnoto (2008) bahwa orang yang mendatangi tempat clubbing tidak hanya mencari kesenangan saja tetapi juga dapat dipergunakan untuk memperlancar usaha kerja sehingga dapat mengembangkan usaha orang tersebut. Bagi orang-orang yang bergerak di bidang bisnis mempunyai dua tujuan mendatangi tempat clubbing, yaitu mencari kesenangan untuk refresing agar pikiran tidak jenuh dengan urusan pekerjaan dan sekaligus dapat melakukan kerja di tempat yang banyak hiburan bersama teman-teman bisnisnya. Kehidupan clubbing atau dugem yang oleh masyarakat sekarang ini memprihatinkan. Ironisnya peradaban dugem ini mendapat banyak dukungan dari elemen-elemen kebudayaan massal yang mudah diakses oleh setiap masyarakat. Saat ini dugem yang sudah sangat identik dengan kehidupan masyarakat

metropolitan ini, tidak hanya menjadi bagian dari gaya hidup, tapi juga menjadi sarana bersosialisasi, bahkan lobi bisnis. Perilaku clubbing yang dilakukan seseorang menurut Nugraheni (2003) dipengaruhi oleh faktor intern dan ekstern. Faktor intern yang berasal dari individu berhubungan dengan minat, motivasi, pengalaman, dan sikap (untuk hidup funcy dan happy). Adapun faktor ekstern berasal dari lingkungan keluarga dan lingkungan sosial (berhubungan dengan pergaulan individu). Adanya faktorfaktor tersebut seseorang melakukan clubbing dan memperoleh pengalaman yang dapat meningkatkan pengetahuan seseorang dalam menjalani gaya hidupnya. Berdasarkan uraian di atas, maka timbul pertanyaan apakah ada hubungan antara persepsi terhadap gaya hidup clubbing dengan religiusitas pada remaja? Untuk itu penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengangkat judul: Hubungan Antara Persepsi Terhadap Gaya Hidup Clubbing dengan Religiusitas Pada Remaja Di SMA Negeri 5 Surakarta. B. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1. Hubungan antara persepsi terhadap gaya hidup clubbing dengan religiusitas pada remaja di SMA Negeri 5 Surakarta. 2. Tingkat persepsi terhadap gaya hidup clubbing dan religiusitas pada remaja di SMA Negeri 5 Surakarta. 3. Peran persepsi terhadap gaya hidup clubbing terhadap religiusitas pada remaja di SMA Negeri 5 Surakarta.

C. Manfaat Penelitian 1. Bagi subjek, untuk dapat lebih membentengi diri melalui religiusitas sehingga tidak terpengaruh clubbing dan mengisi waktu luang dengan hal-hal positif dan berguna. 2. Bagi orang tua, untuk lebih melakukan pengawasan yang ketat pada individu sehingga dapat meminimalisasi kecenderungan gaya hidup clubbing dan dapat meningkatkan religiusitas pada anaknya yang menginjak masa individu. 3. Bagi masyarakat, dapat membantu melakukan pengawasan dan mengontrol kemungkinan adanya perilaku yang melanggar moral dan gaya hidup clubbing di lingkungan masyarakat.