BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan secara nasional adalah kakao (Sufri, 2007; Faisal Assad dkk.,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa negara, penyedia lapangan kerja serta mendorong pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. Pantai Gading dan Ghana. Hasil panen dari perkebunan coklat yang ada di

I. PENDAHULUAN. dihasilkan dari buah kakao (Theobroma cacao. L) yang tumbuh di berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman kakao (Theobroma cacao. l) merupakan salah satu komoditas

BAB I PENDAHULUAN. terjadi apabila barang yang dihasilkan oleh suatu negara dijual ke negara lain

BAB I PENDAHULUAN. Biji kakao merupakan bahan baku pembuatan produk cokelat yang bernilai

I. PENDAHULUAN. Pengembangan komoditi perkebunan menempati prioritas yang tinggi dalam

I. PENDAHULUAN. untuk meningkatkan ekspor non migas. Selain itu juga kakao juga digunakan

I. PENDAHULUAN. Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan andalan bagi. perekonomian Indonesia, karena menghasilkan devisa negara, menyediakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Salah satu keunikan dan keunggulan makanan dari bahan cokelat karena kandungan

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. Perekonomian merupakan salah satu indikator kestabilan suatu negara. Indonesia

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UJI KINERJA MESIN SANGRAI TIPE SILINDER HARISONTAL BERPUTAR UNTUK PENYANGRAIAN BIJI KAKAO UNDER GRADE SKRIPSI SITI AZIZAH NIM.

V. GAMBARAN UMUM. sebagai produsen utama dalam perkakaoan dunia. Hal ini bukan tanpa alasan, sebab

BAB I PENDAHULUAN. Kakao merupakan komoditas perkebunan yang memiliki peluang sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. kelapa sawit dan karet dan berperan dalam mendorong pengembangan. wilayah serta pengembangan agroindustry.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan kontribusi untuk meningkatkan devisa negara sehingga banyak

I. PENDAHULUAN. untuk peningkatan devisa Indonesia. Indonesia adalah salah satu negara dari Asia

1. PENDAHULUAN. perbaikan kualitas sumberdaya manusia. Untuk mendukung pengadaan ikan

I. PENDAHULUAN. penyerapan tenaga kerja dengan melibatkan banyak sektor, karena

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian, salah satu sub sektor dari sektor pertanian adalah sektor

I. PENDAHULUAN. dalam family Rubiaceae dan genus Coffea. Kopi merupakan bahan minuman tidak

BAB I PENDAHULUAN. disimpan cukup lama sebelum diproduksi. Biji kakao yang dihasilkan dari

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1. Luasan lahan perkebunan kakao dan jumlah yang menghasilkan (TM) tahun

Kakao merupakan salah satu tanaman andalan dalam pembangunan sub. sektor perkebunan untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani serta

BAB I PENDAHULUAN. diantaranya sebagai sumber pendapatan petani dan penghasil bahan baku

Bab I Pendahuluan. Tabel I.1. Perkembangan Luas Areal, Produksi dan Produktivitas Kakao di Indonesia. No Tahun Luas Areal (Ha)

":1 ",_,.!.\.,~,. ""~J ;)"'" BABI PENDAHULUAN. Tanaman coklat (Theobroma cocoa L) adalah tanaman yang berasal dari

PELUANG DAN PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik khususnya pada hasil perkebunan.

STUDI TENTANG ASAM ASETAT DAN ASAM LAKTAT YANG DIHASILKAN SELAMA PROSES FERMENTASI PELURUHAN BUAH KAKAO

I. PENDAHULUAN. pengembangannya, terutama untuk meningkatkan ekspor non migas. Selain itu

I. PENDAHULUAN. pemasok utama kakao dunia dengan persentase 13,6% (BPS, 2011). Menurut

I. PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang memiliki kekayaan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki potensi alamiah yang berperan positif dalam

I. PENDAHULUAN. menyerap tenaga kerja, menghasilkan devisa negara, dan berfungsi dalam

BAB I PENDAHULUAN. berlebih, yang bisa mendatangkan suatu devisa maka barang dan jasa akan di ekspor

I. PENDAHULUAN. melimpah, menjadikan negara ini sebagai penghasil produk-produk dari alam

I. PENDAHULUAN. penyumbang devisa, kakao (Theobroma cacao) juga merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Kewirausahaan berperan penting dalam perekonomian bangsa dan

1. BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi di dunia. Menurut salah satu lembaga riset (AC Nielsen) tahun 2005

Ir. Khalid. ToT Budidaya Kopi Arabika Gayo Secara Berkelanjutan, Pondok Gajah, 06 s/d 08 Maret Page 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. untuk kemudian didatangkan ke negara tersebut dengan tujuan untuk memenuhi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kelapa , , ,16

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 DAMPAK KEBIJAKAN PAJAK PERTANIAN TERHADAP PRODUKSI, PERDAGANGAN, DAN KESEJAHTERAAN RUMAH TANGGA PETANI

5 GAMBARAN UMUM AGRIBISNIS KELAPA SAWIT

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Kopi merupakan produk tanaman perkebunan yang dibutuhkan oleh

I. PENDAHULUAN. Regional Bruto (PDRB). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Ekspor, Impor, dan Neraca Perdagangan Komoditas Pertanian Menurut Sub Sektor, 2014 Ekspor Impor Neraca

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Teh merupakan salah satu dari jenis produk minuman yang dikenal dan

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Bila pada tahun 1969 pangsa sektor pertanian primer

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

industri dalam negeri, meningkatkan ekspor, meningkatkan pendapatan petani, Peningkatan pengembangan sektor pertanian menuntut perhatian khusus dari

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai perkebunan kelapa sawit terluas disusul Provinsi Sumatera. dan Sumatera Selatan dengan luas 1,11 juta Ha.

PEMANFAATAN LIMBAH POD KAKAO UNTUK MENGHASILKAN ETANOL SEBAGAI SUMBER ENERGI TERBARUKAN

VII DAMPAK PENCAPAIAN KEBIJAKAN GERNAS DAN PENERAPAN BEA EKSPOR KAKAO TERHADAP KINERJA INDUSTRI HILIR DAN PENERIMAAN PETANI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MUTU BIJI KAKAO LINDAK PADA BERBAGAI LAMA WAKTU FERMENTASI

I. PENDAHULUAN. Karet di Indonesia merupakan salah satu komoditas penting perkebunan. selain kelapa sawit, kopi dan kakao. Karet ikut berperan dalam

I. PENDAHULUAN kemudian diolah dengan melakukan perajangan, fermentasi, dan pengeringan,

STEVIA ISSN No Vol. I No. 01-Januari 2011

BAB I PENDAHULUAN. yaitu: 1) Industri kopi olahan kelas kecil (Home Industri), pada industri ini

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cokelat berasal dari hutan di Amerika Serikat. Jenis tanaman kakao ada berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

UJI KINERJA ALAT PENGERING LORONG BERBANTUAN POMPA KALOR UNTUK MENGERINGKAN BIJI KAKAO

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian tampaknya masih menjadi primadona perekonomian di

I. PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditi perkebunan yang masuk dalam kategori komoditi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Subsektor perkebunan merupakan salah satu sektor pertanian yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN. cukup baik untuk menambah penghasilan. Tentunya dengan pemeliharaan dan

Asam Klorogenat Alternatif Atraktan Hama PBK

Disusun oleh A. Rahman, A. Purwanti, A. W. Ritonga, B. D. Puspita, R. K. Dewi, R. Ernawan i., Y. Sari BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Kopi merupakan komoditas sektor perkebunan yang cukup strategis di. Indonesia. Komoditas kopi memberikan kontribusi untuk menopang

Peranan Pertanian di Dalam Pembangunan Ekonomi. Perekonomian Indonesia

VIII. DAYA SAING EKSPOR KARET ALAM. hanya merujuk pada ketidakmampuan individu dalam menghasilkan setiap barang

BAB I PENDAHULUAN. Kakao merupakan salah satu komoditas perkebunan di Indonesia yang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Posisi Pertanian yang Tetap Strategis Masa Kini dan Masa Depan Jumat, 22 Agustus 2014

I. PENDAHULUAN. Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris, yang ditunjukkan oleh luas

RINGKASAN EKSEKUTIF

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan (7) Waktu dan Tempat Penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Analisis Lingkungan Eksternal. Terigu adalah salah satu bahan pangan yang banyak dibutuhkan oleh

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian di Indonesia mempunyai peranan yang cukup penting dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Analisis daya saing ekspor beberapa komoditas pertanian dengan berbagai pendekatan parameter komparatif, trade mapping, tren pertumbuhan, kontribusi devisa dan sebaran geografis menunjukkan bahwa salah satu komoditas yang memiliki indeks komposit daya saing tertinggi dan mempunyai prospek untuk dikembangkan secara nasional adalah kakao (Sufri, 2007; Faisal Assad dkk., 2009). Oleh karena itu, Kementerian Pertanian telah menetapkan kakao sebagai salah satu komoditas unggulan dari sub-sektor perkebunan. Eksistensinya akan terus dipertahankan dan bahkan akan diperluas di masa datang. Kakao merupakan salah satu komoditi yang cukup banyak dimanfaatkan pada dunia industri. Biji kakao dapat diolah menjadi berbagai macam produk. Hal ini dikarenakan biji kakao mengandung cita rasa dan warna khas yang sangat digemari dan banyak diminati. Salah satu produk hilir dari biji kakao adalah bubuk kakao yang kemudian dapat diolah menjadi beberapa produk baru yang bernilai ekonomi tinggi. Pengguna terbesar produk olahan biji kakao adalah industri makanan dan minuman yang semakin tumbuh akibat pertambahan penduduk dan kesejahteraan masyarakat. Salah satu komoditas perkebunan yang burkembang di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) adalah kakao. Perkembangan kakao cukup pesat, menurut data Direktorat Jenderal Perkebunan, luas areal penanaman kakao di 1

2 Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2011 mencapai 5.430 ha dengan produksi 875 ton, pada tahun 2012 (angka sementara) walaupun luas areal penanaman kakao berkurang menjadi 4.861 ha namun produksinya meningkat menjadi 1.140 ton dengan pertumbuhan produksi kakao 34,91 %. Hampir keseluruhan areal perkebunan kakao di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta adalah perkebunan rakyat. Pembangunan ekonomi kerakyatan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan perekonomian daerah dalam konsep pemberdayaan masyarakat melalui pemanfaatan sumberdaya lokal menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi tinggi. Namun kendala utamanya adalah produk kakao yang dihasilkan oleh para petani masih dijual dalam bentuk primer, yaitu biji kakao kering, sehingga nilai tambah tidak diterima oleh petani, tetapi dinikmati oleh pengusaha baik di Indonesia maupun di negara pengimpor biji kakao. Selain itu industri pengolahan skala kecil dan menengah juga belum berkembang, padahal sudah diperkenalkan industri pembuatan makanan dan minuman cokelat dengan skala kecil dan menengah namun memiliki kapasitas produksi dan kebutuhan energi yang besar sehingga tidak dapat diterapkan oleh petani kakao. Salah satu usaha pemecahannya adalah pengembangan mutu kakao dan pengembangan pengolahan biji kakao menjadi produk hilir yang lebih siap pakai atau siap saji. Penguasaan dan pengembangan serta penerapan ilmu dan teknologi kakao perlu ditingkatkan untuk mendapatkan nilai tambah dari biji kakao. Sumber daya alam yang ada sangat mendukung memungkinkan untuk mencapai hasil yang lebih baik, baik dari segi kualitas maupun kuantitas (Haryadi dan Supriyanto, 2012).

3 Nilai tambah bagi para petani kakao dapat ditingkatkan apabila dikembangkan proses pengolahan kakao secara sederhana menggunakan teknologi alat tepat guna, sehingga para petani kakao dapat menghasilkan produk hilir kakao yang memiliki nilai tawar ekonomi lebih tinggi. Perlu dipersiapkan langkah yang nyata umtuk mengembangkan industri pengolahan kakao secara sederhana dalam skala rumah tangga sehingga dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat lokal. Langkah awal yang perlu dilakukan adalah melakukan penelitian untuk menyiapkan sarana dan teknologi pengolahan produk primer (biji kakao kering) secara tradisonal, sehingga dihasilkan model industri pengolahan biji kakao kering secara sederhana untuk menghasilkan produk sekunder yang memiliki nilai tawar lebih tinggi. Kemudian dilakukan pelatihan terhadap para petani dan melakukan praktek pengolahan kakao yang memanfaatkan teknologi alat pengolahan yang sesederhana mungkin dalam skala kecil (rumah tangga). Pada proses pengolahan biji kakao secara sederhana ini nantinya dapat dihasilkan produk bubuk kakao, lemak kakao, dan kulit biji kakao. Perdagangan biji kakao kering perkebunan rakyat pada saat ini didominasi oleh biji kakao kering yang memiliki mutu rendah. Salah satu penyebab rendahnya mutu biji kakao kering perkebunan rakyat adalah tidak dilakukannya fermentasi pada biji kakao. Biji kakao kering yang tidak difermentasi akan memiliki keping biji berwarna ungu, memiliki rasa pahit dan sepat yang dominan, serta tidak memiliki senyawa bakal cita rasa khas kakao yang kuat. Sedangkan biji kakao kering yang difermentasi akan memiliki keping biji berwarna cokelat, memiliki rasa pahit dan sepat yang tidak dominan, serta terbentuk senyawa bakal

4 cita rasa khas kakao yang dominan. Fermentasi tidak hanya bertujuan untuk membebaskan biji kakao dari pulp dan mematikan biji, namun juga untuk menghasilkan asam amino dan gula reduksi yang merupakan komponen senyawa bakal cita rasa khas kakao sehingga biji kakao akan memiliki kualitas yang lebih baik. Penyebab lain rendahnya mutu biji kakao kering perkebunan rakyat adalah terlalu asamnya biji kakao. Asam yang berlebihan pada biji kakao kering dapat menghasilkan rasa dan aroma asam yang kuat pada produk olahan kakao, sehingga dapat mengurangi rasa dan aroma khas kakao. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi asam berlebihan pada biji kakao kering adalah dengan melakukan perendaman dan pencucian serta pengeringan pada biji kakao kering. Sebagian asam yang ada pada biji kakao kering akan terlarut pada air yang digunakan untuk merendam dan mencuci biji kakao kering, selain itu pada saat pengeringan akan ada asam asam bersifat volatil yang menguap. Harapannya program ini mendapat respon positif dari masyarakat lokal sehingga dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai proses pengolahan biji kakao menjadi produk sekunder (bubuk kakao) dan petani kakao dapat mengolah biji kakao yang dihasilkan menjadi produk sekunder secara sederhana. Oleh karena itu, usaha pembangunan industri pengolahan kakao dalam skala kecil (rumah tangga) merupakan alternatif yang memiliki peluang tinggi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah dan membuka peluang kesempatan kerja.

5 1.2. Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menyusun model industri pengolahan kakao bubuk secara sederhana sehingga dapat diaplikasikan oleh petani kakao untuk memperoleh nilai tambah. Untuk mencapai tujuan umum tersebut, penelitian ini memiliki tujuan khusus, antara lain: 1. Menyusun prototipe produk hasil proses pengolahan bubuk kakao secara sederhana. 2. Menyusun prototipe proses pengolahan bubuk kakao secara sederhana. 3. Menyusun model alat industri pengolahan bubuk kakao secara sederhana yang dapat diterapkan oleh petani kakao dalam skala rumah tangga. 4. Melakukan evaluasi ekonomi untuk mengetahui apakah model industri pengolahan kakao bubuk skala rumah tangga tersebut layak dioperasikan atau tidak. 1.3. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat baik bagi penulis, ilmu pengetahuan maupun masyarakat, terkait dengan proses pengolahan biji kakao kering menjadi kakao bubuk secara sederhana. Manfaat penelitian ini bagi penulis adalah melatih penulis untuk meneliti sebuah permasalahan, berani mengutarkan pendapat, dan yang paling utama utama adalah penulis dilatih untuk berpikir secara ilmiah. Penelitian ini disusun untuk memenuhi tugas wajib jenjang Strata-1 untuk memperoleh gelar sarjana bagi penulis. Penulis juga dapat mengetahui lebih spesifik tentang proses pengolahan bubuk kakao dan penyusunan profil industri hilir bubuk kakao. Manfaat penelitian ini bagi ilmu pengetahuan adalah

6 memberikan informasi mengenai pengaruh bahan mentah (biji kakao kering) dan proses perendaman terhadap kualitas bubuk kakao yang dihasilkan. Manfaat penelitian ini bagi masyarakat adalah dihasilkannya model pengolahan produksi kakao bubuk secara sederhana sehingga dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai proses pengolahan biji kakao serta dapat diterapkan dalam skala rumah tangga.