I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
DATA JUMLAH POHON, POHON PANEN, PRODUKSI,PROVITAS DAN HARGA TANAMAN BUAH-BUAHAN TAHUNAN DI PACITAN TAHUN 2010

I. PENDAHULUAN. pelestarian keseimbangan lingkungan. Namun pada masa yang akan datang,

III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia akan terlindas oleh era globalisasi dan perdagangan bebas.

PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa Indonesia adalah salah satu negara yang sedang. berkembang, sebagian besar penduduknya hidup bergantung pada bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tanaman pisang merupakan salah satu kekayaan alam asli Asia

I PENDAHULUAN (%) (%) (%) Buahbuahan , , , ,81

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sektor pertanian merupakan sektor yang mendapatkan perhatian cukup besar dari

I. PENDAHULUAN. Produk hortikultura memiliki peranan penting bagi pembangunan pertanian yang

2. TANAMAN PANGAN 2.1. Luas Tanam (Ha) Komoditi Tanaman Pangan Kabupaten Luwu, tahun

I. PENDAHULUAN. Buah-buahan merupakan salah satu komoditas hortikultura yang memegang

Perkembangan Ekonomi Makro

Perkembangan luas panen buah-buahan di Indonesia dalam. lain disebabkan terjadinya peremajaan tanaman tua yang tidak produktif

BAB I PENDAHULUAN. Kekayaan alam Indonesia sangat melimpah, tak heran jika banyak aneka jenis

VII. KOMODITAS UNGGULAN DI KABUPATEN BOGOR

Krisis ekonomi yang melanda lndonesia sejak pertengahan bulan. Sektor pertanian di lndonesia dalam masa krisis ekonomi tumbuh positif,

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai agroekologi dataran rendah sampai dataran tinggi yang hampir semua dapat menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan daerah beriklim tropis basah dengan keragaman


I. PENDAHULUAN. tinggi secara langsung dalam pemasaran barang dan jasa, baik di pasar domestik

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting di Indonesia, oleh sebab itu

I. PENDAHULUAN. komoditas pangan yaitu pangan potensial ekspor. Besarnya produksi, luas panen

I. PENDAHULUAN. berusaha di pedesaan (Abdurrahman et al, 1999). Hampir sebagian besar. dalam arti sebagai sumber pendapatan (Sumaryanto, 2002).

I. PENDAHULUAN. ekonomi. Peranan sektor pertanian memiliki kontribusi terhadap Produk

ANALISIS EFISIENSI USAHATANI PISANG DAN STRATEGI PENGEMBANGANNYA DI KABUPATEN SUMENEP

BAB I PENDAHULUAN. langsung persoalan-persoalan fungsional yang berkenaan dengan tingkat regional.

USAHA KECIL UNTUK MANFAAT BESAR (Peran Serta Pemda untuk Para Pelaku Usaha Sale Pisang) (Oleh : Subkhan)

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris di mana pembangunan di bidang pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di Bali sebelum tahun 1980 terfokus pada sektor pertanian.

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai PDB Hortikultura Berdasarkan Harga Berlaku Pada Tahun Kelompok

TINJAUAN PUSTAKA. daerahnya masing-masing. Oleh karena itu tiap daerah sudah lebih bebas dalam

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. buahan juga bersifat spesifik lokasi, responsif terhadap teknologi maju, produk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan di subsektor perikanan mempunyai peranan yang penting bagi kelangsungan pembangunan secara keseluruhan,

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai sumber mata pencarian mayoritas penduduknya. Dengan demikian,

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Komoditi. commit to user

I. PENDAHULUAN. di Indonesia. Menurut Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (1990) menyatakan

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan terigu dicukupi dari impor gandum. Hal tersebut akan berdampak

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki sektor pertanian yang terus dituntut berperan dalam

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Pembangunan ekonomi nasional abad ke-21 masih tetap berbasis

BAB I PENDAHULUAN. pertanian haruslah merupakan tujuan utama dari setiap pemerintah sedang berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Pola Konsumsi Buah di Indonesia Tahun 2012

I. PENDAHULUAN. Agroindustri merupakan kegiatan pemanfaatan hasil pertanian menjadi produk

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan. Pertumbuhan industri pangan di Indonesia mengalami

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya didukung oleh pertanian. Salah satu produk pertanian Indonesia

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN. bujur timur. Wilayahnya sangat strategis karena dilewati Jalur Pantai Utara yang

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

STUDI IDENTIFIKASI PENGEMBANGAN KOMODITAS PERTANIAN YANG BERORIENTASI PASAR DALAM RANGKA PENGEMBANGAN WILAYAH KABUPATEN PURBALINGGA

I. PENDAHULUAN. pangan, tanaman hias, hortikultura, perkebunan dan kehutanan. Potensi ekonomi

IV. KEDAAN UMUM KABUPATEN SLEMAN. Wilayah Kabupaten Sleman terbentang mulai 110 o sampai dengan

I. PENDAHULUAN. dan jasa menjadi kompetitif, baik untuk memenuhi kebutuhan pasar nasional. kerja bagi rakyatnya secara adil dan berkesinambungan.

I. PENDAHULUAN. kontribusi besar dalam pengembangan pertanian di Indonesia. Dalam beberapa

Tabel/Table 1.4 Luas Panen, Produksi dan Rata-Rata Produksi Tanaman Buah - Buahan Harvest Area, Production and yield Rate of Fruits Tahun/ Year 2013

tersebut hanya ¼ dari luas lahan yang dimiliki Thailand yang mencapai 31,84 juta ha dengan populasi 61 juta orang.

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan hortikultura meningkat setiap tahunnya, tetapi hal tersebut

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang terkenal dengan sebutan negara agraris,

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Berdasarkan Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan Tahun

PENDAHULUAN. Setelah peluang pasar diperoleh, baru beranjak ke ketersediaan modal. Dua hal

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1 PENDAHULUAN. Tahun Manggis Pepaya Salak Nanas Mangga Jeruk Pisang

A. Realisasi Keuangan

Tabel Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Sayuran Tahun

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Industri nasional memiliki visi pembangunan untuk membawa Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan

1. PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat dari beberapa peranan sektor pertanian

PENDAHULUAN. Latar Belakang Sektor pertanian Indonesia terdiri dari enam sub sektor, yaitu sub sektor

PENDAHULUAN. Latar Belakang. sebagai bisnis sepenuhnya, hal ini disebabkan karena sarana dan prasarana

I. PENDAHULUAN menunjukkan bahwa masih rendahnya kepercayaan atau loyalitas konsumen

BAB I PENDAHULUAN. kacang tanah. Ketela pohon merupakan tanaman yang mudah ditanam, dapat tumbuh

Volume 5 No. 1 Februari 2017 ISSN: IDENTIFIKASI LOKASI POTENSIAL PENGEMBANGAN INDUSTRI PENGOLAHAN GULA MERAH LONTAR DI KABUPATEN JENEPONTO

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. kenyataan yang terjadi yakni

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. Wonogiri (Jawa Tengah) : Kabupaten Trenggalek (Jawa Timur)

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan berbasis agroindustri semakin ketat. Selain itu, ketatnya

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara agraris yang mayoritas masyarakatnya bermata

Programa Penyuluhan Kab.Bangka

5.1. Analisa Produk Unggulan Daerah (PUD) Analisis Location Quotient (LQ) Sub Sektor Pertanian, Perkebunan, Peternakan, Perikanan, dan Kehutanan

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Republik Indonesia. SURVEI HARGA PEDESAAN Subsektor Tanaman Hortikultura (Metode NP)

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumberdaya alam yang tersebar luas di wilayahnya. Negara Indonesia terkenal dengan sebutan negara agraris dan sebagian besar penduduk Indonesia bermata pencaharian sebagai petani. Pertanian merupakan sektor primer dalam perekonomian Indonesia. Pertanian memiliki peran penting yaitu sebagai penggerak utama perekonomian. Lahan, potensi tenaga kerja, dan basis ekonomi lokal pedesaan merupakan faktor utama dalam pembangunan pertanian. Upaya pembangunan pertanian harus berasaskan pertanian berkelanjutan dengan memperhatikan aspek ekologi, ekonomi, dan sosial. Kabupaten Pacitan merupakan wilayah dengan potensi alam yang cukup baik dari segi pertanian dimana wilayahnya terdiri atas tanah ladang, hutan dan sawah. Berdasarkan sudut geografis, wilayah Kabupaten Pacitan seluas 138.987,16 ha yang terdiri atas lahan pertanian dan non pertanian. Lahan pertanian terdiri dari tanah ladang 29.890,58 ha (21,51%), hutan 81.397 ha (58,56%), dan sawah 13.014,26 ha (9,36%), sedangkan lahan non pertanian terdiri dari pemukiman penduduk 3.153,33 ha (2,27%), pesisir dan tanah kosong 11.530,99 ha (8,30%). Lahan pertanian dimanfaatkan oleh masyarakat Pacitan dengan budidaya berbagai macam tanaman yang menghasilkan nilai jual dan bermanfaat untuk menambah pendapatan sehari-hari, salah satunya adalah budidaya pohon pisang yang menghasilkan produksi terbanyak dibandingkan dengan tanaman buah-buahan lain. Indonesia merupakan daerah tropis yang memiliki produksi pisang yang tinggi pada beberapa sentra daerah yakni Jawa Barat, Lampung, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Kabupaten Pacitan merupakan salah satu bagian dari provinsi Jawa Timur yang memiliki pisang komoditas buah unggulan. Tabel 1 merupakan rekapitulasi tanaman buahbuahan tahunan di Kabupaten Pacitan. 1

2 Tabel 1. Rekapitulasi Tanaman Buah-buahan Tahunan di Kabupaten Pacitan Tahun 2014 No Komoditas Jumlah Pohon Pohon Panen Rata-Rata Produksi (Kw/Pohon) Produksi (Ton) 1 Alpukat 87.035 17.837 0,20 362 2 Belimbing 10.232 6.406 0,21 133 3 Duku 5.486 3.107 0,48 148 4 Durian 95.091 33.640 0,39 1.311 5 Jambu Biji 37.511 17.603 0,18 320 6 Jambu Air 34.080 16.126 0,30 484 7 Jeruk Siam 153.697 46.729 0,19 898 8 Jeruk Besar 16.373 7.452 0,27 204 9 Mangga 314.211 185.038 0,44 8.227 10 Manggis 4.451 1.157 0,24 28 11 Nangka 181.606 113.190 0,33 3.786 12 Nanas *) 44.489 27.383 0,04 112 13 Pepaya 56.760 44.677 0,16 733 14 Pisang *) 1.547.430 959.623 0,34 32.736 15 Rambutan 105.281 37.843 0,25 963 16 Salak *) 61.551 33.382 0,10 336 17 Sawo 9.401 3.919 0,43 167 18 Sirsak 40.272 16.357 0,11 172 19 Sukun 20.851 8.301 0,37 306 Jumlah 2.825.808 1.579.770 0,33 51.427 Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan, 2014 Ket : *) Satuan rumpun Berdasarkan Tabel 1, pisang menghasilkan produksi tertinggi sebanyak 32.736 ton di Kabupaten Pacitan pada tahun 2014. Produksi terendah yaitu buah manggis sebanyak 28 ton pada tahun 2014. Pisang merupakan tanaman rumpun dan bukan tanaman musiman, sehingga produksi pisang lebih banyak dibandingkan dengan buah-buahan yang lain. Pisang menjadi komoditas yang banyak dibudidayakan karena cara budidaya pisang mudah dan tidak begitu banyak membutuhkan perawatan intensif. Pisang melimpah di Indonesia menjadikan buah ini memiliki nilai ekonomis rendah pada beberapa jenis pisang tertentu. Upaya untuk meningkatkan nilai ekonomis dari buah pisang yaitu pisang dibuat menjadi berbagai macam produk olahan yang sekaligus menjadi salah satu cara untuk mempertahankan daya simpan buah pisang (Annisa, 2012). Pisang melimpah di wilayah Kabupaten Pacitan dan memberikan hasil produksi yang cukup banyak pada setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan

3 tanaman pisang bukan merupakan buah musiman sehingga budidaya pisang menguntungkan bagi individu masyarakat. Tabel 2 merupakan jumlah pohon yang dipanen, produktifitas, dan produksi pisang di Kabupaten Pacitan. Tabel 2. Jumlah Pohon yang Dipanen, Produktivitas dan Produksi Tanaman Pisang Tahun 2014 No Kecamatan Jumlah Pohon (Rumpun) Pohon Panen (Rumpun) Rata-rata Produksi (Kw/Rumpun) Produksi (Ton) 1 Donorojo 91.477 33.648 0,22 729 2 Punung 120.500 102.000 0,24 2.459 3 Pringkuku 135.092 49.337 0,86 4.224 4 Pacitan 143.010 95.100 0,54 5.114 5 Kebonagung 57.780 33.267 0,19 635 6 Arjosari 60.100 60.10 0,54 3.257 7 Nawangan 299.288 262.107 0,05 1.406 8 Bandar 28.104 16.715 0,15 248 9 Tegalombo 63.235 38.000 0,29 1.100 10 Tulakan 62.837 37.874 0,51 1.917 11 Ngadirojo 465.875 225.000 0,51 11.564 12 Sudimoro 20.132 6.475 0,13 83 Jumlah 1.547.430 959.623 0,34 32.736 Sumber : Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan, 2014 Berdasarkan Tabel 2, setiap kecamatan di Kabupaten Pacitan memiliki jumlah pohon pisang yang berbeda-beda pada tahun 2014. Hal ini menyebabkan produksi pisang juga berbeda setiap kecamatan. Produksi tertinggi yaitu Kecamatan Ngadirojo sejumlah 11.564 ton sedangkan produksi terendah yaitu Kecamatan Sudimoro dengan jumlah 83 ton. Kecamatan Pacitan menghasilkan produksi tertinggi kedua dibandingkan dengan Kecamatan yang lain. Wilayah yang merupakan daerah pedesaan lebih memilih menjual buah pisang ke pasar atau mengkonsumsi dalam keadaan segar. Buah pisang diolah menjadi berbagai olahan untuk meningkatkan nilai tambah, salah satunya adalah sale pisang. Kecamatan Pacitan menghasilkan produksi tinggi mengolah pisang menjadi sale pisang karena memiliki peluang usaha yang cukup potensial. Hal ini didukung dengan banyaknya wisatawan yang berkunjung ke wilayah perkotaan untuk membeli oleh-oleh Pacitan. Jenis pisang yang biasa digunakan untuk pembuatan sale pisang adalah jenis pisang awak. Harga jual buah pisang

4 awak lebih rendah dibandingkan dengan pisang jenis lain seperti pisang raja dan pisang kepok. Hal ini dikarenakan pisang awak memiliki biji yang banyak, sehingga harga jualnya rendah. Namun, pisang awak memiliki rasa yang manis legit sehingga cocok untuk bahan baku pembuatan sale pisang. Bahan baku sale pisang bisa diperoleh di pasar tradisional di wilayah Kabupaten Pacitan. Pisang dapat diolah menjadi berbagai olahan melalui Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Kabupaten Pacitan memiliki UMKM dalam jumlah cukup banyak yang mampu mengolah pisang menjadi berbagai olahan, salah satunya yaitu sale pisang. Tabel 3 merupakan UMKM produk agribisnis dengan produk berbeda jenis yang berada di Kabupaten Pacitan. Tabel 3. Jenis, Jumlah, dan Tenaga Kerja Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Kabupaten Pacitan Tahun 2014 No. Jenis industri Kecil Unit Tenaga Kerja (orang) 1 Tempe 1156 2.203 2 Sale Pisang 239 397 3 Kolong Ketela 225 398 4 Pengolahan Ikan 144 292 5 Tahu 37 132 6 Emping Mlinjo 35 112 Sumber : Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan, 2014 Berdasarkan Tabel 3, jumlah UMKM di Kabupaten Pacitan cukup banyak dengan produk yang bervariasi. Kabupaten Pacitan memiliki UMKM tempe, sale pisang, kolong ketela, pengolahan ikan, tahu, emping mlinjo dan lain sebagainya. UMKM sale pisang dengan jumlah 239 unit mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 397 orang. Banyaknya UMKM di wilayah Kabupaten Pacitan mampu mengurangi pengangguran karena mampu menyerap tenaga kerja dengan jumlah yang cukup banyak. Sale pisang memiliki beberapa variasi produk yang dijual di pasaran sehingga pengusaha sale pisang harus berpikir kreatif dan inovatif untuk dapat bertahan dan memiliki daya saing. Variasi produk sale pisang setengah jadi (sale basah) merupakan bentuk sale murni tanpa penambahan bahan-bahan lain, sedangkan bentuk sale pisang jadi (sale kering) sudah dilakukan penambahan bahan-bahan lain seperti tepung, gula, garam, aroma dan lain-lain.

5 Salah satu UMKM di Pacitan membuat sale pisang dengan pengemasan yang unik dan menarik yaitu berbentuk anggur. Namun, keunikan saja tidak cukup untuk meningkatkan penjualan sale pisang karena terdapat faktor penentu keberhasilan, faktor internal dan faktor eksternal yang berpengaruh terhadap daya saing UMKM sale pisang. Faktor penentu keberhasilan berupa atribut produk meliputi tekstur, rasa, merk, desain kemasan, kualitas kemasan, dan kelengkapan label. Faktor internal yang berpengaruh terhadap strategi bersaing UMKM sale pisang antara lain, produk, promosi, finansial, harga, pelayanan, teknologi produksi. Sedangkan faktor eksternal yang berpengaruh antara lain bahan baku, teknologi informasi, pemerintah, konsumen, pesaing, aspek sosial budaya, serta peranan lembaga. Faktor-faktor internal dan eksternal akan bermanfaat untuk perumusan strategi bersaing UMKM sale pisang. Persaingan merupakan hal wajar dalam setiap usaha di lingkup masyarakat. Olahan sale pisang dapat diperoleh dari beberapa UMKM karena setiap UMKM memiliki ciri khas olahan produk masing-masing yang dapat menyebabkan persaingan. Tabel 4 adalah jumlah UMKM sale pisang yang berada di Kabupaten Pacitan.

6 Tabel 4. Jumlah UMKM Sale Pisang di Kabupaten Pacitan Tahun 2014 No Kecamatan Jumlah (unit) 1 Pacitan 41 2 Ngadirojo 36 3 Arjosari 29 4 Punung 31 5 Tegalombo 21 6 Tulakan 19 7 Pringkuku 17 8 Kebonagung 16 9 Donorojo 10 10 Sudimoro 8 11 Nawangan 6 12 Bandar 5 Jumlah 239 Sumber : Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan, 2014 Berdasarkan Tabel 4, dapat diketahui bahwa UMKM sale pisang tersebar di 12 Kecamatan di Kabupaten Pacitan. Jumlah UMKM sale pisang terbanyak di Kecamatan Pacitan yaitu 41 unit. Kecamatan Bandar memiliki UMKM sale pisang terendah yaitu 5 unit. Hal ini dikarenakan beberapa faktor berhubungan dengan bahan baku yaitu buah pisang. Tabel 5 merupakan jumlah UMKM sale pisang khususnya di Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan. Tabel 5. Jumlah UMKM Sale Pisang di Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan Tahun 2014 No Desa Jumlah (unit) 1 Sirnoboyo 18 2 Ploso 6 3 Bangunsari 5 4 Sukoharjo 4 5 Nanggungan 2 6 Kembang 2 7 Arjowinangun 2 8 Mentoro 2 Jumlah 41 Sumber : Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan, 2014 Berdasarkan Tabel 5, dapat diketahui bahwa UMKM sale pisang di Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan tersebar di beberapa wilayah, yaitu Desa Sirnoboyo, Ploso, Bangunsari, Sukoharjo, Nanggungan, Kembang, Arjowinangun dan Mentoro. Dari beberapa desa, UMKM sale pisang dengan jumlah terbanyak terdapat di Desa Sirnoboyo dengan jumlah 18 unit. Jumlah

7 tersebut menyebabkan terjadinya persaingan antar UMKM sale pisang. Persaingan terjadi karena produsen memproduksi sale pisang dengan berbagai varian yang berbeda. Persaingan terjadi dalam hal memperoleh bahan baku maupun memperoleh konsumen potensial. Adanya persaingan antar UMKM menjadi salah satu alasan pentingnya perumusan strategi bersaing yang tepat. Pokok perumusan strategi bersaing adalah menghubungkan UMKM dengan lingkungan internal maupun eksternal yang berhubungan dengan pesaing-pesaing. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis strategi bersaing dari UMKM sale pisang yang terdapat di Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan. Hal ini dikarenakan strategi bersaing memiliki peran penting dalam mengambil keputusan maupun langkah-langkah tertentu untuk mempertahankan suatu usaha dalam menghadapi pesaing. B. Perumusan Masalah Keberadaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) penting yaitu membantu masyarakat dalam hal memperoleh pekerjaan. Permasalahan saat ini yaitu pengangguran yang meningkat karena lapangan kerja yang sempit. UMKM mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah banyak sehingga dapat mengurangi jumlah pengangguran. Berdasarkan data dari Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan pada tahun 2014, UMKM sale pisang dengan total 239 unit mampu menyerap tenaga kerja 397 orang. Persaingan dalam bisnis merupakan hal yang wajar. Persaingan dalam bisnis dapat dijadikan sebagai motivasi untuk lebih unggul dibandingkan dengan pesaing. Persaingan utamanya terjadi pada produk sejenis dengan bahan baku yang sama. Kondisi UMKM di Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan dalam keadaan rata-rata dan kurang menonjolkan keunggulannya. Strategi bersaing bermanfaat untuk meningkatkan daya saing UMKM sale pisang untuk menghadapi pesaing. Analisis CPM (Competitive Profile Matrix) digunakan untuk mengetahui posisi UMKM sale pisang dengan berdasarkan faktor penentu keberhasilan (critical success factors). Faktor penentu keberhasilan dari UMKM sale pisang yaitu tekstur, rasa, merk, desain kemasan, kualitas

8 kemasan, dan kelengkapan label. Faktor tersebut berpengaruh terhadap daya saing sale pisang dengan variasi produk yang berbeda. Faktor internal dan eksternal bermanfaat untuk menentukan alternatif strategi yaitu dengan analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, Threats). Faktor internal menjadi kekuatan dan kelemahan dari UMKM, sedangkan faktor eksternal menjadi peluang dan ancaman, analisis SWOT digunakan untuk merumuskan alternatif strategi dengan memperhatikan faktor internal dan eksternal. Dengan memperhatikan faktor penentu keberhasilan dan faktor strategis akan berdampak positif untuk strategi bersaing yang merupakan penetapan sasaran dan tujuan jangka panjang, arah tindakan serta alokasi sumber daya yang diperlukan untuk mencapai tujuan tertentu. Tujuan strategi bersaing yaitu meningkatkan posisi yang kompetitif, memaksimalkan penjualan produk untuk meningkatkan laba, serta meningkatkan pangsa pasar. Berdasarkan uraian dan latar belakang diatas maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Apa saja faktor penentu keberhasilan terhadap posisi bersaing produk sale pisang di Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan? 2. Faktor-faktor strategis apa saja yang berpengaruh terhadap strategi bersaing UMKM sale pisang di Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan? 3. Bagaimana alternatif strategi yang digunakan untuk strategi bersaing UMKM sale pisang di Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan? 4. Prioritas strategi apakah yang dapat diterapkan untuk strategi bersaing UMKM sale pisang di Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengidentifikasi faktor penentu keberhasilan terhadap posisi bersaing produk sale pisang di Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan. 2. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor strategis yang berpengaruh terhadap strategi bersaing UMKM sale pisang di Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan.

9 3. Untuk merumuskan alternatif strategi yang digunakan untuk strategi bersaing UMKM sale pisang di Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan. 4. Untuk menentukan prioritas strategi yang dapat diterapkan untuk strategi bersaing UMKM sale pisang di Kecamatan Pacitan Kabupaten Pacitan D. Kegunaan Penelitian Kegunaan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Bagi peneliti, penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan serta merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bagi Pemerintah Kabupaten Pacitan, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar pertimbangan pengambilan kebijakan peningkatan daya saing produk sale pisang di Kabupaten Pacitan dan berkontribusi terhadap perekonomian Kabupaten Pacitan. 3. Bagi UMKM sale pisang, penelitian ini diharapkan menjadi bahan pertimbangan dalam perumusan strategi bersaing yang akan digunakan untuk meningkatkan daya saing produk sale pisang dan UMKM sale pisang dapat bertahan dalam jangka panjang. 4. Bagi pembaca, penelitian ini dapat memberikan informasi dan pengetahuan yang bermanfaat.