BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Pada bab terakhir ini sekaligus bab penutup peneliti akan mengemukakan tiga

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI BAB II : KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN... 39

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika terdiri dari berbagai konsep yang tersusun secara hierarkis, sehingga

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kreatif, terampil, bertanggung jawab, produktif, dan berakhlak. Fungsi lain dari

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA di sekolah saat ini menuntut para guru harus selalu. kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan melalui

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memiliki peranan yang penting dalam upaya mengembangkan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. 1. Kondisi Empiris Perkuliahan Strategi Pembelajaran Selama ini

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai dan temuan hasil

I. PENDAHULUAN. hasil belajar siswa disekolah. Kurikulum yang digunakan saat ini adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berbicara tentang pendidikan, berarti membicarakan tentang hidup dan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana dikemukakan

BAB I PENDAHULUAN. tercipta sumber daya manusia yang berkualitas. Seperti yang di ungkapkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. selalu tumbuh dan berkembang. Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil penelitian ini memberikan gambaran pada beberapa aspek meliputi

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia dalam sebuah Negara. dikembangkan dalam semua aspek kehidupan. Karena itu negara harus

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. belajarnya dan dapat membangun pengetahuannya sendiri (student centered. digunakan guru dalam kegiatan pembelajaran masih kurang.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil pembahasan penelitian, di bawah ini di paparkan

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mutu lulusan pendidikan sangat erat kaitannya dengan proses

NICO SATYA YUNANDA A54F100019

BAB I PENDAHULUAN. secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran yang lebih efektif dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. siswa. Adapun permasalahan dalam penelitian ini adalah merosotnya moral siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai bangsa yang menginginkan kemajuan. pendidikan, karena pendidikan berperan penting dalam meningkatkan potensi

I. PENDAHULUAN. berkualitas dan satu satunya wadah yang berfungsi sebagai alat untuk. membangun SDM yang bermutu tinggi adalah pendidikan.

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS IV SD

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai-nilai. Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Hasil dari penelitian tindakan kelas ini diperoleh data-data berupa hasil

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

depan yang akan dijalani yang diwarnai tantangan dan perubahan. Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari Kurikulum Tingkat Satuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan bagian yang sangat penting diera globalisasi

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB I PENDAHULUAN. Di era global ini, tantangan dunia pendidikan begitu besar, hal ini yang

I. PENDAHULUAN. baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Bangsa Indonesia dengan jumlah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kesimpulan dan rekomendasi yang disajikan merupakan pemaparan dari kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Majunya suatu Negara ditentukan oleh kualitas pendidikannya. sistematis untuk merangsang pertumbuhan, perkembangan, meningkatkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha untuk menumbuhkembangkan potensi SDM melalui

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Menurut UU No.20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional menyatakan. bahwa:

I. PENDAHULUAN. Bagian ini akan dibahas beberapa hal yang berkaitan dengan latar belakang

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 4, No. 2, pp , May 2015

2016 PENINGKATAN KEMAND IRIAN BELAJAR SISWA D ENGAN MENGGUNAKAN MOD EL D ISCOVERY LEARNING D ALAM PEMBELAJARAN IPS

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

I. PENDAHULUAN. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang wajib diikuti oleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Pendidikan berperan dalam menghasilkan sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut. diperlukannya sumber daya manusia yang berkualitas yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Salah satu pembelajaran yang ada di sekolah adalah pembelajaran Ilmu

BAB. I PENDAHULUAN. Hilman Latief,2014 PENGARUH PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL TERHADAP HASIL BELAJAR Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

... Homogenitas Data Posttes... Uji Normalitas Data Awal... Homogenitas Data Awal... Data Posttes Kemampuan Menulis Teks Hasil Observasi...

PENGARUH PENGGUNAAN METODE PROJECT BASED LEARNING

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

BAB I PENDAHULUAN. mengajar yaitu terdapatnya interaksi antara siswa dan guru. Belajar menunjuk. dan evaluasi pembelajaran (Hamalik, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. kualitas manusia sebagai suatu kegiatan yang sadar akan tujuan. 1 Aktivitas

I. PENDAHULUAN. mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Undang-Undang Nomor 20 Tahun. Berdasarkan hal itu pemerintah terus berupaya mewujudkan kualitas

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menengah Kejuruan (SMK). Posisi SMK menurut UU Sistem Pendidikan. SMK yang berkarakter, terampil, dan cerdas.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pengetahuan manusia tentang matematika memiliki peran penting dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. ukur kemajuan suatu bangsa, sehingga kualitas pendidikan sangat. diperhatikan oleh pemerintah. Hingga saat ini pemerintah terus

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. kontrol ditampilkan pada tabel dibawah ini. Tabel 4.1 Hasil belajar siswa Kelas N

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi sekarang ini kemajuan IPTEK terus berkembang,

Penelitian penting bagi upaya perbaikan pembelajaran dan pengembangan ilmu. Guru bertanggung jawab dalam mengembangkan keterampilan pembelajaran.

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF GROUP INVESTIGATION

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Kegagalan pendidikan berakibat pada kegagalan suatu bangsa, sebaliknya

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 1 GIMPUBIA. Oleh.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kegiatan belajar mengajar adalah suatu kondisi yang kompleks yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. a. Pengertian Tanggung Jawab

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Guru sebagai tenaga kependidikan memiliki tugas untuk melaksanakan proses

I. PENDAHULUAN. diri setiap individu siswa. Mudah masuknya segala informasi, membuat siswa

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. guru agar anak didik mudah memahami materi yang diberikan. Jika guru kurang

Deliwani Br Purba Guru SMP Negeri 1 Bangun Purba Surel :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada era globalisasi, dituntut suatu mutu lulusan yang disiapkan

Transkripsi:

368 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI Pada bab terakhir ini sekaligus bab penutup peneliti akan mengemukakan tiga sub bagian yaitu kesimpulan hasil penelitian, implikasi penelitian dan saran-saran atau rekomendasi hasil penelitian. A. Simpulan Berdasarkan hasil interpretasi dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka peneliti dapat mengemukakan beberapa kesimpulan sebagai berikut; 1. Kondisi objektif pelaksanaan pembelajaran mata pelajaran Alquran hadis di Madrasah Aliyah (MA) di kota Samarinda menunjukkan bahwa; a. Pengembangan diri guru Alquran hadis Madrasah Aliyah (MA) tampaknya masih perlu ditingkatkan, terutama dalam tiga hal yaitu pengembangan kemampuan metodologis, kemampuan dalam mengembangan indikator pembelajaran Alquran hadis dan kemampuan penguasaan materi Alquran hadis. b. Desain pembelajaran menunjukkan bahwa guru mata pelajaran Alquran hadis terlihat masih jarang membuat desain rencana pembelajaran yang menggunakan model belajar kelompok, jarang melibatkan siswa melakukan kajian terhadap materi Alquran, jarang melibatkan dan memberikan kesempatan kepada siswa melakukan kegiatan investigasi dan presentasi, jarang sekali mengembangkan

369 indikator kompetensi hasil belajar yang seharusnya menjadi wilayah pengembangan kurikulum bagi guru, dan aktivitas pembelajaran lebih dominan menggunakan strategi penyampaian (eksposition). c. Pemahaman sebagian besar siswa Madrasah Aliyah (MA) lemah dalam hal menulis ayat atau hadis yang telah dipelajari tanpa teks. Lemah memilah kosa kata ayat atau hadis, lemah menterjemahkan kosa ayat dan hadis, lemah menjelaskan kembali kandungan ayat atau hadis, lemah mengaitkan ayat yang dipelajari dengan ayat lain, lemah mengaitkan ayat yang dipelajari dengan hadis lain yang relevan serta lemah menjelaskan kembali kandungan ayat atau hadis yang telah dipelajari. Meskipun lemah dalam pemahaman, tetapi motivasi dan minat belajar siswa mengikuti mata pelajaran Alquran hadis, termasuk kategori sedang. Beberapa hal yang masih lemah adalah siswa kurang bertanya dalam setiap proses pembelajaran, tidak aktif dalam berdiskusi dan tanya jawab dan tingkat ketertarikan mempelajari Alquran hadis perlu ditingkatkan. d. Mayoritas guru mata pelajaran Alquran hadis memiliki kemampuan akademik yang baik, namun dalam hal pemahaman dasar-daar bahasa Arab, pengembangan kemampuan mengajar, pemahaman ilmu-ilmu Alquran dan ilmu-ilmu hadis masih perlu ditingkatkan. Kinerja guru Alquran hadis memperlihatkan kondisi yang berkategori baik. Persoalan yang perlu diperbaiki adalah kemampuan mengembangkan indikator hasil belajar,

370 pengembangan bahar ajar atau materi, metode dan strategi. pengelolaan kelas dan penggunaan media. e. Pemanfaatan berbagai sumber belajar tampaknya belum maksimal terutama kursi dan meja kelas yang kurang mendukung pelaksanaan model pembelajaran kooperatif, kelengkapan media belajar kurang memadai, kelengkapan buku dan kitab perpustakaan Meskipun demikian, sarana dan prasarana dianggap layak digunakan, kelengkapan ruang kelas cukup memadai, iklin madrasah juga kondusif serta kebijakan para unsur pimpinan madrasah tidak ada persoalan sama sekali. 2. Desain awal model pembelajaran kooperatif tipe Grup Investigasi (GI) dikembangkan berdasarkan karakteritisk model pembelajaran kooperatif tipe Grup Investigasi (GI) secara teoritis, karakteristik kurikulum mata pelajaran Alquran hadis Madrasah Aliyah, karakteristik siswa Madrasah Aliyah (MA) dan tuntutan realitas kondisi pembelajaran Alquran hadis saat ini. a. Langkah-langkah pengembangan model pemebelajaran kooperatif tipe Grup Investigasi (GI) adalah; 1) mempelajari silabus mata pelajaran Alquran hadis kelas XI (sebelas); 2) menetapkan alokasi waktu dengan topik pembelajaran; 3) menganalisis materi pembelajaran; 4) mengimplementasi model pembelajaran dalam skala terbatas dan skala luas. Pengembangan model dalam skala terbatas dilakukan sebanyak lima kali dengan satu madrasah terakreditasi C dan

371 pengembangan model skala luas dilakukan di tiga madrasah dengan akreditasi A, B, dan C sebanyak tiga kali. Setiap uji coba berakhir dilakukan diskusi dengan guru mata pelajaran Alquran hadis untuk perbaikan uji coba berikutnya hingga menemukan model ideal yang siap untuk divalidasi. b. Bentuk akhir desain model pengembangan pembelajaran kooperatif tipe group investigasi hasil pengembangan adalah; Membentuk dan menetapkan jumlah anggota kelompok Tim yang dibentuk selalu berubah setiap siklus Memperhatikan aspek kemampuan siswa Menggunakan skenario pembentuk tim yang efektif dan efisien Teacher S.Belajar Merencanakan tugas yang harus diselesaikan untuk setiap kelompok Pembagian tugas didasarkan pada kedalaman dan keluasan indikator. Merencanakan alokasi waktu yang digunakan Menyebutkan sumber belajar yang diperlukan Memilah kosa kata ayat atau hadis dengan benar Menterjemahkan kosa kata ayat atau hadis dengan benar Menterjemahkan ayat atau hadis secara utuh dengan benar Mengungkap sebab turunnya ayat atau asbabul wurud hadis jika ada Mengkaji kandungan ayat atau hadis sesuai tugas yang diberikan Menginvestigasi kaitan ayat dengan realitas kehidupan Student Environmet Uji tes pemahaman siswa dalam bentuk tertulis Setiap kelompok mempresentasikan hasil investigasi dengan mendatangi kelompok lain secara bergantian Kelompok lain menanyakan hal-hal yang kurang jelas kepada kelompok presenter Guru melakukan cek silang antara apa yang dipresentasikan dengan apa yang dipahami oleh pendengar. Guru memberikan penguatan setiap selesai satu kelompok presentasi Siswa dan guru berkolaborasi mengevaluasipproses Pembelajaran.

372 Gambar 5.1 Bentuk Akhir Model Pembelajaran yang dikembangkan dalam Mata Pelajaran Alquran Hadis 3. Selama implementasi model, modifikasi atau evaluasi model secara berkelanjutan terus dilakukan. Hal ini dilakukan berdasarkan kebutuhan dan kondisi lapangan terutama pada aspek kemampuan siswa Madrasah Aliyah (MA), alokasi waktu mata pelajaran yang tersedia dan ketersediaan sumber belajar. Modifikasi dilakukan pada tiga hal yaitu tahap pembentukan tim, perencanaan tugas dan tahap presentasi tugas hasil investigasi kelompok. a. Secara umum, ada dua kemampuan guru dituntut dalam implementasi model pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi yaitu; Pertama, kemampuan dalam membuat desain perencanaan pembelajaran yang meliputi; memahami tuntutan kurikulum dan karakteristik tujuan, memahami keluasan dan kedalaman mata pelajaran Alquran hadis, memahami herarki pengembangan indikator hasil belajar, memprediksi dan membagi alokasi waktu untuk setiap tahapan pembelajaran, memahami teknik pembagian tugas kelompok, memahami kitab atau referensi lain yang relevan dan mendukung pencapaian kompetensi, memahami cara mencari arti kata dalam bahasa Arab, memahami sintaks pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi yang kembangkan, memahami tugas guru dan siswa selama proses

373 pembelajaran berlangsung dan dapat menyusun butir soal sesuai dengan indikator kompetensi dasar yang telah ditentukan. Kedua, kemampuan dalam proses pembelajaran yang meliputi memahami tingkat kemampuan siswa, memahami skenario pembentukan tim, memahami keluasan dan kedalaman seluruh indikator, memahami tingkat kesulitan tugas setiap kelompok, menyesuaikan alokasi waktu dengan tugas kelompok, mengarahkan siswa selama pembelajaran, menekankan pentingnya kerja sama dan saling membantu sesama tim dan perlunya persiapan presentasi, mendampingi siswa selama investigasi dan presentasi, memberikan penguatan, melakukan cek silang hasil pemahamn dan pendengar, melakukan evaluasi proses pembelajaran dan menilai hasil pemahaman dalam bentuk tes tertulis. b. Sumber belajar yang dituntut dalam implementasi model adalah kitab Alquran terjemah, buku paket, kamus bahasa Arab, kitab asbabul nuzul dan asbabul wurud, kitab tafsir dan kitab hadis yang relevan. Kondisi lingkungan yang dituntut model ini adalah lingkungan yang memungkinkan belajar dengan diskusi kelompok, kondisi madrasah yang tidak saling mengganggu antara kelas apabila kegiatan investigasi dan diskusi kelompok berlangsung, serta adanya pemahaman secara baik oleh pihak pimpinan dan guru kelas yang lain, bahwa penerapan model pembelajaran seperti ini memungkinkan kelas selalu berubah dan tidak menutup kemungkinan terjadai keributan kelas.

374 4. Efektifitas model pembelajaran kooperatif tipe Grup Investigasi (GI) (group investigation) hasil pengembangan secara internal dan eksternal adalah; a. Secara eksternal, model hasil pengembangan ini efektif dalam meningkatkan pemahaman siswa. Berdasarkan interpretasi hasil penelitian pada bab sebelumnya diketahui bahwa; 1) selama proses pengembangan model secara terbatas, terdapat peningkatan pemahaman siswa dalam mata pelajaran Alquran hadis secara signifikan; 2) selama pengembangan model dalam bentuk uji coba luas dengan tiga kategori Madrasah Eksperimen (ME), juga terdapat peningkatan pemahaman siswa dalam mata pelajaran Alquran hadis secara signifikan; 3) selama uji validasi terdapat perbedaan pemahaman signifikan antara skor rata-rata posttest kelompok Madrasah Eksperimen (ME) dengan skor rata-rata posttest kelompok Madrasah Kontrol (MK). Dari hasil ini, tentu dapat disimpulkan bahwa perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi hasil pengembangan berdampak pada peningkatan pemahaman siswa pada mata pelajaran Alquran hadis. Secara internal, model hasil pengembangan ini dapat juga meningkatan minat dan aktivitas belajar siswa (intrenal) selama pengembangan model berlangsung. Aktivitas dan minat terlihat pada pembentukan kelompok, kegiatan investigasi berupa mengkaji, mamahami dan menyelidiki kandungan ayat dan hadis yang

375 akan dipresentasikan, diskusi dengan teman kelompok, dan kegiatan presentasi hasil kerja kelompok. b. Keunggulan model pembelajaran kooperatif Grup Investigasi (GI) hasil pengembangan ini adalah; a) semua guru dapat mengaplikasinnya. karena sintaksnya sangat sederhana; b) pemahaman siswa yang memiliki kemampuan bawah, menengah dan atas dapat meningkat dengan menggunakan model ini; c) tidak memerlukan sarana dan prasarana khusus untuk menerapkannya, Oleh karena itu, model ini relevan diterapkan pada seluruh siswa kelas XI (sebelas) Madrasah Aliyah (MA) dengan berbagai karakteristiknya. Sementara kelemahannya adalah, model ini menghendaki adanya alokasi waktu yang lebih lama, tidak tepat jika siswa dalam satu kelas terlalu banyak, tidak dapat diterapkan jika karakteristik bahan ajarnya tidak bisa dibagi ke dalam beberapa bagian, diperlukan guru yang memiliki kemampuan memilah dan menterjemahkan kosa kata ayat atau hadis dengan baik, diperlukan siswa yang sudah lancar menulis dan membaca Alquran, 5. Di antara kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi hasil pengembangan ini adalah; a) meningkatkan pemahaman siswa; b) meningkatkan kualitas kinerja guru; c) meningkatkan minat, aktivitas dan kerjasama di antara siswa karena pembelajaran berlangsung inovatif, kreatif dan menyenangkan; d) tidak memerlukan sarana dan prasarana khusus untuk menerapkannya; e) adanya

376 kelas yang luas, tersedia meja dan kursi yang memungkinkan dipakai berkelompok sudah cukup. Oleh karena itu, model ini relevan diterapkan pada kurikulum pendidikan agama Islam terutama kurikulum Alquran hadis di Madrasah Aliyah (MA) kelas XI (sebelas). Sementara kelemahannya adalah; a) model ini menghendaki adanya alokasi waktu yang lebih lama; b) tidak tepat jika siswa dalam satu kelas terlalu banyak; c) tidak dapat diterapkan jika karakteristik bahan ajarnya tidak bisa dibagi ke dalam beberapa bagian; d) diperlukan guru yang memiliki kemampuan memilah dan menterjemahkan kosa kata ayat atau hadis dengan baik dan diperlukan siswa yang sudah lancar menulis dan membaca Alquran dan hadis. B. Implikasi Penelitian 1. Implikasi Teoritis Memperhatikan hasil dan proses selama pengembangan model pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi, menurut peneliti, model hasil pengembangan ini dapat memberikan implikasi teoritis. Di antara implikasi teoritis adalah sebagai berikut; a. Pembelajaran akan efektif jika didahului dengan perencanaan yang matang. Perencananan yang dimaksud adalah membuat desain rencana pelaksanaan pembelajaran yang meliputi pengembangan tujuan dalam bentuk Standar Kompetensi, Kompetensi Dasar dan Indikator, penyusunan materi ajar,

377 mengembangkan prosedur atau skenario pembelajaran. mengembangkan media dan mengembangkan sistem penilaian. Dengan kata lain, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) merupakan upaya untuk memperkirakan tindakan yang akan dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Abdul Majid, (2009: 40). Dengan adanya rancangan pembelajaran, guru akan lebih terarah dalam penyajian materi ajar atau pengalaman-pengalaman belajar, sehingga dapat menumbuhkan minat dan motivasi belajar peserta didik. b. Bagaiamapun bagus dan idealnya sebuah model, jika tidak didukung oleh keahlian guru dalam menerapkan model, maka hasilnya dapat dipastikan tidak memuaskan. Oleh karena itu, guru yang dibutuhkan model ini adalah guru profsional. Profesionalisme menurut Ahmad Tafsir (1992 : 107) adalah suatu paham yang mengajarkan bahwa setiap pekerjaan harus dilakukan oleh orang yang professional. Hal ini searah dengan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS Pasal 39 (ayat 2) bahwa jabatan guru dinyatakan sebagai jabatan professional. Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

378 c. Pembelajaran Alquran hadis pada dasarnya tidak hanya identik dengan pelajaran menghafal, (rote learning) tetapi pembelajaran berbasis konstrutivistik juga sangat tepat diterapkan. Dalam hal ini anak dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran berupa mengkaji ayat atau hadis secara berkelompok dengan berbagai indikator yang telah ditetapkan sebelumnya. Dengan keterlibatan siswa dalam belajar yang dilakukan secara berulang-ulang, maka pengetahuan siswa akan terbangun secara bermakna Dalam proses belajar, Bruner menganjurkan melalui belajar penemuan (discovery learning). Belajar penemuan dianggap sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Pengetahuan yang diperoleh melalui belajar penemuan memiliki beberapa kelebihan di antaranya : a) pengetahuan itu akan bertahan lama atau lebih mudah diingat dari pada pengatahuan yang dihasilkan melalui cara lain; b) hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik dari pada hasil belajar lainnya; dan c) secara menyeluruh belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk berpikir secara bebas. d. Pembelajaran akan lebih efektif jika mempertimbangkan perkembangan, kemampuan dan usia anak. Jika dilihat dari perkembangan anak, siswa Madrasah Aliyah (MA) telah memasuki tahap operasional formal (umur 11 18 tahun). Di antara ciri pokok perkembangan kognitif tahap ini adalah anak

379 sudah dapat berpikir abstrak dan logis dengan menggunakan pola berpikir kemungkinan. Pada tahap ini kondisi berpikir anak sudah dapat bekerja secara efektif dan sistematis, menganalisis secara kombinasi, berpikir secara proporsional dan menarik generalisasi pada satu macam isi. Budiningsih (2005 ; 39). Atas dasar inilah, maka pembelajaran Alquran hadis tidak tepat jika dilakukan hanya dengan strategi penyampaian (ekspository) dengan metode ceramah yang membuat siswa datang, duduk, mendengar yang diakhiri dengan tugas menghafal ayat dan hadis. 2. Implikasi Praktis. Berdasarkan observasi kelas selama pengembangan model pembelajaran kooperatif grup investigasi (GI) dilakukan, peneliti dapat melihat adanya implikasi praktis bagi pihak-pihak yang terlibat dalam pengembangan model ini. Di antara implikasi praktis yang dimaksud adalah; a. Kemauan guru untuk belajar. Model-model pembelajaran yang berbasis konstruktivistik atau model pembelajaran yang menekankan pada keaktifan siswa memang belum banyak diketahui, apalagi dipraktekkan oleh sebagian besar guru Alquran hadis kelas XI (sebelas) di kota Samarinda. Dengan pengembangan model yang melibatkan guru dalam implementasinya, tentu menuntut guru untuk beradaptasi dengan menerapkan model yang dimaksud. Untuk tujuan ini, diperlukan kemauan kuat oleh guru untuk selalu mengembangkan diri.

380 b. Kesiapan siswa sangat perlu dipertimbangan. Model pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi hasil pengembangan ini sangat menekankan pada keaktifan siswa sejak awal hingga akhir pembelajaran. Mereka dituntut untuk terlibat aktif menyelesaikan dan mempresentasikan tugas yang telah diberikan oleh guru. Dengan demikian, kesiapan siswa sejak awal pembelajaran, sangat penting untuk diperhatikan. Di antara faktor yang sangat mendukung kesiapan dan keaktifan siswa dengan model ini adalah kemampuan membaca Alquran dan kemampuan dasar bahasa Arab. c. Model pembelajaran kooperatif tipe grup investigasi hasil pengembangan ini tidak perlu menggunakan sarana dan prasarana khusus dalam implementasikannya. Sarana dan prasarana yang diperlukan kurang lebih sama dengan model pembelajaran yang lain termasuk model pembelajaran konvensional. Di antara sarana dan prasarana yang sangat mendukung penerapan model ini adalah meja dan kursi yang mendukung pembelajaran berkelompok, kelas yang representative dan tidak mengganggu kelas lain jika penerapan model berlangsung. d. Sumber pembelajaran yang diperlukan cukup dengan buku paket, kitab tafsir yang relevan, kamus bahasa Arab, kitab asbabul nuzul (jika ayat dipelajari) dan kitab asbabul wurud (jika hadis yang dipelajari)

381 C. Rekomendasi Berdasarkan kesimpulan di atas, maka peneliti merekomendasikan beberapa hal untuk menjadi perhatian bagi siapa saja yang memiliki komitmen yang tinggi untuk meningkatkan kualitas pembelajaran Alquran hadis khususnya, dan pendidikan agama pada umumnya. a. Pihak guru sebagai pengembang kurikulum di dalam kelas, kiranya model pembelajaran hasil pengembangan ini dapat dipertimbangkan untuk digunakan secara berkesinambungan dan profesional, karena model ini memiliki kelebihan dibandingkan model pembelajaran yang tidak melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Di antara kelebihannya adalah; model ini dapat meningkatkan pemahaman siswa, mengaktifkan siswa dalam belajar, membiasakan kerja sama dan diskusi konstruktivistik di antara siswa. b. Para kepala Madrasah Aliyah (MA), kiranya selalu merencanakan dan melakukan kebijakan yang berpihak kepada guru untuk mengembangkan diri agar menjadi guru yang professional, terutama dalam hal pengembangan metodologis dan penguasaan materi ajar. c. Pihak kementerian agama (KEMENAG) yang bertanggungjawab terhadap peningkatan mutu Pendidikan Agama Islam (PAI) di madrasah dan sekolah, kiranya melakukan upaya sistematis dan terencana berupa pelatihan atau workshop pembelajaran untuk mengembangkan kemampuan guru-guru agama

382 Islam dalam hal penguasaan berbagai model, strategi, metode dan teknik pembelajaran. Profesionalitas guru dalam menerapkan berbagai model, strategi, metode dan teknik pembelajaran tersebut tentu akan berdampak pada peningkatan minat dan motivasi siswa dalam belajar. Peningkatan minat dan motivasi siswa akan berdampak pada peningkatan mutu proses dan hasil pendidikan di lingkungan Madrasah Kementerian Agama Republik Indonesia. d. Kepada peneliti yang lain yang tertarik untuk mengembangkan model pembelajaran diharapkan dapat melanjutkan penelitian ini dengan mata pelajaran atau tingkatan kelas yang berbeda. Sebagaimana diketahui bahwa dalam rumpun pendidikan agama Islam terdapat empat mata pelajaran yaitu Alquran hadis, Sejarah Kebudayaan Islam, Akidah Akhlak dan Fikih. Diharapkan kepada peneliti lain untuk mengembangkan model pembelajaran yang relevan dan cocok diterapkan pada keempat rumpun mata pelajaran tersebut. e. Kepada Lembaga Pendidikan dan Tenaga Kependidikan (LPTK) seperti Fakultas/Jurusan Tarbiyah sebagai lembaga yang bertugas untuk mencetak guru, kiranya membekali mahasiswa mereka pemahaman dan keterampilan dalam menggunakan berbagai model-model pembelajaran.