BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif untuk mengungkapkan permasalahan yang telah dirumuskan sebelumnya. Pendekatan kualitatif ini memiliki dua paradigma di dalamnya, yaitu konstruktivis dan kritis. Kerena tujuan peneliti dalam penelitian ini adalah untuk membongkar apa dan bagaimana suatu wacana dibangun dalam program Mata Najwa episode Para Penantang Ahok edisi 7 Oktober 2015 di Metro TV, maka penelitian ini menggunakan paradigma kritis. Paradigma kritis pada dasarnya adalah paradigma ilmu pengetahuan yang meletakkan epistemologi kritik Marxisme dalam seluruh metodologi penelitiannya. Asumsi realitas yang dikemukakan oleh paradigma kritis adalah asumsi realitas yang tidak netral, namun dipengaruhi dan terikat oleh nilai serta kekuatan ekonomi, politik, dan sosial. 1 Paradigma kritis terutama bersumber dari pemikiran sekolah Frankfurt. Ketika sekolah Frankfurt itu tumbuh, di Jerman tengah berlangsung proses propaganda besar-besaran Hitler. Dari sekolah Frankfurt ini lahirlah pemikiran yang berbeda, yang kemudian dikenal sebagai aliran kritis. Pertanyaan utama dari paradigma kritis ini adalah adanya kekuatan-kekuatan yang berbeda dalam 1 Harahap, Machyudin Agung. 2013. Kapitalisme Media: Ekonomi Politik Berita Dan Diskursus Televisi. Yogyakarta : Aura Pustaka. Hlm 19 46
47 masyarakat yang mengontrol proses komunikasi. Oleh karena itu, pertanyaan utama dari paradigma ini adalah siapa yang mengontrol media? Kenapa ia mengontrol? Keuntungan apa yang bisa diambil dengan kontrol tersebut? Kelompok mana yang tidak dominan dan menjadi objek pengontrolan? Paradigma ini percaya bahwa media adalah sarana di mana kelompok dominan dapat mengontrol kelompok yang tidak dominan bahkan memarjinalkan mereka dengan menguasai dan mengontrol media. Aliran sekolah Frankfurt ini banyak memerhatikan aspek ekonomi politik dalam proses penyebaran pesan. 2 Menurut McQuail, ada lima cabang utama teori kritis media. 3 Pertama, Marxisme klasik. Di sini, media dipandang sebagai alat bantu dari kelas yang dominan dan sebuah cara untuk para kapitalis untuk menunjukkan ketertarikan mereka dalam menghasilkan keuntungan. Media menyebarkan ideologi dari dorongan yang berkuasa dalam masyarakat dan dengan demikian menindas golongan-golongan tertentu. Cabang yang kedua adalah teori media ekonomi politik (politicaleconomic media theory), yang, seperti Marxisme klasik, menyalahkan kepemilikan media bagi keburukan masyarakat. Dalam pemikiran ini, isi media merupakan komoditas untuk dijual di pasaran, dan informasi yang disebarkan diatur oleh apa yang akan diambil oleh pasar. Sistem ini merujuk pada operasi 2 Eriyanto. 2001. ANALISIS WACANA: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta : Lkis Group. Hlm 24-25 3 McQuail. 2010. Mass Communication Theory. Inggris: Sage Publications Ltd. Hlm 63-68.
48 yang konservatif dan tidak berbahaya, menjadikan jenis program tertentu dan saluran media tertentu dominan dan yang lainnya terpinggirkan. Cabang teoritis yang ketiga adalah Frankfurt School. Teori ini, yang memandang media sebagai cara untuk membangun budaya, menempatkan lebih banyak penekanan pada pemikiran ketimbang pada materi. Dalam cara pikir ini, media menghasilkan dominasi ideologi golongan atas. Hasil ini didapatkan dengan manipulasi media terhadap gambaran dan simbol untuk golongan yang dominan. Cabang yang keempat adalah teori hegemonis (hegemonic theory). Hegemoni merupakan dominasi ideologi palsu atau cara pikir terhadap kondisi sebenarnya. Ideologi tidak disebabkan oleh sistem ekonomi saja, tetapi dinamakan secara mendalam pada semua kegiatan masyarakat. Jadi, ideologi tidak dipaksakan oleh salah satu kelompok kepada yang lain, tetapi bersifat persuasif dan tidak sadar. Ideologi yang dominan menghidupkan minat golongan tertentu atas golongan lain, dan media jelas-jelas memainkan peran yang besar dalam proses ini. Keempat cabang yang pertama-marxisme klasik, ekonomi politik, Frankfurt, dan hegemonis- adalah pendekatan yang berbeda terhadap media dalam tradisi teori kritis. Tradisi kritis mengambiil arah yang sedikit berbeda dengan pendekatan McQuail yang kelima, penelitian budaya. Sangat bergantung pada semiotik, para peneliti ini tertarik pada pemaknaan budaya tentang hasilhasil media; mereka melihat pada cara-cara isi media ditafsirkan, termasuk
49 penafsiran yang dominan dan oposisional. Penelitian budaya memandang masyarakat sebagai sebuah bidang persaingan gagasan. Apa, misalnya, makna dari sebuah video musik? Dalam penelitian budaya, sebuah video tertentu dapat memiliki beragam makna, dan masing-masing merupakan produksi budaya. 3.2 Metode Penelitian Mengacu pada paradigma yang dipilih, maka tipe penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang didefinisikan Bogdan dan Taylor sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. 4 Penelitian ini menggunakan metode analisis wacana kritis yang dikemukakan oleh Teun A. van Dijk dengan menggunakan tayangan Mata Najwa episode Para Penantang Ahok sebagai objek penelitian. Secara keseluruhan, model analisis van Dijk ini dapat digambarkan sebagai berikut: 5 Gambar 3 Model Analisis van Dijk Teks Kognisi Sosial Konteks 4 Moleong, Lexy J. 2011. METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hlm. 4 5 Eriyanto. 2001. ANALISIS WACANA: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: Lkis Group. Hlm. 225-227
50 Namun, karena keterbatasan peneliti dalam mendapatkan akses wawancara dengan pihak Program Mata Najwa, peneliti melakukan penelitian ini hanya dengan menganalisa teks dan konteks untuk mengetahui apa dan bagaimana wacana yang dibangun dalam program Mata Najwa episode Para Penantang Ahok edisi 7 Oktober 2015 di Metro TV. Merujuk pada penelitian sebelumnya, tidak melakukan analisis kognisi sosial memungkinkan saja dilakukan. Jika digambarkan, struktur analisis teks van Dijk adalah sebagai berikut: Gambar 4 Model Analisis Teks van Dijk Makro Super-struktur Mikro Makna global dari suatu teks yang dapat diamati dari topik / tema yang di angkat oleh suatu teks. Kerangka suatu teks, seperti bagian pendahuluan, isi, penutup, dan kesimpulan. Makna lokal dari suatu teks yang dapat diamati dari pilihan kata, kalimat dan gaya yang dipakai oleh suatu teks. 3.3 Objek Penelitian Objek penelitian dari penelitian ini adalah program Mata Najwa episode Para Penantang Ahok edisi 7 Oktober 2015 yang ditayangkan secara langsung (live) di Metro TV. Tayangan episode ini juga dapat diakses dari akun YouTube resmi program Mata Najwa yang diunggah pada 7 Oktober 2015.
51 3.4 Teknik Pengumpulan Data Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara-cara yang dapat digunakan peneliti untuk mengumpulkan data. Dalam penelitian ini, peneliti memiliki dua sumber data yang diharapkan dapat menjawab permasalahan yang ada dalam penelitian. 3.4.1 Data Primer Data primer adalah sumber data utama dalam melakukan penelitian. Untuk memperoleh data primer peneliti menggunakan tayangan program episode Para Penantang Ahok edisi 7 Oktober 2015 di Metro TV yang diambil dari akun YouTube resmi program Mata Najwa yang diunggah pada 7 Oktober 2015. Gambar 5 Data Primer 3.4.2 Data Sekunder Data sekunder adalah sumber data tambahan yang dapat digunakan untuk menunjang dan memperkuat penelitian yang dilakukan.
52 Dalam hal ini, peneliti memilih buku-buku di perpustakaan, berbagai macam jurnal, pemberitaan media, hasil penelitian sebelumnya, dan lain sebagainya yang dibutuhkan. Diharapkan data sekunder yang dipilih dapat mempermudah dan menuntun peneliti dalam rangka mengungkapkan rumusan masalah penelitian. 3.5 Teknik Analisis Data Pada program Mata Najwa episode Para Penantang Ahok, tayangan dibagi ke dalam tujuh segmen. Merujuk pada metode analisis wacana kritis model Teun A. van Dijk yang dipilih peneliti, maka pertama-tama peneliti akan menjelaskan analisis teks secara makro dengan melihat dari keseluruhan tayangan. Secara superstruktur dilihat dari seluruh tayangan dan per-segmen tayangan, kemudian secara mikro dengan menganalisis tayangan per-segmennya. Terakhir, peneliti akan menghubungkan hasil analisis teks dengan konteks terkait pembentukan teks bersangkutan. Sehingga upaya untuk mengungkapkan apa dan bagaimana wacana yang dibentuk dalam tayangan ini dapat dilakukan.