Jaringan Kerja untuk Inklusi. Didi Tarsidi Jurusan PLB, FIP, UPI, Bandung

dokumen-dokumen yang mirip
Pendidikan Inklusif. Latar Belakang, Sejarah, dan Konsep Pendidikan Inklusif dengan Fokus pada Sistem Pendidikan Indonesia

PENDIDIKAN INKLUSIF. Juang Sunanto Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

Sekolah Inklusif: Dasar Pemikiran dan Gagasan Baru untuk Menginklusikan Pendidikan Anak Penyandang Kebutuhan Khusus Di Sekolah Reguler

MANAJEMEN PENDIDIKAN INKLUSIF

Penyandang Cacat dan Permasalahannya

Perkembangan Pendidikan Khusus/Pendidikan Luar Biasa di Indonesia (Development of Special

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR OLEH AGUNG HASTOMO

Individualized Education Program (IEP) Least Restrictive Environment (LRE) Teaming and Collaboration among Professionals

A. Perspektif Historis

INOVASI MODEL PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SEKOLAH DASAR Oleh AGUNG HASTOMO

BAB I PENDAHULUAN. yang terjadi diantara umat manusia itu sendiri (UNESCO. Guidelines for

PELAKSANAAN PENDIDIKAN INKLUSI DI SEKOLAH DASAR NEGERI BACIRO KOTA YOGYAKARTA

AHMAD NAWAWI JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UPI BANDUNG 2010

JASSI_anakku Volume 17 Nomor 1, Juni 2016

Implementasi Pendidikan Segregasi

LAYANAN PENDIDIKAN UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS dan PENDIDIKAN INKLUSIF

DR. Didi Tarsidi, M.Pd., UPI. Dampak Ketunanetraan terhadap Pembelajaran Bahasa

PEMBELAJARAN DI KELAS INKLUSIF

PERUBAHAN PARADIGMA PENDIDIKAN KHUSUS/PLB KE PENDIDIKAN KEBUTUHAN DRS. ZULKIFLI SIDIQ M.PD NIP

Pendekatan Sistematis untuk Mengembangkan dan Melaksanakan Sebuah Sekolah Inklusif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PENDIDIKAN INKLUSIF SUATU STRATEGI MENUJU PENDIDIKAN UNTUK SEMUA

PROFIL IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF SEKOLAH DASAR DI KOTA BANDUNG. Juang Sunanto, dkk

PENGEMBANGAN BUKU PENGAYAAN APRESIASI SASTRA BERHURUF BRAILLE INDONESIA DENGAN MEDIA REGLET BAGI SISWA TUNANETRA DI SEKOLAH INKLUSI KOTA SURAKARTA

PERAN GPK DALAM PELAYANAN SISWA ABK DI SEKOLAH INKLUSI PASCA DEKLARASIKAN PROVINSI BALI SEBAGAI PENYELENGARA PENDIDIKAN INKLUSI

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SILABI PENDIDIKAN INKLUSI

BAB I PENDAHULUAN. menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat, oleh karena

PELATIHAN DAN PENDAMPINGAN SENTENCE SCRAMBLE GAME SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN SINTAKSIS ANAK TUNARUNGU

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 2, Desember 2017

SIKAP KEPALA SEKOLAH DAN GURU-GURU TERHADAP ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) YANG BELAJAR DI SD INKLUSI PUTERAKO BANDUNG. Oleh: Dra.

Partisipasi Penyandang Cacat dalam Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada)

PESERTA DIDIK BERKEBUTUHAN KHUSUS DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN INKLUSIF. Oleh Mohamad Sugiarmin

PENDIDIKAN INKLUSIF. BPK Penabur Cimahi, 11 Juli Mohamad Sugiarmin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

EFEKTIFITAS SISTEM LAYANAN PENDIDIKAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI D I YOGYAKARTA

Program Peningkatan Kemampuan Guru Sekolah Dasar Dalam Melaksanakan Rintisan Sekolah Inklusif

PARADIGMA BARU PENDIDIKAN LUAR BIASA DI INDONESIA

PENDIDIKAN YANG INKLUSIF DAN MENYENANGKAN

: Bimbingan dan Konseling Anak Berkebutuhan Khusus

MENUJU SEKOLAH INKLUSI BERSAMA SI GURUKU SMART

Oleh: MUHAMMAD RAIS SYAKUR A PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Terkait dengan isu Social Development: Eradication of Poverty, Creation of

PENDIDIKAN INKLUSIF SUATU STRATEGI MENUJU PENDIDIKAN UNTUK SEMUA

PERSEPSI MAHASISWA PGSD TERHADAP PROGRAM UNGGULAN UNTUK MENJADI LULUSAN YANG MAMPU MENGELOLA PEMBELAJARAN DI SEKOLAH INKLUSI.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. pembinaan sumber daya manusia (SDM) di resource center (RC) SLB Negeri

DESKRIPSI & SILABUS MATA KULIAH PENDIDIKAN ANAK TUNARUNGU II

SILABUS PERKULIAHAN. Pendidikan Seni Rupa untuk Anak Usia Dini II. Kode Mata Kuliah/SKS : UD 403/2SKS. Oleh: Ardiyanto, M.Sn Helmi

jtä ~Éàt gtá ~ÅtÄtçt

PENDEKATAN INKLUSIF DALAM PENDIDIKAN

Indeks Inklusi dalam Pembelajaran di Kelas yang Terdapat ABK di Sekolah Dasar

BAB I PENDAHULUAN. dalam melakukan segala aktifitas di berbagai bidang. Sesuai dengan UUD 1945

Pendidikan Luar Biasa/ Pendidikan Khusus

Education and Human Development Journal, Vol. 01. No. 01, September 2016 MANAJEMEN PENDIDIKAN INKLUSI DI SEKOLAH DASAR SUMBERSARI 1 KOTA MALANG

PENDIDIKAN INKLUSIF DAN IMPLEMENTASINYA DI INDONESIA * Oleh: Endis Firdaus Dosen Universitas Pendidikan Indonesia. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PENDIDIKAN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS. Kuliah 2 Adriatik Ivanti, M.Psi, Psi

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR MATEMATIKA UNTUK SMPLB/B KELAS IX BERDASARKAN STANDAR ISI

2015 PENGEMBANGAN PROGRAM PUSAT SUMBER (RESOURCE CENTER) SLBN DEPOK DALAM MENDUKUNG IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF DI KOTA DEPOK

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN INKLUSIF

TINJAUAN MATA KULIAH...

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA SIL. ORTOPEDAGOGIK UMUM SILABI MATA KULIAH

PENINGKATAN KOMPETENSI GURU SEKOLAH INKLUSIF DALAM PENANGANAN ANAK BERKEBUTUHAN PENDIDIKAN KHUSUS MELALUI PEMBELAJARAN KOLABORATIF

2016 LAYANAN PENDIDIKAN INKLUSIF BAGI PESERTA DIDIK TUNANETRA

TESIS. Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Program Studi Pendidikan Kebutuhan Khusus

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya

PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM PEMBELAJARAN TUNARUNGU MELALUI PELATIHAN CONTEXTUAL LEARNING DI SEKOLAH INKLUSIF

BAB I PENDAHULUAN. Anak-anak berkebutuhan khusus (ABK) membutuhkan fasilitas tumbuh kembang

Pendidikan Inklusi dan Prospek Implementasinya di Indonesia

Daftar Pustaka. Abdurrahman, M. (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Sigit Sanyata

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Bentuk, Bidang, dan Perkembangan Usaha. merespon perubahan perubahan yang terkait secara cepat, tepat

2016 PELAKSANAAN AKOMODASI KURIKULUM BAHASA INDONESIA BAGI PESERTA DIDIK TUNAGRAHITA OLEH GURU DI SD NEGERI CIBAREGBEG KABUPATEN SUKABUMI

PERANGKAT PEMBELAJARAN UNTUK ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH INKLUSI

TUGAS GURU PENDAMPING KHUSUS (GPK) DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN PENDIDIKAN SISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI SEKOLAH INKLUSIF SD NEGERI GIWANGAN YOGYAKARTA

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF DI SEKOLAH DASAR TAMAN MUDA IBU PAWIYATAN YOGYAKARTA

IMPLEMENTASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING BAGI ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS (ABK) DI SMP NEGERI 32 SURABAYA

127 Jurnal Parameter Volume 27 No.2 DOI : doi.org/ /parameter P-ISSN : IX

BAB I PENDAHULUAN. orang termasuk anak berkebutuhan khusus, hal ini dapat pula diartikan sebagai

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian ini dilakukan untuk memformulasikan kompetensi GPK dalam

Prosiding Pendidikan Agama Islam ISSN:

PENINGKATAN KETRAMPILAN ASESMEN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS UNTUK GURU SEKOLAH LUAR BIASA

Perbedaan Penyesuaian Diri Antara Siswa Tunarungu Di Sekolah Inklusi Dan Di Sekolah Luar Biasa

ORTODIDAKTIK ANAK TUNALARAS

PENDIDIKAN KHUSUS/PLB (SPECIAL EDUCATION) MENUJU PENDIDIKAN BERMUTU DAN BERTANGGUNG JAWAB

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan pendidikan di sekolah terdekat.

BAB I PENDAHULUAN. manusia dengan masing-masing perbedaan, baik fisik maupun mental.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dijadikan sorotan oleh berbagai negara-negara di dunia saat

BAB I PENDAHULUAN. atas pendidikan. Unesco Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) juga mencanangkan

Anak Penyandang Autisme dan Pendidikannya. Materi Penyuluhan

Oleh: Cici Fitri Rahayu* Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRACT

Oleh Drs. Yuyus Suherman,M.Si

BAB I PENDAHULUAN. internasional. Dalam konteks praktis pendidikan terjadi pada lembaga-lembaga formal

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani (Penjas) merupakan salah satu mata pelajaran yang harus

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA RPP. (PENDIDIKAN INKLUSI) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk menjamin

IMPLEMENTASI PARENTING EDUCATION UNTUK MENINGKATKAN PARENTING SKILLS ORANG TUA ANAK TUNARUNGU DI KB-TK INKLUSIF AURICA SURABAYA

Silabus Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar SILABUS. Jurusan / Program Studi : Pendidikan Luar Biasa : Teknologi Pendidikan Luar Biasa Kode : PLB 219

Transkripsi:

Jaringan Kerja untuk Inklusi Didi Tarsidi Jurusan PLB, FIP, UPI, Bandung Disajikan pada Seminar Pendidikan Inklusif peringatan hari kelahiran Louis Braille Suku Dinas Pendidikan Luar Biasa, Bandung 28 Januari 2002 Satu tujuan utama inklusi adalah mendidik anak yang berkebutuhan khusus akibat kecacatannya di kelas reguler bersama-sama dengan anak-anak lain yang non-cacat, dengan dukungan yang sesuai dengan kebutuhannya, di sekolah yang ada di lingkungan rumahnya. Kelas khusus, sekolah khusus atau bentuk-bentuk lain pemisahan anak penyandang cacat dari lingkungan regulernya hanya dilakukan jika hakikat atau tingkat kecacatannya sedemikian rupa sehingga pendidikan di kelas reguler dengan menggunakan alat-alat bantu khusus atau layanan khusus tidak dapat dicapai secara memuaskan. Sejumlah penelitian menunjukkan bahwa inklusi siswa penyandang cacat (dari bermacam-macam kategori kecacatan dengan berbagai tingkat keparahannya) ke dalam kelas reguler berhasil dengan baik bila didukung oleh faktor-faktor berikut ini: 1. Sikap dan keyakinan yang positif: - Guru reguler yakin bahwa siswa penyandang cacat akan berhasil. - Kepala sekolah merasa bertanggung jawab atas hasil belajar siswa penyandang cacat. - Seluruh staf dan siswa sekolah yang bersangkutan telah dipersiapkan untuk menerima kehadiran siswa penyandang cacat. - Orang tua anak penyandang cacat terinformasi dan mendukung 1

tercapainya tujuan program. - Guru pembimbing khusus memiliki komitmen untuk berkolaborasi di dalam kelas reguler. 2. Tersedia layanan khusus dan adaptasi lingkungan fisik dan peralatan: - Tersedia layanan khusus yang dibutuhkan oleh siswa penyandang cacat (misalnya layanan orientasi bagi siswa tunanetra, terapi fisik bagi siswa tunadaksa, terapi ujaran bagi siswa tunarungu), yang dikoordinasikan oleh guru pembimbing khusus. - Adaptasi/modifikasi lingkungan fisik dan peralatan sekolah agar dapat memenuhi kebutuhan semua siswa (termasuk barang-barang mainan, fasilitas bangunan dan lahan bermain, bahan pelajaran dalam format yang aksesibel, peralatan asistif). 3. Dukungan sistem: - Kepala sekolah memahami kebutuhan khusus siswa penyandang cacat; - Tersedia personel dengan jumlah yang cukup, termasuk tenaga pendukung dan pembantu. - Upaya pengembangan staf dan pemberian bantuan teknis yang didasarkan pada kebutuhan personel sekolah (misalnya pemberian informasi yang tepat mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kecacatan, metode pengajaran, kegiatan kampanye kesadaran dan penerimaan bagi para siswa, dan latihan keterampilan kerja tim). - Terdapat kebijakan dan prosedur yang tepat untuk memonitor kemajuan setiap siswa penyandang cacat, termasuk untuk tes dan penilaiannya. 4. Kolaborasi: - Guru pembimbing khusus menyiapkan program pengajaran individualisasi (individualized educational program) bagi siswa penyandang cacat, dan merupakan bagian dari tim pengajar di kelas reguler. 2

- Pendekatan tim dipergunakan untuk pemecahan masalah dan implementasi program. - Guru reguler, guru pembimbing khusus dan spesialis lainnya berkolaborasi (misalnya dalam co-teaching, team teaching, teacher assistance teams). 5. Metode pengajaran: - Guru memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk memilih dan mengadaptasikan materi pelajaran dan metode pengajaran menurut kebutuhan khusus setiap siswa. - Dipergunakan berbagai strategi pengelolaan kelas (misalnya team teaching, cross-grade grouping, peer tutoring, teacher assistance teams). - Guru menciptakan lingkungan belajar kooperatif dan mempromosikan sosialisasi bagi semua siswanya. 6. Dukungan masyarakat: - Masyarakat lingkungan anak menyadari bahwa anak penyandang cacat merupakan bagian integral dari masyarakat tersebut. - Terdapat organisasi penyandang cacat yang aktif melakukan advokasi dan kampanye kesadaran masyarakat, dan berfungsi sebagai wahana untuk mempertemukan anak dengan orang dewasa penyandang cacat sebagai model guna memperkuat motivasi belajarnya. Untuk implementasinya di Indonesia, beberapa catatan perlu dibuat sebagai berikut: 1) Tenaga pendukung dan pembantu dapat dimintakan dari kalangan orang tua anak penyandang cacat. 2) Jabatan guru pembimbing khusus dikembangkan dari guru SLB yang ada dan ber-home base di resource centre yang dikembangkan dari SLB 3

yang ada. 3) Penyediaan layanan khusus, bahan pelajaran adaptif dan peralatan asistif dikoordinasikan oleh resource centre. 4) Adaptasi/modifikasi lingkungan fisik sekolah dilaksanakan dengan konsultasi resource centre. 5) Pengembangan staf sekolah reguler untuk inklusi diselengarakan oleh Sukdis PLB bekerjasama dengan resource centre dan universitas yang memiliki jurusan PLB. 6 Hal-hal yang terkait dengan penyesuaian kebijakan dan prosedur monitoring siswa penyandang cacat di sekolah reguler diselenggarakan oleh Sukdis Dikdas dan/atau Sukdis Dikmenti. Terwujudnya faktor-faktor pendukung inklusi sebagaimana terdaftar di atas melibatkan berbagai pihak yang meliputi sekurang-kurangnya: 1) Anak penyandang cacat itu sendiri beserta orang tuanya; 2) Sekolah reguler; 3) Resource centre; 4) Sukdis PLB; 5) Sukdis Dikdas dan Sukdis Dikmenti; 6) Organisasi penyandang cacat. Terjalinnya jaringan kerja di antara pihak-pihak tersebut merupakan suatu keharusan jika inklusi penuh bagi siswa penyandang cacat ingin tercapai dengan baik. Jalinan jaringan kerja ini dapat dibagankan sebagai berikut: Orang tua/ Anak Sukdis PLB Resource centre Sekolah reguler Sukdis Dikdas/Dikmenti 4

Org.pen.ca 5

Berikut ini adalah hal-hal yang dapat membantu mewujudkan jaringan kerja tersebut: - Pertemuan berkala antara berbagai pihak terkait; - Penerbitan media cetak (jurnal, majalah, dsb.) tentang pendidikan kebutuhan khusus; - Pembentukan kelompok mailing list (jaringan e-mail) atau pemanfaatan kelompok mailing list yang sudah ada dengan topik terkait (misalnya mitra-jaringan-subscribe@yahoogroups.com); - Pembuatan situs Internet atau pemanfaatan situs Internet yang sudah ada, yang mengkhususkan diri pada bidang kecacatan (misalnya <http://www.mitranetra.or.id>). Jalinan jaringan kerja ini akan memberi manfaat antara lain sebagai berikut: 1) Koordinasi kegiatan dan identifikasi tanggung jawab dan wewenang masing-masing pihak; 2) Efisiensi dan efektivitas pelayanan; 3) Efisiensi sumber-sumber yang tersedia; 4) Lokalisasi sumber-sumber yang dibutuhkan. 6

Referensi dan Sumber Bacaan Lebih Lanjut: Adamson, D.R., Matthews, P., & Schuller, J. (1990). Five ways to bridge the resource room to regular classroom gap. TEACHING Exceptional Children, 22 (2), 74-77. Aefsky,F. (1995). INCLUSION CONFUSION: A Guide to Educating Students With Exceptional Needs. California: CORWIN PRESS, INC. Cook, L. & Friend, M. (1992). Interactions: Collaboration Skills for School Professionals. White Plains, NY: Longman Publishing. Conn, M. (February, 1992). How four communities tackle mainstreaming. The School Administrator, 2, 22-24. Friend, M., & Cook, L. (March, 1992). The new mainstreaming: How it really works. Instructor, 101 (7), 30-36. Giangreco, M.F., Chigee, J.C., & Iverson, V.S. (1993). Choosing options and accommodations for children: A guide to planning inclusive education. Baltimore: Paul H. Brookes. McLaughlin, M., & Warren, S.H. (1992). Issues and options in restructuring schools and special education programs. Reston: The Council for Exceptional Children. National Education Association. (May, 1992). The integration of students with special needs into regular classrooms: Policies and practices that work. Washington, DC: National Education Association. York, J., Doyle, M.B., & Kronberg, R. (December, 1992). A curriculum development process for inclusive classrooms. Focus on Exceptional Children, 25(4). 7