BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pemerintah daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang dasar

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

Kebijakan Bidang Pendayagunaan Aparatur Negara a. Umum

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dirasakan sangat penting, tidak hanya oleh pemerintah tapi juga oleh

BAB I. PENDAHULUAN. menjalankan tugas dan fungsinya sebagai penyelenggara administrasi

BUPATI PESISIR SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN NOMOR 56 TAHUN 2011 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai jenis pembelanjaan. Seperti halnya pengeluaran-pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia menggunakan asas desentralisasi dalam

I. PENDAHULUAN. Belanja Daerah (APBD). Dampak dari sistem Orde Baru menyebabkan. pemerintah daerah tidak responsif dan kurang peka terhadap aspirasi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG HAK KEUANGAN DAN ADMINISTRATIF PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. negara yang sentralistik, dimana segala bentuk keputusan dan kebijakan yang ada

BAB I PENDAHULUAN. Pelayanan publik adalah pemberian pelayanan yang dilakukan oleh. tata cara dan aturan pokok yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam penyelenggaraan otonomi daerah seperti diatur dalam Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. sehinga dapat memberikan kualitas pelayanan prima terutama dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Negara Republik Indonesia sebagai Negara Kesatuan menganut asas

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 52 TAHUN 2001 TENTANG PENYELENGGARAAN TUGAS PEMBANTUAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang paling berperan dalam menentukan proses demokratisasi di berbagai daerah.

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Seiring dengan dimulainya era reformasi pada tahun 1998, telah memberikan harapan bagi perubahan menuju perbaikan di

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi yang ditandai dengan tidak adanya batas-batas negara (

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Desentralisasi adalah penyerahan wewenang pemerintahan oleh

BAB I. PENDAHULUAN. penerimaan pemerintah (Nurcholis, 2006). Ada beberapa jenis desentralisasi

BAB I PENDAHULUAN. penuh atas kehidupan bangsa nya sendiri. Pembangunan nasional yang terdiri

I. PENDAHULUAN yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Bengkalis. Adanya

BAB I PENDAHULUAN. Tata kelola kepemerintahan yang baik (Good Governance) merupakan issue

BUPATI PESISIR SELATAN

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. memiliki posisi yang strategis dalam pembuatan kebijakan dan pelayanan publik.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara hukum yang berdasarkan Pancasila dan

I. PENDAHULUAN. terdiri dari pejabat negara dan pegawai negeri untuk menyelenggarakan tugas

PEMERINTAH KABUPATEN MURUNG RAYA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 18 ayat (2) menegaskan bahwa Pemerintah daerah mengatur dan mengurus

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2017 NOMOR 16

BAB I PENDAHULUAN. sangat luas. Pelayanan Publik adalah segala kegiatan dalam rangka pemenuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan bahwa Negara wajib

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan pelayanan publik. Penerima Layanan Publik adalah. hak dan kewajiban terhadap suatu pelayanan publik.

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2000 TENTANG PEDOMAN ORGANISASI PERANGKAT DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROVINSI JAWA TENGAH

LEMBARAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 6 TAHUN 2012 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kalimantan Utara merupakan sebuah provinsi di Indonesia yang

BUPATI PESISIR SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PESISIR SELATAN NOMOR 112 TAHUN 2011 T E N T A N G

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menganut asas desentralisasi dalam penyelenggaraan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMPUNG TIMUR NOMOR 05 TAHUN 2013 TENTANG TATA CARA PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN DUSUN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Hakekat pemerintahan adalah pelayanan kepada rakyat. Pemerintah ada

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG.

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. mengamanatkan bahwa pemerintah daerah, yang mengatur dan mengurus

BAB I PENDAHULUAN. (DPRD) mempunyai tiga fungsi yaitu : 1) Fungsi legislatif (fungsi membuat

LAMPIRAN KEPUTUSAN. MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR : 63/KEP/M.PAN/7/2003, TANGGAL : 10 Juli 2003

WALIKOTA TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2017

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 19 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PEMEKARAN, PENGHAPUSAN DAN/ATAU PENGGABUNGAN KELURAHAN

2017, No MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG HAK KEUANGAN DAN ADMINISTRATIF PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAE

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan sistem manajemen pemerintahan dan pembangunan antara lain

BAB I PENDAHULUAN. terhadap pengelolaan pemerintahan yang baik. Salah satu agenda reformasi yaitu

BAB I PENDAHULUAN. semangat para Penyelenggara Negara dan pemimpin pemerintahan. 1 Penyelenggara

PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN ATAU PENGGABUNGAN DESA

BAB I PENDAHULUAN. Era Reformasi yang lahir pasca runtuhnya Orde Baru mengemban. tugas yang tidak mudah, salah satunya untuk mencari solusi alternatif

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH DENGAN TITIK BERAT PADA DAERAH TINGKAT II

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN DONGGALA

Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BUPATI GROBOGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN GROBOGAN NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah memberikan perhatian yang sebesar-besarnya pada. kepentingan masyarakatnya berdasarkan asal-usul dan adat-istiadat

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah Kantor Camat Kandis Kabupaten Siak Tahun 2016

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 9 TAHUN 2005 PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 9 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN PERIZINAN

BAB II PROFIL PERUSAHAAN. A. Sejarah Singkat Badan Pelayanan Perijinan Terpadu (BPPT) Kota

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR 1TAHUN 2017 TENTANG

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan

BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUANTAN SINGINGI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KECAMATAN

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TANA TORAJA PROVINSI SULAWESI SELATAN

NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2003 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahannya. Hal ini dapat dilihat pada

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 1992 TENTANG PENYELENGGARAAN OTONOMI DAERAH DENGAN TITIK BERAT PADA DAERAH TINGKAT II

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2003 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR

GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2017

BUPATI SUMBA BARAT DAYA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT DAYA NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG

RGS Mitra 1 of 15 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2003 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUWANGI NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG

SKRIPSI. Pemekaran Nagari Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Padang Pariaman Nomor 5 Tahun 2009 Tentang Pemerintahan Nagari

BUPATI BELITUNG PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 4 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN MURUNG RAYA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN DESA DAN KELURAHAN

DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN MUSI RAWAS

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional merupakan pembangunan manusia seutuhnya dan

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sistem pemerintahan yang

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan pemerintahan di Indonesia semakin pesat dengan adanya era

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggaraan pemerintah daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, dimana pemerintahan Daerah mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan diarahkan dalam rangka mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat. Sebagaimana yang diterangkan dalam peraturan presiden Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014 pelimpahan wewenang adalah penyerahan tugas, hak dan pertanggung jawaban perizinan dan non perizinan, termasuk penandatangananya penerima atas nama penerima wewenang 1, Untuk mencapai tujuan otonomi, pemerintah daerah berupaya meningkatkan upaya perbaikan salah satunya adalah peningkatan pelayanan publik, hal ini dikarenakan pelayanan publik merupakan indikasi keberhasilan otonomi daerah. Salah satu tujuan dari otonomi adalah meningkatkan pelayanan publik terhadap masyarakat, dimana di dalam kewenangannya pemerintah daerah berupaya meningkatkan kualitas pelayanan publik secara efektif, efisien dan profesional. Pelayanan publik yang dilakukan oleh birokrasi politik merupakan salah satu perwujudan dan fungsi aparatur Negara sebagai abdi masyarakat disamping sebagai abdi Negara. 2 Di samping itu, daerah diharapkan mampu meningkatkan daya saing dengan memperhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan serta potensi dan keanekaragaman daerah dalam sistem Negara Republik Indonesia. 3 Dengan adanya sistem pemerintahan paling bawah yaitu nagari diharapkan dapat melaksanakan pelayanan kepada masyarakat secara baik. Dalam hal ini maka sistem 1 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 97 Tahun 2014 2 Joko Widodo, Good Governance, Telaah dari dimensi Akuntabilitas dan Kontrol Birokrasi, (Surabaya. Insan Cendekia, 2001), Hal. 269 3 Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah.

pemerintahan nagari dapat diartikan sebagai upaya melembagakan berbagai potensi sosial untuk dapat berkontribusi efektif membangun nagari melalui kelembagaan formal yang ditetapkan. Dengan di fungsikannya lembaga nagari seperti Badan Perwakilan Nagari dalam memilih lembaga eksekutif nagari berikut perangkatnya serta infrastruktur pendukung lainnya, diharapkan berbagai aspek pelayanan publik yang selama ini terpusat di kabupaten dapat di desentralisasi pengelolaannya ke tingkat nagari, dengan pendelegasian ini, diharapkan akan terwujud pelayanan publik yang berkualitas di nagari sehingga masyarakat di nagari akan merasakan hasil dari pelayanan tersebut. Langkah awal yang dapat dilakukan oleh pemerintah daerah yaitu dengan melihat potensi-potensi yang dimilikinya dan mampu mengelolanya dengan baik serta memperjuangkannya sendiri, 4 seperti SDM dan SDA yang terdapat di nagari tersebut. Salah satu tujuannya adalah untuk menjadikan pemerintah lebih dekat dengan rakyatnya, mengetahui dan mengenal bagaimana keadaan masyarakatnya daan juga untuk memberikan pelayanan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Hal ini berdasarkan asumsi bahwa pemerintah kabupaten atau kota memiliki pemahaman yang lebih baik mengenai kebutuhan dan aspirasi masyarakat mereka daripada pemerintah pusat. 5 Dalam konteksnya, pelayanan publik itu ada tiga kelompok pelayanan yang dapat dibedakan, yakni: 1. Kelompok pelayanan administrasi, merupakan pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk dokumen resmi yang dibutuhkan publik, seperti status kewarganegaraan, perizinan, sertifikasi tanah. 2. Kelompok pelayanan barang, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk atau jenis barang yang digunakan oleh publik, misalnya air bersih, telepon dan listrik. 4 Suranda Tang, Pemerintah Daerah di Berbagai Negara, Jakarta : Pustaka Sinar Harapan, 1997, Hlm. 198. 5 Mudjarad Kuncoro, Otonomi dan Pembangunan Daerah, Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada Erlangga, Jakarta, 2004, hlm. 25.

3. Kelompok pelayanan jasa, yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan oleh publik, seperti kesehatan, pendidikan dan transportasi. 6 Keberhasilan pelayanan tersebut akan tercipta apabila, pemerintah nagari melaksanakan responsibilitas kegiatannya atau sesuai dengan prinsip-prinsip atau kebijakankebijakan yang telah disepakati bersama. Merespon pengduan ataupun pelayanan yang dilaporkan oleh masyarakat. Begitu juga dengan efisiensi pelayanan yang mereka berikan. Masyarakat akan menilai bagus apabila dalam melakukan urusan dengan pemerintah nagari mereka tidak menemui birokrasi yang berbelit, waktu yang sesingkat mungkin, dan tidak memerlukan biaya yang besar. Dalam rangka menciptakan mutu pelayanan dengan standar pelayanan yang dapat memuaskan masyarakat, diperlukan persepsi yang sama tidak mungkin terjadi kepuasan masyarakat. Kualitas pelayanan ditentukan oleh sekurang-kurangnya dua pihak, yaitu pihak pembeli jasa layanan dan pihak penerima layanan. Kualitas layanan tidak bisa ditentukan sepihak saja. Untuk menentukannya diperlukan berbagai indikator yang dijadikan tolak ukur sebuah kualitas pelayanan yang berada pada titik keseimbangan (equlibrium). Dalam memberikan pelayanaan kepada masyarakat, pemerintah kabupaten sebagai daerah otonom memiliki kewenangan yang atributif dalam mengatur kepentingan masyarakatnya. pelaksanaan pelayanan publik yang selanjutnya disebut pelaksana adalah pejabat, pegawai, petugas dan setiap orang yang bekerja dalam organisasi penyelenggara, yang bertugas melaksanakan tindakan atau serangkaian tindakan pelayanan publik, 7 salah satunya di nagari Padang Limau Sundai kecamatan Sangir Jujuan kabupaten Solok Selatan, nagari Padang Limau Sundai adalah nagari pemekaran dari nagari Bidar Alam kecamatan Sangir Jujuan kabupaten Solok Selatan. Dengan maksud untuk meningkatkan kualitas pelayanan 6 Keputusan Menteri pendayagunaan Aparatur Negara Nomor 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pelayanan Publik. 7 Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 76 Tahun 2013

publik maka pada juli 2007 berdirilah nagari Padang Limau Sundai. Nagari Padang Limau Sundai terletak dipinggiran Nagari Bidar Alam yang berbatasan dengan sungai (Sungai Batang Sangiu) untuk akses tempuh antara Padang Limau Sundai dengan Nagari Bidar Alam dihubungan dengan jembatan, hal tersebutlah Padang Limau Sundai tidak berkembang kearah yang lebih maju karena jauh dari pusat perkembangan. 8 Terwujudnya pemekaran Nagari Padang Limau Sundai atas cita-cita dan dukungan seluruh relevansi masyarakat, tokoh masyarakat, kerapatan adat nagari (KAN) Bidar Alam serta putera daerah Nagari Bidar Alam-Padang Limau Sundai. Seperti diantaranya Harfison, Sh, Azwar Serta Anggota DPRD Kabupaten Solok Selatan dapil II yaitu Bapak Abdurrahman, SH yang menjabat sebagai wakil bupati Solok Selatan yang ikut memperjuangkan pemekaran Nagari Padang Limau Sundai menjadi nagari defenitif. Nagari Padang Limau Sundai memiliki empat jorong, yaitu: jorong Koto Ranah, jorong Sibalabeh, jorong Tanjuang Durian dan jorong Ranah Sungai Bamban. Kehidupan masyarakat nagari Padang Limau sundai kebanyakan adalah sebagai petani dan terbukti dari pendapatan masyarakat yang paling menonjol adalah dari sektor pertanian. Mekarnya Nagari Padang Limau Sundai dari Nagari Bidar Alam pada Juni 2007 sudah banyak infarastruktur yang dibangun untuk memperlancar pelayanan publik, dengan banyaknya infrastruktur yang dibangun seperti, berdirinya kantor walinagari yang sudah mempunyai sarana dan prasarana yang menunjang untuk pelaksanaan layanan publik yakni, lahan parkir yang cukup luas dan adanya alur layanan yang ditempel di kantor wali, pembangunan jembatan penghubung antara Nagari Padang Limau Sundai dan Nagari Bidar Alam, pengaspalan jalan dan masuknya jaringan listrik PLN (Perusahaan Listrik Negara). Banyaknya pembangunan infrastruktur penunjang pelayanan publik, hendaknyalah sejalan dengan pelaksanaan pelayanan publik yang baik,baik dimata petugas sebagai pemberi 8 Profil nagari Padang Limau Sundai

layanan dan baik dimata masyarakat sebagai penerima layanan. Berdasarkan survei awal peneliti di Nagari Padang Limau Sundai, Pelayanan publik yang diterima oleh masyarakat masih kurang memuaskan, dikarenakan adanya petugas yang sudah pulang pada jam kerja, pengurusan surat-surat yang tidak selesai pada waktunya 9. Bedasarka dari hal itu maka peneliti ingin melihat pelaksanaan pelayanan publik di pemerintahan Nagari Padang Limau Sundai kecamatan Sangir Jujuan kabupatan Solok Selatan. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas dapat ditarik suatu permasalahan yaitu : Bagaimana pelaksanaan pelayanan publik di pemerintahan Nagari Padang Limau Sundai Kecamatan Sangir Jujuan Kabupaten Solok Selatan. C. Tujuan Penelitian Dari perumusan masalah yang diuraikan di atas maka yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan pelaksanaan pelayanan publik di pemerintahan Nagari Padang Limau Sundai Kecamatan Sangir Jujuan Kabupaten Solok Selatan. D. Signifikasi Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Dapat dijadiakan referensi tambahan bagi peneliti lain yang tertarik dengan permasalahan yang berkembang di dalam ruang lingkup nagari. 2. Secara akademis, penelitian ini berdasarkan kajian pada mata kuliah Sistem Pemerintahan Desa dan Nagari dan sebagai tambahan pengetahuan terhadap kalangan akademisi di dalam disiplin ilmu politik. 9 Wawancara peneliti dengan masyarakat nagari Padang Limau Sundai.