Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Dalam meningkatkan pelayanan di bidang pemerintahan yang sifatnya memberikan kemudahan bagi warga masyarakat, dibentuklah Kabupaten Bengkayang yang merupakan daerah pemekaran baru dari Kabupaten Sambas sebagai Kabupaten induk berdasarkan Undang Undang Nomor 10 Tahun 1999, yang selanjutnya diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah pada tanggal 20 April Saat ini Kabupaten Bengkayang mempunyai jumlah desa yang cukup banyak yaitu sebanyak 122 desa yang tersebar di tujuh belas kecamatan, dengan jumlah sekretaris desa (sekdes) sebanyak 83 orang dengan latar belakang pendidikan dan status kepegawaian yang beragam pula. 1 Akibatnya masih sulit untuk memberikan pelayanan secara maksimal kepada masyarakat. Mengingat hal sebagaimana tersebut di atas, dibentuklah beberapa kecamatan yang dapat membantu pemerintah dalam melakukan pelayanan secara menyeluruh. Salah satu adalah Kecamatan Bengkayang. Kecamatan Bengkayang sudah mengalami pergantian Camat sebanyak dua puluh satu kali. Pada awal terbentuknya, Kecamatan Bengkayang membawahi 17 Desa. Kemudian dimekarkan kembali berdasarkan Perda Nomor 4 tahun 2001 tentang pembentukan Kecamatan Teriak, sebanyak tujuh Desa (Desa Bangun Sari, Desa Setia Jaya, Desa Taruna Jaya, Desa Sumber Karya, Desa Tunas Baru, Desa Karya Baru, dan Desa Dharma Bhakti). Akibatnya wilayah Kecamatan Teriak, mempunyai 10 desa. Pada tahun 2006, Kecamatan Bengkayang dimekarkan kembali berdasarkan Perda Nomor 5 tahun 2004 tentang pembentukan kecamatan Sungai Betung, sebanyak 4 desa (Desa Karya Bhakti, Desa Suka Maju, Desa Suka Bangun, dan Desa Cipta Karya). Kota Kecamatan Bengkayang yang semula membawahi enam desa, 1 Masih ada 39 desa yang belum memiliki sekdes. 1

2 berdasarkan Perda Nomor 6 tahun 2004, sebanyak dua desa ditingkatkan statusnya dari desa menjadi kelurahan. Desa Bumi Emas menjadi Kelurahan Bumi Emas dan Desa Suka Mulya menjadi Kelurahan Sebalo. Penelitian ini ditujukan kepada Sekretaris Desa yang ada di empat desa dalam di wilayah kecamatan Bengkayang, yaitu: Desa Bhakti Mulya, Desa Bani Amas, Desa Tirta Kencana dan Desa Setia Budi, mewakili 83 Sekretaris Desa yang ada di Kabupaten Bengkayang. Salah satu masalah pokok yang dihadapi dalam pelayanan publik pada pemerintahan desa di Kecamatan Bengkayang adalah selain masih terdapat aparatur yang belum memahami tugas pokok dan fungsinya (Tupoksi), juga belum maksimalnya peranan sekretaris desa sebagai aparatur pemerintah desa dalam menyelenggarakan pelayanan publik dan administrasi pemerintahan desa. Permasalahan lain yang dihadapi dalam melakukan pelayanan publik di desa terutama masih kurangnya sarana dan prasarana penunjang, aparatur desa yang belum berfungsi dengan baik, keterampilan penduduk yang masih rendah serta keterbelakangan pendidikan. Dalam pemerintahan Orde Baru, berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 melakukan sentralisasi, birokratisasi dan penyeragaman pemerintahan desa tanpa menghiraukan kemajemukan masyarakat adat pemerintahan asli. Undang-Undang ini melakukan penyeragaman secara nasional, tercermin di dalam hampir semua kebijakan pemerintah pusat yang terkait dengan desa. Proses reformasi politik dan penggantian pemerintahan yang terjadi pada tahun 1998, telah diikuti dengan lahirnya Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang pemerintahan daerah yang kemudian mencabut Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang pokok-pokok pemerintahan di daerah. Selanjutnya, pasal tentang penyelenggaraan pemerintah daerah dalam Undang-undang ini, tentang pedoman umum pengaturan desa ditekankan pada prinsipprinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan dan keadilan serta memperhatikan potensi dan keaneka ragaman daerah. 2

3 Dalam pasal 94 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 bentuk pemerintahan desa terdiri atas Pemerintah desa dan Badan Perwakilan Desa. Pemerintahan desa terdiri atas Kepala Desa dan perangkat desa, sedangkan Badan Perwakilan Desa sesuai dengan pasal 104 adalah wakil penduduk desa yang dipilih dari dan oleh penduduk desa untuk melaksanakan fungsi mengayomi adat istiadat, membuat peraturan desa, dan mengawasi penyelenggaraan desa. Dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya, kepala desa bertanggungjawab kepada rakyat melalui Badan Perwakilan Desa dan melaporkan kepada Bupati. Dengan demikian, mekanisme yang diterapkan telah mengalami perubahan yang sangat mendasar. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Bab I, Pasal I, Tentang peraturan Daerah, menyebutkan bahwa yang namanya Desa (atau yang semula disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut dengan desa) adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem pemerintahan nasional dan berada di daerah kabupaten. Berdasarkan bunyi pasal tersebut di atas, dalam penyelenggaraan pemerintahannya, desa sebagai daerah otonom mempunyai tanggungjawab yang penuh mengenai kemajuan desa tersebut, karena memiliki kewenangan dalam mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat setempat. Dengan demikian aparatur pemerintah desa dituntut untuk bisa mengakomodasi dan menampung aspirasi masyarakat untuk menyelenggarakan pemerintahannya sendiri atas dasar prakarsa, kreativitas, dan peran serta aktif masyarakat tersebut dalam rangka mengembangkan dan memajukan daerahnya. Penyelenggaraan pemerintah desa secara konseptual merupakan sub-sistem dari sistem penyelenggaraan pemerintah daerah. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah mengemukakan sebagai berikut: 1. Membesarnya kewenangan dan tanggungjawab daerah otonom. 3

4 2. Keleluasaan daerah untuk mengatur atau mengurus kewenangan semua bidang pemerintahan kecuali enam kewenangan. 3. Kewenangan yang utuh dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian. 4. Pemberdayaan masyarakat, tumbuhnya prakarsa dan inisiatif, menyangkut peran masyarakat dan legislatif. Berdasarkan pokok pikiran tersebut, dikeluarkanlah Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, yang didalamnya mengandung pokok pikiran di antaranya adalah Kabupaten dan Kota hanya menganut asas Desentralisasi murni. Sedangkan asas Dekonsentrasi tidak lagi dipergunakan di daerah tersebut. Perubahanperubahan tersebut telah mendapat sambutan positif dan penuh harapan bagi seluruh masyarakat di daerah dalam upaya meningkatkan pelayanan kepada masyarakat, menumbuhkan semangat masyarakat dalam berdemokrasi dan melaksanakan pembangunan daerah secara berkelanjutan. Pemikiran program atau konsep mengenai mekanisme kerja aparatur pemerintah daerah sampai pada pemerintah desa yang terkemas dalam Undang-Undang pemerintahan daerah, telah disepakati sebagai landasan operasional dalam melaksanakan tugas dan kewajiban. Persoalannya adalah apakah hal yang demikian sudah diikuti dengan segala kesiapan fisik maupun mental dari aparatur pemerintahnya, sehingga pelaksanaan Otonomi Daerah benar-benar akan terwujud sesuai dengan materi yang ada dalam Undang-Undang Pemerintahan Daerah tersebut? Sebagaimana kita ketahui bahwa di dalam penyelenggaraan pemerintahan desa, kepala desa sebagai kepala pemerintahan di tingkat desa mempunyai tugas menyelenggarakan roda pemerintahan desa seperti melaksanakan pembinaan masyarakat desa, dan pemberdayaan masyarakat desa yang dibantu oleh perangkat desa yang terdiri dari Sekretaris Desa, para Kepala Urusan (Kaur), Kepala Dusun (Kadus), dan Rukun Tetangga (RT). Sekretaris desa berkedudukan sebagai unsur staf pembantu kepala desa di dalam menjalankan roda pemerintahan desa. Selain 4

5 mempunyai tugas memimpin sekretariat desa, juga mempunyai tugas menjalankan administrasi pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan di desa serta memberikan pelayanan publik di bidang suratmenyurat, kearsipan dan laporan kepada masyarakat desa. Sekretaris desa dibantu oleh dua orang staf, yaitu Kepala Urusan (kaur) pemerintahan dan kaur umum. Sebagaimana di atur di dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014, pasal 48 menyebutkan bahwa perangkat desa terdiri dari sekretaris desa, pelaksana kewilayahan dan pelaksana teknis. Selanjutnya pasal 49 ayat 1 menyebutkan bahwa perangkat desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 48 bertugas membantu Kepala Desa dalam melaksanakan tugas dan kewenangannya, dan pada ayat 3 menyebutkan bahwa di dalam melaksanakan tugas dan wewenangnya, perangkat desa sebagaimana dimaksud pada ayat 1 bertanggung jawab kepada kepala desa. Dalam proses penyelenggaraan pelayanan administrasi pemerintahan desa, tugas pokok seorang Sekretaris Desa secara umum adalah: membantu Kepala desa dalam mempersiapkan dan melaksanakan pengelolaan administrasi desa, mempersiapkan bahan penyusunan laporan penyelenggaraan Pemerintah Desa. Sedangkan fungsi dari Sekretaris Desa adalah sebagai penyelenggara kegiatan administrasi dan mempersiapkan bahan untuk kelancaran tugas kepala desa, menyiapkan bantuan penyusunan Perdes, menyiapkan bahan laporan penyelenggaraan Pemerintahan Desa, mengkoordinasikan penyelenggaraan tugas-tugas urusan, dan melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Desa. Dwiyanto (2006:47-76) mengemukakan empat kriteria yang dapat digunakan untuk menilai kinerja birokrasi dalam memberikan pelayanan publik. Pertama, akuntabilitas publik, yaitu dengan melihat kesesuaian penyelenggaraan pelayanan publik dengan nilai-nilai yang ada dalam masyarakat atau yang dimiliki oleh stakeholders. Kedua, responsivitas, yaitu menilai kinerja birokrasi dengan melihat kemampuan birokrasi dalam mengenali kebutuhan masyarakat, menyusun agenda berdasarkan prioritas pelayanan serta mengem- 5

6 bangkan program-program sesuai kebutuhan dan aspirasi masyarakat. Ketiga, orientasi pada pelayanan, yaitu dengan melihat seberapa banyak energi birokrasi digunakan untuk memberikan pelayanan kepada publik. Keempat, efisiensi pelayanan, yaitu dengan membandingkan antara input dan output pelayanan. Peran 2 seorang Sekretaris Desa di dalam membantu Kepala desa menjalankan roda pemerintahan desa saat ini dirasakan sangat komplek dan strategis sekali. Karena itu seorang sekretaris desa dituntut harus mempunyai kemampuan paripurna dan keahlian dalam menyelenggarakan administrasi pemerintahan desa, agar roda pemerintahan desa dapat berjalan dengan baik, yang pada akhirnya pelayanan yang diberikan kepada masyarakat juga dapat berjalan dengan baik dan maksimal. Sebagaimana diamanatkan di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor: 72 Tahun 2005 tentang Desa, pasal 25 ayat 1 berbunyi: Sekretaris Desa sebagaimana dimaksud dalam pasal 12 ayat (2) diisi dari Pegawai Negeri Sipil yang memenuhi persyaratan, yaitu: a. Berpendidikan paling rendah lulusan SMU atau sederajat. b. Mempunyai pengetahuan tentang teknis pemerintahan c. Mempunyai kemampuan di bidang administrasi perkantoran d. Mempunyai pengalaman di bidang administrasi keuangan dan bidang perencanaan. e. Memahami sosial budaya masyarakat setempat, dan f. Bersedia tinggal di desa yang bersangkutan. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, pasal 48 yang menjelaskan bahwa perangkat desa terdiri dari Sekretaris Desa, pelaksana kewilayahan dan pelaksana teknis. Untuk sekretaris desa sendiri, sebagaimana tertuang dalam pasal 50 ayat 1, sekretaris desa harus memenuhi syarat sebagai berikut: 2 Peran adalah aspek dinamis dari kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka dia menjalankan suatu peran (Soekanto, 1990: 268). 6

7 a. Berpendidikan paling rendah sekolah menengah umum atau yang sederajat; b. Berusia 20 (dua puluh) tahun sampai dengan 42 (empat puluh dua) tahun; c. Terdaftar sebagai penduduk desa dan bertempat tinggal di desa paling kurang 1 (satu) tahun sebelum pendaftaran; d. Syarat lain yang ditentukan dalam Peraturan Daerah Kabupaten/ Kota. Hal yang sangat krusial adalah apabila seorang Sekretaris Desa tidak memiliki kapabilitas seperti di atas. Pertanyaan yang mengemuka adalah mau dibawa kemanakah arah pembangunan desa ke depannya. Oleh karena itu peran sekretaris desa sangat dibutuhkan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan publik di bidang pengelolaan administrasi desa yang lebih baik, dalam rangka menjawab tuntutan masyarakat akan pelayanan publik yang lebih baik. Dalam mengatasi permasalahan tersebut di atas, khususnya di bidang administrasi, dibutuhkan aparatur yang mempunyai kemampuan di bidang pemerintahan sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 9 tahun Pasal 11 sampai dengan pasal 14 pada dasarnya menyatakan bahwa pengangkatan sekretaris desa sebagai Pegawai Negeri Sipil dapat dilakukan berdasarkan kepada kriteria guna menunjang kepentingan nasional, yang dipandang telah berjasa, serta sangat diperlukan bagi negara. Dengan demikian eksistensi seorang Sekretaris Desa merupakan salah satu komponen utama yang sangat strategis dalam membantu Kepala Desa menjalankan roda pemerintahan desa. Oleh karena itu, seorang Sekretaris Desa dituntut untuk menpunyai kemampuan dan kecakapan dalam menyelenggarakan administrasi pemerintahan desa. Harus disadari bahwa realitas di lapangan menunjukkan bahwa tingkat kemampuan Sekretaris Desa dalam melaksanakan tugasnya dirasakan cenderung masih lemah. Hal ini juga dapat dilihat jumlah rata-rata pendidikan yang dimiliki para Sekretaris Desa Se-Kabupaten Bengkayang sebanyak 83 orang dengan rincian kualifikasi pendidikan dan status kepegawaiannya pada tabel 1.1 di bawah sebagai berikut: 7

8 8 Tabel 1.1 Jumlah Sekretaris Desa Se-Kabupaten Bengkayang menurut pendidikan dan status kepegawaian NO PENDIDIKAN PNS NON PNS JUMLAH 1. S D SMA SMP SD JUMLAH Sumber : BPMPD Kab. Bengkayang Selain itu masih ada juga beberapa desa di kecamatan Sungai Raya yang hingga saat ini masih belum mempunyai Sekdes sama sekali atau pensiun seperti di desa Sungai Duri, desa Sungai Jaga A, desa Sungai Jaga B, desa Sungai Pangkalan I dan Desa Sungai Pangkalan II. Sementara itu kekosongan jabatan sekdes juga terjadi di Kecamatan Sungai Raya Kepulauan tepatnya di desa Rukma Jaya, desa Sungai Keran, Desa Karimunting dan desa Pulau Lemukutan. Tabel di atas juga memperlihatkan bahwa masih ada beberapa Sekretaris desa dengan tingkat pendidikan terakhir SD dan SMP, sehingga tidak memenuhi ketentuan Peraturan Pemerintah Nomor : 72 tahun 2005 tentang desa, bahwa pendidikan paling rendah adalah setingkat SMA. Melihat fakta tersebut, dengan tingkat pendidikan dan status kepegawaian yang dimiliki oleh Sekretaris desa yang beragam serta masih adanya beberapa desa di Kecamatan yang belum mempunyai Sekdes, tentunya akan berpengaruh pada pemahaman terhadap tupoksinya di dalam memberikan pelayanan administratif kepada seluruh perangkat desa dan masyarakat desa. Pra penelitian yang dilakukan peneliti kepada 2 orang Sekretaris desa yaitu Sdr. Sudarto dan Sdr. Alun yang merupakan Sekretaris desa Setia Budi dan Sekretaris Desa Bhakti Mulya, yang bersangkutan berstatus PNS dengan jenjang pendidikan SMU dan SMP. Hasil wawancara terkait pemahaman bidang teknis pemerintahan desa, Pemahaman bidang Administrasi perkantoran, pemahaman di

9 bidang Keuangan, dan Pemahaman di bidang perencanaan, didapatkan informasi bahwa: rata-rata tingkat pemahaman mereka di bidang teknis pemerintahan sangat kurang. Hal ini diperkuat dengan keterangan dari masing-masing Kepala desa mereka, yaitu Kepala desa Bhakti Mulya dan Setia Budi, bahwa masih ditemukan aparatur pemerintah desa, terutama Sekdes, yang belum memahami tugas pokok dan fungsinya. Selanjutnya dari wawacara yang dilakukan terhadap kedua Sekretaris Desa tersebut terkait sejauh mana pemahaman mereka terhadap pelaksanaan Administrasi perkantoran, didapatkan jawaban bahwa tingkat pemahaman mareka terhadap administrasi perkantoran cukup beragam, ada yang cukup mengerti maupun ada yang tidak mengerti sama sekali. 3 Kewenangan biasanya dilimpahkan kepada Sekretaris Desa, dibantu oleh staf umum dan bendahara untuk membuat laporan keuangan, karena di dalam penggunaan anggaran tersebut tentunya harus ada surat pertanggungjawaban (SPJ) tentang penggunaan anggaran. Namun ternyata masih banyak laporan yang disampaikan tidak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Bahkan ada yang membuat SPJ dengan menggunakan jasa Konsultan. 4 Melihat latar belakang pendidikan yang dimiliki oleh para empat orang Sekretaris Desa yang ada dalam wilayah Kecamatan Bengkayang, rata-rata mereka berpendidikan SMU sebanyak dua orang, dan SMP sebanyak dua orang. Berkaitan dengan pembuatan perencanaan, terutama perencanaan terhadap pembangunan desa, tentunya diperlukan aparatur yang paham dan mengerti benar dalam membuat perencanaan pembangunan desa. Dalam wawacara penulis dengan empat orang Sekretaris Desa, 5 rata-rata mereka memberikan jawaban bahwa mereka belum memahami bagi mana membuat teknis perencanaan yang baik dan akurat. Bila dilihat latar belakang pendidikan mereka yang semuanya bukan dari kejuruan, hal ini dapat 3 Wawancara dilakukan pada Bulan Desember Pernyataan ini didapat penulis dari keterangan yang disampaikan oleh empat Sekdes di empat Desa (Bhakti Mulya, Setia Budi, Bani Amas dan Tirta Kencana) dalam wilayah Kecamatan Bengkayang. Mereka menjelaskan bahwa pembuatan SPJ penggunaan keuangan rata-rata menggunakan jasa konsultan. 5 Wawancara dilakukan pada bulan Desember

10 dipahami. Camat Bengkayang, yaitu Bpk. Yustinus K, juga mengatakan bahwa: Untuk membuat program perencanaan pembangunan desa memang diperlukan aparatur pemdes yang dapat memahami betul tentang tehnik perencanaan. Karena setiap awal tahun anggaran sering diadakan kegiatan Musrenbang di tingkat desa, tentunya pengajuan atau usulan program perencanaan pembangunan desa kepada pemerintah daerah harus melalui teknis penbuatan perencanaan yang betul-betul akurat, teliti, matang dan valid. 6 Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penting untuk dilakukan penelitian tentang Pelayanan Publik oleh Sekretaris Desa di Kecamatan Bengkayang, Kabupaten Bengkayang Provinsi Kalimantan Barat. Rumusan masalah Berdasarkan pemahaman di atas maka dapat dirumuskan masalah bahwa Sekretaris Desa di Kecamatan Bengkayang belum bisa melakukan tugas serta perannya dalam membantu kepala desa melaksanakan tugas penyelenggaraan pemerintahan administrasi organisasi dan tata laksana, serta memberikan pelayanan publik/ administrasi kepada seluruh masyarakat desa. Persoalannya adalah mengapa hal ini terjadi? Tujuan Penelitian Adapun tujuan dilaksanakan penelitian ini adalah untuk menjelaskan mengapa pelaksanaan tugas Sekretaris Desa dan peran sekretaris desa dalam membantu kepala desa melaksanakan tugas penyelenggaraan administrasi pemerintah dan tata laksana organisasi, serta memberikan pelayanan publik/administrasi kepada seluruh 6 Wawancara dilakukan pada bulan Desember

11 masyarakat desa di Kecamatan Bengkayang, Kabupaten Bengkayang Propinsi Kalimantan Barat. Manfaat Penelitian Manfaat Teoretis Kegunaan dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang sifatnya sumbangan pemikiran yang berupa teori-teori dalam kaitannya dengan pemberian pelayanan publik dalam penyelenggaraan tugas dan perannya dibidang administrasi yang dilaksanakan oleh sekretaris desa. Hal ini terkait dengan perkembangan ilmu pengetahuan yang mengkaji masalah-masalah sosial tentang pelaksanaan Otonomi Daerah. Manfaat Praktis Selain itu dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi secara praktis dalam memberikan informasi serta masukan kepada pihak-pihak yang menyelenggarakan pelayanan publik, khususnya bagi lembaga atau instansi pemerintah. Juga diharapkan dapat membantu dalam memecahkan masalah yang dihadapi oleh lembaga pemerintah (desa) dalam usaha melaksanakan Otonomi Daerah yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 72 tahun 2005 tentang Desa dan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa, yang berkaitan dengan pelayanan publik, khususnya desa-desa di Kecamatan Bengkayang, Kabupaten Bengkayang. 11