BAB VIII HUBUNGAN PERUBAHAN PEREKONOMIAN NELAYAN DENGAN POLA ADAPTASI NELAYAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB VII POLA ADAPTASI NELAYAN

BAB VI DAMPAK WISATA BAHARI TERHADAP KEHIDUPAN SOSIAL DAN EKONOMI NELAYAN

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV GAMBARAN LOKASI PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DAFTAR ISI DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN... 3 A Latar Belakang... 3 B Tujuan... 3 C Hasil yang Diharapkan... 4

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. daya kelautan. Usaha pengembangan eksploitasi perairan selalu dilakukan untuk

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2007

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HUBUNGAN KARAKTERISTIK RUMAH TANGGA DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM RUMAH TANGGA PERIKANAN

VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PELUANG KERJA SUAMI DAN ISTRI DI LUAR SEKTOR PERIKANAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR LAMPIRAN...

I. PENDAHULUAN. pulau mencapai pulau yang terdiri dari lima kepulauan besar dan 30

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kekayaan sumber daya alam yang dimiliki kawasan Indonesia menjadikan

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Sampel 3.5 Jenis Data yang Dikumpulkan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang di dukung dengan

viii BAB VIII PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN... 91

DAMPAK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI TERHADAP EKOLOGI DAN SOSIAL-EKONOMI NELAYAN

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan rekreasi atau wisata sering digunakan sebagai sarana melepas

ANALISIS DAYA DUKUNG MINAWISATA DI KELURAHAN PULAU TIDUNG, KEPULAUAN SERIBU

VII PRIORITAS STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA TN KARIMUNJAWA

4. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

BAB I PENDAHULUAN. perembesan air asin. Kearah laut wilayah pesisir, mencakup bagian laut yang

BAB I PENDAHULUAN. ilmu sosial yang sangat penting. Masyarakat atau komunitas desa yang syarat

I. PENDAHULUAN. dalam upaya pengelolaan sumberdaya perikanan laut di Kabupaten Malang Jawa

PERAN WANITA DALAM PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA NELAYAN DI DESA TASIKAGUNG KECAMATAN REMBANG KABUPATEN REMBANG JAWA TENGAH

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 30 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA DI WILAYAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi komoditas yang mempunyai peran penting dalam pembangunan

KATA PENGANTAR. Tim Penyusun

BAB III PENDEKATAN LAPANGAN

PENGARUH PERKEMBANGAN PENDAPATAN NELAYAN TERHADAP KONDISI FISIK PERMUKIMAN NELAYAN WILAYAH PESISIR KOTA PEKALONGAN TUGAS AKHIR

KEPUTUSAN DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/DPD RI/II/ TENTANG PANDANGAN DAN PENDAPAT

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB VII HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK RESPONDEN DENGAN REPRESENTASI SOSIAL

I. PENDAHULUAN. dan pengurangan kemiskinan. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu

I. PENDAHULUAN. Indonesia berada tepat di pusat segi tiga karang (Coral Triangle) suatu

BAB I PENDAHULUAN. pasar bebas khususnya di bidang ekonomi, terlebih kepada negara yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. besar dan dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu mereka yang bertempat tinggal

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

3 METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.2 Bahan dan Alat 3.3 Metode Penelitian

BAB IV ANALISIS. 4.1 Pengaruh Perubahan Mata Pencarian Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. menjangkau kalangan bawah. Masyarakat di sekitar obyek-obyek wisata

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

PEMBANGUNAN MINAPOLIS DAN HINTERLAND KAWASAN MINAPOLITAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara berkembang dengan angka kemiskinan, dan pengangguran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. berpindah-pindah atau kesiapsiagaan untuk bergerak. Sedangkan secara

BAB III METODE PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. pemasukan bagi negara. Pariwisata memiliki peranan penting dalam membawa

BAB II PENDEKATAN TEORITIS

PENDAHULUAN. yang lokasinya di pantai Timur Sumatera Utara yaitu Selat Malaka. Kegiatan

RANCANGAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN 2016

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Investasi cerdas untuk perlindungan keanekaragaman hayati laut dan membangun perikanan Indonesia. Wawan Ridwan

I. PENDAHULUAN. Program pembangunan di Indonesia telah berlangsung kurang lebih

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, terutama persaingan dalam berbagai hal. Persaingan dalam

Dalam tesis ini, penulis memandang bahwa masuknya pariwisata ke Atauro tidak bisa dilepaskan dengan hadirnya para penggerak yang disebut sebagai

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. PENGERTIAN Pelabuhan Perikanan. Pengertian pelabuhan perikanan berdasarkan Peraturan Menteri Kelautan dan

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. Sub sektor perikanan menjadi salah satu sub sektor andalan dalam

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. analisa Indeks Keanekaragaman (H ) Shannon Wienner, Indeks Dominansi (D)

UPAYA PENYULUH KABUPATEN BEKASI DALAM PENINGKATAN KESEJAHTERAAN KELUARGA NELAYAN MELALUI DIVERSIFIKASI PRODUK PERIKANAN

III. METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VII KETERKAITAN ANTARA SEKTOR PERTANIAN DAN LUAR PERTANIAN DI PULAU PRAMUKA

MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR : KEP.33/MEN/2002 TENTANG ZONASI WILAYAH PESISIR DAN LAUT UNTUK KEGIATAN PENGUSAHAAN PASIR LAUT

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB III PROSEDUR PENELITIAN

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

KAJIAN PERMASALAHAN EKONOMI DI DAERAH BERPENDAPATAN RENDAH

PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN IV

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, merupakan negara kepulauan terbesar menyimpan kekayaan karang

V KEBERGANTUNGAN DAN KERENTANAN MASYARAKAT TERHADAP SUMBERDAYA DANAU

BAB I PENDAHULUAN. besar sumberdaya pesisir dan pulau-pulau kecil, disisi lain masyarakat yang sebagian

BAB IV ANALISIS. Pertumbuhan Nilai PDRB Kabupaten Muna pada Berbagai Sektor Tahun

Transkripsi:

102 BAB VIII HUBUNGAN PERUBAHAN PEREKONOMIAN NELAYAN DENGAN POLA ADAPTASI NELAYAN Terdapat empat variabel perubahan ekonomi responden nelayan non pariwisata dengan nelayan pariwisata dianalisis hubungannya dengan pola adaptasi yang dikembangkan nelayan. Namun hanya tiga variabel yang akan diteliti yaitu jumlah hari melaut menangkap ikan, jumlah hasil tangkapan ikan dan tingkat pendapatan dalam sektor perikanan karena ketiga variabel ini diukur secara kuantitatif. Peluang kerja yang tersedia juga ikut mempengaruhi pola adaptasi nelayan namun diolah secara kualitatif. Adapun pola adaptasi yang dikembangkan adalah diversifikasi pekerjaan dan perubahan alat tangkap. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui apakah perubahan ekonomi di bidang perikanan berhubungan dengan pola adaptasi nelayan. Hubungan ini diolah dengan menggunakan tabulasi silang. 8.1 Tingkat Perekonomian Nelayan Karimunjawa dari Sektor Perikanan Pengembangan pariwisata di Desa Karimunjawa telah menyebabkan perubahan ekologi di kawasan tersebut. Menurunnya jumlah biomassa dan kelimpahan ikan karang serta menyempitnya zona penangkapan ikan tradisional mempengaruhi perekonomian nelayan. Tingkat perekonomian nelayan Karimunjawa dilihat dari variabel ekonomi yaitu jumlah trip melaut, jumlah hasil tangkapan ikan nelayan dan tingkat pendapatan dari hasil perikanan. Berdasarkan data pada Bab VI menunjukkan bahwa jumlah tangkapan dan pendapatan nelayan di bidang perikanan menurun untuk kedua kelompok nelayan. Berbeda dengan jumlah trip melaut nelayan pariwisata yang berkurang, trip nelayan non pariwisata tidak mengalami perubahan yaitu tetap pada kategori tinggi. Melalui ketiga variabel ekonomi tersebut akan menentukan kategori tingkat ekonomi nelayan dengan menjumlahkan skor masingmasing variabel dan menentukan selang untuk masing-masing kategori perekonomian. Berikut pada Tabel 31 akan disajikan data mengenai tingkat perekonomian nelayan non pariwisata dan nelayan pariwisata di Desa Karimunjawa.

103 Tabel 31. Tingkat Perekonomian Nelayan Pariwisata Karimunjawa Setelah Adanya Pengembangan Pariwisata di Desa Karimunjawa, Tahun 2012 Tingkat Nelayan Non Pariwisata Nelayan Pariwisata Perekonomian Sebelum Sesudah Sebelum Sesudah Nelayan n % n % n % n % Rendah 0 0.0 0 0.0 1 4.0 9 36.0 Sedang 19 76.0 20 80.0 18 72.0 16 64.0 Tinggi 6 24.0 5 20.0 6 24.0 0 0.0 25 100.0 25 100.0 25 100.0 25 100.0 Tabel 31 menunjukkan bahwa tingkat perekonomian nelayan Karimunjawa berada pada kategori sedang. Keadaan perekonomian nelayan non pariwisata di bidang perikanan tidak mengalami perubahan yang nyata sebelum dan sesudah adanya kegiatan pariwisata. Perubahan tingkat perekonomian yang sangat jelas terjadi pada nelayan pariwisata. Walaupun tingkat perekonomian masih dominan pada kategori sedang, namun terjadi pengurangan nelayan yang berpendapatan tinggi dan bertambahnya nelayan yang berpendapatan rendah di sektor perikanan. Hal ini terjadi akibat jumlah hari trip melaut nelayan pariwisata yang berkurang karena mereka juga menghabiskan waktunya untuk bekerja di sektor pariwisata. Apabila nelayan melakukan kegiatan wisata, nelayan tersebut tidak akan menangkap ikan pada hari tersebut. Hal ini tentu saja akan mengurangi jumlah pendapatan mereka dibidang perikanan. Perbedaan tingkat perekonomian nelayan pariwisata dan nelayan non pariwisata juga disebabkan oleh perbedaan alat tangkap kedua kelompok nelayan. Nelayan pariwisata yang menggunakan alat pancing akan lebih rendah pendapatannya dari nelayan non pariwisata yang menggunakan alat tangkap kompressor. 8.2 Tingkat Adaptasi Nelayan Strategi adaptasi nelayan adalah kegiatan yang dilakukan nelayan untuk menyiasati perubahan ekologis dan perekonomian nelayan. Tingkat adaptasi nelayan dilihat dari dua variabel yaitu tingkat diversifikasi pekerjaan dan perubahan alat penangkapan ikan nelayan. Melalui analisis data pada Bab VII tentang adaptasi

104 nelayan, maka dapat ditentukan tingkat adaptasi yang dikembangkan oleh nelayan melalui kedua variabel tersebut. Diversifikasi yang dikembangkan nelayan non pariwisata berbeda dengan nelayan pariwisata. Diversifikasi pekerjaan nelayan non pariwisata dilakukan di luar bidang perikanan dan bidang pariwisata. Sedangkan diversifikasi yang dikembangkan oleh nelayan pariwisata adalah pengembangan pekerjaan di bidang pariwisata. Berikut akan disajikan data pada Tabel 32 tentang tingkat adaptasi nelayan Karimunjawa. Tabel 32. Tingkat Adaptasi yang Dikembangkan Oleh Nelayan Karimunjawa, Tahun 2012 Tingkat Adaptasi Nelayan Non Pariwisata Nelayan Pariwisata n % n % Rendah 8 32.0 0 0.0 Sedang 15 60.0 15 60.0 Tinggi 2 8.0 10 40.0 25 100.0 25 100.0 Tabel 32 menunjukkan bahwa strategi adaptasi yang dikembangkan oleh nelayan non pariwisata maupun nelayan pariwisata di bidang diversifikasi pekerjaan dan perubahan alat tangkap berada pada kategori sedang. Namun terdapat perbedaan antara nelayan non pariwisata dengan nelayan pariwisata. Nelayan non pariwisata masih ada yang memiliki adaptasi yang rendah sedangkan nelayan pariwisata tidak. Artinya masih ada nelayan non pariwisata yang tidak melakukan adaptasi sedangkan semua nelayan pariwisata melakukan adaptasi. Tingkat adaptasi kategori tinggi paling banyak terdapat pada nelayan pariwisata dibanding nelayan non pariwisata. Hal ini terjadi karena terdapat nelayan pariwisata yang memiliki lebih dari 2 pekerjaan di bidang wisata. 8.3 Hubungan Perubahan Ekonomi dengan Adaptasi Nelayan Hipotesis mengatakan bahwa semakin rendah tingkat perekonomian nelayan di bidang perikanan maka semakin tinggi tingkat pola adaptasi yang dikembangkan nelayan. Berikut pada Tabel 33 disajikan data mengenai persentase hubungan tingkat

105 perekonomian nelayan dengan tingkat adaptasi yang dikembangkan nelayan non pariwisata dan nelayan pariwisata setelah adanya kegiatan wisata di Karimunjawa. Tabel 33. Persentase Tingkat Diversifikasi Pekerjaan yang Dikembangkan Nelayan Berdasarkan Tingkat Ekonomi Nelayan di Desa Karimunjawa, Tahun 2012 Tingkat Ekonomi Tingkat Adaptasi Nelayan Non Pariwisata Nelayan Pariwisata Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 20.0 16.0 36.0 Sedang 24.0 52.0 4.0 80.0 0.0 40.0 24.0 64.0 Tinggi 8.0 8.0 4.0 20.0 0.0 0.0 0.0 100.0 32.0 60.0 8.0 100.0 0.0 60.0 40.0 100.0 Berdasarkan Tabel 33 terlihat hubungan tingkat adaptasi berdasarkan tingkat ekonomi di bidang perikanan kedua kelompok nelayan paling tinggi pada kategori sedang. Namun terdapat perbedaan antara tingkat adaptasi dengan tingkat perekonomian kedua kelompok nelayan tersebut. Sebanyak 32 persen nelayan non pariwisata tidak melakukan adaptasi pekerjaan maupun alat tangkap. Nelayan non pariwisata memang tidak ada yang memiliki tingkat ekonomi yang rendah karena jumlah trip melautnya yang tinggi dan sebagian menggunakan kompressor. Hal ini menjadikan hanya terdapat 8 persen nelayan yang memiliki pola adaptasi yang tinggi. Berbeda dengan nelayan non pariwisata, sebanyak 36 persen nelayan pariwisata memiliki tingkat perekonomian yang rendah tetapi nelayan tersebut melakukan adaptasi di bidang pekerjaan. Tidak terdapat nelayan pariwisata yang memiliki tingkat perekonomian yang tinggi di bidang perikanan, namun 40 persen dari kelompok ini melakukan pola adaptasi yang tinggi dan 60 persen adaptasi yang rendah di bidang diversifikasi pekerjaan. Hal ini sesuai dengan hipotesis yaitu semakin rendah tingkat perekonomian di bidang perikanan maka semakin tinggi pola adaptasi yang dikembangkan nelayan.

106 8.3.1 Hubungan antara Jumlah Trip Nelayan Menangkap Ikan di Laut dengan Diversifikasi Pekerjaan Nelayan Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara lamanya nelayan menangkap ikan di laut setelah adanya kegiatan pengembangan wisata dengan diversifikasi pekerjaan nelayan non pariwisata dan nelayan pariwisata. Kondisi setelah adanya kegiatan wisata dipilih karena setelah adanya pengembangan inilah mulai adanya diversifikasi pekerjaan nelayan. Sebelumnya, nelayan hanya mengandalkan sektor perikanan saja. Melalui Tabel 34 diketahui bahwa terdapat hubungan antara jumlah hari melaut nelayan dengan tingkat diversifikasi pekerjaan yang dikembangkan. Semakin tinggi jumlah hari melaut, maka semakin rendah tingkat diversifikasi dan sebaliknya. Hal ini terjadi karena waktu untuk melaut yang tinggi menjadikan nelayan tidak bisa membagi waktunya untuk pekerjaan di bidang non perikanan lainnya. Diversifikasi nelayan non pariwisata tergolong rendah karena mereka lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menangkap ikan, yang dianggap lebih menguntungkan. Sedangkan jumlah hari melaut nelayan pariwisata tergolong sedang dengan tingkat diversifikasi yang sedang. Tabel 34 menyajikan data mengenai persentase hubungan jumlah hari melaut nelayan Karimunjawa dengan tingkat diversifikasi pekerjaannya. Tabel 34. Persentase Tingkat Diversifikasi Pekerjaan yang Dikembangkan Nelayan Berdasarkan Jumlah Trip Melaut Nelayan di Desa Karimunjawa, Tahun 2012 Jumlah Diversifikasi Pekerjaan Hari Nelayan Non Pariwisata Nelayan Pariwisata Melaut Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah 0.0 4.0 0.0 4.0 0.0 24.0 20.0 34.0 Sedang 4.0 12.0 0.0 16.0 0.0 36.0 12.0 38.0 Tinggi 38.0 32.0 0.0 80.0 0.0 8.0 0.0 8.0 42.0 48.0 0.0 100.0 0.0 68.0 32.0 100.0

107 8.3.2 Hubungan antara Jumlah Trip Nelayan Menangkap Ikan di Laut dengan Perubahan Alat Tangkap Hasil analisis data menunjukkan bahwa tidak terjadi perubahan yang signifikan dalam hubungan perubahan jumlah trip melaut dengan alat tangkap yang digunakan nelayan non pariwisata sebelum dan sesudah adanya pengembangan wisata. Hal ini terjadi karena hanya dua orang yang mengganti alat tangkapnya yaitu dari nelayan pancing ke kompressor dan yang lain dari kompressor ke alat pancing. Jumlah hari melaut nelayan non pariwisata juga tidak berubah, yaitu didominasi oleh kategori tinggi. Tingkat diversifikasi pekerjaan nelayan non pariwisata memang rendah (52 persen) sehingga mereka memiliki banyak waktu untuk bekerja diperikanan. Sejak adanya kesadaran kerusakan ekologi serta adanya pelarangan penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan, maka nelayan semakin banyak yang menggunakan alat tangkap pancing. Berikut data hubungan perubahan jumlah hari melaut dengan perubahan alat tangkap nelayan non pariwisata. Tabel 35. Persentase Perubahan Alat Tangkap yang Dikembangkan Nelayan Non Pariwisata Berdasarkan Jumlah Trip Melaut Nelayan di Desa Karimunjawa, Tahun 2012 Jumlah Alat Tangkap Nelayan Non Pariwisata Hari Sebelum Sesudah Melaut Pancing Kompresor Pancing Kompressor Rendah 0.0 0.0 0.0 4.0 0.0 4.0 Sedang 16.0 0.0 16.0 16.0 0.0 16.0 Tinggi 52.0 32.0 84.0 52.0 28.0 80.0 68.0 32.0 100.0 72.0 28.0 100.0 Hubungan perubahan hari melaut dengan perubahan alat tangkap nelayan pariwisata juga dianalisis dan tidak terdapat hubungan di antara keduanya. Jumlah hari melaut nelayan pariwisata memang terjadi penurunan, namun tidak diikuti oleh perubahan alat tangkap yang digunakan. Hal ini terjadi karena nelayan juga menggunakan waktunya untuk bekerja di bidang pariwisata sehingga mengurangi waktunya untuk melakukan penangkapan ikan. Nelayan pariwisata memang dominan menggunakan alat tangkap pancing daripada kompressor karena nelayan kompressor

108 bekerja dalam kelompok dan membutuhkan energi yang banyak. Berikut data mengenai presentase hubungan perubahan jumlah hari melaut dengan perubahan alat tangkap yang digunakan nelayan pariwisata sebelum dan sesudah adanya kegiatan pariwisata. Tabel 36. Persentase Perubahan Alat Tangkap yang Dikembangkan Nelayan Pariwisata Berdasarkan Jumlah Trip Melaut Nelayan di Desa Karimunjawa, Tahun 2012 Alat Tangkap Nelayan Pariwisata Jumlah Hari Melaut Sebelum Sesudah Pancing Kompressor Pancing Kompressor Rendah 4.0 0.0 4.0 40.0 4.0 4.0 Sedang 0.0 0.0 0.0 44.0 4.0 48.0 Tinggi 88.0 8.0 96.0 8.0 0.0 8.0 92.0 8.0 100.0 92.0 8.0 100.0 8.3.3 Hubungan Jumlah Hasil Tangkapan Ikan dengan Diversifikasi Pekerjaan Nelayan Hasil analisis menunjukkan bahwa terdapat hubungan jumlah tangkapan nelayan dengan diversifikasi pekerjaannya. Hipotesis menyatakan bahwa semakin rendah tingkat pendapatan dari sektor perikanan, maka semakin tinggi tingkat diversifikasi untuk mencukupi kebutuhan hidup. Namun ada perbedaan antara nelayan non pariwisata dengan nelayan pariwisata. Walaupun jumlah hasil tangkapan kedua kelompok nelayan ini sama-sama rendah, namun tingkat partisipasi nelayan pariwisata dalam mengembangkan pola adaptasinya lebih tinggi dibandingkan nelayan non pariwisata. Hal ini terjadi karena 24 persen nelayan non pariwisata memiliki pendapatan sedang dan mereka adalah nelayan kompressor sehingga nelayan tersebut tidak melakukan diversifikasi pekerjaan. Sebagian besar bentuk diversifikasi pekerjaan nelayan non pariwisata adalah sebagai tukang bangunan. Seluruh nelayan pariwisata melakukan diversifikasi pekerjaan walaupun didominasi oleh kategori sedang (60 persen) yaitu memiliki dua pekerjaan di bidang wisata. Hasil tangkapan yang rendah memotivasi mereka untuk melakukan diversifikasi pekerjaan. Selain itu, alat tangkap pancing yang digunakan nelayan juga

109 mendukung pekerjaan ini karena tidak ada keterikatan dengan kelompok, seperti nelayan kompressor. Berikut akan disajikan data pada Tabel 37 tentang persentase hubungan jumlah hasil tangkapan dengan tingkat diversifikasi nelayan non pariwisata dan nelayan pariwisata. Tabel 37. Persentase Tingkat Diversifikasi Pekerjaan yang Dikembangkan Nelayan Berdasarkan Jumlah Hasil Tangkapan Nelayan di Desa Karimunjawa, Tahun 2012 Jumlah Diversifikasi Pekerjaan Hasil Nelayan Non Pariwisata Nelayan Pariwisata Tangkapan Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah 28.0 44.0 0.0 72.0 0.0 60.0 32.0 92.0 Sedang 24.0 4.0 0.0 28.0 0.0 8.0 0.0 8.0 Tinggi 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 52.0 48.0 0.0 100.0 0.0 68.0 32.0 100.0 8.3.4 Hubungan Jumlah Hasil Tangkapan ikan dengan Perubahan Alat Tangkap Nelayan Karimunjawa Satria (2009) menyebutkan bahwa salah satu strategi mata pencaharian yang bisa dilakukan adalah mengembangkan diversifikasi alat tangkap untuk bisa bertahan hidup di tengah rusaknya sumber mata pencaharian mereka dan pembatasan akses pemanfaatan akibat aktifitas swasta dan keberadaan zonasi oleh pemerintah. Nelayan Karimunjawa menggunakan dua alat tangkap, yaitu pancing dan kompressor. Alat tangkap dengan menggunakan kompressor memiliki teknologi lebih tinggi daripada alat tangkap pancing. Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa jumlah hasil tangkapan ternyata tidak mempengaruhi perubahan alat tangkap. Penggunaan alat tangkap kompressor justru berkurang ketika terjadi pengembangan pariwisata karena adanya penganjuran penghentian penggunaan kompressor karena merusak karang. Nelayan non pariwisata juga tetap bertahan menggunakan alat tangkap pancing karena resikonya lebih kecil dari pada alat tangkap kompressor. Berikut disajikan data tentang hubungan perubahan jumlah hasil tangkapan dengan perubahan alat tangkap nelayan non pariwisata.

110 Tabel 38. Persentase Perubahan Alat Tangkap yang Dikembangkan Nelayan Non Pariwisata Berdasarkan Jumlah Hasil Tangkapan Nelayan di Desa Karimunjawa, Tahun 2012 Jumlah Alat Tangkap Nelayan Non Pariwisata Hasil Sebelum Sesudah Tangkapan Pancing Kompresor Pancing Kompressor Rendah 36.0 8.0 44.0 68.0 4.0 72.0 Sedang 32.0 0.0 32.0 4.0 24.0 28.0 Tinggi 0.0 24.0 24.0 0.0 0.0 0.0 68.0 32.0 100.0 72.0 28.0 100.0 Hubungan antara perubahan jumlah hasil tangkapan dengan perubahan alat tangkap yang digunakan nelayan pariwisata juga tidak berbeda dengan kondisi nelayan non pariwisata. setelah adanya kegiatan pengembangan wisata, tangkapan nelayan semakin rendah, namun tidak diikuti dengan peningkatan teknologi alat tangkapnya. Berdasarkan analisis terlihat bahwa tidak ada nelayan yang mengganti alat tangkapnya walaupun ikan yang didapat semakin sedikit dan susah mendapatkannya. Nelayan pancing adalah nelayan yang bisa melaut sendiri, tanpa bergantung kepada kelompok sehingga waktu melautnya bisa fleksibel. Bekerja sebagai nelayan pancing juga tidak membutuhkan tenaga sebesar yang tenaga yang dibutuhkan oleh nelayan kompressor sehingga nelayan pancing bisa maksimal bekerja di bidang pariwisata. Berikut akan disajikan data mengenai persentase hubungan antara perubahan jumlah hasil tangkapan ikan dengan perubahan alat tangkap nelayan pariwisata, sebelum dan sesudah adanya pengembangan kegiatan pariwisata. Tabel 39. Persentase Perubahan Alat Tangkap yang Dikembangkan Nelayan Pariwisata Berdasarkan Jumlah Hasil Tangkapan Nelayan di Desa Karimunjawa, Tahun 2012 Jumlah Alat Tangkap Nelayan Pariwisata Hasil Sebelum Sesudah Tangkapan Pancing Kompresor Pancing Kompressor Rendah 44.0 0.0 44.0 92.0 0.0 92.0 Sedang 44.0 4.0 48.0 0.0 8.0 8.0 Tinggi 4.0 4.0 8.0 0.0 0.0 0.0

111 92.0 8.0 100.0 92.0 8.0 100.0 8.3.5 Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Diversifikasi Pekerjaan Nelayan Hipotesis penelitian menyatakan bahwa apabila tingkat pendapatan dalam sektor perikanan rendah, maka tingkat diversifikasi akan semakin tinggi. Namun hal ini tidak terjadi pada nelayan Karimunjawa. Sekitar 28 persen nelayan yang berpendapatan rendah dan 24 persen nelayan berpendapatan sedang tidak melakukan diversifikasi pekerjaan. Hal ini terjadi karena nelayan-nelayan tersebut lebih menyenangi bekerja sebagai nelayan walaupun hasilnya tidak pasti. Selain itu, ada juga yang beralasan malas, tidak memiliki keahlian lain dan merasa capek jika menambah pekerjaan lain. Sekitar 40 persen nelayan bependapatan rendah dan 8 persen berpendapatan sedang melakukan diversifikasi pekerjaan, namun dalam kategori sedang, yaitu memiliki satu pekerjaan di bidang non perikanan. Hal ini dilakukan untuk menutupi kekurangan pendapatan dari sektor perikanan. Berbeda dengan nelayan non pariwisata, nelayan pariwisata justru melakukan diversifikasi pekerjaan. Sebanyak 68 persen nelayan yang memiliki pendapatan rendah memilih memiliki satu pekerjaan di bidang wisata dan sekitar 24 persen memiliki dua atau lebih pekerjaan di bidang wisata dan sekitar 8 persen nelayan berpendapatan sedang memiliki tingkat diversifikasi yang tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh akses dan modal yang dimiliki nelayan pariwisata yang dapat dimanfaatkan dalam bekerja di industri pariwisata. Modal yang paling banyak dimiliki oleh nelayan pariwisata adalah kapal yang bisa disewakan untuk wisatawan. Namun tidak semua nelayan pariwisata memiliki keahlian menjadi tour leader, guide atau memiliki rumah yang bisa dijadikan homestay. Oleh sebab itu, tingkat diversifikasi nelayan pariwisata masih tergolong sedang. Berikut pada Tabel 41 akan disajikan data tentang persentase hubungan tingkat pendapatan dengan tingkat diversifikasi pekerjaan nelayan non pariwisata dan nelayan pariwisata setelah adanya pengembangan pariwisata di Desa Karimunjawa.

112 Tabel 40. Persentase Tingkat Diversifikasi Pekerjaan Sesudah Adanya Pariwisata yang Dikembangkan Nelayan Berdasarkan Tingkat Pendapatan Nelayan di Desa Karimunjawa, Tahun 2012 Tingkat Diversifikasi Pekerjaan Sesudah adanya Pariwisata Pendapatan Nelayan Non Pariwisata Nelayan Pariwisata Rendah Sedang Tinggi Rendah Sedang Tinggi Rendah 28.0 40.0 0.0 68.0 0.0 68.0 24.0 92.0 Sedang 24.0 8.0 0.0 32.0 0.0 0.0 8.0 8.0 Tinggi 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 52.0 44.0 0.0 100.0 0.0 68.0 32.0 100.0 8.3.6 Hubungan Perubahan Tingkat Pendapatan dengan Perubahan Alat Tangkap Nelayan Hasil analisis menunjukkan bahwa rendahnya tingkat pendapatan ternyata tidak mempengaruhi perubahan alat tangkap nelayan pariwisata dan nelayan non pariwisata. Menurunnya jumlah tangkapan menyebabkan menurunnya jumlah pendapatan dari sektor perikanan. Namun nelayan tidak melakukan perubahan alat tangkapnya. Hal ini terjadi karena adanya larangan penggunaan alat tangkap yang tidak ramah lingkungan seperti muroami, potassium dan alat tangkap yang merusak karang lainnya. Pengalaman sebagai nelayan tradisional yang telah turun temurun dilakoni nelayan Karimunjawa membuat mereka tetap bertahan menggunakan alat pancing tersebut. Berikut akan disajikan data mengenai hubungan perubahan jumlah pendapatan di sektor perikanan dengan perubahan alat tangkap nelayan non pariwisata. Tabel 41. Persentase Perubahan Alat Tangkap yang Dikembangkan Nelayan Non Pariwisata Berdasarkan Tingkat Pendapatan Nelayan di Desa Karimunjawa, Tahun 2012 Alat Tangkap Nelayan Non Pariwisata Tingkat Pendapatan Sebelum Sesudah Pancing Kompresor Pancing Kompressor Rendah 64.0 4.0 68.0 68.0 0.0 68.0 Sedang 4.0 28.0 32.0 4.0 28.0 32.0 Tinggi 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 0.0 68.0 32.0 100.0 72.0 28.0 100.0

113 Kondisi nelayan non pariwisata juga tidak jauh berbeda dengan kondisi nelayan non pariwisata. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa rendahnya tingkat pendapatan tidak mempengaruhi perubahan alat tangkap nelayan. Berikut akan disajikan data mengenai hubungan perubahan jumlah pendapatan di sektor perikanan dengan perubahan alat tangkap nelayan pariwisata sebelum dan sesudah adanya kegiatan pariwisata. Tabel 42. Persentase Perubahan Alat Tangkap yang Dikembangkan Nelayan Pariwisata Berdasarkan Tingkat Pendapatan Nelayan di Desa Karimunjawa, Tahun 2012 Alat Tangkap Nelayan Pariwisata Tingkat Pendapatan Sebelum Sesudah Pancing Kompresor Pancing Kompressor Rendah 80.0 4.0 84.0 84.0 8.0 92.0 Sedang 4.0 4.0 8.0 8.0 0.0 8.0 Tinggi 8.0 0.0 8.0 0.0 0.0 0.0 92.0 8.0 100.0 92.0 8.0 100.0