BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
Program Studi Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana yang tertuang dalam Undang Undang Nomor 20 tahun negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2014 EFEKTIVITAS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN READING COMPREHENSION

I. PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu kompetensi penting sebagai

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Menurut M.J.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Bab I tentang Sistem Pendidikan Nasional: pendidikan adalah usaha sadar

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasai saat ini suatu bangsa dituntut bersaing dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi tuntutan wajib bagi setiap negara, pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN. prestasi belajar siswa dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menentukan kualitas sumber daya manusia di suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. baik agar dapat menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seorang

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Hal tersebut sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 3

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah.

I. PENDAHULUAN. sumber daya manusia yang berkualitas guna membangun bangsa yang maju. Kesuksesan di bidang pendidikan merupkan awal bangsa yang maju.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. taraf hidup manusia. Sebagaimana disebutkan dalam Undang-undang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan yang mampu mengembangkan potensi siswa, sehingga yang

2 Penerapan pembelajaran IPA pada kenyataannya di lapangan masih banyak menggunakan pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang berpusat pada gu

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. karena pada dasarnya setiap orang membutuhkan pendidikan. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang dipelajari sejak SD. sampai SMA bahkan perguruan tinggi.

BAB I PENDAHULUAN. seseorang. Hal tersebut berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah.

I. PENDAHULUAN. perkembangan. Perubahan atau perkembangan pendidikan adalah hal yang memang

BAB I PENDAHULUAN. dengan bahasa melalui model matematika. sebagai produk yang siap pakai. Selain itu guru-guru tidak mengetahui bahwa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. matematika kurang disukai oleh kebanyakan siswa. Menurut Wahyudin (1999),

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tingkat kemajuan dari suatu bangsa dapat dilihat dari sektor pendidikannya.

I. PENDAHULUAN. sehari-hari. Namun dengan kondisi kehidupan yang berubah dengan sangat

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan, di jenjang SLTA (SMA dan MA) ilmu ekonomi dipelajari sebagai

I. PENDAHULUAN. pada kenyataan bahwa pendidikan merupakan pilar tegaknya bangsa, melalui

BAB I PENDAHULUAN. kebiasaan sekelompok orang yang di turunkan dari satu generasi ke generasi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pesat. Manusia dituntut memiliki keterampilan berpikir kritis, sistematis,

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia haruslah dilakukan dalam konteks

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha yang mempunyai tujuan, yang dengan. didik (Sardiman, 2008: 12). Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran kimia SMA Al-Kautsar

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan agar siswa memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. masalah dalam memahami fakta-fakta alam dan lingkungan serta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Bab ini akan mengemukakan beberapa hal mengenai latar belakang masalah,

BAB II KAJIAN PUSTAKA

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berbagai perkembangan aspek/dimensi kebutuhan masyarakat sekitar. Dengan

BAB I PEDAHULUAN. Keberhasilan proses pembelajaran dalam kegiatan pendidikan di suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (sains) yang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. dan guru. Proses kegiatan belajar mengajar perlu dibina hubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat di era global

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Wulan Sari, 2014 Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Kemampuan Analisis Siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah dasar sebagai jenjang pendidikan formal pertama sistem pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Mencerdaskan kehidupan bangsa adalah cita-cita bangsa yang harus terus

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. perundang-undangan di Indonesia juga sudah tercantum dalam pembukaan. kehidupan berbangsa dan bernegara adalah dengan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada hakikatnya merupakan proses pembebasan peserta didik

I. PENDAHULUAN. mutu Sumber Daya Manusia (SDM). Undang-Undang Nomor 20 Tahun. Berdasarkan hal itu pemerintah terus berupaya mewujudkan kualitas

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. serta akhlak mulia dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang diatur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Di era global ini, tantangan dunia pendidikan begitu besar, hal ini yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan di bidang pendidikan sebagai salah satu bagian dari

EKSPERIMEN MODEL PEMBELAJARAN STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengembangan kurikulum matematika pada dasarnya digunakan. sebagai tolok ukur dalam upaya pengembangan aspek pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sendiri maupun orang lain. Pendidikan sebagai gejala yang universal

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah telah merumuskan peningkatan daya saing atau competitiveness

Penerapan Teknik Pembelajaran Probing -Prompting Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika pada Siswa Kelas VIIIA SMP Negeri I Banawa Tengah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Fisika sebagai bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu faktor yang menentukan kemajuan bangsa Indonesia

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan suatu bangsa guna

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RJPN) Periode 2005-2025 ditegaskan bahwa visi pembangunan nasional adalah mewujudkan manusia dan masyarakat yang mandiri, maju, adil, dan makmur. Bangsa yang mandiri diukur dari kapasitasnya dalam upaya mewujudkan kualitas hidup dan kehidupan yang sejajar dan sederajat dengan bangsa lain dengan mengandalkan pada kekuatan sendiri. Untuk memperkuat daya saing bangsa, pilihan yang paling tepat bagi Indonesia adalah membangun sistem pendidikan nasional yang berorientasi pada pengembangan kualitas sumber daya manusia yaitu melalui pendidikan yang bermutu, relevan dan berkeadilan. Pendidikan merupakan kebutuhan penting bagi setiap manusia untuk mempersiapkan kehidupan baik sebagai pribadi maupun sebagai warga masyarakat. Pendidikan sebagai bagian integral kehidupan masyarakat di era global harus dapat memberi dan memfasilitasi bagi tumbuh dan berkembangnya kemampuan dan keterampilan intelektual, sosial dan personal peserta didik. Tujuan utama pendidikan adalah membantu siswa menjadi pembelajar mandiri dan mampu mengatur diri sendiri. Dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) disebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu tujuan pendidikan yang dapat dikembangkan, yaitu mencetak peserta didik yang cakap, masih terkendala oleh pola pembelajaran dan sistem evaluasi yang hanya menekankan pada kognitif sementara penguasaan keilmuan secara riil di lapangan kurang mendapat perhatian. Sistem pendidikan nasional juga masih cenderung menempatkan porsi pengajaran lebih besar daripada pendidikan itu sendiri, sehingga kegiatan 1

2 pendidikan cenderung diidentikkan dengan proses peningkatan kecerdasan belaka. Ketidakseimbangan porsi tersebut antara lain disebabkan oleh padatnya materi yang harus diberikan kepada peserta didik, sehingga waktu pembelajaran tersita habis oleh kegiatan untuk menyampaikan materi (transfer pengetahuan) saja, sedangkan tugas pokok lainnya menjadi terabaikan, salah satunya adalah peningkatan pertumbuhan dan kemampuan berpikir peserta didik. Kemampuan berpikir pada dasarnya dapat dikembangkan dalam pembelajaran berbagai disiplin ilmu, termasuk dalam pembelajaran ilmu sosial. Ilmu sosial merupakan ilmu yang dekat dengan kehidupan sehari-hari siswa. Salah satu tujuan pembelajaran ilmu sosial adalah mengembangkan kemampuan menyelesaikan masalah, baik masalah individu maupun yang ada di masyarakat. Dalam penyelesaian masalah tersebut sangat diperlukan kemampuan berpikir kreatif dan inovatif yang dapat membantu siswa melihat persoalan dari berbagai sisi dengan bantuan data dan fakta yang ada. Salah satu pembelajaran ilmu sosial yang dapat digunakan untuk mengoptimalkan kemampuan berpikir kreatif dan inovatif siswa adalah pembelajaran Ekonomi. Ekonomi merupakan ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang bervariasi dan berkembang dengan sumber daya yang ada melalui pilihan-pilihan kegiatan produksi, konsumsi, dan/atau distribusi. Fungsi pembelajaran ekonomi di sekolah menengah adalah untuk mengembangkan kemampuan siswa untuk melakukan kegiatan ekonomi dengan cara mengenal berbagai kenyataan dan peristiwa yang ada di masyarakat serta memahami konsep dan teori serta berlatih memecahkan berbagai permasalahan ekonomi yang ada di masyarakat. Tujuan dari pembelajaran ekonomi adalah memahami sejumlah konsep ekonomi untuk mengkaitkan peristiwa dan masalah ekonomi dengan kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi di lingkungan individu, rumah tangga, masyarakat dan Negara. Melalui berbagai kompetensi tersebut siswa diharapkan mampu mengidentifikasi permasalahan-permasalahan ekonomi, serta alternatif untuk menyelesaikan permasalahan ekonomi (Depdiknas, 2003).

3 Berdasarkan kurikulum terbaru, yakni kurikulum 2013, pembelajaran ekonomi tidak hanya diberikan kepada siswa jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) sebagai mata pelajaran wajib dan mata pelajaran pendalaman minat, tetapi juga kepada siswa di jurusan lain seperti jurusan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA), jurusan Bahasa dan jurusan Agama (khusus untuk Madrasah Aliyah) sebagai mata pelajaran lintas minat. Mata pelajaran pendalaman minat merupakan mata pelajaran yang dapat dipilih oleh siswa sesuai dengan kelompok peminatannya untuk dilakukan pendalaman materi. Sementara itu, mata pelajaran lintas minat maksudnya adalah setiap siswa diwajibkan untuk mengambil satu mata pelajaran di luar kelompok peminatanya. Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 5 Surakarta merupakan salah satu sekolah menengah di Surakarta yang telah menerapkan kurikulum 2013 sejak awal kurikulum tersebut diberlakukan oleh pemerintah. SMA Negeri 5 Surakarta secara mandiri menerapkan kurikulum 2013, artinya sekolah tersebut bukan merupakan sekolah yang ditunjuk pemerintah untuk menjadi sekolah percontohan kurikulum 2013. Berbeda dengan sekolah-sekolah percontohan kurikulum 2013 yang mendapatkan pelatihan dari dinas pendidikan, pada awal penerapan kurikulum tersebut, secara mandiri pihak SMA Negeri 5 Surakarta mengadakan pelatihan mengenai implementasi kurikulum 2013 bagi guru dan karyawan di sekolah tersebut dengan mengundang beberapa ahli dari perguruan tinggi negeri, dalam hal ini adalah Universitas Sebelas Maret Surakarta. Terdapat dua kelompok peminatan di SMA Negeri 5 Surakarta, yaitu MIPA dan IPS. Pembelajaran ekonomi diberikan di kedua kelompok peminatan tersebut, yaitu sebagai mata pelajaran peminatan bagi siswa IPS dan sebagai mata pelajaran lintas minat bagi siswa MIPA. Berdasarkan kegiatan observasi pra-penelitian yang dilakukan di beberapa kelas di SMA Negeri 5 Surakarta diperoleh informasi bahwa proses pembelajaran ekonomi dalam konteks implementasi kurikulum 2013 baik di kelas IPS maupun MIPA masih mengalami banyak kendala sehingga pencapaian tujuan pembelajaran belum optimal. Hal tersebut dapat dinilai dari tiga hal, yaitu strategi pembelajaran berpusat pada siswa (student centered), pelaksanaan pendekatan

4 ilmiah (scientific approach) dalam proses pembelajaran dan proses penilaian otentik. Strategi pembelajaran yang diterapkan oleh guru Ekonomi di SMA Negeri 5 Surakarta masih berpusat pada guru yang menyebabkan kemampuan berpikir kreatif siswa dan hasil belajar ekonomi belum dikembangkan secara optimal. Pemilihan strategi pembelajaran yang kurang variatif menyebabkan pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered learning), sehingga siswa cenderung pasif dan tidak memiliki kesempatan mengembangkan potensi dan kemampuannya. Hal tersebut juga terjadi akibat angapan bahwa pembelajaran ekonomi, yang notabene merupakan bagian dari pembelajaran ilmu sosial, merupakan mata pelajaran hafalan sangat berpengaruh terhadap kondisi pembelajaran di kelas. Pembelajaran ekonomi di SMA Negeri 5 Surakarta juga masih didominasi dengan metode ceramah. Pelaksanaan pembelajaran yang didominasi dengan metode ceramah dan cenderung bersifat teacher centered membuat pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan saintifik belum dilakukan dengan baik. Guru memberikan penjelasan mengenai materi yang diajarkan dan siswa mencatat materi yang tidak terdapat di sumber belajar mereka, yakni buku paket dan lembar kerja siswa (LKS), disertai dengan tanya jawab seperlunya dan dilanjutkan dengan latihan soal atau tugas. Ketika kegiatan pembelajaran berlangsung, siswa hanya sekadar melihat guru menjelaskan dan sesekali mencatat hal-hal penting, tetapi jika ditanya kembali mengenai apa yang dijelaskan guru, mereka masih sulit menjelaskan kembali menurut bahasa sendiri. Selain itu cara menanggapi siswa pun masih sederhana. Berdasarkan hal tersebut diketahui bahwa tahap mengeksplorasi, mengasosiasi dan mengomunikasikan belum berjalan dengan baik. Pelaksanaan penilaian pembelajaran juga belum dilakukan secara optimal. Penilaian autentik yang merupakan salah satu karakteristik dari kurikulum 2013 belum dijalankan dengan baik oleh guru. Penilaian masih didominasi oleh kompetensi pengetahuan yang dilakukan guru melalui tes sumatif dan formatif, sementara penilaian terhadap proses pembelajaran belum

diperhatikan dengan baik. Berdasarkan hasil analisis nilai kelas X diperoleh data bahwa hasil penilaian kompetensi peserta didik belum memenuhi standar penilaian yang ditetapkan sekolah. Kondisi tersebut dapat dilihat dalam Tabel 1.1. berikut: Tabel 1.1. Rangkuman Pelaksanaan Penilaian Kompetensi Siswa Kelas X Semester Gasal dan Semester Genap (KD 5) Kriteria Penilaian Kompetensi Dasar (KD) Kompetensi 1 2 3 4 5 Keterangan Pengetahuan Tertulis UTS dan UAS Pengayaan - - - - - Observasi - - - - - Tugas - - UTS - - UAS - 5 dilaksanakan 1x per semester dengan penilaian per KD. Keterampilan Praktik - - - - - - Proyek - - - - - Produk - - - - - Portofolio - - - Tertulis - - - - - Sikap Observasi - - - - Penilaian dapat Penilaian Diri - - - - dilakukan per Penilaian KD atau dua - - - - Teman Sebaya KD sekaligus Jurnal Guru - - - - Sumber : Buku Daftar Nilai Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X SMA Negeri 5 Surakarta (Data Diolah Sesuai Kebutuhan) Permasalahan-permasalahan di atas menyebabkan kemampuan siswa, salah satunya adalah kemampuan berpikir kreatif siswa, kurang dapat dikembangkan sehingga hasil belajar siswa dan pencapaian tujuan pembelajaran tidak optimal. Kondisi tersebut salah satunya dapat dilihat dari hasil penilaian kompetensi pengetahuan siswa, dalam hal ini adalah tercapainnya Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 2,67 (dalam skala 4) atau 66,75 (dalam skala 100). Berdasarkan analisis nilai Ulangan Akhir Semester (UAS) dan Uji Kompetensi Dasar (UKD) 5 pada kelas X, diperoleh informasi bahwa tingkat ketidaktercapaian KKM mata pelajaran Ekonomi masih cukup tinggi.

Pembelajaran ekonomi di kelas X diikuti oleh total 178 siswa yang terdiri dari 116 siswa IPS dan 62 siswa MIPA. Berikut ini merupakan data tingkat ketidaktuntasan KKM dalam pembelajaran Ekonomi di kelas X Tabel 1.2. Jumlah Siswa Kelas X yang Mengikuti Pembelajaran Ekonomi Kompetensi Tuntas Tidak Tuntas Dasar Jumlah Persentase Jumlah Persentase KD 1 123 siswa 68,07 % 55 siswa 31,03 % KD 2 167 siswa 94,83 % 9 siswa 5,17 % KD 3 120 siswa 67,24 % 58 siswa 32,76 % KD 4 132 siswa 74,14 % 46 siswa 25,86 % KD 5 155 siswa 87,07 % 23 siswa 12,93 % Sumber : Buku Daftar Nilai Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X SMA Negeri 5 Surakarta (Data Diolah Sesuai Kebutuhan) Data ketidaktuntasan KKM di atas berhubungan pula dengan ranah indikator tujuan pembelajaran pada setiap kompetensi dasar. Secara lebih terperinci, berikut ini merupakan rangkuman ketercapaian KKM per Kompetensi Dasar (KD) dalam kaitannya dengan ranah indikator tujuan pembelajaran. Tabel 1.3. Rangkuman Ketercapaian KKM Per Kompetensi Dasar (KD) dalam Kaitannya dengan Ranah Indikator Tujuan Pembelajaran Kompetensi Dasar Ranah Indikator Tujuan Pembelajaran C1 C2 C3 C4 C5 C6 Tuntas Persentase Ketercapaian KKM Tidak Tuntas 1-68,07 % 31,03 % 2 - - - 94,83 % 5,17 % 3-67,24 % 32,76 % 4-74,14 % 25,86 % 5 - - - 87,07 % 12,93 % Keterangan : C1 : Pengetahuan C4 : Analisis C2 : Pemahaman C5 : Sintesis C3 : Penerapan C6 : Penilaian Sumber : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Buku Daftar Nilai Mata Pelajaran Ekonomi Kelas X SMA Negeri 5 Surakarta (Data Diolah Sesuai Kebutuhan) Berdasarkan data di atas diketahui bahwa kompetensi dasar yang mencakup indikator pencapaian hasil belajar hingga pada ranah analisis, sintesis dan penilaian memiliki persentase ketidaktuntasan KKM yang paling besar, yaitu 6

7 mencapai 31,03% pada KD 1, 32,76% pada KD 3 dan 25,86% pada KD 4. Data tersebut menunjukkan bahwa kemampuan penalaran dan berpikir tingkat tinggi siswa belum tercapai secara optimal. Penalaran dan kemampuan berpikir tingkat tinggi siswa mencakup berpikir dasar (basic thinking), berpikir kritis (critical thinking), dan berpikir kreatif (creative thinking). Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas berpikir siswa adalah model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS). Model pembelajaran CPS merupakan variasi dari pembelajaran dengan pemecahan masalah melalui teknik sistematik dalam mengorganisasikan gagasan kreatif untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Beberapa penelitian mengenai model CPS di antaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Isrok atun (2012), Totiana, Susanti dan Redjeki (2012), Erfawan (2014) serta Dwiningsih (2015). Penelitian Isrok atun merupakan penelitian deskriptif. Hasil penelitian Isrok atun menyatakan bahwa tahapan-tahapan dalam CPS sangat diperlukan dalam rangka untuk mendapatakan jawaban dari permasalahan yang tepat. Berbeda dengan Isrok atun (2012), penelitian Erfawan (2014) serta Totiana, Susanti dan Redjeki (2014) merupakan penelitian eksperimen yang menghasilkan temuan bahwa model pembelajaran CPS dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sementara itu, Dwiningsih (2015), dalam eksperimentasinya, membandingkan model CPS dengan Think Aloud Pair Problem Solving (TAPPS) dan Student Team Achievement Division (STAD). Hasil penelitiannya menyatakan bahwa model pembelajaran CPS menghasilkan prestasi belajar yang lebih baik daripada model pembelajaran TAPPS dan STAD pada siswa yang memiliki kecerdasan logis yang tinggi, namun pada siswa yang memiliki kecerdasan logis yang rendah model CPS tidak lebih baik dibandingkan kedua model yang lain. Selain model CPS, terdapat pula teknik pembelajaran yang dinilai akomodatif dapat meningkatkan aktivitas berpikir siswa yaitu teknik Probing- Prompting. Teknik Probing-Prompting adalah teknik pembelajaran dengan cara guru menyajikan serangkaian pertanyaan yang sifatnya menuntun dan menggali sehingga terjadi proses berpikir yang mengaitkan pengetahuan tiap siswa dan pengalamannya dengan pengetahuan baru yang sedang dipelajari. Beberapa

8 penelitian mengenai teknik Probing-Prompting dan penggunaan pertanyaan dengan konsep serupa di antaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Mutmainnah, Ali dan Napitupulu (2013) dan Kusuma, Indrawati dan Harijanto (2015). Penelitian Mutmainnah, Ali dan Napitupulu merupakan Penelitian Tindakan Kelas pada siswa SMP, sementara penelitian Kusuma, Indrawati dan Harijanto merupakan penelitian eksperimen nyata (True Experiment) pada siswa SMA. Hasil penelitian tersebut menyatakan bahwa teknik Probing-Prompting dapat meningkatkan hasil belajar siswa, baik klasikal maupun individu. Berdasarkan beberapa penelitian tersebut di atas dapat diketahui bahwa model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dengan teknik Probing- Prompting merupakan alternatif yang baik dalam upaya meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan hasil belajar siswa, akan tetapi indikasi yang ditunjukkan masih perlu diuji kebenarannya, terutama pada bidang Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) khususnya pada mata pelajaran Ekonomi. Selain itu, model CPS dan teknik Probing-Prompting merupakan model pembelajaran yang dapat dilaksanakan sesuai dengan krukulum 2013 yang diterapkan di SMA Negeri 5 Surakarta. Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan kajian lebih mendalam mengenai kesulitan siswa dalam proses pembelajaran ekonomi yang dapat dituangkan dalam penelitian berjudul Keefektifan Model Pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dengan Teknik Probing-Prompting terhadap Peningkatan Hasil Belajar Ekonomi Siswa SMA Negeri 5 Surakarta Tahun Pelajaran 2015/2016. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasi masalah-masalah berikut: 1. Penerapan pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013 belum dilaksanakan secara optimal di SMA Negeri 5 Surakarta. 2. Strategi pembelajaran ekonomi masih terpusat pada aktivitas guru (teacher centered learning) sehingga siswa cenderung pasif dalam kegiatan pembelajaran di kelas.

9 3. Pembelajaran ekonomi masih cenderung berorientasi pada hafalan sehingga siswa tidak memiliki kesempatan untuk dapat mengembangkan potensi dan kemampuan berpikir yang dimiliki. 4. Kemampuan berpikir siswa masih belum dikembangkan secara optimal sehingga terjadi kesenjangan serta ketidaktuntasan yang cukup tinggi pada hasil belajar ekonomi siswa. 5. Penilaian kompetensi siswa belum dilakukan secara menyeluruh sehingga potensi siswa tidak diukur secara optimal. C. Pembatasan Masalah Agar memperoleh kedalaman kajian dan menghindari perluasan masalah yang diteliti, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi dengan uraian sebagai berikut: 1. Subjek Penelitian Subjek penelitian adalah siswa SMA Negeri 5 Surakarta kelas X semester II tahun pelajaran 2015/2016. 2. Model dan Teknik Pembelajaran Model dan teknik pembelajaran yang akan diterapkan adalah model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dengan teknik Probing- Prompting. Seri pertanyaan dalam teknik yang digunakan adalah pertanyaan open-ended yang didasarkan pada taksonomi Bloom. 3. Hasil Belajar Hasil belajar siswa yang diukur adalah kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan mata pelajaran ekonomi. Kompetensi pengetahuan siswa diukur melalui evaluasi hasil belajar. Kompetensi sikap dan keterampilan siswa diukur melalui observasi pembelajaran dan evaluasi hasil belajar. 4. Materi Ajar Pembelajaran yang dilakukan dibatasi pada satu kompetensi dasar di kelas X semester genap, yaitu kompetensi dasar 3.6 Mendeskripsikan konsep manajemen dan 4.6 Menerapkan konsep manajemen dalam kegiatan sekolah.

10 D. Rumusan Masalah Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah di atas, maka rumusan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut: 1. Apakah terdapat keterkaitan antara implementasi pembelajaran berbasis kurikulum 2013 dengan model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dengan teknik Probing-Prompting yang digunakan? 2. Apakah pelaksanaan model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dengan teknik Probing-Prompting berjalan efektif? 3. Apakah model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dengan teknik Probing-Prompting efektif untuk meningkatkan hasil belajar ekonomi siswa SMA Negeri 5 Surakarta pada tahun pelajaran 2015/2016? E. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui keterkaitan antara implementasi pembelajaran berbasis kurikulum 2013 dengan model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dengan teknik Probing-Prompting yang digunakan. 2. Untuk mengetahui apakah pelaksanaan model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dengan teknik Probing-Prompting berjalan efektif. 3. Untuk mengetahui tingkat keefektifan model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dengan teknik Probing-Prompting terhadap peningkatan hasil belajar ekonomi siswa SMA Negeri 5 Surakarta pada tahun pelajaran 2015/2016. F. Manfaat Penelitian Penulis berharap penelitian yang dilakukan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis Secara umum hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi keilmuan yang bermanfaat dalam dunia pendidikan utamanya

mengenai peningkatan kualitas pembelajaran ekonomi melalui model pembelajaran Creative Problem Solving dengan teknik Probing-Prompting. 11 2. Manfaat Praktis a. Bagi Siswa Memberikan dan memperluas wawasan siswa tentang cara mempelajari materi pelajaran yang sesuai, khususnya mata pelajaran ekonomi, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. b. Bagi Guru dan Calon Guru Memberikan masukan kepada guru, calon guru, dan/atau praktisi pendidikan khususnya pembelajaran ekonomi, untuk memilih model dan teknik pembelajaran yang sesuai dengan tujuan pembelajaran dan tepat bagi siswa agar dapat meningkatkan hasil belajar siswa. c. Bagi Peneliti Memperluas wawasan dan pengetahuan peneliti tentang model dan teknik pembelajaran yang inovatif yang mampu meningkatkan kemampuan berpikir dan hasil belajar siswa, terutama dalam pembelajaran ekonomi Selain itu juga memberikan pengalaman langsung dalam menerapkan model pembelajaran Creative Problem Solving (CPS) dengan teknik Probing- Prompting dalam upaya mengefektifkan pembelajaran ekonomi siswa. d. Bagi Dinas Pendidikan Memberikan masukan atau saran dalam upaya meningkatkan kinerja guru terutama dalam proses pembelajaran melalui pemberian kesempatan untuk menerapkan dan mengembangkan model-model pembelajaran yang lebih efektif. e. Bagi Universitas Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan atau saran serta kontribusi positif dalam pengembangan proses pembelajaran berupa pemantapan pergeseran paradigma mengajar menuju ke paradigma pembelajaran yang mementingkan proses untuk mencapai hasil yang diinginkan.