Lokakarya Fungsional Non Peneli gram sehingga daya hidup anak menjadi rendah. Faktor-faktor yang menyebabkan tingginya mortalitas antara lain :

dokumen-dokumen yang mirip
KARAKTERISTIK REPRODUKSI KELINCI REX, SATIN DAN REZA

KEGAGALAN REPRODUKSI PADA TERNAK KELINCI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Flemish giant dan belgian hare dan berasal dari Amerika. Kelinci ini mempunyai

Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2005 Metode pengukuran karakteristik Reproduksi (selang beranak, lama bunting, jumlah anak

Dari hasil Lokasi Pengamatan : dilakukan terletak wilayah Sebelah Utara Sebelah Timur Sebelah Selatan Sebelah Barat Kabupaten Pekalongan adalah daerah

PENDAHULUAN. percobaan, penghasil bulu, pupuk kandang, kulit maupun hias (fancy) dan

PERFORMA PRODUKSI KELINCI DI KABUPATEN MAGELANG, JAWA TENGAH

TERNAK KELINCI. Jenis kelinci budidaya

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci

VIII. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA

FAKTOR-FAKTOR YANG DAPAT MEMPENGARUHI KUALITAS KULIT MENTAH KELINCI REX

BAB I PENDAHULUAN. ada kebanyakan hanya untuk menghasilkan hewan kesayangan dan materi

PEMERIKSAAN STRUKTUR SELBEBERAPAJENIS BULU KELINCI SECARA SPESIFIK

PRODUKTIVITAS AYAM LOKAL YANG DIPELIHARA SECARA INTENSIF

UPAYA PENINGKATAN EFISIENSI REPRODUKSI TERNAK DOMBA DI TINGKAT PETAN TERNAK

Teniu Teknis Nasional Tenaga Fungsional Pertanian 2006 ditunda sampai pada siklus pertumbuhan bulu berikutnya, sehingga akan menambah biaya pemelihara

SKRIPSI TRESNA SARI PROGRAM STUD1 ILMU NUTFUSI DAN MAKAWAN TERNAK

PENGARUH PENAMBAHAN KACANG KEDELAI ( Glycine max ) DALAM PAKAN TERHADAP POTENSI REPRODUKSI KELINCI BETINA NEW ZEALAND WHITE MENJELANG DIKAWINKAN

Lokakarya Fungsional Non Peneli8 Cisarua/Ciseureuh-Puncak( m dpl),pandansari Berebes(1350 m dpl) dan Suren Gede-Wonosobo(1350 m dpl). Dalam ran

PENDAHULUAN. Daging unggas adalah salah jenis produk peternakan yang cukup disukai. Harga yang relatif terjangkau membuat masyarakat atau

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi Kelinci

OPTIMALISASI TEKNOLOGI BUDIDAYA TERNAK AYAM LOKAL PENGHASIL DAGING DAN TELUR

TINJAUAN PUSTAKA. Tabel 1. Kandungan Nutrien Daging pada Beberapa Ternak (per 100 gram daging) Protein (g) 21 19, ,5

TINGKAT KEPADATAN GIZI RANSUM TERHADAP KERAGAAN ITIK PETELUR LOKAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adanya wabah flu burung pada unggas, tidak mustahil untuk memenuhi kebutuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dari Amerika (Masanto dan Agus, 2013). Kelinci New Zealand White memiliki

TINJAUAN PUSTAKA. (Sumber : Damron, 2003)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kambing Kacang dengan kambing Ettawa. Kambing Jawarandu merupakan hasil

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 7 Maret 19 April 2016, bertempat

Gambar 2. Domba didalam Kandang Individu

PENETAPAN INTERVAL INSEMINASI BUATAN (IB) PADA AYAM BURAS

PERFORMANS PRODUKSI DAN REPRODUKSI TERNAK BABI LOKAL DI KODYA KUPANG

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Dalam usaha meningkatkan penyediaan protein hewani dan untuk

PEMANFAATAN DAN ANALISIS EKONOMI USAHA TERNAK KELINCI DI PEDESAAN

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Menurut Blakely dan Bade (1992), bangsa sapi perah mempunyai

TATALAKSANA PEMBERIAN PAKAN UNTUK MENUNJANG AGRIBISNIS TERNAK KELINCI

PENDAHULUAN. Indonesia, ayam kampung sudah bukan hal asing. Istilah "Ayam kampung" semula

TINJAUAN PUSTAKA. Kingdom: Animalia, Famili: Leporidae, Subfamili: Leporine, Ordo:

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk membajak sawah oleh petani ataupun digunakan sebagai

PENDAHULUAN. Indonesia pada tahun 2014 telah mencapai 12,692,213 ekor atau meningkat. sebesar 1,11 persen dibandingkan dengan tahun 2012.

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu

PERAN TERNAK KELINCI DALAM PEMBERDAYAAN EKONOMI MASYARAKAT UNTUK MENGATASI KERAWANAN GIZI

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan mamalia yang termasuk Ordo Artiodactyla, Subordo

HASIL DAN PEMBAHASAN. Keadaan Umum Penelitian

PENDAHULUAN. potensi besar dalam memenuhi kebutuhan protein hewani bagi manusia, dan

MATERI DAN METODE. Materi

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Kacang merupakan kambing asli Indonesia dengan populasi yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kambing merupakan salah satu jenis ternak ruminansia kecil yang telah

PENDAHULUAN. salah satunya pemenuhan gizi yang berasal dari protein hewani. Terlepas dari

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Perah Sapi Friesian Holstein (FH) Produktivitas Sapi Perah

DINAMIKA POPULASI DAN PRODUKTIVITAS KERBAU DI JAWA : STUDI KASUS DI KABUPATEN SERANG

KIAT PENINGKATAN PRODUKTIVITAS AYAM BURAS

HASIL DAN PEMBAHASAN

MAKALAH MANAJEMEN TERNAK POTONG MANAJEMEN PEMILIHAN BIBIT

HASIL DAN PEMBAHASAN. dalam jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi pakan dipengaruhi oleh tingkat

PERFORMANCE REPRODUCTION OF RABBIT IN BUMIAJI SUB-DISTRICT BATU CITY

KARAKTERISTIK REPRODUKSI PADA KELINCI REX, SATIN, DAN REZA AKIBAT SELEKSI BERDASARKAN TOTAL BOBOT SAPIH SKRIPSI NIKEN DEWI SAVITRI

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Ternak perah merupakan ternak yang mempunyai fungsi sebagai penghasil

PENDAHULUAN. pangan hewani. Sapi perah merupakan salah satu penghasil pangan hewani, yang

Tatap muka ke : 10 POKOK BAHASAN VII VII. SISTEM PRODUKSI TERNAK KERBAU

HASIL DAN PEMBAHASAN. P2 * hari hari hari

5 KINERJA REPRODUKSI

KEMAJUAN SELEKSI BOBOT LAHIR DAN BOBOT SAPIH KELINCI (Oryctolagus cuniculus) REX DAN SATIN SKRIPSI DWI VENTRI DAMAYANTI

PENDAHULUAN. kebutuhan susu nasional mengalami peningkatan setiap tahunnya.

RINGKASAN PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Kondisi Umum Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. banyak membutuhkan modal dan tidak memerlukan lahan yang luas serta sebagai

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Konsumsi ransum merupakan jumlah ransum yang dikonsumsi dalam

VI. PRODUKTIVITAS TERNAK BABI DI INDONESIA

PEMANFAATAN LIMBAH RESTORAN UNTUK RANSUM AYAM BURAS

I. PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dengan kemajuan teknologi membawa pengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN. Susu merupakan salah satu produk peternakan yang berperan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kelinci New Zealand White berasal dari Amerika. Menurut Tambunan dkk.

I PENDAHULUAN. pedesaan salah satunya usaha ternak sapi potong. Sebagian besar sapi potong

FLUKTUASI BOBOT HIDUP KAMBING KACANG INDUK YANG DIKAWINKAN DENGAN PEJANTAN BOER DARI KAWIN SAMPAI ANAK LEPAS SAPIH

PENDAHULUAN. yaitu ekor menjadi ekor (BPS, 2016). Peningkatan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Karakteristik Kelinci Kelinci dan Kerabatnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sapi termasuk dalam genus Bos yaitu dalam Bos taurus dan Bos indicus.

MANAJEMEN PEMELIHARAAN

LINGKUNGAN BISNIS USAHA TERNAK ITIK. : Wahid Muhammad N. Nim : SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

PERTUMBUHAN ANAK KAMBING KOSTA SELAMA PERIODE PRASAPIH PADA INDUK YANG BERUMUR LEBIH DARI 4 TAHUN

MATERI DAN METODE. Gambar 1. Ternak Domba yang Digunakan

Seminar Optimalisasi Hasil Samping Perkebunan Kelapa Sawit dan Industri 0lahannya sebagai Pakan Ternak cukup tinggi, nutrisi yang terkandung dalam lim

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. nutfah (Batubara dkk., 2014). Sebagian dari peternak menjadikan kambing

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kambing Ettawa (asal india) dengan Kambing Kacang yang telah terjadi beberapa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Domba Ekor Gemuk yang secara turun-temurun dikembangkan masyarakat di

TINJAUAN PUSTAKA Kelinci Pertumbuhan Kelinci

TINJAUAN PUSTAKA. Potensi Kelinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. kebutuhan sehingga sebagian masih harus diimpor (Suryana, 2009). Pemenuhan

KAJIAN KEPUSTAKAAN. kebutuhan konsumsi bagi manusia. Sapi Friesien Holstein (FH) berasal dari

ANALISIS POTENSI REPRODUKSI KAMBING KACANG DI WILAYAH PESISIR KEPULAUAN WANGI-WANGI, KABUPATEN WAKATOBI

Lokakarya Nasional Inovasi Teknologi Pengembangan Ayam Lokal

I. PENDAHULUAN. Kambing merupakan salah satu ternak yang banyak dipelihara dan dikembang

Korelasi antara bobot badan induk dengan litter size, bobot lahir dan mortalitas anak kelinci New Zealand White

UMUR SAPIH OPTIMAL PADA SAPI POTONG

ANALISIS USAHATANI TERNAK KELINCI PADA POLA PEMELIHARAAN PETERNAK SKALA MENENGAH DAN KECIL DI KALIMANTAN TIMUR

KAJIAN KEPUSTAKAAN. Puyuh pertama kali di domestikasi di Amerika Serikat pada tahun 1980 dan

REPRODUKSI AWAL KAMBING KACANG DAN BOERKA-1 DI LOKA PENELITIAN KAMBING POTONG

I PENDAHULUAN. tidak dapat terbang tinggi, ukuran relatif kecil berkaki pendek.

Program : Karya Alternatif Mahasiswa. Tahun : Cara Pemberian Pakan a. Pakan untuk induk diberikan 3 kali, yaitu:

Transkripsi:

Lokakarya Fungsional Non Peneliti 1997 TEKNIK FOSTERING SEBAGAI TINDAKAN ALTERNATIF DALAM USAHA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS INDUK KELINCI R. Denny Pumama Balai Penelitian Temak Ciawi, P.O. Box 221-, Bogor 16002 PENDAHULUAN Salah satu potensi ternak kelinci sebagai temak peliharaan adalah kecepatan dalam berkembang biak, karena pada umur 5-7 bulan sudah dapat dikawinkan dengan masa buntingnya hanya 30-33 hari. Selain itu litter size yang dilahirkan 4 ekor sampai 12 ekor, sedangkan 14 hari_ setelah beranak dapat dikawin ulang (Nugroho, 1982). Hal ini berkaitan erat dengan sifat ovulasi ternak kelinci yang tidak spontan atau "induce ovulation" yakni ovulasinya dapat terjadi melalui salah satu rangsangan ovulasi, hormonal, thermis-mekanis, visual diantara ternak betina dan jantan sekandang. Dengan demikian dimungkinkan untuk dikembangkan program reproduksi cepat dalam upaya meningkatkan produktivitas kelinci betina selama masa umur produksi (Sastrodihardjo dkk., 1991). Secara teoritis,maka seekor induk kelinci dapat beranak 8 sampai 10 kali per tahun (Farrel dan Raharjo, 1984) berarti setiap 42 hari induk kelinci beranak dan dari uraian di atas kita tinggal menghitung berapa pendapatan setahun dari usaha peternakan kelinci (sebagai analisa finansial). Namun keberhasilan pola usaha peternakan, ditentukan antara lain oleh produktivitas ternak yang dipelihara (produksi induk). Tolok ukur produksi induk dapat ditampilkan dalam bentuk litter size, bobot lahir, laju pertumbuhan, bobot sapih dan daya hidup (Rismaniah dkk., 1991). Akan tetapi problem yang dihadapi pada petemakan kelinci adalah tingginya mortalitas anak sebelum disapih, sampai satu bulan setelah penyapihan. Tingkat mortalitas sampai 20% pada anak kelinci sebelum penyapihan dengan pola pemeliharaan secara intensif masih tergolong wajar (Cheeke dkk., 1987) dan bila lebih dari 20%, secara keseluruhan menjadikan rendahnya produktivitas induk kelinci. Pola reproduksi cepat yang diaplikasikan pada kelinci Rex dengan mengunakan ransum standar (NRC, 1977) yang mempunyai kandungan protein 17% dan energi tercerna (DE) 2500 kkal/kg berdampak menurunnya produksi susu induk yang sedang laktasi dan lebih lanjut mortalitas anak kelinci menjadi tinggi berkisar antara 26,3 sampai 59% (Dharsana dkk., 1993). Tingginya mortalitas menjadikan litter size sapih rendah yaitu antara 2 ekor untuk kelinci Rex hitam dan 4,1 ekor untuk kelinci Rex abu-abu (Sastrodihardjo dkk., 1994). Selain itu mempunyai masalah dengan rendahnya bobot sapih anak yang hanya mencapai 350-400 54

Lokakarya Fungsional Non Peneli6 1997 gram sehingga daya hidup anak menjadi rendah. Faktor-faktor yang menyebabkan tingginya mortalitas antara lain : rendahnya berat lahir, kani-balisme, tertundanya kelahiran, terkena infeksi listeriosis dan salmonelosis, rendahnya mothering ability yang ditandai dengan induk tidak mau menyusui anaknya/ produksi susu induk yang rendah, litter size yang terlalu banyak dan terbatasnya puting susu induk (Schlolaut, 1985 ). Untuk meningkatkan produktivitas induk kelinci kita harus berusaha menurunkan mortalitas anak, baik sewaktu masih dalam kotak beranak ataupun setelah penyapihan. Beberapa usaha yang dapat dilakukan dalam menurunkan mortalitas anak adalah sebagai berikut 1. Melakukan pemilihan bibit kelinci dengan cara melakukan seleksi pada anak sapihan yaitu pengkaderan anak-anak sapihan yang berasal dari induk yang mempunyai kemampuan reproduksi cukup baik dengan sifat-sifat yang baik terutama dalam hal mengasuh anak, dengan produksi susu yang tinggi. Namun usaha yang telah dilakukan belum menampakan hasil yang menggembirakan, masalahnya anak-anak sapihan yang akan kita kader untuk dijadikan induk, berguguran sebelum mencapai umur dewasa. 2. Memperbaiki nutrisi induk yang sedang laktasi, yaitu dengan menaikan komponen protein dan energi tercerna (DE) yang benar-benar sesuai untuk kebutuhan induk. Untuk itu dibutuhkan penelitian lebih lanjut. Upaya perbaikan nutrisi induk laktasi yaitu menaikan protein menjadi 22% dan energi tercema (DE) 2750 kkal/kg yang dikombinasikan dengan menerapkan tehnik fostering pada kelinci Rex temyata berdampak positif dimana ditandai dengan penurunan mortalitas anak menjadi 14-27% dan terjadi peningkatan bobot sapih anak menjadi 498-512gram dengan litter size sapih rata-rata 5,5 ekor (Sartika dkk., 1996). Optimalisasi pemanfaatan pakan dengan nilai gizi yang tinggi terjadi mulai minggu ketiga pada saat anak kelinci mulai mengkonsumsi makanan padat, sehingga dapat memacu pertumbuhan anak. 3. Menerapkan teknik fostering sebagai upaya tehnis. Teknik fostering adalah tindakan menitipkan anak kelinci ke induk lain sebagai induk asuh yang disebabkan oleh sesuatu hal, dalam upaya menyelamatkan anak kelinci guna meningkatkan produktivitas induk. Teknik ini merupakan suatu alternatif yang dapat ditempuh dan penerapannya sangat luas sesuai kondisi yang memerlukan, dan bersifat teknis. Adapun maksud dan tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menginformasikan kepada partisipan yang mempunyai masalah dalam budidaya kelinci terutama sekali berkaitan dengan mortalitas anak yang tinggi. Dengan menerapkan teknik fostering sebagai altematif diharapkan permasalahan tersebut dapat diatasi. 55

Lokakarya Fungsional Non Penelifi 1997 DASAR PEMIKIRAN Dalam manajemen perkawinan kelinci yang terencana, kita mengawinkan beberapa ekor induk dalam satu kelompok dimana diharapkan induk-induk kelinci tersebut akan beranak secara bersamaan. Padahal potensi induk dalam reproduksi sangat bervariatif terutama' dalam litter size lahir dimana ada yang beranak kurang dari 4 ekor anak tetapi ada juga yang lebih dari 8'ekor bahkan sampai 12 ekor. Dari penelitian juga menunjukkan semakin banyak anak yang disapih terdapat kecenderungan,memiliki bobot sapih yang Iebih rendah dan demikian pula sebaliknya (Raharjo dkk., 1993). Oleh karena ity dengan membatasi jumlah anak yang diasuh induk, diharapkan anak akan mendapatkan air susu yang optimal, clan idealnya jumlah dalam pengasuhan anak adalah 7 sampai 8 ekor sesuai dengan jumlah puting susu yang dimiliki induk. Untuk-itu kita dapat melakukan "fostering" yaitu memindahkan anak dari induk yang mempunyai litter size banyak kepada induk yang mempunyai litter size sedikit, sehingga produksi optimum dapat dicapai.. KONDISI-KONDISI YANG MEMBUTUHKAN TINDAKAN FOSTERING Fostering juga diperlukan pada kejadian seekor induk mati pada waktu beranak, sedangkan anak-anaknya masih hidup dan kondisinya baik. Maka untuk menyelamatkan anak tersebut dapat kita foster ke induk yang lain. Dapat juga tindakan fostering dilakukan bila mana kondisi induk kurang baik misalnya tidak mengeluarkan air susu atau si induk memiliki sifat kanibal sedangkan kemampuan reproduksinya sangat baik. Jadi dengan demikian penerapan tehnik ini cukup luas dan merupakan tindakan alternatif yang dapat ditempuh dalam menekan mortalitas anak yang tentunya disesuaikan dengan kondisi yang ada. SYARAT DALAM MELAKUKAN FOSTERING Untuk dapat dilakukan tindakan fostering usahakan untuk mengawinkan induk kelinci secara serempak beberapa ekor induk sehingga diharapkan akan beranak dalam waktu bersamaan. Perbedaan umur anak yang akan difoster dengan anak yang akan menerima fosteran usahakan jangan berbeda terlalu jauh (1 hari-3 hari). Kondisi induk yang akan menerima fosteran harus baik dan sehat dengan produksi air susu yang mencukupi untuk jumlah anak. Induk yang akan menerima fosteran harus memiliki sifat-sifat keibuan dalam mengasuh anaknya. 56

Lokakarya Fungsional Non Penelitl 1997 Kondisi anak yang akan difoster harus sehat dengan suhu tubuh yang masih hangat, dan mau menyusu. CARA MELAKUKAN FOSTERING Bila anak yang akan difoster telah kita pilih sesuai persyaratan dan induk penerima fosteran telah kita tetapkan sesuai dengan persyaratan maka anak dapat kita masukan ke dalam kotak beranak, tetapi sebelumnya kita harus menenangkan dahulu induk penerima. Untuk mengelabui penciuman induk, sebelum anak dimasukan terlebih dahulu digosok-gosokan ke tubuh induk atau dapat juga memoleskan bau-bauan lain seperti minyak kayu putih. Kemudian masukan anak kelinci dengan hati-hati dan satukan dengan anak yang ada dalam kotak beranak. Setelah anak kelinci kita masukan untuk beberapa waktu harus kita awasi sampai benar-benar aman dan tidak terjadi penolakan oleh induk penerima fosteran. Bila terjadi penolakan, anak kelinci harus cepat diambil kembali karena kalau dibiarkan biasanya anak yang ada dalam kotak beranak akan dikanibal. Bila tidak terjadi penolakan maka dapat kita tinggalkan untuk selanjutnya besok pagi kita periksa kondisinya, bila keesokannya anak kelinci yang kita foster disusui maka fostering dianggap berhasil. HASIL PENGAMATAN TERHADAP TEKNIK FOSTERING Tingkat keberhasilan Tolok ukur keberhasilan tindakan fostering ditandai dengan menurunnya mortalitas anak kelinci secara tajam balk sebelum penyapihan ataupun sesudah penyapihan. Dari hasil penelitian pada kelinci "Hybrid Zika" menunjukan mortalitas anak sampai dengan penyapihan hanya sebesar 10%, dimana mortalitas terbanyak terjadi pada minggu-minggu pertama kelahiran (Sartika dan Zimmermann, 1994), hal ini dapat dilihat dalam Tabel 1. Selain itu laju pertambahan bobot anak sampaipenyapihan yang cukup balk. Pada litter size sapih terjadi peningkatan yang cukup besar disertai kualitas anak sapihan yang balk dengan rata-rata bobot sapih cukup tinggi. Sedangkan hasil penelitian pada kelinci Rex mortalitas berkisar antara 14-27% (Sartika dkk., 1996) dan ini menunjukan suatu perbaikan dibandingkan sebelum dilakukan upaya "Fostering", akan tetapi data yang ditampilkan 57

Lokakarya Fungsional Non Penelrti 1997 kurang jelas apakah penurunan mortalitas ini terjadi akibat pengaruh fostering atau akibat perbaikan kualitas pakan induk gestasi dan Iaktasi. Tabel 1. Mortalitas anak kelinci sampai dengan sapih Parameter Sumber : Sartika (1994) Tabel 2. Berat anak kelinci umur 1, 2, 3 dan 4 minggu (sapih) Sumber : Sartika (1994) Litter Size (LS) I.(8ekor) II.(9ekor) III. (10 ekor) Jumlah LS awal (ekor) 376 441 240 Jumlah LS sapih (ekor) 337 372 204 Mortalitas (0-4 minggu)(%) 10,4 15,7 15,0 Mortalitas (0-1 minggu)(%) 4,8 7,5 7,5 Mortalitas (1-2 minggu)(%) 1,7 1,5 2,7 Mortalitas (2-3 minggu)(%) 3,1 3,2 1,8 Mortalitas (3-4 minggu)(%) 1,2 4,4 3,8 Parameter Litter Size (LS) I.(8 ekor) II.(9 ekor) lll.(10 ekor) Berat umur 1 minggu (g) 169,1 166,7 159,5 Berat umur 2 minggu (g) 283,0 278,8 271,4 Berat umur 3 minggu (g) 429,1 394,2 354,3 Berat umur 4 minggu (g) 683,5 643,1 597,3 Untuk kelinci Rex penelitian khusus mengenai fostering belum dilakukan, akan tetapi tindakan alternatif ini telah dilakukan di kandang percobaan Ciawi dan hasilnya secara kualitatif dan kuantitatif telah dapat menurunkan mortalitas anak. Anak kelinci sapihan yang sehat dengan bobot sapihan yang optimal dapat menstimulir kekebalan anak sapihan, sehingga daya hidup menjadi Iebih tinggi dalam melalui masa-masa yang sensitif dan kritis pada bulan pertama penyapihan. Dengan kekebalan tubuh yang baik, anak kelinci sapihan menjadi lebih tahan terhadap segala perubahan yang terjadi, baik perubahan pakan ataupun perubahan cuaca lingkungan. Dari pengamatan di lapangan, rata-rata pertambahan berat badan mingguan setelah penyapihan cukup balk. 58

Lokakarya Fungsional Non Penelitii 1997 Keberhasilan "Fostering" sangat tergantung pada secepat mungkin anak kelinci dipindahkan dan diusahakan kepada induk yang mempunyai anak sama berat dengan anak yang difoster (Maertens dkk., 1988), dan tentunya dalam pelaksanaannya harus mengikuti persyaratan yang diperlukan. Usaha pemaksaan dalam melalukan tindakan "Fostering" sebaiknya jangan kita lakukan apabila kondisinya memang tidak memungkinkan. BEBERAPA KEGAGALAN DALAM FOSTERING Kegagalan dalam fostering Iebih bersifat human error yaitu kesalahan dari opertor sendiri yang cenderung memaksakan tindakan fostering, padahal kondisinya tidak memungkinkan, misalnya anak yang diasuh induk sudah kebanyakan, tetapi kita masih menambahkan jumlah anak. Dapat juga pada keadaan kondisi induk tidak baik, tetapi kita fosterkan juga demikian pula dengan kondisi anak yang Iemah. Tindakan fostering yang demikian bersifat untung-untungan, jika hasilnya gagal sudah terprediksikan dad awal. KESIMPULAN Dalam upaya meningkatkan produktivitas induk kelinci kita harus berusaha menurunkan mortalitas anak kelinci baik sebelum disapih ataupun setelah penyapihan. Beberapa usaha yang dapat dilakukan adalah dengan melalui seleksi dalam memilih calon induk ataupun dengan upaya perbaikan gizi pakan ternak. Sedangkan menerapkan tehnik fostering merupakan alternatif yang dapat dilakukan, dan merupakan suatu upaya teknis. Dengan mengkombinasikan ketiga cara di atas dalam usaha menekan mortalitas anak, hasil yang diperoleh akan Iebih maksimal sehingga diharapkan terjadi peningkatan produktivitas-induk kelinci dan diharapkan dapat meningkatkan pendapatan peternak. Penerapan tehnik fostering, selain untuk memeratakan jumlah anak kelinci yang diasuh oleh induk juga dapat digunakan pada kondisi memaksa misalnya induknya mati, tidak ada air susunya atau pada kejadian seekor induk mempunyai sifat kanibal. Jadi penerapannya cukup luas tergantung kondisi yang membutuhkan. Keberhasilan fostering sangat tergantung pada secepat mungkin anak kelinci difosterkan, karena mortalitas tertinggi terjadi pada awal minggu kelahiran. Untuk mendapatkan hasil yang Iebih baik, sebaiknya usaha pemaksaan dalam melakukan "Fostering" harus kita hindari. 5 9

Lokakarya Fungsional Non Pene/iti 1997 SARAN Dalam menerapkan tehnik fostering, disarankan induk yang akan menerima fosteran merupakan breed kelinci dengan postur yang besar, karena biasanya kelinci jenis ini mampu memproduksi susu yang banyak seperti jenis New Zealand White, Flams dan lain-lain. Dalam usaha petemakan kelinci yang mengembangkan breed kelinci yang mempunyai nilai ekonomi yang tinggi seperti kelinci Rex, kelinci Satin dan lain-lain dimana mempunyai potensi sebagai penghasil kulit bulu (Fur) yang sangat baik dan mahal harganya, alangkah baik jika dipelihara juga breed kelinci lain yang secara ekonomis kurang berharga seperti New Zealand dan Flamis Giant dimana dapat dijadikan sebagai induk foster bagi kelinci yang bemilai ekonomis dalam usaha peningkatan produktivitas induk. DAFTAR BACAAN B. Sarwono. Betemak Kelinci Unggul. Penerbit PT Penebar Swadaya Anggota IKAPI Cheeke, P.R., N.M. Patton, S.D. Lukefahr and J.I. Mc Nitt. 1987 Rabbit Production. 6 ed The Interstate Printers and Publisher Danville, Illinois. Dharsana R., Y.C. Raharjo dan S. Sastrodihardjo. 1993. Peningkatan kualitas kulit bulu kelinci Rex melalui seleksi (Lanjutan) di dataran rendah. Laporan Akhir Balitnak. Farrell, D.J. and Y.C. Raharjo. 1984. Potensi temak kelinci sebagai penghasil daging. Pusat Penelitian dan Pengembangan Ternak Bogor. Maertens, L., A. Vermeulen and G. De Groote. 1988. Effect of post partum breeding and pre-weaning litter management on the performances of hybrid Does. 4 th World Rabbit Congress, Proceedings, Budapest- Hungary. Nugroho. 1982. Beternak Kelinci Secara Modern. Jilid I. Penerbit Eka Offset Semarang. NRC. 1977. Nutrient Requirement Of Rabbits. The National Recearch Council. National Academic of siences. Washington D.C. Rismaniah, Is., Amsar, Soerdjadi dan A. Setyaningrum. 1991. Penampilan produksi hasil persilangan kelinci Rex dengan Kelinci lokal. Fakultas Petemakan UNSOED, Purwokerto. Raharjo, Y.C., F.X. Wijana, dan T. Sartika. 1993. Pengaruh jarak kawin setelah beranak terhadap performans reprodussi kelinci Rex. Ilmu dan Petemakan. 6 0

Lokakerya Fungsional Non Penelr6 1997 Sastrodihardjo, S., Y.C. Raharjo, R. Dharsana, T. Murtisari, dan T. Sartika. 1994. Peningkatan kualitas bulu kelinci Rex melalui seleksi di daerah Ciawi dan dataran tinggi Pandansari. Laporan Akhir Balitnak. Sastrodihardjo, S., lim Budiman dan Effendi Agus Marmono. 1991. Produktivitas semen dari berbagai bangsa kelinci pada ejakulasi berbeda. Prosiding Seminar Peternakan menyambut 25 Tahun Fakultas Peternakan UNSOED P urwokerto. Sartika,T., A. Habibie, D. Purnama, I.W. Pasek. 1996. Pengaruh Macam Pakan Dengan Tingkat Protein dan Energi Yang Tinggi Terhadap Produktivitas Kelinci Rex. Prosiding Temu Ilmiah Hasil-Hasil Penelitian Peternakan Aplikasi Hasil Penelitian Untuk Industri Petemakan Rakyat. Sartika, T. dan E. Zimmermann. 1994. Pengaruh Fostering Terhadap Tingkat Mortalitas Dan Pertumbuhan Anak Kelinci Sebelum Sapih. Prosiding Seminar Nasional Sains Dan Teknologi Peternakan. Pengolahan dan Komunikasi Hasil-Hasil. Schololaut, W. 1988. Production Techniques in : A Compendium Of Rabbit Production Appropriate For Conditions In Developing Countries. GTZ Germany. 6 1