MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol (UP3J) Fakultas Peternakan IPB yang berlokasi di desa Singasari, Kecamatan Jonggol; peternakan Mitra Tani Farm (MT Farm) di desa Tegalwaru, Ciampea-Bogor dan peternakan domba Tawakal di daerah Cimande-Sukabumi. Pengambilan data dilaksanakan pada Desember 2009-Juni 2010. Materi Ternak domba yang digunakan pada penelitian ini adalah domba Ekor Tipis yang meliputi 87 ekor domba yang dipelihara di Unit Pendidikan dan Penelitian Peternakan Jonggol (UP3J), 48 ekor domba di peternakan Mitra Tani Farm (MT Farm), dan 63 ekor domba di peternakan Tawakal. Jumlah keseluruhan domba yang digunakan adalah 129 ekor domba jantan dan 69 ekor domba betina. Keseluruhan domba yang digunakan berumur di bawah satu tahun (I 0 ). Peralatan yang digunakan berupa timbangan berkapasitas 50 kg dengan skala terkecil 1 kg, tongkat ukur, pita ukur dengan skala terkecil 0,1 cm, jangka sorong dengan satuan terkecil 0,1 cm dan alat tulis. Prosedur Penetapan Lokasi Penetapan lokasi dilakukan secara sengaja, dengan menggunakan metode survey langsung ke lapangan. Data yang diambil berupa data primer yang diperoleh dengan cara melakukan pengukuran dan pengamatan langsung terhadap sifat kuantitatif (bobot badan dan ukuran-ukuran tubuh) domba yang diamati. Penentuan Umur Domba Umur domba ditentukan dengan melihat catatan (recording) peternak. Penentuan umur domba dilakukan dengan menduga berdasarkan gigi seri tetap (Devendra dan Mc Leroy, 1982) seperti yang disajikan pada Tabel 1. 9
Tabel 1. Pendugaan Umur Domba Berdasarkan Penggantian Gigi Seri Umur Penggantian Gigi Seri Kode 1 tahun 1,0-1,5 tahun 1,5-2,0 tahun 2,5-3,0 tahun 3,5-4,0 tahun >4,0 tahun Gigi seri masih utuh Gigi seri pasangan pertama tanggal dan berganti Gigi seri pasangan kedua tanggal dan berganti Gigi seri pasangan ketiga tanggal dan berganti Semua gigi seri susu telah tanggal dan berganti Semua gigi seri permanen sudah terasa/ aus I 0 I 1 I 2 I 3 I 4 I 5 Peubah yang Diukur dan Diamati Data diperoleh dengan melakukan penimbangan bobot badan dan pengukuran terhadap peubah-peubah dimensi tubuh (sifat kuantitatif) pada setiap domba yang diamati, dengan posisi domba berdiri normal dan tegak. Pengukuran bobot badan juga dilakukan. 1= Dalam dada (X 1 ) 2= Lebar pundak (X 2 ) 3= Panjang kelangkang (X 3 ) 4= Lingkar kanon depan (X 4 ) 5= Lingkar kanon belakang (X 5 ) 6= Panjang ekor (X 6 ) 7= Panjang muka (X 7 ) Gambar 1. Ukuran-ukuran Tubuh Domba yang Diamati 8= Panjang badan (X 8 ) 9= Panjang kaki depan (X 9 ) 10= Lingkar dada (X 10 ) 11= Tinggi pundak (X 11 ) 12= Lebar kelangkang (X 12 ) 13= Tinggi kelangkang (X 13 ) 10
1. Bobot badan (BB) atau Y diperoleh dengan cara penimbangan yang dilakukan sebelum domba diberi makan atau digembalakan dengan menggunakan timbangan (satuan kg). 2. Dalam dada (DD) atau X 1 diperoleh dengan cara pengukuran dari titik tertinggi tulang pundak sampai tulang dada bagian bawah belakang kaki depan, yang diukur dengan menggunakan kaliper (satuan cm). 3. Lebar pundak (LP) atau X 2 diperoleh dengan cara pengukuran lebar bagian yang menonjol pada pundak atas bagian kanan dan kiri, yang diukur dengan menggunakan kaliper (satuan cm). 4. Panjang kelangkang (PKel) atau X 3 diperoleh dengan cara pengukuran antara muka pangkal paha sampai ke benjolan tulang tapis, yang diukur dengan menggunakan kaliper (satuan cm). 5. Lingkar kanon depan (LKD) atau X 4 diperoleh dengan cara mengukur di tengahtengah tulang pipa kaki depan sebelah kiri bagian depan yang diukur dengan menggunakan pita ukur (satuan cm). 6. Lingkar kanon belakang (LKB) atau X 5 diperoleh dengan cara mengukur di tengah-tengah tulang pipa kaki depan sebelah kiri bagian belakang yang diukur dengan pita ukur (satuan cm). 7. Panjang ekor (PEk) atau X 6 diperoleh dengan cara pengukuran dari pangkal ekor sampai ujung ekor, yang diukur dengan menggunakan jangka sorong (satuan cm). 8. Panjang muka (PM) atau X 7 diperoleh dengan cara pengukuran dari jarak antara titik tertinggi sampai titik terdepan tengkorak, yang diukur dengan menggunakan jangka sorong (satuan cm). 9. Panjang badan (PB) atau X 8 diperoleh dengan cara pengukuran dari tepi tulang humerus sampai benjolan tulang tapis atau tulang duduk, yang diukur dengan menggunakan pita ukur (satuan cm). 10. Panjang kaki depan (PKD) atau X 9 diperoleh dengan cara pengukuran bagian tulang yang menonjol dibagian depan dada, sampai tanah yang diukur dengan menggunakan tongkat ukur (satuan cm). 11. Lingkar dada (LD) atau X 10 diperoleh dengan cara melingkarkan pita ukur ke sekeliling rongga dada di belakang sendi bahu (satuan cm). 11
12. Tinggi pundak (TP) atau X 11 diperoleh dengan cara mengukur jarak tertinggi pundak sampai tanah, yang diukur dengan menggunakan tongkat ukur (satuan cm). 13. Lebar kelangkang (LKel) atau X 12 diperoleh dengan cara mengukur jarak diantara kedua tulang tapis kanan dan kiri, yang diukur dengan menggunakan kaliper (satuan cm). 14. Tinggi kelangkang (TKel) atau X 13 diperoleh dengan cara mengukur jarak antara titik tertinggi kelangkang sampai tanah yang diukur dengan menggunakan tongkat ukur (satuan cm). Analisis Data Uji T 2 Hotelling Peubah-peubah yang diamati diantara setiap dua kelompok ternak diuji dengan menggunakan T 2 -Hotelling. Pengujian dilakukan dengan merumuskan hipotesis sebagai berikut: H 0 : U1=U2 : vektor nilai rata-rata dari kelompok domba pertama sama dengan kelompok domba kedua H 1 : U1 U2 : vektor nilai rata-rata dari kelompok domba pertama berbeda dengan kelompok domba kedua Uji T 2 Hotelling dirumuskan sebagai berikut: Keterangan : T 2 F = nilai statistik T 2 -Hotelling = nilai hitung untuk T 2 -Hotelling = jumlah data pengamatan pada kelompok ternak pertama = jumlah data pengamatan pada kelompok ternak kedua = vektor nilai rata-rata peubah acak pada kelompok ternak pertama = vektor nilai rata-rata peubah acak pada kelompok ternak kedua = invers matrik kovarian gabungan (invers dari matriks S G ) P = banyak peubah ukur 12
Bila uji T 2 -Hotelling menunjukkan hasil nyata, maka akan diteruskan dengan Analisis Komponen Utama pada masing-masing kelompok domba. Uji yang tidak nyata diteruskan dengan Analisis Komponen Utama gabungan dari dua kelompok domba yang diamati. Analisis Komponen Utama Analisis Komponen Utama menghasilkan persamaan ukuran dan bentuk yang diturunkan dari matriks kovarian. Model persamaan ukuran menurut Nishida et al (1982) disetarakan dengan persamaan komponen utama ke-1 menurut Gaspersz (1992) dengan model persamaan : Y 1 = a 11 X 1 +a 21 X 2 +a 31 X 3 +a 41 X 4 +a 51 X 5 +a 61 X 6 +a 71 X 7 +a 81 X 8 +a 91 X 9 +a 101 X 10 + a 111 X 11 +a 121 X 12 + a 131 X 13 Y 2 = a 12 X 1 +a 22 X 2 +a 32 X 3 +a 42 X 4 +a 52 X 5 +a 62 X 6 +a 72 X 7 +a 82 X 8 +a 92 X 9 +a 102 X 10 +a 112 X 11 +a 122 X 12 +a 132 X 13 Y 1 = komponen utama ke-1 atau skor ukuran Y 2 = komponen utama ke-2 atau skor bentuk a 11...a 131 = vektor eigen pada persamaan ukuran a 12...a 132 = vektor eigen pada persamaan bentuk X i = Peubah ke- i (1,2,3...,13) Penentuan penciri ukuran dan bentuk dilakukan berdasarkan nilai eigen tertinggi pada masing-masing persamaan, yaitu persamaan ukuran dan bentuk. Perhitungan korelasi antara penciri ukuran dan skor ukuran dilakukan dengan rumus sebagai berikut: Rx i y 1 = r i1 = Rx i y 1 = koefisien korelasi peubah penciri yaitu peubah ke-i (1,2,3...,13) dan skor ukuran a i1 = vektor eigen peubah ke-i (1,2,3...,13) pada persamaan ukuran λ 1 = nilai eigen atau akar ciri persamaan ukuran S i = simpangan baku ke-i (1,2,3...,13) 13
Perhitungan korelasi antara penciri bentuk dan skor bentuk dilakukan dengan rumus sebagai berikut: Rx i y 2 = r i2 = Rx i y 2 = koefisien korelasi peubah penciri yaitu peubah ke-i (1,2,3...,13) dan skor bentuk a i2 = vektor eigen peubah ke-i (1,2,3...,13) pada persamaan bentuk λ 2 = nilai eigen atau akar ciri persamaan bentuk S i = simpangan baku ke-i (1,2,3...,13) Diagram kerumunan dibentuk berdasarkan skor ukuran dan bentuk yang diperoleh dari persamaan ukuran dan bentuk pada masing-masing kelompok domba yang diamati. Sumbu X disetarakan dengan skor ukuran dan sumbu Y disetarakan dengan skor bentuk. Analisis Regresi Komponen Utama Analisis Regresi Komponen Utama digunakan untuk menduga bobot badan berdasarkan peubah-peubah yang diamati. Analisis ini dilakukan pada setiap kelompok domba yang dinyatakan berbeda satu sama lain berdasarkan hasil T 2 -Hotelling. Model Regresi Komponen Utama menurut Gaspersz (1992) adalah: Y = w 0 + w 1.K 1 + w 2.K 2 + w 3.K 3 + w 4.K 4 + w 5.K 5 + w 6.K 6 + w 7.K 7 + w 8.K 8 + w 9.K 9 + w 10.K 10 + w 11.K 11 + w 12.K 12 + w 13.K 13 + v Y = bobot badan K i = peubah bebas komponen utama ke-i (1,2,3...,13) w 0 = konstanta w i = parameter model regresi (koefisien regresi) ke-i (1,2,3...,13) v = bentuk gangguan atau galat 14
Rumus elastisitas digunakan untuk mengetahui seberapa jauh pengaruh peubah yang diamati terhadap bobot badan. Rumus yang digunakan adalah: E i = b i (X i / Y) ; i = 1,2,3..., 13 E i = nilai elastisitas ke-i (1,2,3...,13) b i = koefisien regresi ke-i (1,2,3...,13) X i = nilai rata-rata ke-i (1,2,3...,13) Y = nilai rata-rata bobot badan Paket Aplikasi Komputer yang Digunakan Pengolahan data dan pembuatan diagram kerumunan dibantu dengan menggunakan perangkat lunak statistika yaitu Minitab versi 14. Penggunaan perangkat lunak ini lebih mudah digunakan dibandingkan dengan perangkat lunak lain. 15