Asia Tenggara termasuk dalam region dengan angka kejadian TB yang tinggi. Sebesar 58% dari 9,6 juta kasus baru TB pada tahun 2014 terjadi di daerah As

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 : PENDAHULUAN. satu di dunia. Data World Health Organization (WHO) tahun 2014 menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. dunia dan menyebabkan angka kematian yang tinggi. Penyakit ini

BAB 1 PENDAHULUAN. bertambah, sedangkan insiden penyakit menular masih tinggi. Salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. menular di seluruh dunia setelah Human Immunodeficiency Virus (HIV). 1 Sepertiga

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. global.tuberkulosis sebagai peringkat kedua yang menyebabkan kematian dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular langsung yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. membungkus jaringan otak (araknoid dan piameter) dan sumsum tulang belakang

BAB I PENDAHULUAN. kasus baru TB BTA positif dengan kematian Menurut. departemen kesehatan sepertiga penderita tersebut ditemukan di RS dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh Mycobacterium tuberculosis dan bagaimana infeksi tuberkulosis (TB)

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. menyerang paru dan dapat juga menyerang organ tubuh lain (Laban, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. paru yang disebabkan oleh basil TBC. Penyakit paru paru ini sangat

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Setiap tahunnya, TB Paru menyebabkan hampir dua juta

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi paling. umum di dunia dengan perkiraan sepertiga populasi

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan kesehatan yang baik dan berkeadilan, sebagaimana diatur dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada negara berkembang atau yang mempunyai tingkat sosial ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau sering disebut dengan istilah TBC merupakan penyakit

1 Universitas Kristen Maranatha

SAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bakteri Mycobacterium Tuberculosis atau tubercel bacillus dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium Tuberculosis dan paling sering menginfeksi bagian paru-paru.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merupakan bagian dari keluarga (Friedman, 1998).

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh (Mycobacterium tuberculosis). Penyakit ini juga dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. TB sudah dilakukan dengan menggunakan strategi DOTS (Directly Observed

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru-paru,

BAB 1 PENDAHULUAN. Secara epidemiologi, Mycobacterium tuberculosis telah menginfeksi

BAB I PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium Tuberculosis) (Depkes RI, 2011). Mycobacrterium tuberculosis

BAB I PENDAHULUAN. infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia. Tuberculosis menyebabkan 5000 kematian perhari atau hampir 2 juta

Angka Insidensi T B Tahun 2011 (WHO, 2012)

BAB I PENDAHULUAN. masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia maupun di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. tanah lembab dan tidak adanya sinar matahari (Corwin, 2009).

BAB 1 : PENDAHULUAN. tertinggi di antara negara-negara di Asia. HIV dinyatakan sebagai epidemik

BAB 1 PENDAHULUAN. karena penularannya mudah dan cepat, juga membutuhkan waktu yang lama

BAB I PENDAHULUAN. mengisi rongga dada, terletak disebelah kanan dan kiri dan ditengah

BAB I PENDAHULUAN. kecacatan dalam masyarakat (Depkes RI, 2009). pembangunan berkelanjutan yang diberi nama Sustainable Development Goals

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit infeksi yang disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor risiko..., Helda Suarni, FKM UI, 2009 Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

BAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Sumber infeksi TB kebanyakan melalui udara, yaitu

I. PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO)

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

I. PENDAHULUAN. secara global masih menjadi isu kesehatan global di semua Negara (Dave et al, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. Asam) positif yang sangat berpotensi menularkan penyakit ini (Depkes RI, Laporan tahunan WHO (World Health Organitation) tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit TB paru merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang masih menjadi

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.bakteri ini berbentuk batang dan bersifat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di dunia walaupun upaya pengendalian dengan strategi Directly

BAB 1 : PENDAHULUAN. tahun 2013 terjadi kenaikan jumlah kasus terinfeksi kuman TB sebesar 0,6 % pada tahun

SKRIPSI ANALISIS FAKTOR RISIKO KEJADIAN PENYAKIT TUBERKULOSIS PADA ANAK DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bentuk yang paling banyak dan paling penting (Widoyono, 2011).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang yakni

BAB 1 PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar bakteri TB menyerang paru, tetapi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Tuberkulosis Paru (TB Paru) suatu penyakit kronis yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. tuberculosis. Mycobacterium tuberculosis adalah bakteri penyebab. yang penting di dunia sehingga pada tahun 1992 World Health

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mortalitas pada semua kelompok usia di seluruh dunia termasuk di Indonesia.

BAB 1 PENDAHULUAN. bentuk percikan dahak (droplet nuclei) ( Lippincott, 2011). 39 per penduduk atau 250 orang per hari. Secara Global Report

BAB I PENDAHULUAN. dunia. Penyakit TBC banyak menyerang usia kerja produktif, kebanyakan dari

BAB I PENDAHULUAN. bakteri Mycobacterium tuberculosis (M.tb) kadang disebabkan oleh Mycobacterium bovis

BAB I PENDAHULUAN. mencanangkan TB sebagai kegawatan dunia (Global Emergency), terutama

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dan masih sering timbul sebagai KLB yang menyebabkan kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini sering

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis. Indonesia saat ini berada pada ranking kelima negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Alsagaff,H, 2006). Penyakit ini juga

BAB I PENDAHULUAN. Menurut laporan World Health Organitation tahun 2014, kasus penularan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

A. Latar Belakang Epidemik tembakau secara luas telah menjadi salah satu ancaman kesehatan yang dihadapi oleh masyarakat dunia yang mengakibatkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) merupakan agenda serius untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi

BAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit menular langsung yang. disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium Tuberculosis yang pada

BAB I PENDAHULUAN. penyakit yang disebabkan oleh sejenis mikroba atau jasad renik. Mikroba ini

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia. Menurut data World Health Organization (WHO) bahwa kurang lebih 3

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGARUH KOINSIDENSI DIABETES MELITUS TERHADAP LAMA PENGOBATAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA TAHUN

I. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang

BAB I PENDAHULUAN. (Thomas, 2004). Ada beberapa klasifikasi utama patogen yang dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan dunia,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit menular adalah penyakit yang ditularkan melalui berbagai media. Penyakit jenis ini masih menjadi masalah besar kesehatan karena meningkatkan angka kesakitan dan kematian dalam waktu yang relatif singkat. Penyakit ini menyerang semua lapisan masyarakat dan berdampak buruk pada kondisi sosial ekonomi mengingat sifat menularnya yang bisa menyebabkan wabah dan menimbulkan kerugian besar. Meskipun beban penyakit global mulai berganti dari penyakit menular ke penyakit tidak menular, namun dampak dari penyakit menular ini tidak bisa diabaikan. (1,3) Tahun 2012, WHO mengestimasi 56 juta kematian di dunia, sebesar 13 juta kematian diakibatkan oleh penyakit menular dan dominan terjadi di negara-negara dengan pendapatan rendah. Salah satu penyakit menular yang mengakibatkan sepertiga kematian di negaranegara berpendapatan rendah ini adalah penyakit Tuberkulosis (TB). (2,3) Tuberkulosis merupakan jenis dari penyakit menular pembunuh nomor satu di dunia dan bertanggung jawab untuk 2 juta kematian setiap tahunnya di dunia. Tuberkulosis disebabkan oleh kuman mycobacterium tuberculosis yang ditularkan oleh penderita TB BTA positif pada waktu batuk atau bersin melalui udara. Sebagian besar kuman TB menyerang paru, 85% dari seluruh kasus TB adalah TB paru, sisanya (15%) menyerang organ tubuh lain mulai dari kulit, tulang, organ-organ dalam seperti ginjal, usus, otak, dan lainnya. Tahun 2014, secara global diperkirakan bahwa tercatat kurang lebih dua pertiga (63%) kasus TB. Insiden TB mencapai 9,6 juta kasus: 5,4 juta di antara pria, 3,2 juta di antara perempuan dan 1,0 juta anak-anak. 1,5 juta kematian diakibatkan oleh TB, dimana sekitar 890 000 adalah laki-laki, 480 000 adalah perempuan dan 140 000 anak-anak. (4-6)

Asia Tenggara termasuk dalam region dengan angka kejadian TB yang tinggi. Sebesar 58% dari 9,6 juta kasus baru TB pada tahun 2014 terjadi di daerah Asia Tenggara. 1 juta dari 1,5 juta kematian akibat TB diantaranya terjadi di Asia Tenggara. Enam negara wilayah Asia Tenggara (Indonesia, Myanmar, Vietnam, Philippine, Cambodia, dan Thailand) juga tercatat menjadi bagian dari 22 negara dengan beban TB tertinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa angka kesakitan dan kematian akibat TB masih tinggi di Asia Tenggara. (5,6) Tuberkulosis disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor prediktor terkuat untuk penyakit TB adalah infeksi HIV. Sekitar 10% orang yang tidak terinfeksi HIV bila terinfeksi kuman TB akan menjadi sakit TB sepanjang hidupnya; sedangkan pada orang yang terinfeksi HIV sekitar 60% jika terinfeksi kuman TB akan menjadi penderita TB aktif. Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Lawn SD, Kerkhoff AD, Burton R, Schutz C, van Wyk G, Vogt M, et al, dengan judul Rapid microbiological screening for tuberculosis in HIV-positive patients on the first day of acute hospital admission by systematic testing of urine samples using Xpert MTB/RIF: a prospective cohort in South Africa menunjukkan bahwa penurunan kadar CD4 yang merupakan tanda infeksi HIV merupakan prediktor kuat untuk terjangkitnya penyakit TB. Penelitian lain yang dilakukan oleh Monge S, Diez M, Pulido F, Iribarren JA, Campins AA, Arazo P, et al, dalam penelitiannya menunjukkan bahwa angka kejadian penyakit tuberkulosis masih tinggi diantara pasien dengan status HIV dimana 41,3% diantaranya adalah tuberkulosis paru. (7-9) Disisi lain, penelitian epidemiologi membuktikan bahwa tidak semua kasus TB berkaitan dengan infeksi HIV. Contohnya, di Tanzania kasus TB dikaitkan dengan infeksi HIV hanya sebesar 29,7% sementara di Nigeria dilaporkan sebesar 40%. Penemuan ini menunjukkan bahwa ada faktor lain yang mempengaruhi epidemi TB. Ada dua faktor yang meningkat dan dikenal sebagai pendorong utama dari epidemi TB yaitu merokok dan diabetes melitus. (10)

Penelitian yang dilakukan oleh Ferrara G et al yang berjudul Risk Factor Associated with Pulmonary Tuberculosis menunjukkan bahwa merokok dan diabetes merupakan faktor yang paling umum untuk kejadian TB. Penelitian lain yang dilakukan oleh Richard Coker et al dengan judul Risk Factor for Pulmonary Tuberculosis in Rusia: case-control study menunjukkan bahwa resiko kejadian TB tiga kali lebih besar pada penderita DM. Sebuah penelitian meta-analisis juga membuktikan bahwa merokok meningkatkan resiko untuk kejadian TB aktif, kematian karena TB dan TB latent. (11-13) Ketiga faktor resiko ini mengalami peningkatan termasuk di Asia Tenggara. Infeksi HIV sebagai faktor resiko kejadian TB yang walaupun dampaknya paling nyata di Afrika, namun angka morbiditas dan mortalitas TB terkait HIV ini paling banyak di Asia Tenggara. Hal ini dikarenakan beberapa alasan yaitu prevalensi TB laten di Asia lebih tinggi dibandingkan di Afrika (40-50% di Asia dan 30% di Afrika), persentase jumlah populasi penduduk yang tinggal di lingkungan kumuh lebih besar di Asia sehingga mempermudahkan penularan serta prevalensi TB dengan resistensi obat yang lebih besar di Asia Tenggara akibat program pengobatan TB yang tidak efektif. DM dan merokok pun diproyeksikan akan mengalami peningkatan. DM diperkirakan akan meningkat tiga kali lipat dalam kurun waktu 30 tahun termasuk di kawasan Asia Tenggara. Merokok diproyeksikan akan membunuh 10 juta sampai tahun 2020 dengan perkiraan 70% korban berasal dari negara berkembang. Hal ini menggambarkan bahwa terjadinya kenaikan kejadian TB seiring dengan meningkatnya ketiga faktor resikonya di kawasan Asia Tenggara. (7,14) Penelitian mengenai hubungan antara infeksi HIV, DM dan merokok dengan kejadian TB khususnya TB paru sudah banyak dilakukan, termasuk di kawasan Asia Tenggara. Namun masih dipertanyakan apakah sudah dapat disimpulkan untuk direkomendasikan sebagai inferensi di kawasan Asia Tenggara sendiri. Satu penelitian tidak cukup kuat untuk digeneralisasikan ke populasi, sehingga dibutuhkan beberapa penelitian tentang infeksi HIV,

diabetes melitus dan merokok dengan kejadian TB, khususnya TB paru sehingga dapat ditarik kesimpulan dengan power yang lebih kuat. Dengan demikian, diperlukan metode untuk menyimpulkan hasil dari penelitian-penelitian tersebut. Metode ini disebut dengan meta-analisis. (15,16) Meta-analisis diartikan sebagai analisis terhadap analisis, yaitu suatu analisis statistik pada sejumlah besar hasil analisis penelitian dengan tujuan untuk mengintegrasikan hasil penelitian tersebut. Meta-analisis sering disamakan dengan systematic review. Namun, kedua istilah ini sebenarnya memiliki perbedaan. Suatu systematic review dapat menghasilkan bukti penelitian/research evidence untuk masukan suatu proses pengambilan keputusan yang berbasis bukti sahih (evidence base decision making) namun tidak menggunakan uji statistik, sementara maka meta-analisis merupakan aspek analitik dengan perhitungan statistik dari suatu tinjauan sistematik. Oleh karena itu, bisa dikatakan kalau meta-analisis dapat didefinisikan sebagai telaah sistematik yang disertai teknik statistik untuk menghitung kesimpulan beberapa hasil penelitian. (15,17) Meta-Analisis dari penelitian-penelitian observasional yang disebut sebagai Metaanalysis of Observational Studies in Epidemiologi (MOOSE) telah disusun pada April 1997 untuk membantu peneliti yang ingin melakukan penelitian Meta-analisis dari penelitian observasional. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai, Hubungan Infeksi HIV, Diabetes Melitus, dan Merokok Dengan Kejadian TB Paru di Asia Tenggara: Studi Meta-analisis. 1.2 Perumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah ada hubungan antara infeksi HIV, Diabetes Melitus, dan Merokok dengan kejadian TB paru di Asia Tenggara?

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui hubungan infeksi HIV, Diabetes Melitus dan merokok dengan kejadian tuberkulosis paru di Asia Tenggara. 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui telaah sistematis penelitian publikasi internasional tentang hubungan infeksi HIV, Diabetes Melitus dan merokok dengan kejadian tuberkulosis paru 2. Mengetahui estimasi efek gabungan hubungan infeksi HIV, Diabetes Melitus dan merokok dengan kejadian tuberkulosis paru 3. Mengetahui perbedaan efek spesifik dari penelitian publikasi internasional tentang hubungan infeksi HIV, Diabetes Melitus dan merokok dengan kejadian tuberkulosis paru 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis Hasil penelitian dapat dijadikan sebagai bahan referensi tentang hubungan infeksi HIV, Diabetes Melitus dan merokok dengan kejadian tuberkulosis paru di Asia Tenggara. 1.4.2 Manfaat Praktis a. Bagi masyarakat Diharapkan dapat menambah pengetahuan masyarakat mengenai hubungan infeksi HIV, Diabetes Melitus dan merokok dengan kejadian tuberkulosis paru sehingga masyarakat bisa melakukan upaya pencegahan dan menanggulanginya. b. Bagi Pemerintah Diharapkan bisa menjadi masukan untuk program, terutama bagi stackeholder di bidang kesehatan untuk menentukan prioritas langkah pencegahan dan penanggulangan penyakit tuberkulosis paru.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan infeksi HIV, diabetes mellitus dan merokok dengan kejadian tuberkulosis paru di Asia Tenggara. Penelitian ini dilakukan dengan desain study meta-analisis.