BAB I PENDAHULUAN. kita untuk membantu upaya pemerintah di dalam memperkuat ketahanan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Seni Marawis yang merupakan hasil difusi dan akulturasi budaya,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB V KESIMPULAN A. KESIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

2015 TARIAN PAYUNG GEULIS DALAM SENI MARAWIS KELOMPOK CINTAPADA KEC.CIBEUREUM KOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang

BAB III METODE PENELITIAN

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini bermaksud mengungkap tentang perkembangan petikan

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. menghawatirkan, baik dari segi penyajian, maupun kesempatan waktu dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang NURUL HIDAYAH, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan suatu masyarakat majemuk yang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BENTUK DAN FUNGSI KESENIAN OJROT-OJROT DI DESA KARANGDUWUR KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN

BAB I PENDAHULUAN. Budaya merupakan cerminan yang terefleksikan dalam keseharian

2015 EKSISTENSI KESENIAN HADRO DI KECAMATAN BUNGBULANG KABUPATEN GARUT

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fendra Pratama, 2014 Perkembangan Musik Campak Darat Dari Masa Ke Masa Di Kota Tanjung Pandan Belitung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nova Silvia, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Cianjur merupakan suatu kabupaten yang luas wilayahnya +/ ,48

2015 KESENIAN MACAPAT GRUP BUD I UTOMO PAD A ACARA SYUKURAN KELAHIRAN BAYI D I KUJANGSARI KOTA BANJAR

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119.

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. Sumedang merupakan kota yang kaya akan kebudayaan, khususnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. Modernisasi merupakan fenomena budaya yang tidak dapat terhindarkan

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

2016 PROSES PEMBELAJARAN RAMPAK KENDANG DI SANGGAR SENI KUTALARAS CIRANJANG-CIANJUR

BAB I PENDAHULUAN. Kemasan Sisingaan Pada Grup Setia Wargi Muda Kabupaten Subang Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia dikenal dengan keanekaragaman suku bangsa dan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu unsur kebudayaan dan sebagai salah satu perantara sosial

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah , 2014 Pembelajaran Rampak Bedug Pada Ekstrakurikuler Di SDN Cilegon-2 Kecamatan Jombang Banten

BAB I PENDAHULUAN. (kurang lebih ) yang ditandai dengan adanya beberapa situs-situs

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Innez Miany Putri, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Sebagaimana telah peneliti jelaskan pada bagian sebelumnya, bahwa

BAB III METODE PENELITIAN. dan Taylor (Moleong, 2000:3) penelitian kualitatif adalah prosedur

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki ribuan pulau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan implementasi di lapangan, pembelajaran seni budaya khususnya

BAB I PENDAHULUAN. Rudat adalah salah satu kesenian tradisional yang berkembang di Jawa

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Sunda memiliki identitas khas yang ditunjukkan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut

dari pengalaman tertentu dalam karya seninya melainkan formasi pengalaman emosional yang bukan dari pikiranya semata. 2.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu kebanggaan nasional (national pride) bangsa Indonesia adalah

BAB I P E N D A H U L U A N. Pendidikan seni berperan penting dalam pengembangan kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rina Arifa, 2013

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari penilitian skripsi yang berjudul Kesenian Tradisional Mak Yong di

BAB III METODE PENELITIAN. Pada dasarnya, dalam penelitian apa pun sangat diperlukan sebuah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. membuat tradisi sering kali tercabut dari akar budayanya,sehingga menjadi

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kesenian yang ada di Jawa Barat terbagi dalam dua kalangan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Lilis Melani, 2014 Kajian etnokoreologi Tari arjuna sasrabahu vs somantri di stsi bandung

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan untuk mendapatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hilda Maulany, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Gending berarti lagu, tabuh, nyanyian, sedangkan Rare berarti bayi/

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya keanekaragaman seni dan budaya.

BAB I PENDAHULUAN. Pertunjukan kesenian berkembang dengan variasi dan kemasan menarik

BAB I PENDAHULUAN. karena daerah Bekasi berbatasan langsung dengan Ibu Kota Jakarta (Betawi) dan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Taylor (Moleong, 2000: 3) penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif. Menurut Moleong (2007: 27) berpendapat bahwa:

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Lokasi penelitian bertempat di SMP Negeri 1 Padalarang di Jl.U.Suryadi

BAB I PENDAHULUAN. dengan bangsa lainnya. Kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat suatu bangsa

Kesenian Sisingaan Grup Putra Mekar Jaya Pada Acara Khitanan Di kabupaten Subang

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Musik merupakan salah satu cabang seni yang mempunyai fungsi melatih

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

BAB III METODE PENELITIAN. riil objek penelitian berdasarkan data-data autentik yang

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, yaitu perasaan estetis. Aspek estetis inilah yang mendorong budi

BAB I PENDAHULUAN. Musik adalah suatu kesenian yang sangat indah dan tidak dapat dilepaskan

PENCAK SILAT GAYA BOJONG PADA PAGURON MEDALSARI DESA BOJONG KECAMATAN KARANG TENGAH DI KABUPATEN CIANJUR

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian tradisional pada Masyarakat Banten memiliki berbagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan masyarakat setiap suku. Kebudayaan sebagai warisan leluhur dimiliki oleh

BAB I PENDAHULUAN. berkunjung dan menikmati keindahan yang ada di Indonesia khususnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2015 TARI MAKALANGAN DI SANGGAR SAKATA ANTAPANI BANDUNG

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Hasil penelitian mengenai perubahan fungsi seni beluk pada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan salah satu Negara yang kaya akan sumber daya

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi adalah suatu pendekatan umum untuk mengkaji topik

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu pentingnya menggali budaya tradisional adalah keterkaitan kita untuk membantu upaya pemerintah di dalam memperkuat ketahanan budaya nasional melalui budaya daerah. Kita menyadari bahwa dalam konteks Bhineka Tunggal Ika, budaya daerah merupakan penyokong utama kebudayaan nasional, karena kebudayaan nasional itu sendiri terdiri dari kebudayaan-kebudayaan daerah. Sejatinya, kebudayaan daerah inilah yang merupakan kebudayaan asli bangsa Indonesia, berurat dan berakar dari sarisari pola-pola kehidupan masyarakat asli Indonesia. Kebudayaan dengan kearifan lokal tinggi dalam menghadapi kehidupan berbangsa dan bernegara. Bergejolaknya keadaan sosial budaya saat ini, terutama maraknya kekerasan di lapisan bawah masyarakat Indonesia, disinyalir, salah satu penyebabnya ialah hilangnya keseimbangan antara kehidupan jasmani dan rohani. Hal tersebut sebagai akibat terabaikannya nilai-nilai tradisi yang dahulunya integral dengan ritus-ritus kehidupan masyarakat dalam bentuk budaya-budaya tradisional-termasuk di dalamnya kesenian dan punya kedudukan penting sebagai penyangga keseimbangan kehidupan dan pembangunan. Perubahan sosial budaya yang amat cepat, menghadapkan kita dengan kolonialisasi serta importir nilai-nilai budaya global, yang membuat kita terperangah, gagap dan tidak siap untuk mengantisipasinya. Tradisi dalam 1

2 kehidupan kita, kini tidak lagi menjadi sebuah ikatan batin yang menyejukan. Kehidupan seni tradisi tidak lagi dianggap sebagai penyangga kehidupan, malah dianggap sebagai sesuatu yang kuno dan harus ditinggalkan. Oleh sebab itu, tidaklah heran jika saat ini cara-cara yang berbau tradisi, baik menyangkut kehidupan sosial budaya maupun kesenian jadi semakin terpinggirkan. Banyak seni tradisi yang keberadaannya kini sudah tidak didukung lagi oleh masyarakatnya. Secara otomatis seni tradisi tersebut tidak lagi mendapat insentif dari hasil pementasan seni (manggung) di masyarakatnya. Hal ini merupakan sebuah pertanda kematian bagi seni tradisi, mengingat insentif dari masyarakat sebagai kompensasi kegiatan pementasan adalah nyawa yang akan terus melanggengkan eksistensi seni itu sendiri. Persoalan yang tidak bisa dibendung dan sejak lama memberatkan kehidupan seni tradisi adalah munculnya jenis kesenian baru, baik baru dalam arti kesenian impor dari luar negeri maupun kesenian yang diciptakan berdasarkan selera kekinian, dengan keadaan demikian secara otomatis kesenian tradisi mendapat saingan dalam merebut pasar di masyarakat. Apabila seni tradisi tidak bisa mengimbangi persaingan sebagai akibat perubahan zaman itu, bukan tidak mungkin seni tradisi lambat laun akan terpinggirkan dan kemudian punah. Menanggapi persoalan di atas, maka yakinlah bahwa seni tradisi yang kita punya perlu dipelihara dan dikembangkan. Selain itu, diperlukan pula aksi untuk memperkenalkannya kembali (revitalisasi), bahkan jika perlu

3 mengembangkannya. Seni tradisi harus berlanjut, baik sebagai tradisi itu sendiri maupun dalam jubahnya yang baru. Dalam masyarakat tradisional Sunda khususnya di Kabupaten Tasikmalaya begitu banyak ditemukan seni-seni tradisional yang hingga saat ini masih tetap eksis meskipun dalam kondisi mati segan hidup pun tak mau. Pernyataan salah seorang guru SMPN 1 Karangnunggal sebagaimana dikutip Hermawan (2008:131) menyatakan bahwa seni musik (baca: Seni daerah setempat-pen) yang berkembang di wilayah Kabupaten Tasikmalaya antara lain Bangpret (terbang dan tarompet), Aseuk Hatong, Pencak Silat, Tutunggulan, Beluk, Rengkong, Cianjuran, Ciawian atau Pagerageungan, Angklung Sered, Rebana, Ludong, Karinding dan Calung Rantay. Dari sekian banyak jenis kesenian yang berkembang di Kabupaten Tasikmalaya, Marawis merupakan salah satu bentuk seni yang masih tetap berkembang di tengah masyarakat Kabupaten Tasikmalaya, terutama di lingkungan pesantren-pesantren. Istilah Marawis untuk kesenian Islami yang kian populer ini berawal dari salah satu alat musiknya yang berbentuk seperti gendang namun ditabuhnya hanya pada satu sisi bidang. Sebenarnya, selain menggunakan Marawis, alat musik tetabuhan lainnya yang digunakan adalah hajir atau gendang besar (Amin, 2009). Sumber lain menjelaskan bahwa Marawis adalah salah satu jenis band tepuk dengan perkusi sebagai alat musik utamanya. Kesenian Marawis berasal dari negara Timur Tengah terutama dari Yaman dan memiliki unsur keagamaan yang kental (Republika, 2008; Wikipedia, 2009). Itu tercermin dari

4 berbagai lirik lagu yang dibawakan berupa pujian dan kecintaan kepada Sang Pencipta (Wikipedia, 2009). Musik Marawis dimainkan oleh minimal tujuh orang. Setiap orang menabuh satu alat musik yang sesekali sambil bernyanyi. Ada yang menabuh Marawis (masing-masing menabuh Marawis 1, Marawis 2, dan Marawis 3), menabuh hajir, tamtam, tamborin dan dumbuk. Seni Marawis ini ternyata tidak selalu diisi dengan tarian (Amin, 2009). Terkadang, untuk membangkitkan semangat, beberapa orang dari kelompok tersebut bergerak sesuai dengan irama lagu. Pada awalnya, seni Marawis hanya dimainkan oleh kaum pria, dengan busana gamis dan celana panjang, serta ber-peci. Uniknya, pemain Marawis biasanya bersifat turun temurun. Sebagian besar masih dalam hubungan darah kakek, cucu, dan keponakan. Bagi sebagian orang, seni menjadi pengisi kekosongan jiwa atau hiburan semata. Namun lain halnya bagi para pemain seni Marawis, mereka berasumsi, berkesenian dijadikan sebagai ladang ibadah. Dengan bermain Marawis para seniman bisa bershalawat juga berkesenian, mendendangkan shalawat serta puji-pujian bagi Allah dan Rasul-Nya melalui ekspresi seni. Seni Marawis juga dapat dikembangkan menjadi ikon pesantren, mengingat bahwa seni ini merupakan seni yang tumbuh dan berkembang di lingkungan masyarakat kalangan pesantren. Sehingga memiliki keterikatan spiritual dan emosional dengan para santri sebagai salah satu unsur masyarakat pendukungnya. Kemudian, dilihat dari sisi sosial budaya, seni Marawis lekat dengan kehidupan agamais masyarakat pada umumnya, yang

5 disebabkan oleh kehadiran seni Marawis sendiri sebagai seni bernuansa Islami. Seni Marawis tumbuh dan berkembang pada lingkungan pesantren sebagai media da wah Islamiah. Berdasarkan realitas tersebut, maka peneliti menganggap perlu upaya untuk mengkaji seni Marawis baik teks maupun konteksnya. Usaha ini perlu dilakukan guna melestarikan dan lebih jauhnya mengembangkan seni Marawis sebagai seni tradisional yang merupakan aset budaya yang dimiliki bangsa Indonesia supaya keberadaannya tidak tersingkirkan oleh perkembangan zaman yang begitu cepat. B. Masalah Penelitian Berdasarkan fenomena-fenomena realitas sebagaimana dijelaskan di atas, maka peneliti merumuskan masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini, yaitu Bagaimana Teks dan Konteks seni Marawis di Kabupaten Tasikmalaya. Secara spesifik, pertanyaan di atas dapat dibagi menjadi dua pertanyaan penelitian, yaitu: 1. Bagaimana sejarah dan fungsi seni Marawis di Kabupaten Tasikmalaya? 2. Bagaimana koreografi, busana, dan iringan seni Marawis di Kabupaten Tasikmalaya? C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Memahami sejarah dan fungsi seni Marawis di Kabupaten Tasikmalaya;

6 2. Memahami koreografi, busana, dan iringan seni Marawis di Kabupaten Tasikmalaya; D. Manfaat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dengan harapan akan memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Secara spesifik, baik langsung atau pun tidak, penelitian ini akan lebih memberikan manfaat bagi pihak-pihak tertentu di antaranya: 1. Bagi peneliti, penelitian ini merupakan suatu upaya untuk lebih memahami seni Marawis dan pengembangan lebih jauhnya menjadi alternatif bahan ajar untuk mengajarkan seni tari di sekolah; 2. Bagi grup seni Marawis, hasil penelitian ini akan menjadi dokumen berharga dalam upaya untuk terus mensosialisasikan eksistensinya di masyarakat; 3. Bagi guru-guru di Kabupaten Tasikmalaya, hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai pengayaan materi guna mengajarkan seni tari daerah setempat di sekolah umum SD, SMP, SMU, dan lebih spesifik lagi sekolah berbasis Islam. Selain itu, bagi guru-guru dari daerah lain hasil penelitian ini juga bermanfaat sebagai bahan rujukan materi seni tari daerah Nusantara; 4. Bagi pemerintah daerah, penelitian ini dapat menjadi masukan dalam rangka pengembangan dan pemeliharaan aset daerah sekaligus pelestarian seni daerah yang nantinya akan menambah kekayaan khasanah kebudayaan daerah;

7 5. Institusi LPTK. Bagi UPI sendiri sebagai lembaga pendidikan tenaga kependidikan, penelitian ini akan memberikan sumbangsih kekayaan temuan akademis yang nantinya diharapkan dapat dikembangkan dan dikaji lebih lanjut. E. Metode Penelitian Tujuan penelitian ini adalah guna memahami teks dan konteks seni Marawis sebagai salah satu seni tradisi daerah pada masyarakat di Kabupaten Tasikmalaya. Oleh sebab itu, penelitian ini difokuskan pada seni Marawis baik dilihat dari sisi teks seninya mapun konteksnya dalam kehidupan masyarakat. Berdasarkan kegiatan tersebut, maka penelitian ini menggunakan metode etnochoreology. Etnochoreology sendiri masih merupakan bidang baru dalam disiplin ilmu, yang secara etimologis kemungkinan berasal dari kata ethnic (Inggris) dengan makna kesukuan, choros (Yunani) dengan arti tari kelompok, dan logos (Yunani) dengan pengertian ilmu pengetahuan. Metode penelitian etnochoreology sebenarnya merupakan satu bentuk metode penelitian yang menerapkan konsep multidisiplin dalam kajian seni. Di dalamnya, meliputi berbagai aspek kajian antara lain sejarah, ritual, sastra, dan estetika (Masunah & Narawati, 2003:53). Peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Peneliti mencari, mengumpulkan dan mengolah data-data mengenai seni Marawis secara tekstual dan kontekstual apa adanya sebagaimana yang berlaku di

8 masyarakat baik dilihat dari sejarah perkembangannya, fungsi sosial budaya, ritual, sastra, maupun estetikanya. F. Teknik Pengumpulan Data Data-data dikumpulkan melalui teknik wawancara, observasi, dan studi dokumentasi. Oleh sebab itu, data-data yang telah diperoleh dianalisis secara kualitatif dengan strategi pengolahan data bersifat general strategy yakni dilandaskan pada proposisi-proposisi teoritis yang mendukung pada fokus data tertentu, melalui dua pintu saringan yakni analytic induction dan constant comparison (Alwasilah: 2006). Sebagaimana disebutkan di atas bahwa teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik observasi, wawancara, dan studi dokumen, oleh karena itu akan dikembangkan pedoman pengumpulan data yang dapat mengungkap data tentang masalah yang sedang dikaji. Pedoman pengambilan data dimaksud, berupa pedoman observasi dan pedoman wawancara yang tentunya tidak dirinci karena sifatnya lebih terbuka (open ended). G. Lokasi dan Subjek Penelitian Sesuai dengan judul penelitian ini yaitu Kajian Marawis: Seni Bernuansa Islam di Tasikmalaya, maka penelitian dilakukan di Kabupaten Tasikmalaya khususnya di Kampung Ciseureuh Jati Desa Cigadog Kecamatan Leuwisari. Pada lokasi ini dilakukan pengamatan mengenai teks dan konteks

9 seni Marawis dalam masyarakatnya, sehingga diketahui peran dan fungsi seni ini di masyarakat. Sumber data utama (primer) dalam penelitian ini diperoleh melalui sumber pertama, yaitu tokoh pengembang seni Marawis yang ada di pondok pesantren Nuurud Da wah Kampung Ciseureuh Jati Desa Cigadog Kecamatan Leuwisari dan masyarakat sekitar. H. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis data secara kualitatif, di mana analisis dan interpretasi atas data dilakukan kontinyu dari awal hingga akhir penelitian dengan merujuk pada fenomena dan teori-teori yang berhubungan dengan masalah penelitian. Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman (dalam Rohidi, 1992:18) mengungkapkan bahwa, analisis data kualitatif merupakan upaya berlanjut, berulang dan terus menerus. Menurut mereka ada tiga tahap analisis data, yaitu: pertama, reduksi data yang merupakan kegiatan pembuatan rangkuman terhadap aspek-aspek permasalahan yang diteliti agar mudah untuk melakukan analisis data yang lebih lanjut guna memudahkan seorang peneliti dalam memahami data yang terkumpul dari lapangan. Kedua, display data atau penyajian data. Display data merupakan analisis terhadap penyajian data yang dilakukan secara jelas dan singkat, dibuat berdasarkan poin-poin masalah yang dikaji. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah peneliti dalam memahami data dan kemudian mengambil suatu kesimpulan. Dan ketiga, pengambilan kesimpulan dan verifikasi data. Pengambilan kesimpulan merupakan intisari dari hasil

10 penelitian. Namun, setiap kesimpulan yang diajukan senantiasa harus dilakukan verifikasi sebagai suatu upaya untuk mempelajari kembali data-data dan meminta pertimbangan dari berbagai pihak yang relevan dengan penelitian ini. Guna mengukur ketepatan hasil penelitian, perlu dilakukan uji kredibilitas melalui teknik triangulasi, expert opinion, member check, dan studi pustaka. Triangulasi dilakukan untuk mengecek kebenaran data dengan cara membandingkan antara data dari satu sumber dengan sumber lainnya. Expert opinion merupakan upaya untuk memperoleh kritik, pertanyaanpertanyaan tajam yang menentang tingkat kepercayaan hasil penelitian dari pihak-pihak yang objektif dan netral guna mendeteksi kelemahan, bias, dan penafsiran kurang jelas atas data penelitian. Member check adalah cara untuk mengkonfirmasi ulang atas data yang telah diperoleh sebelumnya untuk menghindari kekeliruan pencatatan atau interpretasi peneliti atas informasi dari responden. Sementara studi pustaka berfungsi untuk menunjang dan meningkatkan kepercayaan akan kebenaran data.