BAB I PENDAHULUAN. tidak sedikit yang berujung pada kematian bayi (Achmadi, 2016). harus menyelesaikan jadwal imunisasi (Kemenkes RI, 2010).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. ditimbulkannya akan berkurang (Cahyono, 2010). Vaksin yang pertama kali dibuat adalah vaksin cacar (smallpox).

BAB I PENDAHULUAN. dalam upaya menurunkan angka kematian bayi dan balita. Imunisasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tombak pelayanan kesehatan masyarakat di pedesaan/kecamatan. pusat pelayanan kesehatan tingkat pertama (Kemenkes, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kegiatan imunisasi merupakan salah satu kegiatan prioritas Kementerian

BAB I PENDAHULUAN. terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit. Imunisasi yang

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan bebas dari penyakit cacar oleh WHO sejak tahun 1974.

BAB 1 PENDAHULUAN. xvi

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dicegah dengan imunisasi, yakni masing-masing 3 juta orang atau setiap 10

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Nasional (SKN), salah satu indikator kerjanya ditinjau dari angka

BAB I PENDAHULUAN. Bayi adalah anak usia 0-2 bulan (Nursalam, 2013). Masa bayi ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. berpengaruh terhadap status gizi anak. upaya kesehatan masyarakat lainnya.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. melawan serangan penyakit berbahaya (Anonim, 2010). Imunisasi adalah alat yang terbukti untuk mengendalikan dan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya, selain indikator Angka Kematian Ibu (AKI), Angka

BAB I PENDAHULUAN. mencegah tubuh dari penularan penyakit infeksi. Penyakit infeksi. adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem kesehatan nasional (Budioro. B, 2010). Dalam lingkup pelayanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Imunisasi merupakan hal yang wajib diberikan pada bayi usia 0-9

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sekitar 2 juta disebabkan oleh penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kesehatan anak masih menjadi fokus perhatian masyarakat dunia. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) tahun

BAB I PENDAHULUAN. Pengetahuan tentang imunisasi sangat penting untuk ibu, terutama ibu

BAB I PENDAHULUAN. tujuan utama dari pemberian vaksinasi. Pada hakekatnya kekebalan tubuh

BAB 1 : PENDAHULUAN. dalam Sustainable Development Goals (SDG S). Tujuan ke ketiga SDGs adalah

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dari, oleh, untuk

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kesakitan dan kematian karena berbagai penyakit yang dapat. menyerang anak dibawah usia lima tahun (Widodo, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tujuh macam penyakit (PD3I) yaitu penyakit TBC, Difteri, Tetanus,

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TENTANG IMUNISASI DI PUSKESMAS PEMBANTU BATUPLAT

BAB I PENDAHULUAN. bayi dan kematian ibu melahirkan. Menitik beratkan pada pembangunan bidang

BAB I PENDAHULUAN. meneruskan pembangunan nasional jangka panjang tersebut (Ranuh, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban

BAB I PENDAHULUAN. informasi epidemiologi yang valid. Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia

HUBUNGAN PENGETAHUAN, MOTIVASI DAN AKSES SARANA KESEHATAN TERHADAP PEMBERIAN IMUNISASI HEPATITIS B (0-7 HARI) DI PUSKESMAS PUTRI AYU KOTA JAMBI TAHUN

BAB 1 PENDAHULUAN. serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2009 ini masih jauh lebih baik dibandingkan dengan 20 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Perbaikan kualitas manusia di suatu negara dijabarkan secara internasional

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan Milenium atau lebih dikenal dengan istilah Millenium Development

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pencapaian derajat kesehatan masyarakat dapat dilihat dari capaian indikator

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan seutuhnya untuk

Angka kematian bayi dan anak merupakan salah satu indikator penting yang

Romy Wahyuny*, Linda Fadila**

BAB I PENDAHULUAN. terbesar dalam kelompok penyakit infeksi dan merupakan ancaman besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. meninggal karena penyakit yang sebenarnya masih dapat dicegah. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. 1

BAB I PENDAHULUAN. Program kesehatan di Indonesia periode adalah Program

BAB I PENDAHULUAN. agar terhindar dari penyakit sehingga tercapai kekebalan masyarakat

BAB 1 : PENDAHULUAN. Upaya mewujudkan kesehatan tersebut difokuskan pada usaha promotif dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Batita, anak usia sekolah, dan wanita usia subur (WUS). Imunisasi lanjutan

BAB I PENDAHULUAN. intrauterin ke kehidupan ekstrauterin (Dewi, 2013 : 1). neonatus sebagai individu yang harus menyesuaikan diri dari kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. penurunan angka kematian bayi dan balita (bayi dibawah lima tahun) adalah

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai ciri khas yang berbeda-berbeda. Pertumbuhan balita akan

BAB I. Pendahuluan. keharmonisan hubungan suami isteri. Tanpa anak, hidup terasa kurang lengkap

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN : SURVEI KELENGKAPAN IMUNISASI PADA BAYI UMUR 1-12 BULAN DI DESA PANCUR MAYONG JEPARA INTISARI

PENGARUH DUKUNGAN MASYARAKAT BAGI KELUARGA TERHADAP PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELUARGA DALAM PROGRAM IMUNISASI DASAR DI KELURAHAN DAYEUH LUHUR

BAB I PENDAHULUAN. ini mencakup 1,4 juta anak balita yang meninggal. Program Pengembangan

BAB 1 PENDAHULUAN. sangat berbahaya, demikian juga dengan Tetanus walau bukan penyakit menular

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mempersiapkannya diperlukan anak-anak Indonesia yang sehat baik fisik

HUBUNGAN PENGETAHUAN, PENDIDIKAN DAN INFORMASI IBU DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA ANAK 1-5 TAHUN DI PUSKESMAS TITUE KABUPATEN PIDIE

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Balita (AKBA) di Indonesia telah menurun, dimana rata-rata

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

* Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian pada anak dibawah usia 5 tahun walaupun. tidak sebanyak kematian yang disebabkan oleh malnutrisi dan

PERBEDAAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR BAYI DI KELURAHAN JATIREJO GUNUNG PATI DAN DI KELURAHAN KRAPYAK SEMARANG

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU TERHADAP KEPATUHAN PEMBERIAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI DI DESA MOROREJO KALIWUNGU KABUPATEN KENDAL

Hubungan Pengetahuan Ibu Yang Memiliki Anak Umur Bulan Dengan Pemberian Imunisasi Dasar

Puskesmas Bilalang Kota Kotamobagu

Program Pascasarjana Universitas Sam Ratulangi Manado 2) Fakultas Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado.

BAB I PENDAHULUAN. suatu tindakan memberikan kekebalan dengan cara memasukkan vaksin ke dalam

BAB I PENDAHULUAN. informasi epidemiologi yang valid. Pembangunan bidang kesehatan di indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Demikian pula dari segi ekonomi dikatakan bahwa pencegahan adalah suatu

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI MINAT IBU DALAM PELAKSANAAN PROGRAM LIMA IMUNISASI DASAR LENGKAP DI WILAYAH PUSKESMAS BANGETAYU KOTA SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. yang meningkat dan mengurangi penyebaran infeksi (Ranuh dkk, 2011).

1 BAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu penyakit sehingga seseorang tidak akan sakit bila nantinya terpapar

BAB I PENDAHULUAN. Imunisasi adalah prosedur yang dilakukan untuk memberikan kekebalan. tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan vaksin

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pengaruh Penyuluhan Imunisasi Campak Terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Ibu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. imunisasi antara lain untuk menurunkan kesakitan dan kematian akibat penyakitpenyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. keluarga sebagai unit terkecil dari kehidupan bangsa. Kemandirian keluarga dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Imunisasi sebagai salah satu pencegahan upaya preventif yang

FAKTOR RISIKO DENGAN PERILAKU KEPATUHAN IBU DALAM PEMBERIAN IMUNISASI DASAR LENGKAP PADA BAYI

BAB 1 : PENDAHULUAN. terbesar kedua dari negara South East Asian Region (SEAR) setelah Myanmar. (1)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. golongan usia memiliki resiko tinggi terserang penyakit-penyakit menular

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR PADA BAYI USIA 9-11 BULAN DI DESA SUMBEREJO KECAMATAN MRANGGEN DEMAK

BAB I PENDAHULUAN. kelompok bayi dari difteri, pertusis, tetanus dan campak. Cakupan imunisasi di

BAB I PENDAHULUAN. SDM yang berkualitas dicirikan dengan fisik yang tangguh, kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit campak merupakan salah satu penyebab kematian pada anak-anak di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pencapaian target Millenium Development Goals (MDG s) merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara yang berkembang dimana keadaan

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan dengan cakupan yang diharapkan dalam MDG (Millenium. Kesehatan Provinsi Jawa Tengah, 2009 )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. dari seluruh penduduk dunia adalah pembawa kronis penyakit hepatitis B (Zanetti et

Merdha Rismayani*H.Junaid**Jusniar Rusli Afa** Abstrak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. Faktor-faktor yang..., Lienda Wati, FKM UI, 2009 UNIVERSITAS INDONESIA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG IMUNISASI DASAR DENGAN KELENGKAPAN IMUNISASI DASAR BAYI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS BENDO KABUPATEN MAGETAN

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengetahuan tentang imunisasi sangat penting untuk ibu, terutama ibu yang baru saja melahirkan bayinya. Imunisasi merupakan pemberian vaksin pada balita agar imunitas tubuh balita dapat meningkat dan kebal terhadap penyakit. Karena pada saat mereka lahir, imunitas dalam tubuh bayi masih sangat lemah dan sangat mudah terserang berbagai penyakit yang bahkan tidak sedikit yang berujung pada kematian bayi (Achmadi, 2016). Imunisasi sangat penting, setiap anak harus mendapatkan paket lengkap imunisasi yang diwajibkan. Perlindungan awal melalui pemberian imunisasi untuk anak usia kurang dari satu tahun sangat penting. Semua orang tua atau pengasuh harus mengikuti saran petugas kesehatan terlatih tentang kapan harus menyelesaikan jadwal imunisasi (Kemenkes RI, 2010). Imunisasi adalah salah satu intervensi kesehatan masyarakat yang paling efektif dalam upaya mencegah morbiditas dan mortalitas. Imunisasi juga terbukti paling cost-effective mengatasi masalah kesehatan masyarakat yang disebabkan oleh penyakit menular. Di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah terjadi peningkatan cakupan vaksinasi rutin selama 3 1

2 dekade terakhir, namun persentase anak melaksanakan jadwal vaksinasi yang disarankan masih di bawah target yang diharapkan (Rainey et al., 2011). Strategisnya imunisasi sebagai alat pencegahan, menjadikan imunisasi sebagai program utama suatu negara. Bahkan merupakan salah satu alat pencegahan penyakit yang utama di dunia. Di Indonesia, imunisasi merupakan andalan program kesehatan (Achmadi, 2006). Imunisasi bayi dan anak dipandang sebagai perlambang kedokteran pencegahan dan pelayanan kesehatan. Angka cakupan imunisasi sering dipakai sebagai indikator pencapaian pelayanan kesehatan (Marimbi, 2010). Pada tahun 1974, WHO mencanangkan Expanded Programme on Immunization (EPI) atau Program Pengembangan Imunisasi (PPI) dalam rangka pencegahan penularan terhadap penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I), yaitu dengan cara meningkatkan cakupan imunisasi pada anak-anak di seluruh belahan dunia. Hasil dari program EPI ini cukup memuaskan, dimana terjadi peningkatan angka cakupan imunisasi dunia dari 5% menjadi 80% (Ali, 2007). Di Indonesia, PPI mulai diselenggarakan tahun 1977 dan berfokus pada campak, tuberkulosis, difteri, tetanus, pertusis, polio. Sementara imunisasi hepatitis B dimasukkan terakhir karena vaksin hepatitis B baru tersedia pada tahun 1980-an (Depkes, 2008).

3 Salah satu indikator keberhasilan program imunisasi adalah tercapainya Universal Child Immunization (UCI). Pencapaian UCI merupakan gambaran cakupan imunisasi pada bayi (0-11 bulan) secara nasional hingga ke tingkat pedesaan. WHO dan UNICEF menetapkan indikator cakupan imunisasi adalah 90% di tingkat nasional dan 80% di semua kabupaten. Pada tahun 1990, Indonesia telah mencapai target UCI, dimana paling sedikit 80% bayi di setiap desa telah mendapatkan imunisasi dasar lengkap sebelum berumur satu tahun (Depkes, 2008). Persentase desa/kelurahan UCI di Indonesia, selama 6 tahun terakhir belum menunjukkan perkembangan yang bermakna. Pencapaian tertinggi terjadi pada tahun 2005 yaitu sebesar 76,23%. Capaian tahun 2009 hanya sebesar 69,76% desa/kelurahan UCI di Indonesia, lebih rendah dibandingkan tahun 2008 sebesar 74,02%. Angka tersebut juga masih di bawah target UCI tahun 2009 sebesar 98% dan standar pelayanan minimal yang menetapkan target 100% desa/kelurahan UCI pada tahun 2010 untuk setiap kabupaten/kota (Profil Kesehatan Indonesia, 2010). Berdasarkan data Profil Kesehatan Jawa Tengah (2015), pencapaian UCI desa di Jawa Tengah dari tahun Pencapaian UCI desa tahun 2015 (99,95%) mengalami peningkatan dibandingkan dengan tahun 2014 (99,69%). Hasil pencapaian UCI desa tahun 2015 yang mencapai target (100%) sebanyak 33 kabupaten/kota lebih banyak dibanding tahun 2014. Sedangkan kabupaten yang pencapaian UCI desa terendah di Kabupaten Karanganyar (98,31%).

4 Cakupan imunisasi dasar lengkap bayi di Jawa Tengah dari semua antigen sudah mencapai target minimal nasional (85%), pencapaian tiap tahun cenderung menurun, tetapi tahun 2013 terjadi peningkatan. Jumlah sasaran bayi pada tahun tahun 2013 adalah 572.255 menurun dibanding tahun 2012 sebanyak 575.011. Sedangkan cakupan masing-masing jenis imunisasi tahun 2013 adalah sebagai berikut BCG (99,22%), DPT1+HB1 (100,01), DPT3+HB3 (99,98%), Polio 3 (100,18%) dan Campak (99,81%). Hal ini mengalami peningkatan bila dibanding tahun 2012, hanya BCG yang mengalami penurunan. Menurut hasil survei dari RISKESDAS 2013 pada tahun 2007,2010,2013 menunjukan jumlah balita yang tidak melakukan imunisasi secara lengkap memiliki presentase yang cukup tinggi sebesar 32,1% pada tahun 2007 dan pada tahun 2010 menjadi 33,2%,sedangkan pada tahun 2013 sendiri mencapai 49,2%. Menurut penelitian Ningrum (2006), pengetahuan dan motivasi ibu memiliki hubungan yang signifikan dengan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi. Ibu dengan pengetahuan dan motivasi yang baik akan meningkatkan kelengkapan imunisasi dasar pada bayi. Riskesdas (2010), juga menyebutkan bahwa pendidikan, pekerjaan, dan tingkat pengeluaran per kapita berhubungan dengan persentase anak umur 12-23 bulan yang mendapatkan imunisasi dasar. Semakin tinggi tingkat pendidikan, pekerjaan, dan pengeluaran per kapita keluarga maka semakin tinggi cakupan imunisasi pada anak.

5 Upaya peningkatan pengetahuan dapat dilakukan memalui upaya promotif dan preventif yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan ibu balita agar ibu balita memahami fungsi yang didapatkan bila anaknya mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Upaya promotif dan preventif ini meliputi kegiatan penyuluhan maupun konseling yang dilakukan di Posyandu. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada bulan Juli 2016 di Posyandu Mugi Rahayu Desa Penambongan melalui metode wawancara, 5 ibu balita dan bidan di Posyandu tersebut mengemukakan jika ibu balita di Posyandu tersebut pernah mendapatkan pendidikan kesehatan imunisasi dasar lengkap, tetapi hanya melalui bidan desa dan itupun hanya sebatas ajakan sehingga mereka belum paham mengenai fungsi dari imunisasi dasar lengkap bagi balita. Berdasarkan fenomena yang terjadi di Posyandu Mugi Rahayu Desa Penambongan mendorong peneliti untuk melakukan penelitian yang berjudul Pengaruh Pendidikan kesehatan Imunisasi Terhadap Kualitas Pengetahuan Ibu Bayi Tentang Imunisasi Dasar Lengkap Di Posyandu Mugi Rahayu Desa Penambongan Kecamatan Purbalingga.

6 B. Rumusan Masalah Imunisasi dasar lengkap merupakan hak yang mutlak didapatkan bagi semua balita. Pemberian imunisasi dasar lengkap sangat mempengaruhi perkembangan dan kesehatan pada balita. Pengetahuan yang kurang dari ibu balita cenderung membuat mereka tidak memahami manfaat yang didapat dari pemberian imunisasi dasar lengkap. Kurangnya upaya promotif dan preventif melalui penyuluhan maupun konseling dari dinas terkait membuat ibu bayi kurang memahami tentang imunisasi dasar lengkap. Fenomena tidak adanya penyuluhan kesehatan tentang imunisasi membuat pengetahuan ibu balita tentang imunisasi dasar lengkap sangat kurang. Hal ini dibuktikan memalui beberapa ibu balita di Posyandu tersebut tidak tahu pasti manfaat yang akan didapat dari imunisasi. Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang muncul dalam penelitian ini adalah adakah pengaruh penyuluhan imunisasi terhadap kualitas pengetahuan ibu bayi tentang imunisasi dasar lengkap di Posyandu Mugi Rahayu Desa Penambongan Kecamatan Purbalingga?. C. Tujuan 1. Tujuan Umum Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan imunisasi terhadap kualitas pengetahuan ibu bayi tentang imunisasi dasar lengkap di Posyandu Mugi Rahayu Desa Penambongan Kecamatan Purbalingga. 2. Tujuan Khusus

7 a. Mengetahui tingkat pendidikan ibu bayi tentang imunisasi dasar lengkap di Posyandu Mugi Rahayu Desa Penambongan Kecamatan Purbalingga. b. Menilai kualitas pengetahuan ibu bayi tentang imunisasi dasar lengkap di Posyandu Mugi Rahayu Desa Penambongan Kecamatan Purbalingga. c. Mengetahui pengaruh pendidikan kesehatan imunisasi terhadap kualitas pengetahuan ibu bayi tentang imunisasi dasar lengkap di Posyandu Mugi Rahayu Desa Penambongan Kecamatan Purbalingga. D. Manfaat penelitian 1. Teoritis Manfaat penelitian secara teoritis adalah mengembangkan ilmu keperawatan anak melalui penyuluhan imunisasi dan menambah referensi penelitian dengan cara mengetahui pengaruh penyuluhan imunisasi terhadap kualitas pengetahuan ibu balita tentang imunisasi dasar lengkap agar dapat dikembangkan sebagai dasar penelitian ilmu keperawatan anak. 2. Praktisi Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat : a. Bagi Peneliti Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai wacana baru atau pengalaman belajar dan meningkatkan pengetahuan tentang pengaruh penyuluhan imunisasi terhadap kualitas pengetahuan ibu balita tentang imunisasi dasar lengkap

8 b. Bagi Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu keperawatan anak tentang pengaruh penyuluhan imunisasi terhadap kualitas pengetahuan ibu balita tentang imunisasi dasar lengkap. Selanjutnya penelitian ini juga dapat di jadikan tambahan referensi bagi tenaga pendidik dalam menyampaikan materi. c. Bagi Tenaga Kesehatan 1. Hasil penelitian diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan kesehatan secara aplikatif melalui pendidikan kesehatan imunisasi terhadap kualitas pengetahuan ibu bayi tentang imunisasi dasar lengkap 2. Sebagai bahan masukan agar perawat memberikan asuhan keperawatan secara komperhensif sehingga pelayanan yang di berikan akan meningkatkan kualitas kesehatan. d. Bagi Responden Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan responden tentang pengaruh penyuluhan imunisasi terhadap kualitas pengetahuan ibu bayi tentang imunisasi dasar lengkap. E. Penelitian Terkait 1. Palupi et all (2011) melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Penyuluhan Imunisasi terhadap Peningkatan Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Imunisasi Dasar Lengkap pada bayi usia 1 tahun. Tujuan dari

9 penelitian ini untuk mengetahui adakah pengaruh penyuluhan Imunisasi terhadap peningkatan pengetahuan dan sikap ibu tentang imunisasi dasar lengkap. Hasil penelitian diperoleh nilai t = 5,387 dengan probabilitas 0,000; pada sikap diperoleh nilai t = 11,495 dengan probabilitas 0,000. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh penyuluhan imunisasi terhadap peningkatan pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar lengkap. Dan ada pengaruh penyuluhan imunisasi terhadap peningkatan sikap ibu tentang imunisasi dasar lengkap menjadi lebih baik. Persaman penelitian di atas dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu sama-sama meneliti tentang pengaruh penyuluhan imunisasi. Perbedaan penelitian di atas menggunakan variabel pengetahuan dan sikap. Jika penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu kualitas pengetahuan. 2. Penelitian yang dilakukan Tampemawa et all (2014) dengan judul Hubungan antara Pengetahuan, Sikap dan Motivasi Ibu Tentang Imunisasi dengan Status Imunisasi Anak Usia 12-24 Bulan di Pusat Kesehatan Masyarakat Ranotana Weru Kota Manado. Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis hubungan antara pengetahuan, sikap dan motivasi ibu tentang imunisasi dengan status imunisasi anak usia 12-24 bulan di Puskesmas Ranotana Weru Kota Manado.

10 Berdasarkan hasil peneltian dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara pengetahuan, sikap dan motivasi ibu dengan sttaus imunisasi anak usia 12-24 bulan. Variabel yang paling dominan berpengaruh dengan status imunisasi anak usia 12-24 bulan adalah pengetahuan ibu. Disarankan agar petugas kesehatan lebih memaksimalkan program imunisasi kepada ibu-ibu dengan meningkatkan pengetahuan dan mengikutsertakan petugas kesehatan pada pelatihan tentang imunisasi agar dapat memberikan penyuluhan dengan baik kepada masyarakat tentang pentingnya imunisasi. Persaman penelitian di atas dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu sama-sama meneliti tentang imunisasi. Perbedaan penelitian di atas menggunakan variabel pengetahuan, sikap dan motivasi. Sedangkan yang digunakan peneliti yaitu variabel kualitas pengetahuan. 3. Khasanah et all (2011) melakukan penelitian yang berjudul Perbedaan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Imunisasi Dasar Bayi Di Kelurahan Jatirejo Gunung Pati dan Kelurahan Krapyak Semarang. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perbedaan tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar bayi di Kelurahan Jatirejo Gunung Pati dan Kelurahan Krapyak Semarang. Berdasarkan hasil penelitian yang sudah disimpulkan dengan nilai p value = 0,0001 (p<0,05) maka penelitian ini menunjukan hasil yaitu terdapat perbedaan tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi dasar bayi di

11 Kelurahan Jatirejo Gunung Pati dan Kelurahan Krapyak Semarang. Persaman penelitian di atas dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu sama-sama meneliti tingkat pengetahuan tentang imunisasi. Perbedaan penelitian di atas subyeknya pada bayi. Sedangkan yang digunakan peneliti yaitu pada balita. 4. Razanah Hijani et all (2012) melakukan penelitian yang berjudul Hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi terhadap kelengkapan imunisasi dasar pada balita di wilayah kerja puskesmas dumai kota kelurahan dumai kota. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang imunisasi terhadap kelengkapan imunisasi dasar balita. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan semakin tinggi pendidikan ibu maka semakin besar kesadaran untuk melaksanakan imunisasi dan secara tepat ibu menerima informasi serta dapat mengambil keputusan untuk kesehatan bayinya. Persamaan penelitian tersebut yaitu sama sama meneliti tentang tingkat pengetahuan ibu tentang imunisasi. Perbedaan penelitian diatas hanya meneliti tentang tingkat pengetahuan ibu sedangkan yang dilakukan peneliti dalam penelitian ini yaitu meneliti pengaruh dari pendidikan kesehatan tentang imunisasi.

12 5. Juliet N Babirye et all (2013) melakukan penelitian yang berjudul More support for mother : a qualitative study on factor affecting immunisation behaviour in kampala,uganda. Penelitian ini bertujuan untuk membahas keyakinan dari pengasuh,efikasi diri,dan peran mendukung atau tidak mendukung dari orang lain yang signifikan dipengaruhi keterlibatan orang tua di imunisasi. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa masih kurangnya minat ibu untuk melakukan imunisasi pada anaknya karena kurangnya dukungan dari orang sekitar untuk melakukan imunisasi. Persamaan penelitian di atas yaitu sama sama meneliti tingkat pengetahuan ibu balita. Perbedaan penelitian di atas yaitu meneliti tentang dukungan dan minat ibu terhadap imunisasi. sedangkan yang dilakukan peneliti hanya pada pengetahuan ibu balita tentang imunisasi. 6. Amar ihsan Awadh et all (2014) melakukan penelitian yang berjudul Immunization knowledge and practice among malaysian parents dari hasil penelitian tersebut mempunyai hasil standar deviasi mean kurang lebih sebesar 7,36 dari 2,29 dan untuk skor praktek sebesar 7,13 dari 2,20. Konsistensi internal dinyatakan baik untuk penegetahuan dan praktek item (cronbach s alpha = 0,757 dan 0,743 ) : nilai reliabilitas test-retest adalah 0,740 (p=0,014). Dapat disimpulkan anak yang di imunisasi memiliki

13 pengetahuan dan praktek skor yang signifikan daripada yang tidak tidak diimunisasi. Prebedaan penelitian ini membahas tentang dampak imunisasi lengkap terhadap pengetahuan balita. Persamaan penelitian ini yaitu sama sama meneliti tentang pengetahuan ibu.