Pengaruh Temperatur Quenching Terhadap Kekerasan Dan Ketangguhan Hasil Pengelasan Baja Keylos 50

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Data

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II KERANGKA TEORI

Pengaruh Jenis Elektroda Pada Pengelasan Dengan SMAW Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Pada Baja Profil IWF

EFFECT OF POST HEAT TEMPERATURE TO HARDNESS AND MACROSTRUCTURE IN WELDED STELL ST 37

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI PENGARUH TERHADAP KEKUATAN TARIK PADA LAS SMAW (SHIELDED METAL ARC WELDING) DENGAN METODE EKSPERIMEN

PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL. Sutrisna*)

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

Jurnal Dinamis Vol.II,No.14, Januari 2014 ISSN

Pengaruh Temperatur Quench Terhadap Laju Korosi dan Struktur Mikro Hasil Pengelasan Baja Keylos 50

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH HEAT TREATMENT

16 Media SainS, Volume 4 Nomor 1, April 2012 ISSN

Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

TUGAS AKHIR. PENGARUH JENIS ELEKTRODA PADA HASIL PENGELASAN PELAT BAJA St 32 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIKNYA

Penelitian Kekuatan Sambungan Las pada Plat untuk Dek Kapal Berbahan Plat Baja terhadap Sifat Fisis dan Mekanis dengan Metode Pengelasan MIG

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh arus pengelasan

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

Pengaruh variasi kampuh las dan arus listrik terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las TIG pada aluminium 5083

BAB II PENGELASAN SECARA UMUM. Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang *

Pengaruh Variasi Arus dan Jenis Elektrode pada Pengelasan Smaw Terhadap Sifat Mekanik Baja Karbon

Oleh Wahyu Ade Saputra ( ) Dosen Pembimbing 1. Ir. Achmad Zubaydi, M.Eng., Ph.D 2. Ir. Soeweify, M.Eng

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyambungan batang-batang terutama pada bahan besi tuang

INFO TEKNIK Volume 14 No. 2 Desember 2013 ( ) PENGARUH ARUS TERHADAP KEKERASAN HASIL PENGELASAN BAJA ST 60 MENGGUNAKAN PENGELASAN SMAW

BAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka

ARI BUDIANTO NIM : D TUGAS AKHIR. Disusun :

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan efisiensi penggunaan BBM. Penggantian bahan pada. sehingga dapat menurunkan konsumsi penggunaan BBM.

KARAKTERISASI SIFAT FISIS DAN MEKANIS SAMBUNGAN LAS SMAW BAJA A-287 SEBELUM DAN SESUDAH PWHT

Prosiding SNATIF Ke -4 Tahun 2017 ISBN:

PENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER

Pengaruh Variasi Arus terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Kekuatan Sambungan pada Proses Pengelasan Alumunium dengan Metode MIG

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK-MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

VARIASI ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT MEKANIK MIKRO SAMBUNGAN LAS BAJA TAHAN KARAT AISI 304

TUGAS AKHIR. Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Surakarta

PENGARUH FILLER DAN ARUS LISTRIK TERHADAP SIFAT FISIK- MEKANIK SAMBUNGAN LAS GMAW LOGAM TAK SEJENIS ANTARA BAJA KARBON DAN J4

PENGARUH PROSES PREHEATING PADA PENGELASAN SMAW TERHADAP KEKUATAN TARIK MATERIAL BAJA ST 37

KAJIAN KEKERASAN DAN STRUKTUR MIKRO SAMBUNGAN LAS GMAW BAJA KARBON TINGGI DENGAN VARIASI MASUKAN ARUS LISTRIK

Simposium Nasional RAPI XII FT UMS ISSN

PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP HASIL PENGELASAN TIG PADA BAJA KARBON RENDAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA dan LANDASAN TEORI

Jurnal Teknik Mesin UNISKA Vol. 02 No. 01 November 2016 ISSN

Pengaruh Variasi Temperatur Anneling Terhadap Kekerasan Sambungan Baja ST 37

II. TINJAUAN PUSTAKA. Seperti diketahui bahwa, di dalam baja karbon terdapat ferrite, pearlite, dan

Kata Kunci: Pengelasan Berbeda, GMAW, Variasi Arus, Struktur Mikro

PENGARUH HASIL PENGELASAN GTAW DAN SMAW PADA PELAT BAJA SA 516 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERAAN DAN STRUKTUR MIKRO

ANALISIS PENGARU ARUS PENGELASAN DENGAN METODE SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN PADA BAJA KARBON RENDAH ABSTRAK

PENGARUH PREHEAT DAN POST WELDING HEAT TREATMENT TERHADAP SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN LAS SMAW PADA BAJA AMUTIT K-460

PENGARUH PERLAKUAN ANIL TERHADAP SIFAT MEKANIS DAN STRUKTUR MIKRO PADA SAMBUNGAN LAS PIPA BAJA Z 2201

Ir. Hari Subiyanto, MSc

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

PENGARUH VARIASI SUHU POST WELD HEAT TREATMENT ANNEALING

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

STUDI PENGARUH NORMALISING TERHADAP KARAKTERISTIK DAN SIFAT MEKANIK SAMBUNGAN LAS SMAW PADA PLAT JIS SM 41B MENGGUNAKAN ELEKTRODA E 7016 DAN E 6013

PENGARUH POLA GERAKAN ELEKTRODE DAN POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKERASAN HASIL LAS PADA BAJA ST60

PENGARUH VARIASI ARUS LAS TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN KETANGGUHAN LAS SMAW DENGAN ELEKTRODA NSN308

ANALISA KUAT LENTUR DAN PENGELASAN PADA PEMEGANG KURSI MOBIL

Dimas Hardjo Subowo NRP

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam menjadi satu akibat panas las, dengan atau tanpa. pengaruh tekanan, dan dengan atau tanpa logam pengisi.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

KAJIAN EKSPERIMEN PENGUJIAN KEKERASAN BAJA KARBON MEDIUM YANG DISAMBUNG DENGAN SMAW DAN QUENCHING DENGAN AIR LAUT. Erizal

KAJIAN HASIL PROSES PENGELASAN MIG DAN SMAW PADA MATERIAL ST41 DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGIN (Air, Collent, dan Es) TERHADAP KEKUATAN TARIK

PENGARUH TEBAL PELAT BAJA KARBON RENDAH LAMA PENEKANAN DAN TEGANGAN LISTRIK PADA PENGELASAN TITIK TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS

TUGAS AKHIR PENELITIAN STAINLESS STEEL

Struktur Mikro Las Baja C-Mn Hasil Pengelasan Busur Terendam dengan Variasi Masukan Panas

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS

Available online at Website

ANALISA PENGARUH TEBAL PELAT PADA PENGELASAN LISTRIK TERHADAP KEKERASAN DAERAH HAZ BAJA KARBON St-37. By Nurfa Anisa Universitas Soerjo

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.

Pengaruh Preheat Terhadap Struktur Mikro dan Sifat Mekanis Sambungan Las GTAW Material Baja Paduan 12Cr1MoV yang Digunakan pada Superheater Boiler

PENGARUH MEDIA PENDINGIN PADA PROSES HARDENING MATERIAL BAJA S45C

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai media atau alat pemotongan (Yustinus Edward, 2005). Kelebihan

PENGARUH HASIL PENGELASAN GTAW DAN SMAW PADA PELAT BAJA SA 516 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL

MATERIAL TEKNIK 5 IWAN PONGO,ST,MT

STUDI PENGARUH BESARNYA ARUS LISTRIK TERHADAP DISTRIBUSI KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO, DAN KEKUATAN IMPAK PADA BAJA KARBON RENDAH JENIS SB 46

I. PENDAHULUAN. rotating bending. Dalam penggunaannya pengaruh suhu terhadap material

BAB IV DATA DAN ANALISA

Persentasi Tugas Akhir

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010.

PENGARUH SUHU PREHEAT DAN VARIASI ARUS PADA HASIL LAS TIG ALUMINIUM PADUAN TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KEKERASAN

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS LAS LISTRIK PADA SUDUT KAMPUH V GANDA TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN IMPACT DARI MATERIAL ST 37

Jl. Prof. Sudharto, SH., Tembalang-Semarang 50275, Telp * Abstrak

PENGARUH VARIASI TEMPERATUR ANNEALING TERHADAP KEKERASAN SAMBUNGAN BAJA ST 37

Karakterisasi Material Bucket Teeth Excavator 2016

PENGARUH ANNEALING PADA PERUBAHAN SIFAT MEKANIS DAN SIFAT FISIS PADA PENGELASAN BAJA UNTUK CHASIS MOBIL UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

DAFTAR ISI Error! Bookmark not defined.

VARIASI TEMPERATUR PEMANASAN PADA PROSES PERLAKUAN PANAS TERHADAP KEKERASAN DENGAN MATERIAL SS 304L

Alasan pengujian. Jenis Pengujian merusak (destructive test) pada las. Pengujian merusak (DT) pada las 08/01/2012

STUDI METALOGRAFI HASIL PENGELASAN SPOT WELDING TIPE KONVENSIONAL DAN PENAMBAHAN GAS ARGON

PENGARUH BAHAN ENERGIZER PADA PROSES PACK CARBURIZING TERHADAP KEKERASAN CANGKUL PRODUKSI PENGRAJIN PANDE BESI

PENGARUH PREHEAT TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIK LAS LOGAM TAK SEJENIS BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK AISI 304 DAN BAJA KARBON A36

BAB I PENDAHULUAN. atau non ferrous dengan memanaskan sampai suhu pengalasan, dengan atau tanpa menggunakan logam pengisi ( filler metal ).

PENGARUH ARUS PENGELASAN LAS TIG TERHADAP KARAKTERISTIK SIFAT MEKANIS STAINLESS STEEL TYPE 304 ABSTRAK

Gambar 4.1 Penampang luar pipa elbow

Transkripsi:

Pengaruh Temperatur Quenching Terhadap Kekerasan Dan Ketangguhan Hasil Pengelasan Baja Keylos 50 Endro Rianto, Suharno, Budi Harjanto Jurusan Pendidikan Teknik dan Kejuruan, Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret, Surakarta Email: riantoendro@gmail.com Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh temperatur quenching terhadap nilai kekerasan dan ketangguhan pada hasil pengelasan baja karbon sedang dengan pengelasan Shielded Metal Arc Welding (SMAW). Bahan yang digunakan adalah Keylos 50 yang merupakan baja karbon sedang. Sedangkan elektroda yang digunakan adalah baja karbon rendah yaitu E 7016. Setelah proses pengelasan kurang dari 5 detik setelah pengelasan benda didinginkan cepat dalam air dengan variasi temperatur 5⁰ C- 10⁰ C, 25⁰ C- 30⁰ C dan 70⁰ C- 75⁰ C. Kemudian hasil pengelasan diuji tingkat kekerasan dan ketangguhan. Hasilnya menunjukkan bahwa pendingin air temperatur 5⁰ C- 10⁰ C merupakan yang paling ideal untuk proses quenching. Hal ini dikerenakan pada pendingin air 5⁰ C- 10⁰ C didapat kekerasan HAZ tertinggi yaitu 263,65 kg/ mm 2 dan nilai ketangguhan impak tertinggi yaitu sebesar 1,597 Joule/mm 2. Kata kunci: pengelasan,temperatur quenching, kekerasan, ketangguhan. ABSTRACT The purpose of this study was to determine the effect of quenching temperature on hardness and toughness on the results medium carbon steel welds using shielded metal arc welding (SMAW). The material used is Keylos 50 which is a medium carbon steel. While the electrode used is low carbon steel that is E 7016. After the welding process less than 5 seconds after welding objects rapidly cooled in water with a temperature variation of 5 ⁰ C-10 ⁰ C, 25 ⁰ C-30 ⁰ C and 70 ⁰ C-75 ⁰ C. Then weld tested hardness and toughness. The results showed that the cooling water temperature of 5 ⁰ C-10 ⁰ C is the most ideal for the quenching process. This is because water cooler at 5 ⁰ C-10 ⁰ C obtained the highest HAZ hardness is 263.65 kg / mm 2 and the highest value of impact toughness is equal to 1.597 Joule/mm 2. Keywords: welding, quenching temperature, hardness, toughness. PENDAHULUAN Pembangunan konstruksi dengan logam mengalami kemajuan yang sangat pesat. Pengelasan merupakan pekerjaan yang tidak bisa dipisahkan dalam proses pembangunan konstruksi tersebut. Karena perannya yang semakin penting dalam teknologi produksi, pengelasan telah mengalami berbagai kemajuan teknologi. Sehingga boleh dikatakan hampir tidak ada logam yang tidak dapat dilas dengan cara-cara yang ada pada waktu ini [13]. Kurangnya penanganan pasca pengelasan dapat mengakibatkan kurangnya keamanan pada hasil las. Salah satu cara penanganan pasca pengelasan adalah dengan pendinginan paksa atau quenching. Belum adanya standar baku temperatur pendinginan yang digunakan pasca pengelasan menjadi salah satu faktor penyebab banyaknya pengelasan yang mengabaikan temperatur pasca pengelasan. Oleh karena itu, untuk memperoleh hasil pengelasan yang aman diperlukan penelitian lebih lanjut tentang proses pendinginan pasca pengelasan. Salah satu caranya adalah dengan mengetahui temperatur ideal yang dapat digunakan untuk pendinginan. KAJIAN PUSTAKA Pengelasan adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair. Tipe pengelasan yang paling banyak digunakan di industri adalah Oxyfuel Gas Welding dan Arc Welding. Oxyfuel Gas Welding adalah pengelasan dengan memanfaatkan semburan gas sebagai hasil panas. Arc welding adalah pengelasan memeanfaatkan busur listrik untuk menyambung kedua buah logam. Salah satu jenis las arc welding adalah SMAW (Shielded Metal Arc Welding). Las SMAW adalah las busur listrik terlindung dimana panas dihasilkan dari busur listrik antara ujung elektroda dengan ujung logam yang akan dilas. Dalam pengelasan elektroda terbungkus (SMAW), elektroda adalah suatu bahan pengumpan atau penambah untuk mengisi celah (grove) antara dua material yang terbuat dari baja batangan terbungkus oleh fluks. Pada penelitian ini elektroda yang digunakan adalah elektroda E 7016. Elektroda ini memiliki kandungan manganese (Mn) mencapai 1,6%. Hal ini akan berdampak pada kekuatan hasil pengelasan. Mn memiliki sifat mengikat karbon saat dipanaskan sehingga akan membentuk karbida mangan (MnC) yang dapat menaikkan kekerasan dan ketangguhan.

Baja karbon yang digunakan pada penelitian ini adalah Baja Keylos 50. Baja ini memiliki kandungan karbon mencapai dari 0,50%. Sehingga bisa dikatakan bahwa baja ini merupakan baja karbon sedang. Saat pengelasan terjadi perubahan struktur mikro pada daerah pengelasan. hal ini dikarenakan panas las yang tinggi. Gambar1. Diagram CCT [4] Contoh diagram CCT (Contin ou s Coolin g Tra n sforma tio n ) menunjukkan bahwa pada pemanasan yang sama semakin cepat proses pendinginan suatu baja, maka struktur bainit yang terbentuk akan semakin banyak. Bainit memiliki sifat yang keras, tetapi masih lebih lunak dibanding martensit. Hal ini menunjukkan bahwa semakin dingin suatu zat pendingin maka semakin tinggi nilai kekerasan suatu zat tersebut. Daerah pengelasan terdiri dari weld metal, heat affected zone (HAZ), dan base metal. Weld metal adalah bagian dari logam pada waktu mencair kemudian membeku. heat affected zone (HAZ) adalah logam dasar yang bersebelahan dengan logam las yang selama proses pengelasan mengalami siklus termal pemanasan dan pendinginan cepat sehingga daerah ini yang paling kritis dari sambungan las. Base metal adalah bagian logam dasar di mana panas dan suhu pengelasan tidak menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan struktur dan sifat. Untuk memperbaiki sifat mekanis dari pengelasan biasnya dilakukan perlakuan panas pasca pengelasan. Quenching merupakan proses pencelupan baja yang telah berada pada temperatur pengerasannya (temperatur austenisasi), dengan laju pendinginan yang sangat tinggi (diquench), agar diperoleh kekerasan yang diinginkan. Pada penelitian ini pendingin yang digunakan adalah air. Untuk mengetahui pengaruh temperatur maka divariasikan temperatur air pendingin. Variasi temperatur adalah 5⁰ C- 10⁰ C, 25⁰ C- 30⁰ C dan 70⁰ C- 75⁰ C. Setelah didapatkan hasil pengelasan maka dilakukan pengujian mekanis. Pengujian tersebut meliputi kekerasan dan ketangguhan. Kekerasan adalah ketahanan material terhadap penetrasi. Pengujian kekerasan pada penelitian ini menggunakan metode vickers. Nilai kekerasan suatu material diberikan oleh: dimana d adalah panjang diagonal rata-rata dari jejak berbentuk bujur sangkar. P adalah energi yang diserap atau tenaga patah. METODE PENELITIAN Baja yang digunakan adalah Baja Keylos 50 dengan kandungan (% berat) berupa 0,40 % C, 0,15 % Si dan 0,50 % Mn. Baja ini mempunyai kekuatan tarik 650 N/mm 2 dan kekerasan 200 BHN. Baja ini diproduksi oleh PT Tira Austenit Tbk. Plat baja tersebut berukuran panjang 200 mm, lebar 80 mm dan tebal 16 mm. Pengelasan dilakukan di laboratorium Inlastek Pajang Surakarta dengan variasi temperatur pendingin air 5⁰ C- 10⁰ C, 25⁰ C- 30⁰ C dan 70⁰ C- 75⁰ C. Pendinginan cepat dilakukan pada saat baja berada pada suhu lebih dari 830⁰ C kemdian dicelupkan di air dengan kecepatan kurang dari 5 detik setelah pengelasan. Pengujian dilakukan di laboratorium Teknik Mesin D3 Universitas Gadjah Mada. Meliputi pengujian foto struktur mikro, kekerasan, dan ketangguhan. HASIL PENELITIAN Setelah mendapat hasil analisis data dari eksperimen, maka didapat analisis data sebagai berikut: 1. Analisis komposisi kimia Berdasarkan data yang diperoleh dari Pt, Tira Austenit Tbk. maka didapat hasil bahwa kandungan Baja Keylos50 adalah 0,40-0,50% C, 0,50-1,00% Mn, 0,15-0,40% Si. Sedangkan kandungan kimia elektroda E 7016 adalah 0,07-0,15% C, 1,12-1,16% Mn, 0,007-0,035% S, 0,54-0,75% Si, 0,018-0,040% P, 0,027-0,20% Cr, 0,006-0,30% Ni, 0,003-0,30% Mo, dan 0,016-0,80% V. Deskripsi data dari koposisi kimia di atas dapat menunjukkan bahwa terjadi perbedaan bahan antara bahan yang dilas dengan filler atau elektroda yang dipakai. Baja yang dipakai merupakan baja karbon sedang, sedangkan elektroda yang digunakan merupakan baja karbon rendah yang cenderung mangan steel. Hal ini dikarenakan kandungan mangan yang ada pada elektroda lebih dari 1%. Dari perbedaan komposisi kimia diatas mengakibatkan terjadi perbedaan kekuatan dari masing-masing weld metal. 2. Analisis Foto Mikro Sebelum melakukan uji foto mikro maka benda harus mencapai tingkat kehalusan. Dengan foto makro ini kita dapat mengetahui weld metal, HAZ dan base metal seperti pada foto makro di bawah ini.

yang dimiliki oleh air. Sehingga meskipun udara juga memiliki suhu yang sama dengan pendingin air 25⁰ C- 30⁰ C tetapi kerapatan molekul zatnya lebih besar air. Hal ini mengakibatkan udara mengalami pendinginan lebih cepat dibanding dengan air. Pada pendingin air 70⁰ C- 75⁰ C pendinginan sangat lambat, tetapi hal ini justru menyebabkan tumbuhnya ferride side plate yang banyak dibanding pada pendingin air 25⁰ C- 30⁰ C. Udara Gambar 2. Foto Makro Hasil Las Pada gambar 4.1 memperlihatkan bahwa pengelasan menggunakan multi layer. Terdapat 6 layer pada setiap variabel pengelasan. Sesuai dengan foto makro dapat dilihat bahwa lebar HAZ rata-rata 4 mm. Setelah mendapat kehalusan yang sesuai standar maka dilakukan pengambilan gambar struktur mikro dengan alat foto mikro. Untuk mengetahui daerah dari masing-masing hasil las maka difoto berdasarkan daerahnya. a. Struktur Mikro Weld Metal b. Struktur Mikro Batas Weld metal dan HAZ Untuk mengetahui batas weld metal dengan HAZ maka dilakukan foto mikro batas keduanya seperti gambar dibawah ini. Air 25⁰ C- 30⁰ C 25⁰ C- 30⁰ C Air 70⁰ C- 75⁰ C Udara Gambar 4. Struktur Mikro Batas Weld metal dan HAZ Perbesaran 100x Air 70⁰ C- 75⁰ C udara Gambar 3. Struktur Mikro Weld Metal Perbesaran 200x Sesuai dengan diagram CCT pada buku welding metalurgy karya Sindo Kou bahwa hasil pengelasan pada baja karbon akan terbentuk acicular ferrite (AF), ferrite side plate (FSP), grain boundary ferrite (GBF), dan bainit (B). Dari hasil foto mikro gambar 3 dapat diketahui bahwa pada pendingin air 5⁰ C- 10⁰ C didominasi oleh accicular ferrite dan ferride side plate. Grain boundary ferrite lebih sedikit, hal ini dikarenakan terjadinya pendinginan cepat yang terjadi. Pada pendingin air 25⁰ C- 30⁰ C terlihat banyak sekali grain boundary ferrite, hal ini dikarenakan pendinginan yang lambat karena temperatur air menahan panas las. Diperlambat lagi dengan kerapatan molekul Dari foto di atas kita dapat melihat bahwa terjadi perbedaan struktur antara weld metal dengan HAZ. Hal ini dikarenakan perbedaan komposisi kimia yang ada pada kedua daerah tersebut. Pada daerah HAZ bainit mulai terbentuk karena kadar karbon yang terdapat pada base metal lebih banyak daripada logam las. Ferrit side plate dan acicular ferrite tumbuh lebih banyak pada perbatasan antara weld metal dan HAZ.

c. Struktur Mikro HAZ panas las yang mengakibatkan strukturnya berubah. Sedangkan pada base metal panas yang diterima belum mampu merubah struktur mikronya. e. Struktur Mikro Base Metal Air 25⁰ C- 30⁰ C Air 25⁰ C- 30⁰ C Air 70⁰ C- 75⁰ C Udara Gambar 5. Foto Struktur Mikro HAZ Perbesaran 200x Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa HAZ didominasi oleh acicular ferrite dan bainit. Pada pendingin air 5⁰ C- 10⁰ C memiliki acicular ferrite dan bainit lebih banyak dibandingkan dengan pendingin air 25⁰ C- 30⁰ C dan pendingin air 70⁰ C- 75⁰ C. Terlihat bahwa semakin panas temperatur air maka struktur acicular ferrite dan bainit semakin sedikit. d. Struktur Mikro Batas HAZ dan Base metal Untuk mengetahui perbedaan struktur antara HAZ dan base metal maka dapat dilakukan foto mikro pada batas HAZ dan base metal. Air 70⁰ C- 75⁰ C Udara Gambar 7. Struktur Mikro Base Metal Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa struktur mikro unruk base metal pada masing-masing variabel rata-rata mempunyai strutur yang sama. Struktur yang terbentuk didominasi ferrite, pearlite (P) dan martensit (M). f. Struktur Mikro Logam Raw material Untuk mengetahui struktur logam yang akan dilas (raw material) maka dilakukan uji foto mikro. Air 25⁰ C- 30⁰ C Gambar 8. Struktur Mikro Raw Material perbesaran 200x Air 70⁰ C- 75⁰ C Udara Gambar 6. Struktur Mikro Batas HAZ dan Base Metal Perbesaran 100x Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa terjadi perbedaan struktur mikro antara HAZ dan Base metal. Perbedaan terjadi karena pada HAZ terpengaruh oleh Dari gambar di atas dapat diketahui bahwa raw material didominasi oleh ferrite, martensit dan pearlit. Hal ini mengakibatkan benda memiliki nilai kekerasan tinggi tetapi nilai ketangguhannya rendah. 3. Analisis Uji Kekerasan Dari deskripsi data yang ada, maka untuk mempermudah pembacaan dibuat kurva kekerasan berikut:

kekerasan HVN (kg/mm 2 ) 300 275 250 udara air 5⁰- 10⁰ C air 25⁰- 30⁰ C air 70⁰- 75⁰ C 225 200 175 150 0 2 4 6 8 10 12 14 16 Jarak Uji (mm) Weld Metal HAZ Base Metal Gambar 9. Kurva Uji Kekerasan untuk Logam Las, HAZ dan Base metal. Jarak pengujian setiap masing-masing titik adalah 2 mm. Gambar diatas menunjukkan titik 1-3 merupakan nilai kekerasan untuk daerah logam las. Titik 4-5 adalah daerah yang terpengaruh oleh panas. Sedangkan pada titik 6-9 merupakan daerah base metal. Kekerasan pada weld metal bervariasi antara masing-masing variabel rata-rata mengalami penurunan kekerasan dibanding dengan raw material. Kekerasan raw material adalah 210 VHN. Pada pendingin udara kekerasan weld metal turun 4,063% dibandingkan raw material dengan nilai 201,8 VHN. Pada pendingin air temperatur Air 5⁰ C- 10⁰ C kekerasannnya 200,53 VHN. Hal ini berarti turun 4,51% dibandingkan raw material. Pada pendingin air temperatur Air 25⁰ C- 30⁰ C kekerasannnya adalah 176,53 VHN. Hal ini berarti turun 15,938% dibandingkan raw material. Sedangkan pada pendingin air temperatur Air 70⁰ C- 75⁰ C kekerasannnya turun 15,51% dibanding raw material dengan kekerasan weld metal sebesar 177,43 VHN. Penurunan kekerasan pada weld metal dikarenakan perbedaan kompisisi kimia antara elektroda dengan raw material. Pada elektroda E 7016 kandungan karbon dibawah 0,15%. Sedangkan kandungan karbon di raw material mencapai 0,50%. Semakin besar kandungan karbon maka nilai kekerasan akan semakin tinggi. Selain itu dapat sesuai pada analisis struktur mikro bahwa pada weld metal didominasi oleh struktur acicular ferrite dan sebagian grain boundary ferrite. Sedangkan pada raw material banyak terdapat struktur martensit yang memiliki nilai kekerasan lebih tinggi dibanding acicular ferrite. Dari gambar 4.8. kita dapat melihat bahwa semua spesimen mengalami kenaikan kekerasan dari daerah logam las menuju HAZ. Hal ini disebabkan karena pada logam dihasilkan oleh elektroda yang hanya memilki kandungan karbon dibawah 0,15%. Sehingga meskipun telah dilakukan quenching, daerah ini strukturnya didominasi oleh acicular ferrite dan sebagian grain boundary ferrite. Sedangkan pada HAZ dihasilkan dari base metal yang memiliki kandungan karbon diatas 0,42%. Base metal ini terpengaruh oleh panas las sehingga terbentuk HAZ, kemudian logam yang terkena panas mengalami pendinginan cepat karena dilakukan quenching. Hal ini mengakibatkan tegangan sisa yang terjadi pada daerah HAZ. Sehingga mengakibatkan HAZ memilki nilai lebih tinggi dibanding dengan daerah lainnya. Selain itu pada HAZ terjadi pengkasan butir yang mengakibatkan terbentuknya struktur bainit yang memiliki nilai kekerasan lebih tinggi dibanding acicular ferrite. Setelah melewati HAZ ke base metal

ketangguha (Joule/mm2) terjadi penurunan kekerasan. Hal ini karena panas las tidak mampu merubah struktur mikronya base metal. Sehingga kekerasan pada base metal rata-rata sama seperti logam sebelum dilas. Secara umum kekerasan di HAZ untuk semua variabel mengalami peningkatan dibanding dengan raw material. Untuk daerah HAZ kekerasan tertinggi terjadi pada pendingin air 5⁰ C- 10⁰ C yaitu rata-rata kekerasan sebesar 263,65 kg/ mm 2. Hal ini dikarenakan pada pendinginan air 5⁰ C- 10⁰ C didominasi oleh struktur bainit lebih banyak dibanding dengan lainnya. Sehingga terjadi peningkatan kekerasan sebesar 25,357% dibandingkan kekerasan dari raw material. Sedangkan kekerasan terendah terjadi untuk daerah HAZ pada pendingin air 70⁰ C- 75⁰ C dengan rata-rata kekerasan sebesar 211,25 kg/ mm 2. Hal ini dikarenakan terjadi pendinginan yang lambat sehingga mengakibatkan pembentukan bainit lebih sedikit dibanding dengan pendingin air lainnya. Kekerasannya mengalami peningkatan sebesar 0,595% dibandingkan raw material. Sedangkan pada udara mengalami kenaikan kekerasan 19,357% dibandingkan dengan kekrasan raw material. Pada temperatur yang sama yaitu 25⁰ C- 30⁰ C tetapi menggunakan pendingin air kekerasannya lebih rendah yaitu 218,7 kg/ mm 2. Hal ini dikarenakan kerapatan molekul air lebih tinggi dibanding dengan udara, sehingga kecepatan pendinginan udara lebih tinggi dibanding dengan air. Pada pendingin udara struktur bainitnya lebih banyak dibanding dengan pada pendingin air 5⁰ C- 10⁰ C. Pada pendingin air 25⁰ C- 30⁰ C HAZ mengalami kenaikan kekerasan sebesar 4,143% dibandingkan dengan raw material. Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa terdapat perbedaan kekerasan yang dihasilkan oleh perbedaan kecepatan pendinginan akibat dari perbedaan temperatur pendingin. Perbedaan kekerasan juga terjadi pada masing-masing daerah pengelasan dikarenakan perbedaan panas yang diterima oleh masing-masing daerah dan kompisisi kimia yang ada pada elektroda las dengan raw material. 4. Analisis Uji Ketangguhan Sesuai tabel 4.2 untuk mengetahui lebih jelas rata-rata ketangguhan weld metal masingmasing variabel maka dibuat histogram di bawah ini: 2 1.5 1 0.5 0 Raw Material udara air 5⁰- 10⁰ C Spesimen air 25⁰- 30⁰ C air 70⁰- 75⁰ C Gambar 10. Histogram Rata-Rata Nilai Ketanggguhan Impak Dari data diatas dapat diketahui bahwa rata-rata nilai ketangguhan raw material sebesar 0,192 Joule/mm 2. Pada raw material struktur mikronya didominasi oleh martensit. Hal ini mengakibatkan raw material memiliki sifat mudah patah. Sedangkan pada weld metal struktur mikronya tidak terdapat martensit dan didominasi terdapat acicular ferrite yang mengakibatkan daerah tersebut sangat tangguh dibanding raw material. Hal lain yang menyebabkan ketangguhan weld metal tinggi adalah kandungan mangan pada elektroda yang digunakan. Kandungan mangan elektroda E 7016 mencapai 1,6%, hal ini mengakibatkan weld metal memiliki nilai ketangguhan yang tinggi sehingga rata-rata nilai ketangguhan weld metal mengalami kenaikan dibanding dengan raw material. Pada pendinginan udara ketangguhan impak pada weld metal lebih tinggi 492,19% dibanding dengan ketangguhan raw material. Pada pendinginan air 5 o C- 10 o C ketangguhan impak pada weld metal naik 731,77% dari ketangguhan raw material. Pada pendinginan air 25 o C- 30 o C ketangguhan impak pada weld metal naik 400,52% dari ketangguhan raw material. Pada pendinginan air 70 o C- 75 o C ketangguhan impak pada weld metal naik 664,06% dibanding dengan ketangguhan raw material. Pada pendinginan air 5 o C- 10 o C didapat nilai ketangguhan impak paling tinggi yaitu nilai rata-rata sebesar 1,597 Joule/mm 2. Hal ini dikarenakan terjadi pendinginan cepat yang mengakibatkan terbentuknya struktur acicular ferrite lebih banyak dibanding dengan lainnya. Sedangkan nilai ketangguhan impak terendah pada material yang mengalami perlakuan quenching adalah air 25 o C- 30 o C yang memiliki nilai rata-rata sebesar 0,961 Joule/mm 2. Hal ini disebabkan pendinginan lambat yang mengakibatkan weld metal didominasi oleh grain boundary ferrite lebih banyak dibanding dengan pendingin lainnya.

Grain boundary ferrite memiliki sifat mudah patas sehingga mengurangi nilai ketangguhan dari weld metal. Pendingin air 70 o C- 75 o C memiliki nilai ketangguhan lebih tinggi dibanding pendingin air 25 o C- 30 o C. Hal ini dikarenakan pada pendingin air 70 o C- 75 o C weld metal didominasi oleh ferrite side plate yang memiliki nilai ketangguhan lebih dibanding grain boundary ferrite pada pendingin air 25 o C- 30 o C. Pada pendingin udara meskipun memiliki temperatur sama dengan pendingin air 25 o C- 30 o C tetapi memilki nilai ketangguhan yang lebih tinggi dibanding pendingin air 25 o C- 30 o C. Hal ini disebabkan perbedaan kerapatan molekul yang ada pada udara dan air. Pada udara bebas molekulnya lebih renggang dibanding dengan air. Hal ini mengakibatkan udara lebih cepat menyerap panas las dibanding dengan air. Sehingga kecepatan pendinginan udara lebih cepat dibanding pendinginan air. Dapat dilihat bahwa pada pendingin udara ferrite side plate dan acicular ferrite lebih banyak dibanding dengan pendingin air 25 o C- 30 o C. Hasil uji ketangguhan impak menunjukkan terjadi peningkatan ketangguhan antara logam sebelum dilakukan pengelasan dengan logam yang telah dilakukan pengelasan. Data diatas menunjukkan terjadi perbedaan nilai ketangguhan antara masingmasing variabel yang disebabkan perbedaan kecepatan pendinginan. Perbedaan kecepatan pendinginan dikarenakan perbedaan temperatur pendingin masing-masing variabel. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan analisis data diatas dapat disimpulkan bahwa: 1. Terdapat perbedaan kekerasan hasil pengelasan plat Baja Keylos 50 yang dilas menggunakan elektroda E 7016 karena variasi temperatur media quenching menggunakan air. 2. Terdapat perbedaan ketangguhan hasil pengelasan plat Baja Keylos 50 yang dilas menggunakan elektroda E 7016 karena variasi temperatur media quenching menggunakan air. 3. Temperatur air yang paling optimal untuk proses quenching ini adalah 5 o C- 10 o C. Hal ini dapat dikarenakan nilai pada pendingin air 5 o C- 10 o C didapat kekerasan daerah HAZ tertinggi yaitu 263,65 kg/ mm 2 dan nilai ketangguhan impak tertinggi yaitu sebesar 1,597 Joule/mm 2. DAFTAR PUSTAKA 1. Achmad, N. (2012). Pengaruh Metode Pendinginan Pada Perlakuan Panas Paska Pengelasan Terhadap Karakteristik Sambungan Las Logam Berbeda Antara Baja Karbon Rendah dan Karbon SS40 dengan Baja Tahan Karat Austenitik Aisi 304. Jurnal ilmiah Teknik Mesin Universitas Surakarta, Politeknosains, Volume XI no. 1 Tahun 2012. 2. Burhan, B. (2004). Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Prenada Media. 3. Catur, A.W.A. (2006). Pengaruh Media Pendingin Terhadap Kekerasan Dan Kekuatan Hasil Tarik Pengelasan Plat Baja Dengan Las Metal Inert Gas (MIG). Jurnal Ilmiah, Universitas Mataram, Volume 7. no.1 Tahun 2006. 4. Heri, W. (2011). Materi Kuliah Pengujian Las Merusak (DT), Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta. 5. Heru, S. (2011). Pengaruh Pemberian Panas dengan Pengelasan SMAW terhadap Ketangguhan Impak Baja Keylos 50. FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta. 6. Joko, S. (2006). Pengaruh Arus Pengelasan Terhadap Kekuatan Tarik dan Ketangguhan Las SMAW dengan Elektroda E7018. Semarang: UNES. 7. Kenyon, W. & Ginting, D. (1985). Dasar-Dasar Pengelasan. Jakarta: Erlangga. 8. Kou, S. (1987). Welding Metalurgy. Singapore: John Willey & Sons 9. Momoh I.M., Akinribide O.J., Ayanleke J., Olowonubi J., Olorunfemi G.O., Oshodin T (2013). Investigating the Mechanical Properties of Post Weld Heat Treated 0.33%C Low Alloy Steel (Versi Elektronik) International Journal of Science and Technology, 2(6), 433-437. Diperoleh 29 Maret 2014 dari http://www.journalofsciencestechnology.org 10. Sonawan, H. & Suratman, R. (2004). Pengantar Untuk Memahami Pengelasan Logam. Bandung: Αlfa Beta.

11. Sugiarto, Ari W. & Masduki (2011). Dampak Temperatur Lingkungan Terhadap Temperatur Puncak Las Dan Laju Pendinginan Sambungan Dissimilar Metal Menggunakan Las MIG. Jurnal Rekayasa Mesin, Universitas Brawijaya, Volume 2. no.2 Tahun 2012. 12. Suharno, (2008). Struktur Mikro Las Baja C-Mn Hasil Pengelasan Busur Terendam dengan Variasi Masukan Panas (Versi Elektronik). Jurnal Penelitian Teknik. Diperoleh 11 Februari 2014, dari http://puslit2.petra.ac.id/ejournal 13. Wiryosumarto, H dan Okomura, T. (2000). Teknologi Pengelasan Logam. Jakarta: Erlangga,