PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI MENTERI DALAM NEGERI,

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 2 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR : 23 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SIDOARJO

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 26 TAHUN 2006 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN SITUBONDO

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2016 NOMOR 85

PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR TAHUN 2014 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS,

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 113 TAHUN 2010 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA TANGERANG SELATAN

BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 125 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI

BERITA DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 68 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 36 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 54 TAHUN 2009 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MOJOKERTO PERATURAN WALIKOTA MOJOKERTO NOMOR 1 TAHUN 2017 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA MOJOKERTO

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR

PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BELITUNG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 55 TAHUN 2010 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

-1- GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 52 TAHUN 2012 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

BUPATI CIAMIS. PERATURAN BUPATI CIAMIS NOMOR : 21A TAHUN 2013 LAMPIRAN : 1 (satu) TENTANG

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 09 TAHUN 2009

WALIKOTA BIMA PERATURAN WALIKOTA BIMA NOMOR 37 TAHUN 2015 TENTANG DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BIMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 55 TAHUN 2010 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI

-1- BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 90 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS BAGI PEMERINTAHAN DESA

BUPATI BARITO UTARA PERATURAN BUPATI BARITO UTARA NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BARITO UTARA

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 55 TAHUN 2010 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

- 1 - BUPATI KOLAKA TIMUR PROVINSI SULAWESI TENGGARA PERATURAN BUPATI KOLAKA TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 26 TAHUN 2012 PERATURAN WALIKOTA DEPOK TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA DEPOK

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 60 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS PEMERINTAH DAERAH

KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 12 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR BANTEN NOMOR 24 TAHUN 2012

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

WALIKOTA SURAKARTA PERATURAN WALIKOTA SURAKARTA NOMOR 15-AA TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

W A L I K O T A Y O G Y A K A R T A PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 100 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 3 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA

F. Surat Edaran G. Surat Biasa H. Surat Keterangan I. Surat Perintah J. Surat Ijin K. Surat Perjanjian L.

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TIMUR

- 1 - GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR : 90 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA TASIKMALAYA

4. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 1951 tentang Lambang Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1951 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 23 TAHUN 2017 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH

TATA NASK AH B A G I A N O R G A N I S A S I P E M E R I N TA H K A B U PAT E N S I D O A R J O 2018

PERBEDAAN PERMENDAGRI 3 TAHUN 2005 DAN PERMENDAGRI 54 TAHUN 2009

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BANTUL BUPATI BANTUL,

BUPATI BULUNGAN SALINAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BULUNGAN

BUPATI KEPULAUAN SELAYAR

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 110 TAHUN 2009 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SUMEDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA TASIKMALAYA

BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 24 TAHUN 2011 TENTANG

WALIKOTA DUMAI PERATURAN WALIKOTA DUMAI NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DILINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA DUMAI

PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU

BUPATI BATANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI BATANG NOMOR 62 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI JEMBRANA PERATURAN BUPATI JEMBRANA NOMOR 43 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN JEMBRANA

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI GARUT NOMOR 23 TAHUN 2016 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN GARUT

BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN ALOR

PERATURAN BUPATI BERAU

GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN

PERATURAN NOMOR 07 TAHUN 2010 TENTANG TATA NASKAH DINAS KEMENTERIAN PERUMAHAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR NOMOR 40 TAHUN 2010 TENTANG KETENTUAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 56 TAHUN 2009

BUPATI ACEH TIMUR PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 30 TAHUN 2014 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TIMUR

RUMAH SAKIT JIWA MUTIARA SUKMA

RANCANGAN PERATURAN BUPATI PAKPAK BHARAT NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PAKPAK BHARAT

BUPATI GUNUNGKIDUL PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

B U P A T I P A K P A K B H A R A T,

SALINAN SESUAI ASLINYA

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 30 TAHUN 2012 TENTANG

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA BANDA ACEH PERATURAN WALIKOTA BANDA ACEH NOMOR 21 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANDA ACEH

PERATURAN BUPATI MOJOKERTO NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN MOJOKERTO

BUPATI BADUNG PERATURAN BUPATI BADUNG NOMOR 48 TAHUN 2011 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN BADUNG

2016, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2014 tentang Kelautan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 294, Tambahan Lembaran Nega

G U B E R N U R L A M P U N G

BAB II LANDASAN TEORI

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA,

2015, No Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2015 tentang Kementerian Ketenagakerjaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 19)

: PERATURAN MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI

BUPATI BANDUNG BARAT

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 30 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DILINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI BALI. GUBERNUR BALI.

- 1- DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT,

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum d

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI DAN OTONOMI DAERAH NOMOR 47 TAHUN 2000 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROPINSI

BERITA NEGARA. No.2082, 2015 KEMENRISTEK-DIKTI. Tata Naskah Dinas. Pencabutan. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 29 TAHUN 2012 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI LEBAK PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN LEBAK

KEPUTUSAN MENTERI DALAM NEGERI DAN OTONOMI DAERAH NOMOR 48 TAHUN 2000 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN KOTA

WALIKOTA BEKASI PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 21 TAHUN 2005 TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BEKASI WALIKOTA BEKASI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA,

PENGELOLAAN TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI JAWA TIMUR

Transkripsi:

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang : a. bahwa untuk tertib administrasi dan penyeragaman sistem administrasi perkantoran sesuai dengan perkembangan pemerintahan dan pembangunan, perlu mengatur Tata Naskah Dinas di Lingkungan Departemen Dalam Negeri; b. bahwa Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 25 Tahun 2001 tentang Tata Naskah Dinas di Lingkungan Departemen Dalam Negeri tidak sesuai lagi dengan perkembangan keadaan, sehingga perlu dilakukan penyempurnaan; c. bahwa sehubungan dengan hal tersebut pada huruf a dan b, perlu ditetapkan Tata Naskah Dinas di Lingkungan Departemen Dalam Negeri dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri. Mengingat : 1. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389}); 2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 1951 tentang Lambang Negara (Lembaran Negara Tahun 1951 Nomor 111, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1976); 4. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1958 tentang Penggunaan Lambang Negara (Lembaran Negara Tahun 1958 Nomor 1971, Tambahan Lembaran Negara Nomor 1636); 5. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 88 Tahun 2003 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Departemen; 6. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2004 tentang Penggabungan Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri kedalam Institut Ilmu Pemerintahan ; 7. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 30 Tahun 1979 tentang Tata Kearsipan Departemen Dalam Negeri;

2 8. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2002 tentang Prosedur Penyusunan Produk-produk Hukum di Lingkungan Departemen Dalam Negeri; 9. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2002 tentang Bentuk Produk-produk Hukum di Lingkungan Departemen Dalam Negeri; 10. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 130 Tahun 2003 tentang Organisasi dan Tatakerja Departemen Dalam Negeri. MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI TENTANG TATA NASKAH DINAS DI LINGKUNGAN DEPARTEMEN DALAM NEGERI. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan : 1. Naskah Dinas Departemen Dalam Negeri, yang selanjutnya disebut naskah dinas adalah alat komunikasi kedinasan yang dirumuskan dalam susunan dan bentuk produk- produk hukum, dan bentuk surat. 2. Tata Naskah Dinas adalah kumpulan ketentuan yang bersifat normatif, mengatur sifat dan tata laku serta menjadi pedoman dalam komunikasi kedinasan dalam bentuk tertulis. 3. Naskah Dinas adalah alat komunikasi kedinasan dalam bentuk tertulis. 4. Stempel Jabatan Menteri Dalam Negeri yang selanjutnya disebutkan Stempel Jabatan adalah alat/cap yang digunakan untuk syahnya suatu naskah dinas yang telah ditandatangani oleh Menteri Dalam Negeri. 5. Stempel Instansi Departemen Dalam Negeri adalah alat/cap yang digunakan untuk syahnya suatu Naskah Dinas yang telah ditanda tangani oleh pejabat yang berwenang di Lingkungan Departemen Dalam Negeri. 6. Kop Naskah Dinas adalah bagian teratas dari naskah dinas yang memuat tulisan Departemen Dalam Negeri dan Nama Komponen di lingkungan Departemen Dalam Negeri. 7. Sampul naskah dinas adalah sampul/alat pembungkus naskah dinas yang mempunyai kop sampul naskah dinas. 8. Kop sampul naskah dinas adalah bagian teratas dari sampul naskah dinas yang memuat tulisan Departemen Dalam Negeri Republik Indonesia dan nama komponen di lingkungan Departemen Dalam Negeri, dan alamat, dan nomor telepon; 9. Komponen di Lingkungan Departemen Dalam Negeri adalah satuan organisasi yang dipimpin oleh Sekretaris Jenderal,

3 Inspektur Jenderal, Direktur Jenderal, Kepala Badan dan Rektor IPDN. BAB II AZAS-AZAS TATA NASKAH DINAS DAN TATA PERSURATAN DINAS Bagian Pertama Azas-azas Tata Naskah Dinas Pasal 2 Azas-azas Tata Naskah Dinas adalah Pedoman atau acuan dasar mengenai pelaksanaan naskah dinas di lingkungan Departemen Dalam Negeri. Pasal 3 Azas-azas Tata Naskah Dinas terdiri dari : 1. Azas Dayaguna dan Hasilguna adalah penyelenggaraan tata naskah dinas secara berdayaguna dan berhasilguna dalam penulisan, penggunaan ruang atau lembar naskah dinas, spesifikasi informasi, serta dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik, benar dan lugas. 2. Azas Pembakuan adalah naskah dinas diproses dan disusun menurut tata cara dan bentuk yang telah dibakukan. Petunjuk teknis tata naskah dinas setiap instansi pemerintah pusat dan daerah mengacu kepada pedoman Umum Tata Naskah Dinas yang membakukan jenis, penyusunan naskah dinas, dan tata cara penyelenggaraannya. 3. Azas Pertanggungjawaban adalah penyelenggaraan tata naskah dinas dapat dipertanggungjawabkan dari segi isi, format, prosedur, kearsipan, kewenangan, dan keabsahan. 4. Azas Keterkaitan adalah kegiatan penyelenggaraan tata naskah dinas terkait dengan kegiatan administrasi umum dan unsur administrasi umum lainnya. 5. Azas Kecepatan dan Ketepatan adalah untuk mendukung kelancaran tugas dan fungsi satuan kerja atau satuan organisasi, tata naskah dinas harus dapat diselesaikan tepat waktu dan tepat sasaran, antara lain dilihat dari kejelasan redaksional, kemudahan prosedural, kecepatan penyempaian dan distribusi. 6. Azas Keamanan adalah tata naskah dinas harus aman secara fisik dan substansi (isi) mulai dari penyusunan, klasifikasi, penyampaian kepada yang berhak, pemberkasan, kearsipan dan distribusi. Demi terwujudnya tata naskah dinas yang berdayaguna dan berhasilguna, pengamanan naskah dan aspek legalitasnya perlu dilihat sebagai penentu yang paling penting. Bagian Kedua Tata Persuratan Dinas

4 Pasal 4 Tata Persuratan Dinas adalah pengaturan ketatalaksanaan penyelenggaraan surat-menyurat yang dilaksanakan oleh satuan kerja di Lingkungan Departemen Dalam Negeri dalam rangka pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan. Pasal 5 Penerapan Tata Persuratan Dinas harus memperhatikan beberapa hal, yaitu sebagai berikut : 1. Penyelenggaraan urusan kedinasan melalui surat-menyurat dinas harus dilaksanakan secara cermat agar tidak menimbulkan salah penafsiran. 2. Koordinasi antar pejabat terkait hendaknya dilakukan dengan mengutamakan metode yang paling cepat dan tepat, misalnya diskusi, kunjungan pribadi dan jaringan telepon lokal. Jika dalam menyusun surat dinas diperlukan koordinasi, pejabat yang bersangkutan melakukannya mulai tahap penyusunan draft, sehingga perbaikan pada konsep final dapat dihindari. 3. Urusan kedinasan yang dilakukan dengan menggunakan tatacara dan prosedur surat menyurat harus menggunakan sarana komunikasi resmi. 4. Jawaban terhadap surat yang masuk : a. Instansi pengirim harus segera mengkonfirmasikan kepada penerima surat atas keterlambatan jawaban dalam suatu proses komunikasi tanpa keterangan yang jelas. b. Instansi penerima harus segera memberikan jawaban terhadap konfirmasi yang dilakukan oleh instansi pengirim. 5. Batas waktu jawaban surat disesuaikan dengan sifat surat yang bersangkutan : a. Amat segera/kilat, dengan batas waktu 24 jam setelah surat diterima. b. Segera, dengan batas waktu 2 x 24 jam setelah surat diterima, dan c. Biasa, dengan batas waktu maksimum 5 hari kerja. 6. Waktu penandatanganan surat harus memperhatikan jadual pengirim surat yang berlaku di instansi masing-masing dan segera dikirim setelah ditandatangani. 7. Penggandaan/Copy Surat hanya diberikan kepada yang berhak dan memerlukan, dinyatakan dengan memberikan alamat yang dimaksud dalam Tembusan. Copy surat dibuat terbatas hanya untuk kebutuhan sebagai berikut :

5 a. Copy Tembusan adalah copy surat yang disampaikan kepada pejabat yang secara fungsional terkait. b. Copy laporan adalah copy surat yang disampaikan kepada pejabat yang berwenang, dan. c. Copy untuk Arsip adalah copy surat yang disimpan untuk kepentingan pengelolaan arsip. 8. Tembusan surat disampaikan kepada unit kerja terkait, sedangkan lampiran hanya disampaikan kepada unit yang bertanggung jawab. 9. Tingkat Keamanan. a. Sangat Rahasia disingkat (SR), tingkat keamanan isi surat dinas yang tertinggi, sangat erat hubungannya dengan keamanan dan keselamatan negara. Jika disiarkan secara tidak syah atau jatuh ke tangan yang tidak berhak, akan membahayakan keamanan dan keselamatan negara. b. Rahasia disingkat (R), tingkat keamanan isi surat dinas yang berhubungan erat dengan keamanan dan keselamatan negara. Jika disiarkan secara tidak syah atau jatuh ke tangan yang tidak berhak akan merugikan negara. c. Konfidensial disingkat (K), tingkat keamanan isi suatu surat dinas yang berhubungan dengan keamanan dan keselamatan negara. Jika disiarkan secara tidak syah atau jatuh ke tangan yang tidak berhak akan merugikan negara. Termasuk dalam tingkat konfidensial adalah Rahasia Jabatan dan Terbatas. d. Biasa disingkat (B), tingkat keamanan isi suatu surat dinas yang tidak termasuk dalam butir a sampai dengan c, namun tidak berarti bahwa isi surat dinas tersebut dapat disampaikan kepada yang tidak berhak mengetahuinya. 10. Kecepatan penyampaian. a. Amat Segera/Kilat, surat dinas harus diselesaikan/ dikirim/disampaikan pada hari yang sama dengan batas waktu 24 jam; b. Segera, surat dinas harus diselesaikan/dikirim/disampaikan dalam waktu 2 x 24 jam; dan c. Biasa, surat dinas harus diselesaikan/dikirim/disampaikan menurut yang diterima oleh bagian pengiriman, sesuai dengan jadwal perjalanan caraka/kurir, batas waktu 5 hari. 11. Surat dengan Tingkat Keamanan Tertentu (Sangat Rahasia, Rahasia, Konfidensial/Terbatas) harus dijaga keamanannya dalam rangka keselamatan negara. Tanda tingkat keamanan ditulis dengan cap (tidak diketik), berwarna merah pada bagian atas dan bawah setiap halaman surat dinas. Jika surat dinas tersebut dicopy, cap tingkat keamanan pada copy harus dengan warna yang sama dengan warna cap pada surat asli. 12. Penggunaan Kertas Surat.

6 a. Kertas yang digunakan untuk kegiatan dinas adalah HVS 80 gram atau disesuaikan dengan kebutuhan, antara lain untuk kegiatan surat-menyurat, penggandaan dan dokumen pelaporan; b. Penggunaan kertas HVS diatas 80 gram atau jenis lain, hanya terbatas untuk jenis naskah dinas yang mempunyai nilai keasaman tertentu dan nilai kegunaan dalam waktu lama; c. Penyediaan surat berlambang negara dan/atau logo instansi, dicetak diatas kertas 80 gram; d. Kertas yang digunakan untuk surat-menyurat adalah Folio (210 x 330 mm). Disamping kertas Folio untuk kepentingan tertentu seperti makalah/piper, pidato dan laporan dapat menggunakan kertas dengan ukuran berikut : a. A4 yang berukuran 297 x 210 mm (8/x11/inci) untuk makalah/ piper/ laporan. b. A5 Setengah kuarto (210 x 148 mm) untuk pidato 13. Pengetikan sarana adminstrasi dan komunikasi perkantoran a. Penggunaan jenis huruf Pica; b. Arial 12 atau disesuaikan dengan kebutuhan; c. Spasi 1 atau 1,5 sesuai kebutuhan. d. Warna tinta adalah hitam 14. Warna dan kualitas, Kertas berwarna putih dengan kualitas terbaik (white bond) digunakan untuk surat dinas yang asli, sedangkan yang berkualitas biasa digunakan untuk copy surat dinas. Apabila digunakan mesin ketik biasa, tembusan diketik dengan kertas karbon pada kertas doorslag/manifold/tissue. Apabila digunakan mesin ketik elektronis atau komputer akan lebih efesien jika tembusan dibuat pada kertas biasa dengan menggunakan mesin fotocopy. Naskah dengan jangka waktu simpan 10 tahun atau lebih atau bernilai guna permanen harus menggunakan kertas serendah-rendahnya dengan nilai keasaman (PH) 7. BAB III NASKAH DINAS Pasal 6 Naskah Dinas dirumuskan dalam susunan dan bentuk produkproduk hukum serta bentuk surat.

7 Pasal 7 (1) Naskah Dinas yang dirumuskan dalam bentuk produk-produk hukum sebagaimana dimaksud Pasal 6 meliputi : 1. Peraturan Menteri Dalam Negeri; 2. Peraturan Bersama Menteri Dalam Negeri; 3. Keputusan Menteri Dalam Negeri; 4. Instruksi Menteri Dalam Negeri. (2) Naskah Dinas yang dirumuskan dalam bentuk surat meliputi : 1. Surat Edaran; 2. Surat Biasa; 3. Surat Keterangan; 4. Surat Perintah; 5. Surat Izin; 6. Surat Perjanjian; 7. Surat Kuasa; 8. Surat Undangan; 9. Surat Panggilan; 10. Nota Dinas; 11. Pengumuman; 12. Telegram; 13. Laporan; 14. Surat Pengantar; 15. Lembar Disposisi; 16. Berita Acara; 17. Telaahan Staf; 18. Rekomendasi; 19. Daftar Hadir; 20. Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPL); 21. Piagam; 22. Memo. 23. Notulen. BAB IV KEWENANGAN PENANDATANGANAN Pasal 8 Naskah Dinas Departemen Dalam Negeri ditandatangani oleh pejabat Departemen Dalam Negeri yang diberi wewenang untuk itu. Pasal 9 (1) Menteri Dalam Negeri menandatangani naskah dinas dalam susunan dan bentuk produk hukum yang materinya memuat pengaturan kebijakan pelaksanaan dari peraturan perundangundangan yang lebih tinggi dan dalam susunan bentuk surat; (2) Naskah Dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini ditujukan kepada Presiden, Wakil Presiden, Pimpinan Lembaga

8 Tertinggi dan Tinggi Negara, Menteri Anggota Kabinet, Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Departemen, dan pejabat departemen di Lingkungan Departemen Dalam Negeri, Organisasi Kemasyarakatan dan pihak pihak yang dianggap perlu; (3) Apabila Menteri Dalam Negeri berhalangan, penandatanganan naskah dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) pasal ini dilakukan oleh Menteri Dalam Negeri ad interim. Pasal 10 Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, Direktur Jenderal, Kepala Badan dan Rektor Institut Pemerintahan Dalam Negeri menandatangani naskah dinas dalam susunan dan bentuk produk hukum yang bersifat penetapan atas nama Menteri Dalam Negeri. Pasal 11 (1) Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, Direktur Jenderal, Kepala Badan dan Rektor Institut Pemerintahan Dalam Negeri atas nama Menteri Dalam Negeri menandatangani naskah dinas dalam susunan dan bentuk surat yang materinya merupakan penjelasan atau petunjuk pelaksanaan dari suatu kebijakan Departemen Dalam Negeri yang telah diatur dan ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri sepanjang materinya yang menyangkut tugas dan tanggung jawab komponen yang bersangkutan. (2) Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, Direktur Jenderal, Kepala Badan dan Rektor Institut Pemerintahan Dalam Negeri menandatangani naskah dinas dalam susunan dan bentuk surat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini yang ditujukan untuk lingkungan Departemen Dalam Negeri. Pasal 12 Sekretaris Jenderal menandatangani naskah dinas dalam susunan dan bentuk surat dalam rangka pengaturan teknis administrasi dan koordinasi untuk kelancaran pelaksanaan tugas di Lingkungan Departemen Dalam Negeri. Pasal 13 Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, Direktur Jenderal, Kepala Badan dan Rektor Institut Pemerintahan Dalam Negeri berdasarkan wewenang jabatannya menandatangani naskah dinas dalam susunan dan bentuk surat yang materinya memuat petunjuk pelaksanaan teknis masing masing komponen yang ditujukan kepada pejabat di lingkungan komponen lain, pemerintah daerah, instansi lain, dan pihak pihak terkait. Pasal 14

9 Dalam hal Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, Direktur Jenderal, Kepala Badan, Rektor Institut Pemerintahan Dalam Negeri berhalangan, Kepala Biro, dan Kepala Pusat di lingkungan Sekretariat Jenderal, Sekretaris Komponen dan Kepala Biro Administrasi Umum IPDN berdasarkan pemberian mandat dapat menandatangani naskah dinas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 atas nama pimpinan langsung dari pejabat yang bersangkutan. Pasal 15 (1) Kepala Biro, Sekretaris Inspektorat Jenderal, Inspektur, Sekretaris Direktorat Jenderal, Direktur, Sekretaris Badan, Kepala Pusat, Rektor IPDN, Kepala Pusat Pendidikan dan Pelatihan Regional atas nama pimpinan komponen menandatangani naskah dinas dalam susunan dan bentuk surat yang materinya merupakan data atau informasi sebagai pelaksana teknis operasional dalam mendukung kelancaran pelaksanaan tugas; (2) Kepala Biro, Sekretaris Inspektorat Jenderal, Inspektur, Sekretaris Direktorat Jenderal, Direktur, Sekretaris Badan, Kepala Pusat, Rektor IPDN, Kepala Pusat Diklat Regional dan Kepala Biro dilingkungan IPDN serta Kepala Balai PMD berdasarkan wewenang jabatannya menandatangani naskah dinas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) pasal ini yang ditujukan kepada pejabat yang setingkat atau yang lebih rendah di lingkungan Departemen Dalam Negeri; (3) Kepala Biro, Kepala Pusat di lingkungan Sekretariat Jenderal, Sekretaris Komponen dan Kepala Biro Administrasi Umum dilingkungan IPDN menandatangani naskah dinas yang ditujukan kepada pejabat yang setingkat atau lebih rendah di lingkungan Departemen Dalam Negeri, pemerintah daerah dan Instansi lain atas nama pimpinan langsung atau atas wewenang jabatannya. Pasal 16 (1) Kepala Bagian, Kepala Sub Direktorat, Kepala Bidang dan Kepala Balai atas nama pimpinan langsung pejabat yang bersangkutan dapat menandatangani naskah dinas yang materinya merupakan informasi yang ditujukan kepada pejabat di lingkungan komponen yang bersangkutan; (2) Kepala Bagian, Kepala Sub Direktorat, Kepala Bidang dan Kepala Balai berdasarkan wewenang jabatannya menandatangani naskah dinas yang materinya bersifat meneruskan informasi yang ditujukan kepada pejabat di lingkungan komponen yang bersangkutan. Pasal 17

10 Kepala Sub Bagian, Kepala Seksi dan Kepala Sub Bidang atas nama pimpinan langsung dapat menandatangani naskah dinas yang materinya berhubungan dengan pengelolaan data dalam rangka meneruskan informasi yang ditujukan kepada pejabat setingkat di lingkungan komponen yang bersangkutan. BAB V BENTUK STEMPEL JABATAN DAN STEMPEL INSTANSI Pasal 18 (1) Stempel jabatan dan stempel instansi berbentuk lingkaran, terbuat dari bahan karet sintetik kualitas tinggi dengan huruf Arial pica 7. (2) Bentuk stempel jabatan dan stempel instansi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari : a. garis lingkaran luar; b. garis lingkaran tengah ; c. garis lingkaran dalam ; d. isi stempel. Pasal 19 Ukuran stempel sebagaimana dimaksud pada Pasal 18 meliputi : a. Garis tengah lingkaran luar stempel jabatan dan stempel instansi adalah 4 cm; b. Garis tengah lingkaran tengah stempel jabatan dan stempel instansi adalah 3,8 cm; c. Garis tengah lingkaran dalam stempel jabatan dan stempel instansi adalah 2,7 cm; d. Jarak antara 2 ( dua) garis yang terdapat dalam lingkaran dalam maksimal 1 cm. Pasal 20 (1) Stempel Jabatan sebagaimana dimaksud pada pasal 18 : a. Tulisan MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA yang dibatasi dengan bintang segi lima. b. Lambang negara yang berada didalam lingkaran dalam. (2) Stempel Instansi sebagaimana dimaksud pada pasal 18 : a. tulisan DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA yang dibatasi dengan bintang segi lima. b. Lambang negara yang berada didalam lingkaran dalam Pasal 21 (1) Stempel Jabatan dipergunakan bagi naskah dinas yang ditandatangani oleh Menteri Dalam Negeri. (2) Stempel Instansi dipergunakan bagi naskah dinas yang ditandatangani oleh pejabat-pejabat di lingkungan Departemen

11 Dalam Negeri dan dipergunakan pada sampul naskah dinas yang ditujukan kepada instansi lain. Pasal 22 (1) Stempel Jabatan dan Stempel Instansi menggunakan tinta berwarna ungu. (2) Stempel Jabatan dan Stempel Instansi dibubuhkan pada bagian kiri dari tanda tangan pejabat. Pasal 23 (1) Kepala Bagian yang membidangi Tata Usaha Departemen pada Biro Umum Sekretariat Jenderal berdasarkan wewenang jabatannya membuat, menguasai dan bertanggung jawab atas penggunaan stempel jabatan dan stempel instansi di lingkungan Departemen Dalam Negeri. (2) Kepala Bagian yang membidangi Tata Usaha pada Inspektorat Jenderal, berdasarkan wewenang jabatannya diserahi penugasan dan tanggung jawab atas penggunaan stempel instansi di lingkungan Inspektorat Jenderal. (3) Kepala Bagian yang membidangi Tata Usaha pada Sekretariat Direktorat Jenderal, berdasarkan wewenang jabatannya diserahi penugasan dan tanggung jawab atas penggunaan stempel instansi di lingkungan Direktorat Jenderal masing-masing. (4) Kepala Bagian yang membidangi Tata Usaha pada Sekretariat Badan, berdasarkan wewenang jabatannya diserahi penugasan dan tanggung jawab atas penggunaan stempel instansi di lingkungan Badan masing-masing. BAB VI KOP NASKAH DINAS Pasal 24 (1) Kop Naskah Dinas Menteri Dalam Negeri menggunakan Lambang Negara berwarna kuning emas bertuliskan MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA dan ditempatkan dibagian tengah atas. (2) Kop naskah dinas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) pasal ini digunakan untuk naskah dinas yang ditanda tangani oleh Menteri Dalam Negeri. Pasal 25

12 (1) Kop naskah dinas yang menggunakan lambang negara berwarna hitam bertuliskan DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA, ditempatkan dibagian tengah atas digunakan untuk naskah dinas yang ditanda tangani oleh Sekretaris Jenderal, Inspektur Jenderal, Direktur Jenderal, Kepala Badan dan Rektor Institut Ilmu Pemerintahan. (2) Kop naskah dinas yang ditanda tangani oleh pejabat lain tanpa lambang negara dan bertuliskan DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA, nama komponen serta alamat ditempatkan dibagian tengah atas. BAB VII SAMPUL NASKAH DINAS Pasal 26 Sampul naskah dinas bertuliskan DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA berbentuk empat persegi panjang dan berwarna coklat muda jenis kertas cassing. Pasal 27 Kop sampul naskah dinas bertuliskan DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA dan nama komponen serta alamat komponen, nomor telepon, nomor faximile, dan kode pos komponen yang bersangkutan, ditempatkan dibagian tengah atas. BAB VIII KETENTUAN PENUTUP Pasal 28 (1) Susunan dan bentuk serta kewenangan penandatanganan naskah dinas di Lingkungan Departemen Dalam Negeri, sebagimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan Menteri ini. (2) Model, ukuran dan isi kop naskah dinas di Lingkungan Departemen Dalam Negeri, sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Peraturan Menteri ini. (3) Bentuk Stempel jabatan, stempel instansi serta bentuk, ukuran dan isi kop sampul naskah dinas di Lingkungan Departemen Dalam Negeri, sebagaimana tercantum dalam Lampiran III Peraturan Menteri ini.

13 Pasal 29 (1) Ketentuan yang mengatur naskah dinas karena sifat kekhususannya seperti bidang Keuangan dan Kepegawaian tidak diatur dalam Peraturan Menteri ini, diatur tersendiri sesuai dengan ketentuan yang berlaku. (2) Ketentuan yang mengatur tentang Logo Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) akan diatur dengan Peraturan Menteri tersendiri. Pasal 30 Dengan ditetapkannya Peraturan Menteri ini, maka Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 25 Tahun 2001 tentang Tata Naskah Dinas di Lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Otonomi Daerah dinyatakan tidak berlaku lagi. Pasal 31 Peraturan Menteri ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 3 Jan 2005 MENTERI DALAM NEGERI, H. MOH. MA RUF